Anda di halaman 1dari 55

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PEMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR W ILAYAH

MODUL 1
KONSEP DASAR
PERKERASAN KAKU

DIKLAT PERKERASAN KAKU1


KONSEP DASAR PERKERASAN KAKU

1. Pendahuluan

2. Sejarah perkembangan perkerasan


kaku

3. Struktur perkerasan kaku

4. Jenis perkerasan kaku

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 2


1. Pendahuluan
Perkerasan kaku ialah perkerasan dengan bahan dasar agregat
dan bahan pengikatnya semen

Kekakuan dari perkerasan ini tinggi dibanding perkerasan


beraspal ( perkerasan lentur)

Sebagai pembanding kekakuan perlerasan kaku sekitar 40000


MPa, sedang campuran beraspal sekitar 4000 MPa (sekitar 10
kali nya)

Satu lapis pelat beton, merupakan konstruksi utama pada


perkerasan kaku ini

Sehingga cocok disebut perkerasan


kaku

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 3


2. Sejarah perkembangan
perkerasan kaku
 Di Luar negeri
No Tahun Tempat Negara Keterangan
1 1868 Inverness Inggris Sampai 1919 hanya beberapa
kilo meter
2 1891 Ohio Amerika Serikat Oleh George Bartholomew
Pemerintah minta jaminan
sebesar $ 5000 bahwa
perkerasan ini bisa bertahan
5 tahun. Kenyataanya
bertahan lebih dari 100
tahun

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 4


2. Sejarah perkembangan perkerasan
kaku (lanjutan)
No Tahun Tempat Negara Keterangan
3 1893 Cort Avenue Amerika
Opera Street Serikat
4 1894 Main Street Amerika Bahan disebut artificial stone
Serikat Belum dikenal istilah concrete
5 1905 Frount Amerika Bertahan 60 tahun
Street;Chicago Serikat
6 1909 Woodwar Amerika Merupakan bagian tonggak
Avenue;Detroit Serikat perkerasan kaku yang pertama.
Memberikan masukan untuk
perancangan perkerasan beton
7 1913 Arkansas Amerika Dibangun dengan panjang 37 km
Serikat

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 5


2. Sejarah perkembangan perkerasan
kaku (lanjutan)
No Tahun Tempat Negara Keterangan
8 1914 Jalan luar Amerika Dibangun sepanjang 79 km jalan
kota di Serikat beton
Mississipi
9 1921- Pitsburg; Amerika Membandingkan perkerasan
1923 California Serikat kaku tanpa dan dengan tulangan

10 1950- Washingto Amerika FHWA dan TRB membuat Jalan


1951 n DC Serikat Percobaan sepanjang 1.8 km.
Mendapatkan pentingnya dowel,
pengaruh beban dan kecepatan
kendaraan, seta penyebab
pumping

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 6


2. Sejarah perkembangan perkerasan
kaku (lanjutan)

No Tahun Tempat Negara Keterangan


11 1928 Michigan Amerika Pertama kali perkerasan
serika kaku di gunakan pada
lapangan terbang
12 Sekitar Illionis Amerika Jalan Percobaan oloeh
1956 Serikat AASHTO Menunjang
rencana pembangunan
jalan 66000 km (70% nya
ialah jalan beton)

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 7


2. Sejarah perkembangan
perkerasan kaku (lanjutan)

 Di Indonesia

No Tahun Tempat Negara Keterangan


1 1985 DKI; Bandung; Semarang; Pertama kali dibangun di
Surabaya, Medan kota kota besar

2 - Jalan Tol JORR, Seperti jalan Tol dan


Tangerang – Merak; Ujung Jalan Nasional
Pandang; Jalan Nasional

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 8


3. Struktur perkerasan kaku

• Kekakuan beton sangat tinggi

• Kemampuan penyebaran beban ke tanah dasar


lebih luas dibanding perkerasan lentur (
perkerasan beraspal)
• Perlu keseragaman daya dukung, lapisan
dibawahnya.
• Daya dukung lapisan dibawahnya, bisa lebih
rendah karena bidang penyebaran beban yang
luas
• Beban roda 12000 lb, (tegangan 106 Psi)
didistribusikan ke tanah dasar dimana tegangan
pada tanah dasar hanya 3-7 Psi , dengan luas
distribusi beban lebih daru 20 ft
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 9
Ilustrasi penyebaran beban pada perkerasan
kaku dan perkerasan lentur

Perbandingan penyaluran beban ketanah dasar


antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur
Beban

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 10


3. Struktur perkerasan
Pada awal perkembangan, perkerasan kaku
langsung dibangun diatas tanah dasar

Setelah perang dunia ke 2, masalah


pumping menjadi hal penting

Pelat nya sendiri dirancang, mempunyai


penebalan di tepi, pada tahun 1930 -1040

Contohnya tebal pelat 8-6-8 (pinggir 8 inci –


tengah 6 inci dan pinggir lagi 8 inci).

Perkembangan selanjutnya, pelat beton


dibangun diatas lapisan pondasi berbutir
untuk mencegah pumping.
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 11
3. Struktur perkerasan

perkerasan lentur perkerasan kaku

• Umumnya terdiri dari • Konstruksi utama satu


3 lapis ( lapis lapis pelat beton.
permukaan, lapis • Lapisan pondasi ,
pondasi atas dan berfungsi sebagai
pondasi bawah) konstruksi pendukung
• Semuanya merupakan
konstruksi utama

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 12


3. Struktur Perkerasan

Perbandingan kebutuhan Tebal konstruksi


perkerasan Kaku dan perkerasan lentur

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 13


Perbandingan Kinerja jalan beton dan jalan aspal
(Studi di Amerika)
100
90
80
Jalan Beton
Indeks Kinerja

70
60
50
Jalan aspal baru
40
30
20
Jalan aspal dengan
10
pelapisan ulang
0
0 10 20 30

Penurunan kinerja beton lebih lambat dari aspal


DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 14
Konstruksi perkerasan kaku dan
sambungannya secara umum

Tebal slab
Permukaan halus/licin

Sambungan memanjang

Sambungan melintang

Tekstur permukaan

Material beton

Ruji
Tulangan pengikat

Tanah dasar

Lapis pondasi

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 15


4. Jenis Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan ( JPCP –
Joint Plain Concrete Pavement) – Paling banyak di
gunakan di Indonesia

Perkerasan kaku bersambung dengan tulangan (JRCP


Joint Reinforced Concrete Pavement) – Tidak banyak
digunakan
Perkerasan kaku menerus dengan tulangan
(CRCP – Continous Reinforced Concrete
Pavement)

Perkerasan kaku pra tegang

Perkerasan kaku pra cetak (pracetak


prategang dan pra cetak tanpa pra
tegang)
16
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku
Perkerasan Kaku Bersambung Tanpa
Tulangan (JPCP)

 Skema perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan

Tampak atas

Jarak sambungan 3,6 – 6 m


Arah lalu lintas

sambungan memanjang
Batang
pengikat/
tiebars

sambungan melintang
Potongan melintang Dowel/ruji

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 17


Karakteristik perkerasan kaku
bersambung tanpa tulangan

 Ada sambungan susut melintang (biasanya berjarak


setiap sekitar 4,5 m)
 Adanya dowel / ruji sebagai batang penyalur beban
(tergantung beban lalu lintas )
 Lalu lintas berat perlu ruji sebagai penyalur beban
 Pada lalu lintas ringan, penyaluran beban cukup dari
interlock bidang pecah sambungan
 Tidak ada tulangan didalam pelat (kecuali ruji dan
batang pengikat)

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 18


Perkerasan Kaku Bersambung Tanpa
Tulangan
Sambungan
Ruji memanjang
(dowel)

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 19


Perkerasan Kaku Bersambung Tanpa
Tulangan

Batang pengikat (tie


bars) :
 Jarak antar
sambungan
memanjang 3-4 m
 Batang baja ulir mutu
min BJTU-24 dan Ø 16
mm
 Panjang batang
pengikat : l = (38,3 x Ø)
+ 75
 Jarak batang pengikat
75 cm

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 20


Perkerasan Bersambung Dengan
Tulangan (JRCP)

Skema
perkerasan
bersambung
dengan
tulangan

Sambungan dengan dowel pada JRCP Penyusunan tulangan

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 21


Karakteristik perkerasan kaku bersambung
dengan tulangan

 Ada sambungan susut melintang, lebih panjang


dari JPCP (biasanya berjarak setiap sekitar 10-20
meter)
 Adanya dowel / ruji sebagai batang penyalur beban
( tergantung beban lalu lintas )
 Lalu lintas berat perlu ruji sebagai penyalur beban
 Ada tulangan didalam pelat ( tulangan memanjang
dan tulangan melintang ) tulangan umumnya
berjenis tulangan sirip
 Di Indonesia telah digunakan di jalan tol Tangerang
– Merak dan sebagian jalan nasional Pantura

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 22


Perkerasan Menerus Dengan Tulangan
(CRCP)

Skema
perkerasan kaku
menerus dengan
tulangan

Sambungan pelaksanaan melintang Susunan tulangan memanjang


dan melintang

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 23


Karakteristik perkerasan kaku menerus
dengan tulangan

Tidak ada sambungan susut melintang, kecuali


sambungan pelaksanaan melintang

Tidak adanya ruji sebagai batang penyalur beban,


kecuali batang pengikat bila perlu

Ada tulangan didalam pelat ( tulangan memanjang


dan tulangan melintang)

Tulangan memanjang dan tulangan melintang,


umumnya berbetuk tulangan sirip

Fungsi tulangan ialah untuk menjaga agar retakan pada


pelat tetap rapat

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 24


perkerasan kaku menerus
dengan tulangan
 Timbul retak melintang kecil pada pelat dengan jarak 0,9 –
2,4 m (tergantung perancangan)
 Fungsi tulangan untuk menjaga agar retak pada pelat
tetap rapat
 Jarang dipergunakan
 Tingkat kenyamanan yang baik
 Umur bisa lebih panjang dari jenis perkerasan JPCP dan
JRCP
 Biaya lebih mahal dari JPCP ataupun JRCP
 Tahun 1999 di USA, hanya 8 negara bagian menggunakan
jenis perkerasan kaku ini. Umur nya bisa > 21 atau > 30
tahun
 Di Indonesia telah digunakan pada Tol Tangerang – Merak
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 25
perkerasan kaku prategang

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkera san Kaku


26
Karakteristik perkerasan kaku prategang

Penggunaan bahan lebih efisien, tebal pelat lebih


tipis dari perkerasan konvensional, karena adanya
pra tegang

Tebal pelat perkerasan kaku pra tegang sekitar 50


% dari tebal perkerasan bersambung tanpa
tulangan
Umumnya panjang pelat sekitar 130 m ( tetapi di
USA telah dibangun dengan panjanag pelat 230 m
dan 300 m)

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 27


perkerasan kaku prategang

Sambungan menjadi lebih sedikit

Perkerasan jenis ini pertama kali diperkenalkan di


Texas, untuk lapangan terbang, akhir tahun 1940
Perkerasan kaku jenis pra tegang di coba di Texas
dengan tebal 15 cm, dan panjang percobaan 1600 m

Tahun 2002, di Texas DOT , panjang 700 m

Tahun 2004, California DOT, membuat sepanjang 76 m

Tahun 2011; Puslitbang Jalan dan Jembatan, membuat


sebagai jalur percobaan di Buntu Jawa Tengah

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 28


perkerasan kaku pracetak

• struktur yang terdiri atas


pelat beton semen yang
bersambung (tidak
menerus) dilakukan pra-
tegang (pre-stressed)
atau tanpa prategang,
dibuat menggunakan
cetakan berukuran
tertentu di tempat atau
di unit produksi beton.

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 29


Perkerasan kaku pracetak

 Perkerasan kaku pra cetak pra


tegang
 Terdiri dari 3 jenis pelat ( panel)
– Central Panel; Joint Panel
dan Base panel
 Central panel, terletak di tengah
tengah rangkaian panel panel
 Joint Panel, panel pinggir yang
menghubungkan satu rangkain
panel dengan rangkaian panel
berikutnya
 Base panel, pelat yang berada di
antara joint panel dan central
panel

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 30


perkerasan kaku pracetak prategang

 Telah di buat di Missouri dan Indiana ( USA)


 Tebal pelat 20 cm, setara dengan kekuatan JPCP 35,5
cm
– Keuntungan dari perkerasan beton pra cetak pra
tegang , ialah
– Kualitas beton / pelat lebih terjamin ( karena di
cetak di “pabrik”)
– Waktu pemasangan lebih cepat dari beton
konvensional
– Mengurangi gangguan pada lalu lintas, selama
pelaksanaan
 Perlu pondasi yang rata sebelum pemasangan pelat
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 31
perkerasan kaku pracetak prategang

 Telah dibuat di Indonesia, pada :


 Jalan Tol Kanci – Pejagan 2010 ( panel berukuran 8m x
2,5 m x 0,2 m), dipasang melintang sumbu jalan
 Ruas jalan Pantura di daerah Subang ( Ciasem),
dengan lapis pondasi yang distabilisasi semen
 Ruas jalan di Jakarta ( dipasang memanjang /
sejajajar sumbu jalan)
 Harga lebih mahal dari perkerasan kaku konvensional

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 32


Perkerasan kaku pracetak prategang

P a n e l s i a p d i a n g k u t ke l a p a n g a n d i Pengangkatan dan pemasangan panel di


Pantura Ciasem ( Subang) Pantura Ciasem ( Subang)

Pemasangan susunan panel ( Pantura Pemberian tegangan post tension dari


Ciasem Subang) central panel (Pantura Ciasem Subang)

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 33


Karakteristik perkerasan kaku prategang

Penggunaan bahan lebih efisien, tebal


pelat lebih tipis dari perkerasan
konvensional, karena adanya pra tegang

Tebal pelat perkerasan kaku pra tegang


sekitar 50 % dari tebal perkerasan
bersambung tanpa tulangan
Umumnya panjang pelat sekitar 130 m
(tetapi di USA telah dibangun dengan
panjanag pelat 230 m dan 300 m)

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 34


Jenis sambungan perkerasan kaku
Kinerja sambungan susut
melintang, tergantung
pada tiga faktor utama :
1) Jarak antar sambungan
2) Penyaluran beban
(dowel) serta
3) Bentuk sambungan
serta sifat bahan
penutup sambungan
(joint sealent).

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 35


Jenis sambungan perkerasan kaku
Sambungan susut melintang ,
 Letaknya melintang sumbu jalan
 Ada pada JPCP dan JRCP
 Mencegah terjadinya retak melintang
pada pelat, akibat susut karena
adanya proses hidrasi semen,
pengaruh iklim, tahanan dari lapisan
pondasi
 Dilengkapi ruji dari batang besi polos
(untuk lalu lintas berat dan sedang)
 Ruji untuk mencegah terjadinya
pergerakan vertikal yang berbeda
/faulting pada sambungan, tapi
masih bisa bergerak horizontal
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 36
Jenis sambungan perkerasan kaku
Sambungan pelaksanaan melintang.
 Dibuat melintang jalan, diusahakan letaknya di
sambungan susut yang direncanakan
 Dibuat dalam keadaan tertentu, misal diakhir pekerjaan
tiap hari, atau bila pasokan beton tidak lancar, pekerjaan
harus dihentikan.

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 37


Jenis sambungan perkerasan kaku
Sambungan memanjang
 Bisa ada pada JPCP; JRCP atau CRCP
 Sambungan memanjang, bisa dibuat sebagai
sambungan pelaksanaan atau sambungan
dengan penggergajian
 Bila dibuat sebagai sambungan pelaksanaan,
batang pengikat digunakan mengikat pelat beton
yang sudah dihampar lebih dahulu
 Terletak antara dua lajur perkerasan
 Agar tidak terjadi pemisahan antara dua pelat
 Tidak terjadi retak saat melenting
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 38
Jenis sambungan perkerasan kaku
Sambungan memanjang

Umumnya dibuat bila lebar


perkerasan lebih dari 4,6 meter

Dilengkapi dengan batang


pengikat berbentuk sirip

Batang pengikat lebih kecil dan


lebih panjang dari ruji

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 39


Jenis sambungan perkerasan kaku

SAMBUNGANMEMANJANG
•t " ' • 1 1 1 n. . , .

·,.:.--:-,,-_._--:,,:-�
-.'l ,..,,
I
'l • .,. ·_ · · ,_ ·_ ·_·_ · ;..._ ·� . -� .• " (

- - - - - - - - - - · " " �. , , r-.e:, •

·"'-..·
- .......

" " - - · �· � . .... . ... l. ......

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 40


Jenis sambungan perkerasan kaku
Sambungan pelaksanaan :
• Sambungan antara pelat bila beton
dicor pada saat yang berbeda
• Jenis nya ada sambungan Tulangan polos

pelaksanaan melintang dan


sambungan pelaksanaan
Direncanakan
memanjang
• Sambungan pelaksanaan
melintang, umumnya menggantikan
sambungan susut
• Sambungan pelaksanaan melintang Tulangan pengikat berulir

(bukan pada lokasi sambungan


susut, dipasang batang besi yang
Darurat (tidak direncanakan)
menyatu dengan beton)
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 41
Jenis sambungan perkerasan kaku
Sambungan pelaksanaan
memanjang
Menggunakan batang pengikat,
yang ditanam pada beton
Sambungan pelaksanaan lidah
alur, tidak disarankan, karena
terjadi gompal, akibat gaya geser.
Sambungan memanjang dengan
lidah alur (key way) tidak
disarankan untuk tebal pelat < 25
cm

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 42


Jenis sambungan perkerasan kaku

Sambungan pelaksanaan memanjang

Batang pengikat Tampak batang pengikat


sebelum pengecoraan sesudah pengecoran
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 43
Jenis sambungan perkerasan kaku

Sambungan muai (expansion joint)


 Dipasang pada konstruksi peralihan antara
CRCP dan konstruksi disebelahnya
 Sambungan pada kondisi tertentu, agar
perkerasan dapat memuai tanpa merusak
struktur/perkerasan disebelahnya
 Umumnya dipasang dekat jembatan, dan
konstruksi utilitas jalan
 Dipergunakan ruji polos sebagai penyalur
beban dengan expansion cap diujungnya
 Lebar sambungan muai sekitar 19 mm,
dengan letak 19 – 25 mm dibawh permukaan
pelat.

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 44


Bahu pada perkerasan kaku
Bahu pada perkerasan kaku
 Bisa bahu dengan lapisan beraspal
 Bisa bahu dengan pelat beton
 Bahu dari beton bisa mengurangi
tebal pelat
 Bahu beton, bisa diikat ke pelat
lajur lalu lintas atau di cor secara
monolit dengan pelat
 Bahu beton harus bersifat
struktural, tebal sama dengan pelat
dan lebar min 60 cm ( bila dibuat
monolit), atau minimum 150 cm bila
diikatkan ke pelat
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 45
Bahu pada perkerasan kaku

Tipikal kendaraan lewat dekat


tepi tanpa bahu beton

Bahu tanpa
diperkeras
rusak akibat lalu
Jalan beton dengan lintas
Bahu beton terikat

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 46


Perkembangan peralatan untuk
pelaksanaan perkerasan beton
Metoda yang berkaitan dengan alat sewaktu
pelaksanaan :
 Metoda dengan acuan (fix form)
 Metoda dengan acuan gelincir (slip form)
 Metoda acuan tetap, yang lebih dulu digunakan, tetapi
acuan tersebut mahal harganya.
 Dikembangkan acuan gelincir di Iowa tahun 1946 – 1949
oleh W. Johnson dan Bet Myers
 Thn 1955, Quad City Construction mengembangkan slip
form yang lebih lebar ( mampu menghampar dengan lebar
7,3 m, tebal 25 cm)

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 47


Perkembangan peralatan untuk
pelaksanaan perkerasan beton

Acuan tetap
Bekisting dipasang
sebelum dan selama
pelaksanaan

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 48


Perkembangan peralatan untuk
pelaksanaan perkerasan beton
• Acuan gelincir : acuan bersatu dengan mesin
penghampar dan tidak ada pembongkaran
acuan

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 49


Pelapisan ulang
Pelapisan ulang, bisa
 Diatas perkerasan aspal lama
 Diatas perkerasan beton lama

Tipe pelapisan ulang


 Bonded, menyatu dengan
perkerasan lama (bila perkerasan
lama masih cukup baik)
 Unbonded , dipasang bond breaker
agar tidak menyatu dengan
perkerasan lama ( bila perkerasan
lama, sudah kurang/ tidak baik),
perkerasan lama sebagai base
kualitas tinggi.
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 50
Lapisan Pondasi Untuk Perkerasan Kaku
Maksud penggunaan lapis pondasi :
 Memenuhi kekurangan daya dukung terhadap pelat
 Memberikan ketahanan terhadap erosi akibat beban
dan keadaan lingkungan

Jenis lapisan pondasi :


 Granular material
 Lapis pondasi dengan bahan pengikat
 Batu pecah di stabilisasi semen, kapur dll
 Campuran beraspal bergradasi rapat
 Lean concrete , kekuatan 80 – 110 kg/cm2 ( 28 hari)
DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 51
Lapis Pondasi untuk perkerasan kaku

• Pengecoran lapis Lapis pondasi yang sudah


pondasi Lean Concrete jadi dan yang sudah diberi
pelat beton

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 52


Lapis Pondasi untuk perkerasan kaku

Pemecah ikatan diatas lapisan subbase dengan


pelat beton:
Memberikan permukaan yang halus dan
tahanan gesek yang seragam
Lean concrete dibuat tanpa sambungan
melintang, dimaksudkan retak dengan lebar
retak yang sempit

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 53


Penutup

 Perkerasan kaku (rigid pavement) telah


dikembangkan sejak Tahun 1939 di United
Kingdom
 Di Indonesia jalan dengan perkerasan kaku mulai
berkembang dan telah dibangun pada jalan untuk
lalu lintas berat dan daerah perkotaan
 Ketebalan konstruksi yang lebih tipis dibanding
jalan aspal, material yang dibutuhkan lebih
sedikit, sehingga menunjang kelestarian
lingkungan

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 54


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PEMUKIMAN DAN
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

Terimakasih atas perhatiannya…!

DIKLAT PERKERASAN KAKU – Modul 1: Konsep Dasar Perkerasan Kaku 55

Anda mungkin juga menyukai