Anda di halaman 1dari 114

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/353379815

100 Tanya-Jawab Permasalahan Kontrak Konstruksi Indonesia

Book · July 2021

CITATIONS READS

0 15,439

1 author:

Seng Hansen
Podomoro University
45 PUBLICATIONS   145 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PhD Project View project

Kompetisi Tesis & Artikel (KTA) View project

All content following this page was uploaded by Seng Hansen on 28 August 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Suka atau tidak, permasalahan kontraktual terkait pelaksanaan
proyek konstruksi telah dan akan terus ada. Di Indonesia,
permasalahan kontraktual proyek konstruksi merupakan suatu isu
penting yang terus terjadi dan membutuhkan jawaban-jawaban
praktis. Hal ini wajar karena permasalahan kontraktual akan terus
muncul selagi kontrak konstruksi masih terus menjadi landasan

100 Tanya-Jawab Permasalahan Kontrak Konstruksi Indonesia


dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Sepertihalnya aspek kegiatan
lainnya dalam pelaksanaan proyek konstruksi seperti aspek waktu,
aspek sumber daya, dan aspek biaya; aspek kontraktual proyek
konstruksi ada untuk dikelola dengan tepat.

Buku ini ditulis oleh akademisi sekaligus praktisi yang menekuni


100 TANYA-JAWAB
bidang Manajemen Kontrak Konstruksi. Secara umum, buku ini
merupakan sebuah karya praktis sehingga diharapkan dapat menjadi
Permasalahan Kontrak
panduan bagi para pelaku industri konstruksi, utamanya mereka yang Konstruksi Indonesia
terlibat dalam aktivitas manajemen kontrak konstruksi seperti
manajer kontrak, manajer proyek, maupun quantity surveyor. Selain
itu, buku ini juga dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa teknik sipil Seng Hansen
yang nantinya akan terjun ke dunia jasa konstruksi.

Podomoro University
Podomoro University
PRESS
PRESS
Seng Hansen

www.podomorouniversity.ac.id
100 Tanya-Jawab
Permasalahan Kontrak Konstruksi Indonesia
100 TANYA-JAWAB
PERMASALAHAN KONTRAK Penulis:
Seng Hansen
KONSTRUKSI INDONESIA
Penyunting:
Dwi Adi Sunarko, Dona Alisyah Siregar, Fani Dhuha

Proofreader:
Sri Sulastri

Desain Sampul:
Tim Markom Podomoro University

ISBN: 9786239678715
Seng Hansen
Diterbitkan oleh:

Podomoro University Press (PU PRESS)


APL Tower Lt. 5, Jl. S. Parman Kav. 28, Podomoro City
Jakarta Barat 11470
press@podomorouniversity.ac.id

Cetakan pertama, Juli 2021.

Podomoro University Press (PU PRESS) Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku
2021 tanpa ijin tertulis dari penerbit.
Isi diluar tanggungjawab percetakan.
ii
Kata Pengantar dan EPC. Perihal dokumen kontrak dan hirarkinya disajikan pada bab
5, yang diikuti dengan penjelasan terkait istilah-istilah kontrak
konstruksi pada bab 6 dan bab 7. Selanjutnya, bab 8 hingga 11
Suka atau tidak, permasalahan kontraktual terkait pelaksanaan proyek menyajikan berbagai permasalahan kontraktual terkait aspek waktu,
konstruksi telah dan akan terus ada. Di Indonesia, permasalahan biaya, mutu dan administrasi hukum. Bab 12 menjelaskan tentang
kontraktual proyek konstruksi merupakan suatu isu penting yang terus permasalahan kontraktual terkait keadaan kahar dan bab 13
terjadi dan membutuhkan jawaban-jawaban praktis. Hal ini wajar menyajikan jawaban terhadap permasalahan klaim konstruksi. Risiko
karena permasalahan kontraktual akan terus muncul selagi kontrak dan terminasi kontrak disajikan pada bab 14. Pada bab terakhir,
konstruksi masih terus menjadi landasan dalam pelaksanaan proyek permasalahan kontraktual terkait sengketa dan penyelesaiannya
konstruksi. Sepertihalnya aspek kegiatan lainnya dalam pelaksanaan diberikan secara ringkas.
proyek konstruksi seperti aspek waktu, aspek sumber daya, dan aspek
biaya; aspek kontraktual proyek konstruksi ada untuk dikelola dengan Secara umum, buku ini merupakan sebuah karya praktis terkait
tepat. manajemen kontrak konstruksi. Oleh karena itu, buku ini diharapkan
dapat menjadi panduan bagi para pelaku industri konstruksi, utamanya
Buku ini berusaha menjawab tantangan yang ada dengan menyajikan mereka yang terlibat dalam manajemen kontrak konstruksi seperti
100 permasalahan kontraktual konstruksi yang sering muncul di manajer kontrak, manajer pengadaan, maupun quantity surveyor. Di
Indonesia. Lebih dari 90% permasalahan di dalam buku ini sisi lain, buku ini tidak diharapkan menjadi suatu sumber hukum
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang dikumpulkan dari para karena permasalahan kontraktual konstruksi yang sifatnya kompleks
peserta seminar daring KMKKI pertama pada 24 Oktober 2020. dan dinamis.
Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan yang ada dijawab sesuai dengan
keilmuan manajemen kontrak konstruksi (MKK) dan dikelompokkan Melihat perkembangan industri konstruksi Indonesia, tidak tertutup
menjadi 15 bab. Bab 1 dan 2 fokus membahas manajemen kontrak kemungkinan isi dari buku ini akan terus dimuktahirkan. Pun
konstruksi sebagai sebuah disiplin keilmuan baru di Indonesia. kedepannya tidak tertutup kemungkinan untuk hadir buku-buku
Faktanya, meskipun praktek manajemen kontrak konstruksi telah lama serupa dengan lebih banyak kajian praktis terhadap permasalahan
hadir di Indonesia, hingga kini keilmuan manajemen kontrak kontraktual terkait pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia. Buku
konstruksi Indonesia belum terlalu dikenal dan berkembang. Hal ini ini sendiri hadir sebagai bagian dari program kerja Komunitas
juga ditenggarai menyebabkan banyaknya permasalahan kontraktual Manajemen Kontrak Konstruksi Indonesia (KMKKI) yang memiliki
yang muncul dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi. misi untuk mendorong kemajuan ilmu MKK di Indonesia, mendorong
terciptanya budaya ilmiah di bidang MKK, dan mendorong diseminasi
Bab 3 terdiri dari 10 pertanyaan terkait penyusunan kontrak konstruksi ilmu MKK melalui pelatihan dan pengembangan keilmuan. Tak lupa
sedangkan bab 4 fokus membahas tentang kontrak rancang bangun penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada para editor yang

iii iv
terlibat dalam koreksi isi buku ini sehingga menjadi lebih kredibel
bagi praktek manajemen kontrak konstruksi di Indonesia.

Jakarta, Juli 2021

Hormat saya,

Seng Hansen

v vi
Daftar Isi BAB 2 Manajemen Kontrak Konstruksi 11
2.1 Bagaimana prosedur dan tata cara manajemen kontrak
konstruksi? 11
2.2 Apa saja tahapan dan pengendalian kontrak yang baik dan
Kata Pengantar iii benar? 12
2.3 Kapan manajemen kontrak konstruksi dimulai dan siapa saja
Daftar Isi vii yang terlibat dalam proses tersebut? 14
Daftar Singkatan xix 2.4 Apakah pemahaman mengenai kontrak antara pemberi kerja
dengan penyedia jasa sudah sama dan seimbang? Karena
BAB 1 Mengenal Manajemen Kontrak Konstruksi 1 dalam beberapa kejadian terlihat pemberi kerja dan penyedia
1.1 Apa bedanya Manajemen Konstruksi dengan Manajemen jasa masih sering berbeda dan berselisih paham tentang
Kontrak Kontruksi? 1 pemahaman kontrak. Pemberi kerja terkadang ingin berada
1.2 Mengapa sampai dengan saat ini kita belum menemukan pada posisi diatas, bukan sebagai rekan/partner dalam proses
formulasi manajemen kontrak kontruksi yang tepat? Apa pengadaan barang/jasa sehingga terkadang memaksakan
solusinya? 2 pemahaman kontrak diluar koridor yang seharusnya. Apabila
1.3 Apakah disiplin ilmu MKK sudah ada di Indonesia? 3 hal seperti ini terjadi, apa yang harus dilakukan? 16
1.4 MKK merupakan sub bidang keilmuan yang beririsan dari 2.5 Seberapa jauh manajemen kontrak konstruksi dapat
beberapa sub bidang Teknik Sipil & bidang Non Sipil memengaruhi biaya, mutu, dan waktu pelaksanaan sebuah
(Hukum). Mohon penjelasannya karena yang satu berdasarkan proyek konstruksi? 18
fakta sedangkan yang lain berdasarkan persepsi! 4 2.6 Apakah tugas seorang manajer kontrak hanya berkaitan
1.5 Apakah kontrak konstruksi di Indonesia berbeda dengan dengan pengelolaan kontrak konstruksi? Apakah ada yang
kontrak konstruksi di luar negeri? 6 lain? 19
1.6 Apakah sudah terdapat bakuan kompetensi untuk menjadi ahli
kontrak konstruksi? Karena selama ini di PBJ pemerintah
dalam penandatanganan kontrak konstruksi senantiasa BAB 3 Penyusunan Kontrak Konstruksi 23
didampingi oleh Advokat yang seharusnya Ahli Kontrak 3.1 Bagaimana tata cara menyusun kontrak? 23
Konstruksi? 7 3.2 Apa yang harus diperhatikan ketika sedang membuat
1.7 Sebelumnya sudah ada HAKKI (Himpunan Ahli Kontrak perjanjian kontrak? 25
Konstruksi Indonesia), di LKPP ada FAKPI (Forum Ahli 3.3 Bagaimana mendapatkan kontrak yang menerapkan prinsip
Kontrak Pemerintah Indonesia), sekarang ada KMKKI kesetaraan kontrak? 27
(Komunitas Manajemen Kontrak Konstruksi Indonesia). 3.4 Adakah pilihan klausul dalam kontrak yang dapat digunakan
Apakah ada kerjasama atau koordinasi antar kumpulan ini? 9 sebagai tuntunan pengajuan perubahan klausul? 28

vii viii
3.5 Apa yang sebaiknya kontraktor lakukan jika dokumen kontrak volume bored pile pada basic design? Apakah biaya murni
dari owner terdapat banyak kesalahan/cacat dan belum ditanggung oleh kontraktor DB? 53
mengikuti aturan terbaru yang berlaku? 29
3.6 Untuk adendum kontrak, apakah memerlukan CCO terlebih
dahulu? 30 BAB 5 Dokumen Kontrak dan Hirarkinya 55
3.7 Apa itu standarisasi kontrak konstruksi? 32 5.1 Bagaimana hirarki jika terjadi perbedaan antara BOQ, gambar
3.8 Apakah ke depan kita akan punya standard form of contract? rencana dan spesifikasi? 55
36 5.2 Mengenai kekuatan kontrak terkait SSUK, SSKK dan
3.9 Adakah contoh kontrak konstruksi? 37 dokumen penawaran, secara hirarki mana yang lebih prioritas
3.10 Dalam penyusunan kontrak biasanya berdasarkan acuan yang apabila ada permasalahan yang bertentangan? 56
telah ada sebelumnya. Adakah ketentuan bila kita ingin 5.3 Bagaimana menanggapi jika pada kontrak bersifat lumpsum
merubah pasal-pasal di dalam kontrak tersebut? 38 terjadi perbedaan volume antara gambar dan BOQ, sedangkan
di dokumen kontrak tidak jelas hirarki kontraknya? Hanya ada
pertanyaan di aanwijzing yang menyebut “ketika terdapat
BAB 4 Kontrak Rancang Bangun dan EPC 41 perbedaan, semua dokumen saling terkait”? 60
4.1 Apa keuntungan dan kerugian kontrak Rancang Bangun 5.4 Apa yang membedakan kontrak konstruksi multi years dengan
(Design and Build/DB)? 41 kontrak yang bukan multi years? 61
4.2 Apakah kontrak DB tersebut hanya pada paket-paket tertentu 5.5 Untuk proyek dengan pendanaan pinjaman dari luar negeri
saja? Kapankah kontrak DB cocok diterapkan? 42 (loan) kontraknya berdasarkan FIDIC, namun dari
4.3 Bagaimana Kontrak DB bisa dibilang didapat dengan harga Kementerian PUPR mengeluarkan PMM (Project
yang tepat? Bagaimana jika penyedia memberikan desain Management Manual) sebagai pedoman. Ketika PMM dan
yang berlebihan atau malah kurang? 44 FIDIC saling bertentangan, manakah yang digunakan? 63
4.4 Mengapa sudut pandang auditor terhadap proyek lumpsum
DB sering menggunakan kacamata proyek dengan sistem unit
price? 46 BAB 6 Istilah-Istilah Kontrak Konstruksi 66
4.5 Untuk kontrak EPC/Turnkey, mengacu pada dokumen FIDIC 6.1 Apa yang dimaksud dengan unforeseen conditions? Apa
yang mana? 48 contoh item pekerjaannya? 66
4.6 Apakah pada kontrak pekerjaan yang sifatnya Lumpsum Fixed 6.2 Mengenai harga timpang, bukankah kontrak kegiatan
Price kita bisa mengajukan kerja tambah? 49 konstruksi adalah mengikat. Mengapa jika terjadi perubahan
4.7 Pada proyek DB, banyak sekali temuan-temuan yang terjadi volume pekerjaan, terdapat perubahan harga satuan dan jika
setelah audit. Bagaimana cara meminimalisir atau masuk kriteria maka dianggap sebagai harga timpang padahal
menghindari terjadinya temuan tersebut? 51 kontrak, BOQ dan DED sifatnya adalah mengikat? 67
4.8 Bagaimana bila setelah data tanah detail didapatkan ternyata 6.3 Apakah dimungkinkan kontak konstruksi menggunakan
volume bored pile bertambah sangat banyak dibanding kontrak material by owner? 68

ix x
6.4 Apa yang dimaksud HSPK/HSD yang dimunculkan setiap namun kontraktor tidak juga mendapatkan sisa pembayaran
tahun? 70 atas hasil kerjanya? 88
6.5 Sebagai seorang wakil pemilik proyek, apakah saya dapat 8.2 Bagaimana cara mengatasi perubahan bobot pekerjaan yang
menginstruksikan (instruction) kontraktor untuk sebelumnya item itu ada dan sudah terlapor di laporan akhir
melaksanakan pekerjaan tambahan sebelum persetujuan atas tahun, tapi ketika di final account dikeluarkan? 91
klaim finansialnya? 71 8.3 Apakah dalam penyusunan RAB kontrak untuk proyek diluar
6.6 Apa yang dimaksud dengan FIDIC Golden Principles? 73 Jawa sama dengan di Jawa? Ini terkait dengan upah pekerja?
92
8.4 Bagaimana menangani pihak owner yang adakalanya meminta
BAB 7 Garansi, Wanprestasi dan Sanksi 76 pekerjaan yang tidak ada di dalam lingkup pekerjaan kontrak?
7.1 Apakah Performance Bond dan Advance Payment dapat Hal ini sangat terasa kalau menangani paket rehabilitasi? 93
dicairkan oleh salah satu pihak yang bersengketa tanpa 8.5 Di proyek bendungan, ada saluran irigasi eksisting yang
persetujuan pihak lain? 76 berada tepat di atas konstruksi bendungan yang akan
7.2 Apa yang dimaksud dengan jaminan sanggah banding? 77 dibangun. Untuk scope pekerjaan pengalihan tidak ada dalam
7.3 Adakah sanksi kepada pemberi kerja apabila kontrak yang item kontrak. Apakah benar item pekerjaan tersebut sudah
dijanjikan pemberi kerja ke rekanan A 100%, namun dalam masuk dalam metode pekerjaan kami atau kami bisa
pelaksanaan 50% atau 70% diberikan ke rekanan B secara mengajukan item tambah untuk pekerjaan tersebut? 94
sepihak tanpa adanya konfirmasi ke rekanan A? 80 8.6 Bagaimana cara mengevaluasi harga penawaran dalam suatu
7.4 Bagaimana jika besaran denda keterlambatan belum proses tender pekerjaan konstruksi? 96
ditentukan sebelumnya di dalam kontrak, apakah dari nilai
keseluruhan kontrak atau dari sisa harga bagian kontrak? 82
7.5 Apakah pemilik proyek berhak atas ganti rugi keterlambatan BAB 9 Aspek Waktu 98
penyelesaian pekerjaan meskipun tidak benar-benar 9.1 Bagaimana cara mengatasi kontrak kontruksi yang terhenti
mengalami kerugian dari keterlambatan penyelesaian oleh akibat masalah pengadaan tanah yang tidak bisa dibebaskan
kontraktor? 84 oleh Panitia Pengadaan Tanah? 98
9.2 Apa yang harus dilakukan oleh kontaktor/penyedia bila lokasi
kerja belum clear sedangkan pihak owner sudah menekankan
BAB 8 Aspek Biaya 88 untuk segera kerja dan di sisi lain pihak kontraktor ingin
8.1 Pada kasus dimana sebuah pekerjaan sudah habis masa waktu menjaga hubungan kedua pihak tetap terjaga hingga pekerjaan
pelaksanaan dan setelah ditambah 50 hari kalender pekerjaan selesai? 99
belum juga selesai. Ada kebijakan dari PPK bahwa pekerjaan 9.3 Apakah cuaca tidak bisa dimasukkan dalam kontrak
tetap dilanjutkan hingga selesai oleh kontraktor. Pada saat konstruksi? Hal ini karena cuaca sangat berpengaruh pada
kontraktor mengajukan sisa pembayaran, pihak Dinas (PA dan keterlambatan pekerjaan namun juga tidak dapat diprediksi?
PPK) mengatakan uangnya tidak lagi tersedia dan kontrak 101
telah berakhir. Hingga sekarang sudah berjalan dua tahun

xi xii
9.4 Apakah masa kontrak itu sama dengan masa pelaksanaan 10.6 Apabila perbaikan sebuah cacat pekerjaan turut
pekerjaannya atau berbeda? 103 mempengaruhi bagian pekerjaan lain yang dilaksanakan oleh
9.5 Apakah konsultan MK dapat menerbitkan instruksi setelah kontraktor lain sehingga pemilik proyek harus membayar
berakhirnya masa pemeliharaan? 104 kompensasi akibat keterlambatan selama perbaikan cacat
9.6 Bagaimana jika proyek selesai di tengah masa kontrak? 105 pekerjaan tersebut, apakah pemilik proyek dapat mengklaim
9.7 Apa yang dimaksud dengan pekerjaan selesai 100% dalam kontraktor atas kompensasi yang harus dibayarkannya kepada
Perpres No. 16/2018? Apakah setelah masa pelaksanaan atau kontraktor lain? 116
setelah masa pemeliharaan berakhir? 107

BAB 11 Aspek Administrasi Hukum 118


BAB 10 Aspek Mutu 108 11.1 Bagaimana sistem kontrak di Indonesia? 118
10.1 Bagaimana perlakuannya jika terdapat perbedaan spek antara 11.2 Mengapa selama ini jarang permasalahan kontrak konstruksi
realisasi dengan dokumen kontrak? 108 dibawa ke ranah hukum? 119
10.2 Apakah kontraktor dibebaskan dari tanggung jawab apa pun 11.3 Bagaimanakah sikap ke penyedia yang tidak mau
jika pemilik proyek bersikeras untuk memperbaiki cacat mengembalikan temuan kelebihan pembayaran atas hasil
pekerjaannya sendiri atau menunjuk kontraktor lain untuk audit? 121
memperbaiki cacat pekerjaan yang ada? 109 11.4 Bagaimana mendeteksi adanya tindak kecurangan dari suatu
10.3 Pada proyek yang saya jalani terdapat perbedaan mutu antara pengadaan konstruksi? 122
RKS dan gambar DED untuk pekerjaan spun pile dia. 600 11.5 Apakah kontrak konstruksi di Indonesia harus berdasarkan
mm. Pada RKS tertulis mutu fc 42 Mpa, sedangkan pada peraturan perundangan yang berlaku? 124
gambar DED tertulis mutu fc 52 Mpa. Hirarki dokumen 11.6 Apakah kontrak konstruksi layak ditipikorisasi? 125
kontrak mengatakan bahwa RKS lebih tinggi daripada 11.7 Apakah bisa dibuatkan pasal tersendiri dalam klausul kontrak
gambar. Apakah yang sebaiknya dilakukan? 111 terkait pasal 17 ayat 2 Perpres 16/2018? 127
10.4 Pada kasus dimana klaim cacat pekerjaan timbul untuk bagian
pekerjaan yang dilaksanakan oleh subkontraktor, kemudian
kontraktor diklaim oleh employer dan menanggung kerugian. BAB 12 Keadaan Kahar 130
Apakah kontraktor dapat mengklaim kembali kerugian yang 12.1 Apabila ada force majeure yang sangat berat, apa boleh putus
ditanggung kepada subkontraktor yang telah menyelesaikan kontrak secara sepihak oleh penyedia jasa dan apakah hal ini
kontraknya? 113 dibenarkan? 130
10.5 Terdapat cacat pekerjaan pada sebuah proyek konstruksi yang 12.2 Apa pandangan terkait pelaksanaan konstruksi di masa
telah selesai. Konsultan MK menginstruksikan kontraktor pandemi COVID-19 terhadap sumber daya/tenaga kerja
untuk memperbaiki cacat tersebut, namun kontraktor enggan dimana beban biaya perawatan/penyembuhan pekerja menjadi
atau menolak instruksi tersebut. Apa yang sebaiknya tanggungan kontraktor atau subkontraktor. Sementara dalam
dilakukan? 114 kontrak tidak pernah disebutkan atau dibahas mengenai hal
ini. Kalau pun ada dianggap bagian dari klausul force

xiii xiv
majeure. Di Balikpapan, biaya yang harus ditanggung BAB 14 Risiko dan Terminasi 154
kontraktor mencapai Rp 270 juta akibat hal tersebut? 132
14.1 Jika pihak owner sudah melakukan terminasi terhadap
12.3 Bagaimana kesepakatan kontrak terjadi sebelum pandemi,
kontraktor dikarenakan kesalahan kontraktor, apakah pihak
namun ternyata akibat pandemi; kegiatan konstruksi tertunda.
Kontraktor mempunyai hak melakukan perhitungan akhir
Apa permasalahannya? 134
(final account) terhadap progress terakhir kerjanya saat
12.4 Apakah force majeure dapat menambah jangka waktu
kontrak diterminasi? 154
pelaksanaan lewat tahun dalam kontrak single year? 136
14.2 Pada kasus dimana kontraktor tidak dapat menyelesaikan
12.5 Bagaimana menyikapi kontrak pekerjaan di daerah merah atau
pekerjaan sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati, apa
berbahaya karena terdapat KKB? 137
yang akan dilakukan oleh konsultan & PPK? Diputuskan
12.6 Sebetulnya pada saat pandemi apakah pelaksanaan kontrak
kontrak atau dibuatkan adendum lagi? 155
terhambat atau mengalami kendala? 139
14.3 Hal-hal apa saja yang dapat membatalkan suatu kontrak
konstruksi baik secara sepihak maupun berdasarkan
BAB 13 Klaim Konstruksi 142 kesepakatan bersama? 156
14.4 Apakah seandainya posisi kita owner dan kontraktor
13.1 Pada saat pemeriksaan prestasi pekerjaan menyangkut klaim diterminasi, perlukah adanya final account dengan pihak
pembayaran progress pekerjaan, kadang kontraktor tidak bisa kontraktor atas apa yang dikerjakan sebelumnya sampai batas
menyajikan data secara lengkap dan oleh sebab itu kami tanggal terminasi? 159
selaku konsultan MK menolak laporan klaim progress 14.5 Kalau risiko kontrak diawal sudah diidentifikasi akan
kontraktor. Bahkan kami sebagai pengawas mengingatkan memiliki permasalahan pelik dan ternyata diteruskan,
dengan lisan dan juga tertulis dan poin ini juga kami kemudian ditengah perjalanan kontrak risiko itu berdampak
masukkan dalam SSKK (Syarat-Syarat Khusus Kontrak). Apa negatif, sebaiknya kontrak diteruskan atau diterminasi? 160
solusi bagi kami selaku konsultan MK agar permasalahan 14.6 Pada kasus dimana kontraktor melakukan pelanggaran
klasik ini tidak terus terjadi kedepannya? 142 kontrak dan diberikan surat pemberitahuan terminasi oleh
13.2 Kapan saat yang tepat untuk mengajukan klaim ke pemilik proyek. Selanjutnya pemilik proyek meminta
owner/employer? 143 kontraktor untuk meninggalkan lapangan dan menunjuk
13.3 Bagaimana mengelola klaim konstruksi? 145 kontraktor lain (urutan kedua pada pemenang tender) untuk
13.4 Bagaimana bila pekerjaan yang ditugaskan oleh Owner meneruskan pelaksanaan pekerjaan. Apakah hal ini
dengan SI tapi disaat akhir tidak diakui sebagai CCO? 147 diperkenankan sesuai prosedur FIDIC? 162
13.5 Setiap kegiatan kontrak konstruksi berpotensi terjadi sengketa 14.7 Pada kasus dimana pemilik proyek mengambil alih bagian
namun kami selaku pelaksana kegiatan selalu dianggap pekerjaan sebelum bagian tersebut telah diselesaikan
pengajuan klaim itu sebagai hal yang tabu apalagi ownernya sepenuhnya, apakah kontraktor berhak menganggap bagian
pemerintah. Bagaimana kami menyikapi hal ini? Apa yang pekerjaan tersebut telah diserahterimakan (partial
harus dilakukan? 150 completion)? 164
13.6 Apakah bisa mengajukan klaim overhead akibat 14.8 Apa penyebab realisasi pelaksanaan pekerjaan selalu telat
keterlambatan dari owner? 151 dibandingkan rencana kontraknya? 166

xv xvi
BAB 15 Sengketa dan Penyelesaian Sengketa 168
15.1 Apa yang menjadi faktor dominan penyebab konflik pada
tahap pelaksanaan proyek konstruksi? 168
15.2 Bagaimana pengaruh konflik terhadap kesuksesan proyek
dalam pelaksanaan konstruksi? 169
15.3 Permasalahan apa yang paling sering terjadi pada kontrak
konstruksi, dan bagaimana memasukkannya ke dalam regulasi
agar permasalahan tersebut dapat diminimalkan? 171
15.4 Bagaimana ketika ada beberapa klausul kontrak yang bersifat
ambigu dan terdapat konflik diantara stakeholder? 172
15.5 Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan sengketa kontrak
konstruksi? 175
15.6 Klausul apa yang harus diperhatikan agar sengketa dalam
kontrak dapat dihindari? 177
15.7 Sebelum ke BANI sebaiknya sengketa kontrak dibawa
kemana? 178

Daftar Pustaka 182


Tentang Penulis dan Penyunting 198

xvii xviii
Daftar Singkatan KKB/KSB Kelompok Kriminal Bersenjata/Kelompok Separatis
Bersenjata
KMKKI Komunitas Manajemen Kontrak Konstruksi Indonesia
Konsultan MK Konsultan Manajemen Konstruksi
AHSP Analisa Harga Satuan Pekerjaan KPA/PA Kuasa/Pengguna Anggaran
AIA American Institute of Architect KUH Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
APBN/APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah LD/LAD Liquidated Damages/Liquidated and Ascertained
APS/ADR Alternatif Penyelesaian Sengketa/Alternative Dispute Damages
Resolution LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
BANI Badan Arbitrase Nasional Indonesia Pemerintah
BAST Berita Acara Serah Terima MKK Manajemen Kontrak Konstruksi
BOQ/BQ Bill of Quantities, RAB MRK Manajemen & Rekayasa Konstruksi
BPK Badan Pemeriksa Keuangan NEC New Engineering Contract
CCO Contract Change Order, variations NOD Notice of Dissatisfaction
CIOB The Chartered Institute of Building PB Performance Bond
COVID-19 Coronavirus Disease 2019 PBJ Pengadaan Barang/Jasa
DAAB Dispute Avoidance and Adjudication Board Permen Peraturan Menteri
DB Design & Build (Rancang Bangun) Perpres Peraturan Presiden
DED Detailed Engineering Design PMM Project Management Manual
Employer Pemberi Kerja, Pemilik Proyek, Owner PP Peraturan Pemerintah
FAKPI Forum Ahli Kontrak Pemerintah Indonesia PPEs Personal Protective Equipments
FIDIC Fédération Internationale Des Ingénieurs-Conseils PPK Pejabat Pembuat Komitmen
FSKK Format Standar Kontrak Konstruksi PSBB Pembatasan Sosial Berskala Besar
HAKKI Himpunan Ahli Kontrak Konstruksi Indonesia PUPR Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
HPS Harga Perkiraan Sendiri PWD Public Works Department Malaysia
HSD Harga Satuan Dasar RAB Rencana Anggaran Biaya
HSP Harga Satuan Pekerjaan RKS Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
HSPK Harga Satuan Pokok Kegiatan SBO Supply by owner
ICE Institution of Civil Engineers SCL Society of Construction Law
JCT Joint Contracts Tribunal SI Site Instruction
SIA Singapore Institute of Architects

xix xx
SPMK Surat Perintah Mulai Kerja
SSKK Syarat-Syarat Khusus Kontrak
SSUK Syarat-Syarat Umum Kontrak
SYC/MYC Single/Multi Year Contract
Tipikor Tindak Pidana Korupsi
UAP Universitas Agung Podomoro
UU Undang-Undang
UUD Undang-Undang Dasar
UUJK Undang-Undang Jasa Konstruksi

xxi xxii
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ‘manajemen konstruksi’
BAB 1 Mengenal Manajemen Kontrak memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan dengan
‘manajemen kontrak konstruksi’ yang berfokus hanya pada
Konstruksi pengelolaan kontrak dan aspek-aspek kontraktual dalam
pelaksanaan sebuah proyek konstruksi. Meskipun demikian, MKK
menjadi sangat penting karena pelaksanaan sebuah proyek
konstruksi selalu dilandasi oleh berbagai kesepakatan yang
1.1 Apa bedanya Manajemen Konstruksi dengan tertuang di dalam kontrak.
Manajemen Kontrak Kontruksi?

Manajemen konstruksi adalah pengelolaan proyek konstruksi 1.2 Mengapa sampai dengan saat ini kita belum
yang mencakup proses perencanaan, koordinasi, pelaksanaan dan menemukan formulasi manajemen kontrak
pengendalian dari awal proyek dimulai hingga selesai.
kontruksi yang tepat? Apa solusinya?
Manajemen konstruksi bertujuan untuk memonitor dan
mengendalikan progress pelaksanaan pekerjaan sebuah proyek Setidaknya terdapat tiga faktor yang menyebabkan kondisi ini
konstruksi agar memenuhi target yang telah ditetapkan terutama terjadi. Pertama, praktek MKK di Indonesia banyak dipengaruhi
terkait aspek kualitas, biaya dan waktu pekerjaan. Sedangkan oleh berbagai praktek MKK internasional yang diadopsi dan
Manajemen Kontrak Konstruksi (MKK) didefinisikan sebagai kemudian dimodifikasi sesuai dengan kepentingan masing-masing
segala proses pengelolaan kontrak konstruksi yang mencakup personel kontrak. Akibatnya, modifikasi dilakukan terlalu bebas
aktifitas perencanaan, analisis dan eksekusi kontrak oleh para dan membentur standar praktek yang berlaku. Kedua, belum
pihak yang terlibat sesuai dengan siklus hidup kontrak konstruksi tersedianya pendidikan formal maupun profesi yang berfokus
(Hansen, 2020a). Senada dengan ini, Indramanik (2017) pada keilmuan MKK di Indonesia. Akibatnya para personel
menekankan pentingnya manajemen kontrak konstruksi sebagai kontrak di Indonesia tidak mendapatkan keilmuan MKK yang
pedoman dan alat pengendalian pelaksanaan pekerjaan konstruksi. sesuai dengan standar praktek nasional maupun internasional. Di
Hal ini penting mengingat kontrak konstruksi memiliki empat luar negeri, seperti di Malaysia, keilmuan MKK merupakan salah
peranan penting dalam pelaksanaan pekerjaan, yaitu: (1) membuat satu jurusan S2 yang dapat dipelajari oleh para mahasiswa
sebuah hubungan yang berkekuatan hukum; (2) mendistribusikan maupun pelaku industri konstruksi yang tertarik di bidang MKK.
risiko; (3) menyatakan semua hak, kewajiban dan tanggung jawab Ketiga, belum terdapat pedoman dan peraturan yang baku
para pihak berkontrak; dan (4) menyatakan semua peristiwa, mengenai standar praktek MKK di Indonesia. Pedoman dan
kondisi dan prosedur berkontrak (Hansen, 2017a). peraturan yang ada banyak yang mengalami perubahan dan revisi
guna mencari bentuk MKK yang sesuai untuk diterapkan di

1 2
Indonesia. Salah satu pedoman penting yang harus ada terkait Di Indonesia, belum terdapat disiplin ilmu MKK pada tingkat
dengan kompetensi personel MKK di Indonesia. Magister (S2). Padahal program studi Magister MKK sangat
berpotensi untuk diselenggarakan mengingat pertumbuhan
KMKKI hadir untuk menjembatani hal tersebut. Sesuai dengan
industri konstruksi yang pesat di Indonesia sehingga tentu
visinya, KMKKI didirikan untuk mendorong peran seluruh
membutuhkan para profesional dengan kompetensi yang
lapisan masyarakat, terutama para profesional dan peneliti, dalam
mumpuni termasuk di bidang MKK.
memajukan ilmu MKK yang unggul di Indonesia sehingga dapat
meningkatkan kompetensi para anggotanya. Kehadiran KMKKI Untuk tingkat Sarjana/Diploma (S1/D4), saat ini KMKKI telah
diharapkan dapat berkontribusi dalam diseminasi keilmuan MKK bekerja sama dengan program studi Manajemen & Rekayasa
di Indonesia sesuai dengan standar praktek internasional sembari Konstruksi (MRK) Universitas Agung Podomoro (UAP) dalam
menjunjung kebijaksanaan lokal yang berkembang di Indonesia. memperkenalkan dan memperdalam keilmuan MKK kepada
mahasiswa-mahasiswi tingkat D4. Dengan demikian, MKK
menjadi salah satu mata kuliah unggulan pada prodi MRK UAP.
1.3 Apakah disiplin ilmu MKK sudah ada di Kedepannya KMKKI turut mengupayakan penyelenggaraan
Indonesia? Magister Manajemen Kontrak Konstruksi di Indonesia.

Secara umum dapat dikatakan disiplin ilmu Manajemen Kontrak


Konstruksi (MKK) belum terlalu berkembang di Indonesia. 1.4 MKK merupakan sub bidang keilmuan yang
Biasanya MKK hanya diberikan sekilas sebagai sebuah mata
beririsan dari beberapa sub bidang Teknik Sipil
kuliah pada kurikulum Teknik Sipil dengan konsentrasi
& bidang Non Sipil (Hukum). Mohon
Manajemen Konstruksi atau bahkan hanya sebagai salah satu
topik dalam mata kuliah Manajemen Konstruksi.
penjelasannya karena yang satu berdasarkan fakta
sedangkan yang lain berdasarkan persepsi!
Di luar negeri, sudah terdapat beberapa universitas yang
menawarkan disiplin ilmu MKK pada tingkat Magister (S2) Manajemen Kontrak Konstruksi (MKK) merupakan suatu
seperti Master in Construction Contract Management di keilmuan baru yang hadir untuk memfasilitasi kebutuhan di
Universiti Teknologi Malaysia; Master in Contract, Claim and industri konstruksi yang kian dinamis dan kompleks. Mengingat
Delay Management in Construction Works di Polytechnic pentingnya hubungan legal antara para pihak berkontrak dalam
University of Milan; Master in Construction Law & Management suatu proyek konstruksi, aspek manajemen kontrak konstruksi
di Leuphana University; dan Master of Construction Law di menjadi vital pula agar pengelolaan suatu pelaksanaan proyek
Melbourne University dan Massey University. konstruksi berjalan lancar sesuai dengan kesepakatan para pihak.

3 4
Sebagai suatu keilmuan baru, MKK merupakan suatu ilmu pekerjaan yang membutuhkan suatu penyelesaian. Menurut Putri
interdisiplin yang berkaitan dengan ilmu teknik sipil (civil dan Arifin (2018), penyelesaian suatu perkara pelanggaran hukum
engineering), ilmu manajemen proyek (project management), merupakan suatu proses hukum yang dilaksanakan sesuai dengan
ilmu ukur bahan (quantity surveying) dan ilmu hukum konstruksi peraturan yang berlaku di Indonesia. MKK hadir untuk
(construction law). Disini, MKK melibatkan proses negosiasi memastikan terpenuhinya aspek-aspek ini dalam suatu hubungan
ketentuan dan syarat kontrak, memastikan pemenuhan kontraktual pelaksanaan proyek konstruksi.
kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak,
mengidentifikasi risiko dan memitigasi konflik kontraktual,
melaksanakan dokumentasi, menghitung perubahan pekerjaan, 1.5 Apakah kontrak konstruksi di Indonesia berbeda
dan melaksanakan amandemen kontrak apabila diperlukan. dengan kontrak konstruksi di luar negeri?
Menjawab pertanyaan di atas, KMKKI berpendapat bahwa MKK Pada hakekatnya, kontrak konstruksi di Indonesia tidak jauh
merupakan keilmuan yang berdasarkan aspek pengelolaan teknis berbeda dengan kontrak konstruksi yang berlaku di negara lain.
dan administratif kontrak konstruksi. Baik aspek keteknikan Keduanya sama-sama berperan sebagai landasan utama dalam
maupun aspek non-teknis seperti hukum, keduanya berdasarkan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Perbedaan yang ada umumnya
dasar keilmuan yang sah dan bukan sekedar persepsi. Bahkan terletak pada bahasa, istilah dan syarat-syarat yang ditentukan
MKK menjadi penting sebagai sebuah keilmuan yang membahas berdasarkan hukum yang berlaku di negara tersebut. Perbedaan ini
secara mendalam aspek hukum konstruksi dan kontrak konstruksi dapat menjadi mencolok apabila dibandingkan antara kontrak
pada suatu pelaksanaan proyek sehingga secara legal dan konstruksi dari negara yang menganut Hukum Sipil (seperti
kontraktual menjamin kesesuaian pelaksanaan proyek konstruksi Indonesia, Belanda, Tiongkok) dengan kontrak konstruksi dari
tersebut sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. negara yang menganut Hukum Umum (seperti Inggris, Malaysia,
Hal ini mengingat adanya suatu hubungan timbal balik (hak dan Singapura).
kewajiban) antara para pihak berkontrak, yaitu employer dan Sebagai contoh, istilah keadaan kahar (force majeure) umumnya
kontraktor sehingga diperlukan adanya pemenuhan aspek hukum diterima dan diberlakukan pada kontrak konstruksi di negara-
guna mengendalikan keadilan dalam hubungan kontraktual negara yang menganut sistem Hukum Sipil seperti Indonesia. Hal
tersebut (As’adi, 2011). Menurut Harahap (1997) dalam As’adi ini dikarenakan konsep keadaan kahar merupakan doktrin unik
(2011), keadilan yang dikehendaki hukum harus mencapai nilai yang terdapat di perundang-undangan Hukum Sipil. Oleh
persamaan (equality), hak asasi individu (individual rights), karenanya, kontrak-kontrak konstruksi di negara berbasis Hukum
kebenaran (truth), kepatuhan (obedience) dan perlindungan Sipil memuat klausul tentang keadaan kahar. Meskipun pada
masyarakat (protection of public interest). Demikian pula potensi kontrak tersebut tidak dituangkan kesepakatan terkait klausul
terjadinya suatu sengketa konstruksi selama pelaksanaan

5 6
keadaan kahar, maka secara hukum klausul ini tetap berlaku. Hal 1) Menerapkan peraturan perundang-undangan terkait
ini berbeda dengan kontrak-kontrak konstruksi di negara berbasis dengan kontrak konstruksi;
Hukum Umum. Mereka tidak mengenal istilah keadaan kahar 2) Melakukan komunikasi di tempat kerja;
(meskipun pada tingkat tertentu mereka mengenal doktrin 3) Merencanakan strategi pengadaan kontrak konstruksi;
impossibility dan impracticability). 4) Membuat dokumen kontrak konstruksi;
5) Mengkaji kontrak konstruksi;
Dengan demikian, secara garis besar kontrak konstruksi di suatu
6) Menentukan teknik dan strategi negosiasi kontrak
negara dikembangkam menyesuaikan dengan sistem hukum yang
konstruksi;
dianut negara tersebut dan praktik industri konstruksi yang ada di
7) Mengendalikan kontrak kerja konstruksi;
negara tersebut. Hal ini dikarenakan dalam pengembangan dan
8) Menyelesaikan perselisihan kontrak konstruksi;
penerapannya, kontrak konstruksi harus memenuhi dua aspek
9) Mengevaluasi kegagalan bangunan dari aspek kontraktual
penting yaitu aspek legal dan aspek bisnis konstruksi (Hansen,
dan komersial;
2015).
10) Menyusun laporan pekerjaan kontrak kerja konstruksi.

Kedua adalah standar kompetensi oleh BNSP/LKPP yang


1.6 Apakah sudah terdapat bakuan kompetensi untuk ditetapkan melalui Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik
menjadi ahli kontrak konstruksi? Karena selama Indonesia No. 70/2016 tentang Penetapan Standar Kompetensi
ini di PBJ pemerintah dalam penandatanganan Kerja Nasional Indonesia Bidang Pengadaan Barang/Jasa. Dalam
SKKNI ini terdapat dua puluh sembilan (29) unit kompetensi
kontrak konstruksi senantiasa didampingi oleh
yang dikelompokkan dalam empat fungsi inti, yaitu:
Advokat yang seharusnya Ahli Kontrak
Konstruksi? 1) Merencanakan pengadaan barang/jasa dengan enam unit
kompetensi;
Saat ini terdapat dua standar kompetensi terkait ahli kontrak 2) Memilih penyedia pengadaan barang/jasa dengan
konstruksi. Pertama adalah SKKNI Kompetensi Ahli Kontrak sembilan unit kompetensi;
Kerja Konstruksi yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri 3) Mengelola kontrak dan swakelola pengadaan barang/jasa
Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 88/2015 tentang dengan sembila unit kompetensi;
Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada 4) Mengelola logistik, kinerja dan risiko dengan lima unit
Jabatan Kerja Ahli Kontrak Kerja Konstruksi. SKKNI ini memuat kompetensi.
sepuluh (10) unit kompetensi yaitu:
Perihal anggapan bahwa penandatangan kontrak konstruksi dalam
PBJ Pemerintah harus didampingi oleh advokat dan bukan ahli

7 8
kontrak konstruksi, KMKKI menilai hal tersebut sah-sah saja Pembinaan Konstruksi – Kementerian Pekerjaan Umum sejak
selagi advokat yang mendampingi telah memenuhi kompetensi tahun 2010. Didirikannya KMKKI merupakan bentuk nyata
dan berpengalaman dalam pengelolaan kontrak konstruksi. sumbangsih alumni untuk turut berperan aktif mengembangkan
Namun KMKKI sendiri menganjurkan penandatangan kontrak ilmu MKK di Indonesia melalui tiga fokus utama KMKKI, yaitu:
konstruksi sebaiknya senantiasa dilakukan oleh ahli kontrak perkumpulan (gathering), penelitian (research), dan pelatihan
konstruksi yang memang telah memenuhi kompetensi dan (training).
pengalaman yang sesuai dalam pengelolaan proyek konstruksi.
Sesuai dengan misi pertama KMKKI yaitu ‘mendorong kemajuan
ilmu MKK di Indonesia dengan kolaborasi lintas lapisan
masyarakat, terutama pemerintah, praktisi profesional, dan
1.7 Sebelumnya sudah ada HAKKI (Himpunan Ahli akademisi’, KMKKI selalu terbuka untuk menjalin Kerjasama
Kontrak Konstruksi Indonesia), di LKPP ada dengan berbagai pihak yang mendukung visi dan misi KMKKI.
FAKPI (Forum Ahli Kontrak Pemerintah
Indonesia), sekarang ada KMKKI (Komunitas Dalam fokusnya, KMKKI merupakan sebuah perkumpulan untuk
mengembangkan keilmuan MKK di Indonesia dan meningkatkan
Manajemen Kontrak Konstruksi Indonesia).
kompetensi anggotanya dengan menitikberatkan pada aspek
Apakah ada kerjasama atau koordinasi antar
‘manajemen’ kontrak konstruksi. Dengan demikian, KMKKI
kumpulan ini? tidak sekedar membahas prinsip dan teknik perancangan kontrak,
KMKKI hadir dengan visi menjadi wadah bagi masyarakat yang tetapi menyangkut keseluruhan aspek manajemen kontrak
tertarik dalam pengembangan keilmuan Manajemen Kontrak konstruksi mulai dari tahap pra-kontrak, kontrak dan pasca
Konstruksi (MKK) di Indonesia. Untuk itu, KMKKI bertujuan ditandatanganinya kontrak.
mendorong peran seluruh lapisan masyarakat, terutama para
profesional dan peneliti, dalam memajukan ilmu MKK yang
unggul di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kompetensi
para anggotanya.

Kehadiran KMKKI dapat menjadi salah satu tonggak penting bagi


perkembangan keilmuan MKK di Indonesia. KMKKI didirikan
oleh para praktisi dan peneliti yang merupakan alumni Pasca
Sarjana (S2) Keahlian Bidang Manajemen Kontrak Konstruksi
(Construction Contract Management) dari Universiti Teknologi
Malaysia (UTM) yang memperoleh beasiswa dari Badan

9 10
2.2 Apa saja tahapan dan pengendalian kontrak yang
BAB 2 Manajemen Kontrak Konstruksi baik dan benar?

Terdapat tiga tahapan utama dalam sebuah siklus hidup


manajemen kontrak konstruksi yaitu: tahap pra-kontrak, tahap
2.1 Bagaimana prosedur dan tata cara manajemen kontrak disahkan, dan tahap paska kontrak disahkan.
kontrak konstruksi? Kompleksitas masing-masing tahapan ini berbeda-beda
menyesuaikan dengan kebutuhan. Secara umum, tahap pra-
Masing-masing organisasi proyek dapat mengembangkan dan kontrak memuat prosedur inisiasi atau dimulainya suatu kontrak,
menerapkan prosedur manajemen kontrak konstruksi mereka perencanaan kontrak, formulasi strategi kontrak, negosiasi dan
sendiri. Namun prosedur manajemen kontrak ini harus mengacu penyusunan draft kontrak. Pada tahap ini, penting bagi para pihak
pada kontrak konstruksi yang telah disepakati oleh para pihak. untuk menyediakan sumber daya yang cukup (waktu, tenaga,
Secara umum, prosedur manajemen kontrak konstruksi—atau biaya, dll) agar memastikan segala ketentuan dalam kontrak telah
lebih dikenal dengan sebutan administrasi kontrak—merupakan disepakati bersama.
proses untuk memastikan kinerja kontraktor memenuhi
Selanjutnya, setelah perencanaan dan penyusunan kontrak selesai,
persyaratan kontraktual (PMI, 2003). Prosedur ini meliputi
tahap pengesahan kontrak dilakukan yang mencakup evaluasi
banyak aspek termasuk diantaranya aspek legal, aspek finansial,
proposal penawaran, melakukan negosiasi lanjut, penyeleksian
dan aspek klaim serta penyelesaian sengketa.
hingga penandatangan kontrak. Tahap paska kontrak mengikuti
Beberapa contoh ketentuan di dalam kontrak yang membahas yang mencakup eksekusi kontrak dan pengendalian kontrak.
prosedur manajemen kontrak adalah sebagai berikut. Keseluruhan aktifitas dalam tahap ini lebih sering disebut
administrasi kontrak. Inti dari tahap paska kontrak ini adalah
 Pemberitahuan;
untuk memastikan pelaksanaan kontrak konstruksi di lapangan
 Seleksi dan persetujuan subkontraktor dan supplier; hingga penyelesaian pekerjaan yang ditandai dengan pengakhiran
 Perubahan pekerjaan; kontrak.
 Pelaporan progress pekerjaan;
 Pengajuan klaim konstruksi; Terkait pengendalian kontrak, Carausan (2017) menjelaskannya
 Penyelesaian sengketa; sebagai sebuah tahapan yang membantu para pihak berkontrak
 Penyelesaian kontrak. dalam: melakukan observasi dan mendapatkan data kualitatif
terkait seberapa bagus pekerjaan telah dilaksanakan;
memverifikasi pencapaian hasil/kebutuhan melalui barang/jasa

11 12
yang dikerjakan; menentukan tingkat yang dibutuhkan untuk meliputi notifikasi, penyampaian laporan, maupun
mencapai sebuah hasil dari aktifitas yang dilakukan oleh para negosiasi dengan pihak lain terkait penyelesaian
pihak; dan mengukur dampak barang/jasa terhadap aktifitas para permasalahan yang ada.
pihak. Dengan demikian, pengendalian kontrak merupakan salah 4) Tahap konklusi, yaitu penyelesaian terhadap suatu
satu aspek penting dalam manajemen kontrak konstruksi terutama permasalahan kontraktual yang terjadi di lapangan.
dalam penilaian kinerja kontrak. Penyelesaian diperlukan untuk mengakhiri permasalahan
tersebut sesuai dengan kesepakatan hasil negosiasi yang
Prosedur pengendalian kontrak sendiri bervariasi tergantung
dibuat dan menuangkannya secara tertulis.
dengan ketentuan yang telah dituangkan di dalam kontrak. Secara
ringkas, prosedur pengendalian kontrak terdiri dari: Untuk memudahkan tahap pengendalian kontrak, berikut adalah
sebuah contoh lembar pengendalian kontrak yang sederhana.
1) Tahap kajian kontrak, yaitu melakukan kajian atau reviu
terhadap ketentuan-ketentuan kontrak dan penerapannya Pekerjaan/nama proyek (silakan diisi)
di lapangan. Contohnya, kajian terkait ketentuan dalam Tipe kontrak
laporan progres pekerjaan, kajian terkait ketentuan Tanggal mulai observasi
pengajuan klaim, dll. Aktifitas yang diobservasi
2) Tahap analisis, yaitu melakukan analisis mendalam terkait Penanggung jawab
fenomena atau permasalahan kontraktual yang terjadi di Frekuensi pengendalian
Aspek yang perlu diobservasi/kajian
lapangan. Dalam melakukan analisis, manajer kontrak
Teknik dokumentasi
dapat melakukan berbagai teknik pengumpulan data
Hasil observasi/analisis
aktual (seperti kunjungan lapangan, observasi langsung,
Rekomendasi/tindak lanjut
pencatatan dan pengukuran data) dan berdiskusi untuk
Status/konklusi
memperoleh gambaran yang lebih fokus dan detail terkait Penyampaian laporan kepada
suatu permasalahan kontraktual yang harus dikendalikan.
3) Tahap aksi, yaitu melakukan aksi untuk menindaklanjuti
fenomena atau permasalahan kontraktual yang terjadi di 2.3 Kapan manajemen kontrak konstruksi dimulai
lapangan. Disini, manajer kontrak dapat memanfaatkan dan siapa saja yang terlibat dalam proses
data dan analisis yang telah dilakukan untuk mengambil
langkah-langkah atau rekomendasi yang diperlukan dalam tersebut?
mengatasi dampak negatif dari permasalahan yang ada.
Manajemen kontrak konstruksi merupakan suatu proses
Dalam melakukan aksi, manajer kontrak akan merujuk
mengelola aktifitas kontrak konstruksi dari awal hingga akhir
kembali pada prosedur yang terdapat di dalam kontrak,

13 14
untuk memastikan para pihak telah memenuhi kewajiban persiapan tender, pengembangan kontrak, klarifikasi/aanwizjing,
kontraktualnya. Proses ini melibatkan banyak pihak namun dan evaluasi penawaran.
berfokus pada para pihak yang berkontrak. Misalnya, pada
kontrak konstruksi, antara employer dengan kontraktor utama.
Atau pada kontrak sub, antara kontraktor utama dengan 2.4 Apakah pemahaman mengenai kontrak antara
subkontraktornya.
pemberi kerja dengan penyedia jasa sudah sama
Disini, peranan manajer kontrak konstruksi ataupun staf
dan seimbang? Karena dalam beberapa kejadian
administrasi kontrak menjadi penting untuk memastikan masing-
masing pihak telah menjalankan hak dan kewajiban terlihat pemberi kerja dan penyedia jasa masih
kontraktualnya. Mereka bertugas untuk membuat keputusan sering berbeda dan berselisih paham tentang
terkait masalah kontraktual (atau memberikan masukan kepada
pihak yang berwenang mengambil keputusan), memastikan pemahaman kontrak. Pemberi kerja terkadang
pelaksanaan ketentuan kontrak berjalan sesuai dengan ingin berada pada posisi diatas, bukan sebagai
prosedurnya, dan menyediakan informasi terkait dokumen kontrak
rekan/partner dalam proses pengadaan
dengan tepat waktu untuk mencapai tujuan proyek dalam
menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan. barang/jasa sehingga terkadang memaksakan
Selain itu, mereka juga memiliki peran penting dalam pemahaman kontrak diluar koridor yang
mengidentifikasi risiko kontraktual yang mungkin terjadi, seharusnya. Apabila hal seperti ini terjadi, apa
meminimalkan potensi konflik dan sengketa kontraktual yang
mungkin muncul, mempersiapkan klaim konstruksi manakala yang harus dilakukan?
peristiwa klaim terjadi, dan melakukan negosiasi terkait aspek
Pada prakteknya, tingkat pemahaman mengenai kontrak
kontraktual dalam pelaksanaan pekerjaan.
konstruksi bisa berbeda-beda tergantung pada tingkat pemahaman
Secara umum, sebuah siklus hidup (life cycle) manajemen kontrak para pihak mengenai manajemen kontrak konstruksi. Pada
konstruksi dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu: pra-kontrak, hakekatnya, wajar apabila para pihak berusaha mengedepankan
kontrak, dan paska-kontrak ditandatangani. Dengan demikian, kepentingan perusahaan mereka masing-masing. Namun di sisi
manajemen kontrak konstruksi telah dimulai jauh sebelum lain, ketimpangan yang terjadi akibat ketidaksetaraan dan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi itu sendiri dimulai, yaitu pada ketidakadilan secara kontraktual sangat berpotensi menimbulkan
saat pra-kontrak yang mencakup kegiatan inisiasi proyek, konflik dan sengketa yang pada akhirnya mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan suatu proyek konstruksi.

15 16
Pada kenyataannya, kita tidak dapat selalu beranggapan bahwa KMKKI menilai bahwa penggunaan FSKK seperti FIDIC dapat
employer atau pemberi kerja berada pada posisi di atas. Tidak mengurangi potensi konflik akibat diskriminasi dan ketimpangan
jarang pula kontraktor yang berada di posisi yang menguntungkan kontraktual. Hal ini dikarenakan FSKK yang diterbitkan oleh
dalam negosiasi kontrak. Hal ini lebih bergantung pada tingkat FIDIC berpijak pada alokasi risiko yang adil dan logis – yang
penguasaan materi para pihak terhadap suatu kondisi proyek merupakan aspek vital dalam negosiasi kontrak.
konstruksi. Misalnya, kontraktor dapat mendikte negosiasi
kontrak dengan employer yang masih awam dengan proyek
konstruksi. 2.5 Seberapa jauh manajemen kontrak konstruksi
Meskipun tidak banyak, beberapa literatur terdahulu telah dapat memengaruhi biaya, mutu, dan waktu
membahas tentang aspek kesetaraan dan keadilan dalam
pelaksanaan sebuah proyek konstruksi?
berkontrak. Wilhelmsson (2000) menyebutnya sebagai
diskriminasi dalam hubungan kontraktual. Dalam sebuah studi Kontrak konstruksi memegang peranan penting sebagai landasan
yang menginvestigasi dua studi kasus interaksi klien-kontraktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Menurut
terkait norma keadilan dalam industri konstruksi, argumen- Hansen (2017), kontrak konstruksi memiliki empat peranan, yaitu:
argumen keadilan memainkan peran penting dalam negosiasi dan
interaksi proyek (Kadefors, 2005). Pada akhirnya, ini akan 1) membuat sebuah hubungan yang berkekuatan hukum;
menentukan kinerja kontraktual para pihak. 2) mendistribusikan risiko;
3) menyatakan semua hak, kewajiban dan tanggung jawab
Menanggapi aspek kesetaraan dan keadilan dalam berkontrak, dari para pihak;
maka penting bagi para pihak untuk memahami risiko kontraktual 4) menyatakan semua peristiwa, syarat dan prosedur
yang ada. Disini, peran ahli kontrak konstruksi sangat vital untuk berkontrak.
mengidentifikasi dan mendistribusikan risiko kontrak kepada para
pihak yang paling mampu mengelolanya. Selain itu, KMKKI Manajemen kontrak konstruksi mencakup keseluruhan proses
hadir untuk memberikan pembelajaran dan meningkatkan pengelolaan kontrak konstruksi mulai dari tahap pra-kontrak,
pemahaman para pemangku kepentingan Indonesia terkait kontrak hingga pasca-kontrak agar pelaksanaan pekerjaan
manajemen kontrak konstruksi yang baik dan benar. konstruksi berjalan sebagaimana mestinya dan proyek dapat
diselesaikan sesuai dengan kesepakatan bersama. Disini, terlihat
Untuk memastikan terwujudnya aspek kesetaraan dan keadilan bahwa manajemen kontrak konstruksi sangat mempengaruhi tiga
dalam kontrak konstruksi, para pihak dapat memanfaatkan format pilar proyek (iron triangle) yaitu waktu, biaya dan mutu proyek.
standar kontrak konstruksi (FSKK/standard form of construction Hal ini dikarenakan kriteria keberterimaan ketiga pilar ini harus
contract) yang sudah ada. Serupa dengan pendapat Kinlan (2016), disepakati dan dituangkan di dalam kontrak konstruksi. Sebagai

17 18
contoh, durasi waktu pelaksanaan harus dituangkan secara jelas di mempelajari legalitas suatu kontrak, mengkaji ketentuan dan
dalam kontrak konstruksi. Tanpa adanya durasi pelaksanaan yang syarat-syarat suatu kontrak, dan membantu negosiasi kontrak
jelas, proyek dapat dilaksanakan dan diselesaikan dalam kurun dengan pihak lainnya.
waktu yang tidak terbatas (time at large) sehingga merugikan
Dengan demikian, secara umum tugas dan tanggung jawab
salah satu pihak. Contoh lainnya terkait alokasi risiko di dalam
manajer kontrak konstruksi adalah sebatas hal-hal yang terkait
kontrak, yaitu tanggung jawab desain pada kontrak konvensional.
dengan kontrak konstruksi. Bahkan itu pun dapat dikatakan tugas
Apabila terjadi keterlambatan persetujuan desain dari konsultan
seorang manajer kontrak sudah sangat banyak dan luas. Hal ini
perencana kepada kontraktor, maka kontraktor berhak atas
mengingat kontrak merupakan landasan hukum bagi para pihak
perpanjangan waktu akibat keterlambatan ini.
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dimana mereka terlibat
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Mutua, Waiganjo, dan sejak masa pra-kontrak, penandatangan kontrak, hingga kontrak
Oteyo (2014), ditemukan bahwa manajemen kontrak secara konstruksi tersebut berakhir.
esensial memiliki korelasi positif dengan kinerja proyek. Adapun
Sebagai ilustrasi, seorang manajer kontrak bertanggung jawab
kinerja proyek yang diteliti mencakup aspek waktu, biaya, mutu
dalam:
dan kepuasan klien. Sedangkan indikator manajemen kontrak
yang diteliti mencakup tipe kontrak (dalam studi ini yaitu fixed- • Mempersiapkan tender;
price), tingkat kepentingan tujuan proyek, kepuasan terhadap goal • Mengkaji dokumen tender;
proyek, alternatif penyelesaian sengketa, kriteria keberterimaan • Menyiapkan dan mempresentasikan proposal proyek (dari
dari barang/jasa, dan kriteria keberterimaan pada tiap tahapan aspek kontraktualnya);
proyek. • Melaksanakan rapat-rapat dengan pihak lain untuk
menyepakati berbagai hal;
• Menyiapkan rencana-rencana dan estimasi anggaran dan
2.6 Apakah tugas seorang manajer kontrak hanya waktu (dalam hal ini seorang manajer kontrak akan
berdiskusi dengan tim teknis terkait estimasi anggaran dan
berkaitan dengan pengelolaan kontrak
waktu penyelesaian pekerjaan);
konstruksi? Apakah ada yang lain? • Berdiskusi dan bernegosiasi dengan pihak lain;
• Menyepakati anggaran dan waktu dengan pihak lain;
Seorang manajer kontrak konstruksi bertanggung jawab secara • Hadir dan mendampingi perwakilan masing-masing pihak
penuh terhadap pengelolaan kontrak konstruksi baik di proyek pada saat penandatangan kontrak;
ataupun di kantor pusat. Dalam melaksanakan tugasnya, mereka • Mengelola skedul dan anggaran konstruksi;
dibantu oleh staf administrasi kontrak. Mereka semua

19 20
• Mengidentifikasi berbagai risiko kontraktual dalam
pelaksanaan konstruksi;
• Menangani biaya-biaya tak terduga yang mungkin muncul
selama pelaksanaan konstruksi;
• Menghadiri rapat terkait progress pekerjaan;
• Melaksanakan kunjungan lapangan untuk memonitor
progress pekerjaan;
• Mengajukan termin atas progress pekerjaan yang telah
dilaksanakan;
• Bertindak mewakili tim proyek sebagai narahubung
utama dengan pihak lainnya;
• Bekerjasama dengan pihak lain untuk memastikan semua
orang yang terlibat memahami peranan dan
tanggungjawabnya secara kontraktual;
• Memastikan proyek memenuhi spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan;
• Mengelola kontrak dengan pihak ketiga seperti
subkontraktor dan pemasok;
• Menyiapkan laporan akhir pekerjaan;
• Mengajukan, menghitung, mengkaji, dan menegosiasikan
klaim konstruksi;
• Dan hal-hal lain terkait aspek kontrak konstruksi.

Melihat luasnya cakupan tugas dan tanggung jawabnya, seorang


manajer kontrak harus bekerja sama dengan berbagai spesialis di
dalam tim-nya maupun dengan pihak lain.

21 22
perbedaan dari model format standar kontrak dengan kontrak
BAB 3 Penyusunan Kontrak Konstruksi modifikasi yang disepakati bersama.

Pada saat penyusunan kontrak konstruksi, pastikan pula bahwa


para pihak telah menyepakati dengan jelas hal-hal yang harus ada
di dalam kontrak, termasuk ketentuan dan prosedur kontraktual.
3.1 Bagaimana tata cara menyusun kontrak?
Usahakan untuk menyusun kontrak dengan kerangka yang logis
Pada praktiknya, jarang untuk menyusun kontrak dari awal. dan terorganisir dengan baik. Gunakan bahasa yang jelas,
Biasanya manajer kontrak akan merujuk pada suatu model standar sederhana dan tepat untuk menghindari ambiguitas. Upayakan
kontrak konstruksi yang sudah ada dan kemudian dimodifikasi masing-masing klausul hanya fokus membahas terkait satu pokok
sesuai dengan kondisi proyek yang ditenderkan. Adapun poin pembahasan.
utama dari keseluruhan aspek kontrak adalah untuk menuangkan Selanjutnya, pada saat draft kontrak telah dibuat, para pihak
kesepakatan ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa yang mudah sebaiknya melakukan kajian atau reviu dengan mengecek hal-hal
dipahami para pihak. Dengan demikian, penyusunan sebuah yang ambigu atau membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Setelah
kontrak konstruksi harus dilakukan dengan prinsip hitam di atas mengkaji ulang draft tersebut, baca ulang keseluruhan dokumen
putih (tertulis) dan mudah dipahami. kontrak untuk melihat apakah ada kontradiksi antara satu bagian
Praktek dan prosedur penyusunan kontrak bervariasi tergantung dengan bagian lainnya. Selain itu, dianjurkan pula untuk meminta
pada tingkat kompleksitas pekerjaan konstruksi. Secara umum, ahli kontrak lain untuk memeriksa draft tersebut agar dapat
penyusunan kontrak berada pada tahap pra kontrak. Tahap ini menemukan kontradiksi yang mungkin terlewat oleh penyusun
seringkali diremehkan padahal vital bagi para pihak yang kontrak.
bernegosiasi untuk menyediakan sumber daya yang memadai pada Pada prakteknya, proses negosiasi dan penyusunan kontrak dapat
tahap ini sehingga klarifikasi tanggung jawab dan peranan berjalan alot dan oleh karenanya tidak jarang draft kontrak harus
masing-masing pihak menjadi jelas dan kesepakatan-kesepakatan mengalami beberapa kali revisi dan kajian. Apanian (2016)
tertuang dengan baik dalam dokumen kontrak. Dengan kata lain, memberikan beberapa tips praktis dalam menyusun kontrak
tahap ini penting untuk memfasilitasi proses penyusunan dan konstruksi sebagai berikut:
meminimalkan potensi sengketa di kemudian hari.
1) Pilih jenis kontrak yang tepat;
Kontrak sendiri merupakan kesepakatan kedua belah pihak. 2) Koordinasikan dokumen-dokumen kontrak;
Apabila terdapat perubahan atau modifikasi dari klausul standar, 3) Alokasi risiko;
maka sebaiknya diberi penegasan atau disajikan dalam bagian 4) Identifikasi kewajiban para pihak;
terpisah. Ini berguna untuk memudahkan para pihak mengetahui

23 24
5) Periksa peraturan dan persyaratan setempat; Verifikasi informasi ini penting untuk meyakinkan salah satu
6) Perhatikan general considerations dalam kontrak; pihak terkait kredibilitas pihak lainnya, meminimalkan
7) Usahakan kontrak tetap bersih, jelas dan padat; potensi konflik, dan memetakan potensi risiko yang perlu
8) Sediakan waktu yang cukup untuk menyusun kontrak dipertimbangkan oleh salah satu pihak dalam berkontrak.
dengan benar;
(3) Pelajari isi kontrak
9) Bersikap adil kepada para pihak;
10) Finalisasi ketentuan yang ada di dalam kontrak. Para pihak yang menyusun dokumen kontrak perlu
memahami bahasa dan isi kontrak yang dibuat. Untuk itu,
peranan seorang manajer kontrak mutlak diperlukan agar isi
3.2 Apa yang harus diperhatikan ketika sedang dan ketentuan di dalam kontrak telah mencerminkan
kesepakatan yang diambil oleh para pihak. Apalagi terkait
membuat perjanjian kontrak?
kontrak konstruksi yang termasuk kontrak spesifik terkait
Terdapat banyak hal yang harus diperhatikan ketika kita akan aspek-aspek keteknikan sehingga diperlukan kecermatan dan
membuat kontrak konstruksi. Beberapa diantaranya adalah pengetahuan untuk memahami bahasa dan isi kontrak
sebagai berikut. konstruksi.

(1) Hitam di atas putih (4) Klarifikasi sebelum tandatangan

Kontrak konstruksi merupakan dokumen tertulis yang Selama membuat kesepakatan, jangan pernah ragu untuk
menuangkan segala hak dan kewajiban para pihak berkontrak. bertanya atau mengklarifikasi sesuatu yang dianggap ambigu,
Dalam prakteknya, tidak jarang para pihak melaksanakan meragukan atau perlu penjelasan. Kontrak konstruksi
pekerjaan tanpa kesepakatan tertulis atau menuangkannya ke biasanya tidak disusun dari awal, namun mengambil format
dalam kontrak. Apabila terdapat ketentuan yang dianggap contoh kontrak konstruksi yang sudah ada sehingga mungkin
penting untuk dinyatakan, maka para pihak harus sepakat ada beberapa ketentuan yang tidak sesuai dengan kondisi
untuk menuangkannya kedalam kontrak. Hal ini demi proyek yang akan dikerjakan. Demikian pula halnya bila ada
meminimalkan potensi sengketa di kemudian hari. ketentuan-ketentuan yang kurang detail atau kurang lengkap,
maka harus diklarifikasi sejelas mungkin sebelum kontrak
(2) Cari informasi valid terkait pihak lainnya ditandatangani.
Pihak lain merupakan rekan bisnis kita. Sebelum membuat Demikianlah beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika
kesepakatan dan menandatangani kontrak, maka sebaiknya membuat kontrak konstruksi.
salah satu pihak mencari informasi valid terkait pihak lainnya.

25 26
menyepakati ketentuan-ketentuan di dalam rancangan kontrak
mereka.
3.3 Bagaimana mendapatkan kontrak yang
Cara lain untuk memperoleh suatu rancangan kontrak yang setara
menerapkan prinsip kesetaraan kontrak?
adalah dengan memanfaatkan Format Standar Kontrak Konstruksi
Sebuah studi yang dilakukan oleh Slamet (2016) mencermati (FSKK) yang sudah tersedia secara umum. Sebagai contoh, para
masalah kesetaraan kontrak konstruksi di Indonesia yang belum pihak dapat memanfaatkan FIDIC Red Book (2017) sebagai dasar
mencapai predikat adil dan setara. Hal ini terlihat dari: negosiasi penyusunan kontrak pekerjaan konvensional. FSKK
seperti FIDIC telah disusun oleh para anggota yang mewakili
1) Apabila pihak penyedia jasa melakukan kelalaian akan berbagai pihak dalam industri konstruksi sehingga
dikenakan sanksi berat, namun apabila pihak pengguna mengedepankan prinsip-prinsip fundamental dalam
jasa yang melakukan kelalaian hanya dikenakan sanksi menyeimbangkan risiko (risk sharing) kepada para pihak yang
ringan atau bahkan tidak ada sanksi sama sekali, terlibat. Dengan demikian, ketentuan-ketentuan yang dimuat
2) Keterlambatan penyelesaian pekerjaan akan dikenakan dalam FSKK ini telah disusun dengan memperhatikan aspek
sanksi denda, namun keterlambatan pembayaran kesetaraan bagi kedua belah pihak.
kontraktor tidak mendapat ganti rugi.

Pada kenyataannya, selalu terdapat kemungkinan praktek


diskriminasi antara para pihak yang terlibat dalam suatu negosiasi 3.4 Adakah pilihan klausul dalam kontrak yang dapat
kontrak konstruksi. Anggapan pembeli sebagai raja turut digunakan sebagai tuntunan pengajuan perubahan
mempengaruhi persepsi employer bahwa dia harus mendapatkan
keuntungan besar dalam suatu transaksi jasa konstruksi. Di sisi klausul?
lain, kontraktor juga akan mementingkan keuntungan
Oleh karena karakteristik proyek konstruksi yang kompleks dan
perusahaannya sehingga terjadi tarik-ulur dalam negosiasi
dinamis, tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan-
kontrak.
perubahan selama pelaksanaan pekerjaan yang memaksa para
Menurut penulis, justru inilah kondisi ideal dimana tahap pihak untuk melakukan renegosiasi. Renegosiasi ini dapat
negosiasi benar-benar dilakukan secara cermat dan para pihak dilakukan sewaktu-waktu oleh para pihak berkontrak dan hasil
waspada akan berbagai risiko yang mungkin terjadi selama kesepakatan baru harus dituangkan dalam bentuk amandemen
pelaksanaan konstruksi. Disinilah peran penting manajer kontrak kontrak. Dengan demikian, perubahan terhadap klausul-klausul
dari kedua belah pihak untuk duduk bersama dan setara dalam dalam kontrak awal dimungkinkan selagi para pihak yang
berkontrak telah sama-sama sepakat atas perubahan tersebut.

27 28
Perubahan dalam amandemen kontrak dapat berupa penambahan, terkait kekeliruan kontraktual dalam dokumen tender pada saat
pengurangan, penghilangan atau kombinasi diantaranya – aanwijzing.
terhadap isi kontrak awal, baik itu berupa definisi, ketentuan,
Asumsi kedua terjadi apabila kontrak telah disahkan dan
klausul, maupun bagian-bagian kontrak. Untuk memfasilitasi hal
ditandatangani oleh para pihak. Mungkin saja pada tahap
tersebut, para pihak pada saat negosiasi awal dapat menyepakati
negosiasi kontrak, wakil para pihak lalai memeriksa secara detail
sebuah klausul terkait perubahan atau amandemen kontrak. Atas
sehingga terdapat beberapa kekeliruan kontraktual termasuk bila
perubahan yang dilakukan, para pihak harus menandatangani
kontrak belum mengikuti peraturan terbaru yang kini berlaku.
amandemen kontrak yang menggantikan kontrak awal.
Dalam kasus ini, maka salah satu pihak yang menyadari
Terkait amandemen kontrak, sebuah studi yang dilakukan oleh kekeliruan kontraktual dalam dokumen kontrak dapat
Fertilia dan Ayuningtias (2020) menunjukkan lima penyebab memberitahukan kepada pihak lainnya terkait kekeliruan tersebut
utama amandemen kontrak pada pekerjaan bendungan kering (dry untuk dapat disepakati langkah selanjutnya yaitu amandemen
dam), yaitu: pembebasan lahan (53,33%), kondisi cuaca yang kontrak. Akan tetapi, bisa saja pihak lain menolak melakukan
ekstrim (52,19%), penolakan masyarakat (48,84%), kurangnya amandemen kontrak atas pertimbangan tertentu. Oleh karena itu,
perencanaan desain (42,12%), dan kekeliruan dalam estimasi upayakan untuk selalu menyediakan sumber daya yang cukup
durasi pelaksanaan pekerjaan yang terlalu singkat (40,28%). pada tahap negosiasi kontrak. Peran ahli kontrak konstruksi yang
mumpuni diperlukan untuk memeriksa secara detail dan
menyeluruh kesempurnaan kontrak sebelum kontrak disepakati
3.5 Apa yang sebaiknya kontraktor lakukan jika dan ditandatangani kedua belah pihak.

dokumen kontrak dari owner terdapat banyak


kesalahan/cacat dan belum mengikuti aturan 3.6 Untuk adendum kontrak, apakah memerlukan
terbaru yang berlaku? CCO terlebih dahulu?
Terdapat dua asumsi dari pernyataan diatas. Asumsi pertama – Adendum (addendum) dan amandemen (amendment) sering kali
apabila dokumen kontrak tersebut masih berada dalam tahap digunakan bersamaan, padahal keduanya memiliki makna yang
negosiasi kontrak dimana kontrak belum disahkan dan berbeda (Hansen, 2017a). Adendum digunakan untuk
ditandatangani kedua belah pihak. Pada tahap ini, maka kontraktor mengklarifikasi dan menambahkan item yang bukan merupakan
dapat duduk bersama dengan employer untuk membahas berbagai bagian dari kontrak awal, sedangkan amandemen merupakan
kekeliruan dalam draft kontrak yang akan disepakati. Dalam kasus perubahan resmi terhadap sesuatu yang merupakan bagian dari
situasi tender, maka kontraktor dapat menanyakan kejelasan

29 30
kontrak awal (Pronin, 2021). Terlepas dari hal ini, keduanya Prosedur perubahan kontrak (baik adendum maupun amandemen)
menggambarkan suatu kondisi perubahan kontrak. biasanya telah dicantumkan dalam dokumen Kontrak awal, yang
umumnya meliputi:
Dalam Perpres No. 16/2018 Pasal 54 dijelaskan bahwa:
(1) Usulan perubahan kontrak;
(1) Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan
(2) Kajian terhadap usulan perubahan kontrak;
pada saat pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi
(3) Negosiasi;
teknik/KAK yang ditentukan dalam dokumen Kontrak,
(4) Berita acara perubahan kontrak;
PPK Bersama Penyedia dapat melakukan perubahan
(5) Penandatangan dokumen perubahan kontrak.
kontrak, yang meliputi:
Selain itu, terkait proses perubahan kontrak perlu diperhatikan
a. Menambah atau mengurangi volume yang tercantum
beberapa ketentuan sebagai berikut:
dalam Kontrak;
b. Menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan; a. Perubahan kontrak harus dilakukan sebelum tanggal
c. Mengubah spesifikasi teknsi sesuai dengan kondisi berakhirnya kontrak;
lapangan; dan/atau b. Perubahan kontrak dapat dilakukan berkali-kali
d. Mengubah jadwal pelaksanaan. menyesuaikan kebutuhan pelaksanaan kontrak;
c. Total nilai perubahan kontrak tidak melebihi batasan yang
(2) Dalam hal perubahan kontrak sebagaimana dimaksud
telah disepakati di dalam kontrak (misalnya tidak
pada ayat (1) mengakibatkan penambahan nilai kontrak,
melebihi 10% nilai kontrak awal untuk proyek
perubahan kontrak dilaksanakan dengan ketentuan
pemerintah).
penambahan nilai kontrak akhir tidak melebihi 10%
(sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam
Kontrak awal.
3.7 Apa itu standarisasi kontrak konstruksi?
Perpres diatas menjelaskan perihal pengadaan barang/jasa
pemerintah. Sedangkan untuk proyek swasta, perubahan kontrak Standarisasi kontrak konstruksi merupakan sebuah upaya untuk
dapat saja dilakukan atas pertimbangan atau sebab-sebab lainnya menyamakan persepsi dan pemahaman terkait istilah, ketentuan
– tidak hanya karena terdapat perbedaan kondisi lapangan saja. dan syarat-syarat kontrak konstruksi yang diwujudkan dalam
Misalnya, perubahan kontrak karena employer menghendaki bentuk format standar kontrak konstruksi. Sebuah format standar
perubahan lingkup atau perubahan spesifikasi. Di sisi lain, kontrak konstruksi dibuat berdasarkan prinsip-prinsip kontrak
keadaan kahar dapat menjadi sebab amandemen kontrak (FIDIC yang benar dan dapat digunakan sebagai panduan dalam negosiasi
Red Book 2017, Perpres 16/2018). dan penyusunan sebuah kontrak konstruksi (Hansen, 2015).

31 32
Penggunaan format standar kontrak konstruksi dianjurkan oleh hasil dari sebuah sengketa yang memunculkan potensi
banyak peneliti (Rameezdeen & Rodrigo 2014, Shnookal & mirip yang telah terjadi konflik antara pihak karena
Charrett 2010, Ramus dkk. 2006). Hansen (2015) menjabarkan sebelumnya. mereka cenderung tidak
beberapa kelebihan dan kelemahan dari penerapan format standar membuat penilaian dan
negosiasi yang diperlukan
kontrak konstruksi di Indonesia pada tabel berikut.
terkait kebutuhan dan
No Kelebihan Kelemahan kepentingan proyek selama
1 Merupakan sebuah format standar Karena merupakan sebuah periode penyusunan
yang digunakan secara luas format standar, ini tidak kontrak (tahap pra kontrak).
sehingga ketentuan kontrak telah berarti bahwa kontrak 5 Dapat diperoleh dengan harga Harus dimuktahirkan
dipahami oleh para pihak terlebih standar ini cocok untuk yang terjangkau. menyesuaikan dengan
dahulu. Dengan kata lain, dapat semua jenis proyek perkembangan hukum,
meminimalkan kemungkinan konstruksi. teknologi dan industri.
kesalahpahaman terkait ketentuan, 6 Didesain oleh semua pemangku Meskipun dapat digunakan
interpretasi dan deskripsi kontrak. kepentingan utama dalam industri sebagai sebuah pedoman
2 Biasanya diadaptasi sesuai dengan Saat ini terdapat berbagai yang memahami persyaratan atau rujukan, ketentuan
standar kontrak internasional macam format standar minimum dalam penyusunan dan kontrak mungkin perlu
sehingga memfasilitasi kontrak konstruksi negosiasi kontrak konstruksi. dimodifikasi untuk
pemahaman dari implementasi internasional seperti FIDIC, menyesuaikan kebutuhan
kontrak internasional. JCT, AIA, dll yang dibuat proyek dan kepentingan
dan dikembangkan oleh para pihak yang terlibat.
kelompok industri yang 7 Distribusi risiko antara pemilik Pada level tertentu,
berbeda sehingga mungkin proyek, konsultan dan kontraktor penggunaan format standar
tidak cocok bagi proyek- menjadi lebih mudah dipahami. kontrak konstruksi akan
proyek atau jurisdiksi mengurangi kreatifitas para
tertentu. pihak dalam negosiasi
3 Sudah mencakup hampir semua isu Karena mencakup hampir kontrak.
yang mungkin terjadi selama semua isu, dokumen format 8 Menjadikan industri konstruksi Pada level tertentu,
pelaksanaan proyek konstruksi. standar ini biasanya tebal lebih kompetitif. penggunaan format standar
dan kompleks. kontrak konstruksi akan
4 Karena merupakan sebuah format Ketergantungan pada mengurangi tingkat
standar yang umum, semua pihak format standar kontrak kompetitif para peserta
dapat belajar tentang kemungkinan konstruksi dapat tender.

33 34
9 Dapat memberikan sebuah - Upaya standarisasi kontrak konstruksi di Indonesia sebenarnya
pemahaman yang baik terkait telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia sehingga muncul
kontrak konstruksi dan prinsip- model kontrak konstruksi untuk proyek pemerintah. Namun,
prinsipnya kepada banyak orang. upaya ini masih belum maksimal karena dibutuhkan suatu format
10 Tidak perlu membuat kontrak dari -
standar kontrak konstruksi yang dibuat dan dikembangkan dengan
awal sehingga hemat waktu.
keterlibatan berbagai pihak di industri konstruksi sebagai
11 Tidak ada lagi sengketa yang -
pemangku kepentingan utama sehingga tidak hanya
muncul akibat perbedaan
interpretasi bahasa kontrak atau dikembangkan secara sepihak saja.
istilah kontrak (ambiguitas dan
inkonsistensi menjadi minimum).
12 Dapat menjadi sebuah sumber - 3.8 Apakah ke depan kita akan punya standard form
pengetahuan yang bagus bagi
mahasiswa di disiplin ilmu of contract?
konstruksi maupun bagi para
praktisi.
Sebenarnya saat ini telah terdapat Format Standar Kontrak
13 Akan meningkatkan efektifitas - Konstruksi (FSKK) atau standard form of construction contract
pengendalian proyek, komunikasi yang diterbitkan dan digunakan oleh Kementerian PUPR dengan
dan administrasi kontrak, termasuk diterbitkannya Permen PUPR No. 7/2019 tentang Standar dan
manajemen klaim konstruksi. Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia. Ini
14 Akan meningkatkan efisiensi dan - merupakan sebuah langkah penting dimana industri konstruksi
mengurangi biaya negosiasi, Indonesia telah memulai langkah standarisasi dalam hal
termasuk biaya legal. pengadaan jasa konstruksi di Indonesia. Adanya format standar
15 Akan mengurangi biaya tender. - kontrak konstruksi dapat membantu dalam proses perancangan
16 Mencerminkan praktik dan - dan negosiasi kontrak sehingga penyusunan kontrak menjadi lebih
kebiasaan industri lokal dan
cepat, hemat, dan jelas.
internasional.
17 Akan membantu menciptakan - Namun demikian, FSKK yang baik sebaiknya disusun dan
sebuah kerangka hukum baru diterbitkan oleh pihak netral sehingga lebih menjamin aspek
tentang bagaimana memutuskan kesetaraan dalam penyusunan FSKK tersebut. Contohnya saja
dan menyelesaikan sengketa
FSKK yang diterbitkan oleh FIDIC sebagai sebuah organisasi
konstruksi.
konsultan berskala internasional terutama beranggotakan negara-
negara dengan asas Hukum Sipil seperti Indonesia. Atau FSKK

35 36
yang diterbitkan oleh JCT (Joint Contracts Tribunal) yang Ingénieurs-Conseils). FIDIC sendiri menerbitkan beberapa jenis
beranggotakan tujuh asosiasi yang mewakili industri konstruksi di format standar kontrak konstruksi menyesuaikan tipe pekerjaan
Inggris. Dengan kata lain, FSKK ini sebaiknya dibuat dan konstruksi, seperti format standar kontrak untuk pekerjaan
diterbitkan oleh pihak netral (seperti asosiasi konsultan) atau konstruksi umum/tradisional (Red Book), untuk pekerjaan
secara bersama-sama. EPC/Turnkey (Silver Book), untuk pekerjaan DB (Yellow Book),
atau untuk versi pendek (Green Book).
Di sisi lain, tidak menutup kemungkinan pula dalam satu negara
terdapat beberapa jenis FSKK yang berbeda (contohnya Malaysia Selain itu, terdapat pula format standar kontrak konstruksi yang
yang memiliki berbagai jenis FSKK sesuai peruntukannya). Oleh diterbitkan oleh organisasi sejenis lainnya seperti JCT (Joint
karena itu, kedepannya KMKKI akan berusaha untuk dapat Contracts Tribunal), ICE (Institution of Civil Engineers), SIA
menerbitkan FSKK yang dapat diterima oleh berbagai kalangan (Singapore Institute of Architects), dan PWD (Public Works
dan menjadi rujukan skala nasional dalam proses penyusunan Department Malaysia). Di Indonesia sendiri, belum terdapat
kontrak konstruksi di Indonesia. format standar kontrak konstruksi yang diterbitkan oleh organisasi
MKK dan berlaku secara nasional (Hansen, 2015) sehingga
memberikan peluang bagi KMKKI untuk bersumbangsih dengan
3.9 Adakah contoh kontrak konstruksi? menerbitkan sebuah format standar kontrak konstruksi Indonesia
kedepannya.
Kontrak konstruksi merupakan dokumen tertulis yang menyatakan
hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
konstruksi. Kontrak ini dapat disusun sesuai dengan kesepakatan 3.10 Dalam penyusunan kontrak biasanya
para pihak, mulai dari yang sangat sederhana hingga kontrak yang
kompleks tergantung dengan tingkat kompleksitas pekerjaan berdasarkan acuan yang telah ada sebelumnya.
maupun pertimbangan lainnya. Adakah ketentuan bila kita ingin merubah pasal-
Pada umumnya, jarang bagi manajer kontrak untuk merancang pasal di dalam kontrak tersebut?
kontrak konstruksi dari awal. Biasanya mereka akan
memanfaatkan contoh template kontrak konstruksi yang sudah Kontrak dibuat dengan tujuan untuk menyatakan kesepakatan para
ada sebelumnya dan kemudian dimodifikasi sesuai dengan pihak yang saling mengikat secara hukum (Hansen, 2017a).
kesepakatan bersama para pihak. Disini, terdapat beberapa FSKK Dengan kata lain, apabila kontrak dibuat berdasarkan syarat-syarat
yang dapat dirujuk oleh manajer kontrak. Yang paling umum di sahnya suatu kontrak, maka kontrak berlaku sebagai hukum bagi
Indonesia adalah format standar kontrak konstruksi yang para pihak yang terlibat. Pada praktiknya, kontrak konstruksi
diterbitkan oleh FIDIC (Fédération Internationale Des jarang dibuat dari awal. Para pihak umumnya akan memanfaatkan

37 38
template format kontrak konstruksi yang telah mereka punyai atau
yang biasa mereka gunakan. Pada proyek-proyek besar atau
berskala internasional, tak jarang digunakan format standar
kontrak konstruksi internasional seperti FIDIC.

Meskipun demikian, template atau format standar yang ada


bukanlah suatu keharusan. Pada hakekatnya, para pihak dapat
menyusun isi dan ketentuan kontrak berdasarkan kesepakatan
bersama. Oleh karena itu, sering pula para pihak yang
memodifikasi format standar kontrak ini agar menyesuaikan
situasi dan kondisi yang mereka kehendaki. Hal ini wajar
mengingat karakteristik proyek konstruksi yang dinamis dan
kompleks sehingga perlu dilakukan modifikasi terkait isi dan
ketentuan kontrak konstruksi.

Di sisi lain, dalam upaya modifikasi kontrak konstruksi harus


diperhatikan integritas keseluruhan isi kontrak konstruksi
sehingga tidak muncul ambiguitas atau ketentuan yang saling
bertentangan maupun ketentuan yang hilang dari dalam kontrak
konstruksi. Di sinilah peranan seorang manajer atau admin
kontrak untuk mengawal proses modifikasi sehingga
meminimalkan potensi permasalahan kontraktual semacam itu.

39 40
mengingat tanggung jawab desain dan konstruksi telah berada di
BAB 4 Kontrak Rancang Bangun dan EPC pihak kontraktor. Dengan kata lain, risiko finansial menjadi
tanggungan kontraktor. Sedangkan bagi kontraktor, ini dapat
menjadi keuntungan apabila kontraktor kompeten dan
berpengalaman dalam hal desain dan pelaksanaan pekerjaan
4.1 Apa keuntungan dan kerugian kontrak Rancang sehingga memungkinkannya untuk berinovasi.
Bangun (Design and Build/DB)? Di sisi lain, kerugian kontrak DB terkait risiko yang ada dimana
owner menyerahkan hampir sepenuhnya tanggung jawab kepada
Kontrak Design and Build (DB) atau Rancang Bangun adalah kontraktor. Risiko tersebut antara lain risiko terkait kontraktor
bentuk kontrak dimana kontraktor tidak hanya bertanggung jawab yang tidak kompeten, risiko terkait kurangnya pengawasan
atas pelaksanaan kontruksi di lapangan, tetapi juga terhadap langsung terhadap kinerja kontraktor terutama dari sisi desain,
proses desain konstruksi (Hansen, 2017a). Berbeda halnya dengan maupun risiko terkait kualitas akibat eksploitasi desain dan
kontrak tradisional dimana terdapat pembagian peranan antara spesifikasi teknis (Hansen, 2017a; Saaidin dkk., 2016).
desain dengan konstruksi melalui kontrak terpisah antara owner,
kontraktor dan konsultan; pada kontrak DB, kontraktor berperan
pula sebagai desainer pekerjaan tersebut. Tujuan utama dari
4.2 Apakah kontrak DB tersebut hanya pada paket-
diterapkannya kontrak DB adalah demi penghematan waktu
dimana waktu perencanaan dan perancangan desain dengan waktu paket tertentu saja? Kapankah kontrak DB cocok
pelaksanaan konstruksi dapat berjalan beriringan sehingga diterapkan?
memperpendek durasi siklus hidup proyek konstruksi. Hal ini
disukai oleh owner yang menginginkan proyek dapat segera Kontrak DB merujuk pada istilah pengadaan dimana kontraktor
selesai dan difungsikan (Saaidin dkk., 2016). bertanggung jawab terhadap proses desain dan konstruksi
pekerjaan (Hansen, 2017a). Hal ini mencerminkan single point of
Selain itu, keuntungan lain dari penerapan kontrak DB adalah
responsibility sehingga selain memudahkan koordinasi dan
terkait aspek koordinasi yang lebih mudah (Saaidin dkk., 2016).
pelaksanaan pekerjaan, terdapat pula risiko-risiko yang harus
Mengingat tanggung jawab desain dan konstruksi dipegang oleh
ditanggung masing-masing pihak seperti kualitas pekerjaan dan
kontraktor, owner akan lebih mudah berkoordinasi dan
risiko finansial.
berkomunikasi langsung dengan kontraktor terkait aspek desain
maupun konstruksi yang bila pada kontrak konvensional harus Dalam prakteknya, kontraktor dapat ditunjuk untuk melaksanakan
dilakukan pada pihak-pihak yang berbeda. Dalam hal segala pekerjaan terkait desain, atau tergantung pada kesepakatan,
pengendalian biaya, kontrak DB juga mempermudah owner bisa pula employer memberikan desain konseptual maupun

41 42
kerangka spesifikasi teknis yang telah disiapkan oleh konsultan 4.3 Bagaimana Kontrak DB bisa dibilang didapat
perencana, dan kemudian kontraktor mematangkan desain dan
dengan harga yang tepat? Bagaimana jika
spesifikasi tersebut agar dapat dilaksanakan pada tahap
konstruksi. penyedia memberikan desain yang berlebihan
Meskipun kontrak DB banyak diterapkan pada proyek-proyek atau malah kurang?
pemerintah, terdapat beberapa kondisi terkait kapan kontrak DB
Kontrak DB merupakan salah satu jenis pengadaan dimana
cocok diterapkan:
kontraktor utama bertanggungjawab atas proses desain dan
1) Bila dikehendaki agar pekerjaan dapat segera dimulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Nilai kontrak DB merupakan
lebih awal dimana tahap desain dan konstruksi dapat nilai yang disepakati bersama oleh para pihak. Pertanyaan diatas
dilakukan berbarengan; menjadi rancu mengingat kontrak DB memungkinkan kontraktor
2) Bila owner ingin meminimalkan potensi risiko terkait utama untuk mendapatkan profit lebih besar daripada kontrak
desain, misal keterlambatan desain, kegagalan bangunan konvensional dengan adanya value engineering atau inovasi
akibat kesalahan desain, dll.; desain. Mungkin pertanyaan yang lebih tepat adalah bagaimana
3) Bila kontraktor yang ditunjuk memiliki kompetensi dalam cara menentukan jenis kontrak yang tepat untuk proyek yang akan
mengerjakan pekerjaan serupa atau memiliki tim desain diadakan.
yang mumpuni;
Menurut Saaidin dkk (2016), salah satu keuntungan kontrak DB
4) Bila owner menghendaki sistem koordinasi yang lebih
bagi kontraktor adalah peluang untuk memperoleh keuntungan
sederhana.
yang lebih besar daripada pelaksanaan kontrak tipe konvensional.
Dalam hal penerapan kontrak DB pada proyek pemerintah sesuai Hal ini dikarenakan kontraktor dianggap bertanggungjawab atas
Permen PUPR Nomor 01 Tahun 2020 beserta perubahannya, proses desain termasuk segala risiko yang mungkin terjadi
maka kontrak DB hanya dapat digunakan dalam hal pekerjaan sehingga sewajarnya pula kontraktor dapat memperoleh
konstruksi yang bersifat kompleks dan/atau bersifat mendesak. keuntungan bila dapat memanfaatkan peluang seperti melakukan
value engineering untuk meningkatkan profitabilitas. Di sisi lain,
employer diuntungkan dengan kemudahan koordinasi, proses
pengerjaan yang lebih terintegrasi antara desain dan konstruksi,
dan percepatan penyelesaian pekerjaan karena proses desain dapat
secara simultan dikerjakan oleh kontraktor. Selain itu, biaya
pekerjaan lebih pasti karena risiko perubahan pekerjaan
(variations) menjadi lebih kecil kecuali bila employer

43 44
menghendaki adanya perubahan lingkup pekerjaan setelah kontrak desain dan pengajuan ulang maupun review desain oleh Engineer.
mulai dilaksanakan. Hal ini penting bagi employer untuk Ini termasuk risiko desain yang ditanggung oleh kontraktor.
mengatur alokasi keuangan mereka (Xia dkk., 2012).

Oleh karena itu, penting bagi employer untuk menilai penawaran


kontraktor secara cermat pada saat tender. Disini, employer harus
4.4 Mengapa sudut pandang auditor terhadap proyek
meyakini bahwa kontraktor telah memberikan desain yang sesuai lumpsum DB sering menggunakan kacamata
dengan persyaratan employer (employer’s requirements). Selain
proyek dengan sistem unit price?
itu, employer juga harus melakukan seleksi kontraktor dengan
tepat mengingat kesuksesan pelaksanaan proyek dengan kontrak Auditor BPK adalah seorang auditor profesional yang bekerja
DB sangat bergantung pada kompetensi yang dimiliki kontraktor untuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia dan
utama. Terkait pelaksanaan pekerjaan dilapangan, peran konsultan bertugas mengaudit informasi terkait keuangan yang dibuat oleh
MK menjadi penting untuk memastikan kontraktor tidak berbagai macam badan pemerintah sekaligus untuk mengevaluasi
mereduksi desain atau melakukan value engineering yang efisiensi dan efektifitas tata kelola kegiatan dan keuangan yang
mengurangi persyaratan employer terkait keberterimaan dilakukan oleh badan pemerintah. Dalam UU No. 15/2006 Pasal
pekerjaan. Pada FIDIC Yellow Book (2017) klausul 5.2.2 Tinjauan 1(1) dijelaskan bahwa BPK adalah lembaga negara yang bertugas
oleh Engineer, dijelaskan bahwa Engineer (atau konsultan MK) untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
akan memberikan pemberitahuan kepada kontraktor (atas negara sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik
pengajuan dokumen dari kontraktor): Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, dalam kegiatan
(a) tidak keberatan (yang dapat termasuk komentar terkait pengadaan barang/jasa pemerintah seperti pada proyek-proyek
permasalahan minor yang tidak secara substansi berpengaruh infrastruktur yang menggunakan pembiayaan dari kas negara,
terhadap Pekerjaan); atau audit BPK wajar dilakukan.

(b) bahwa dokumen kontraktor gagal dalam memenuhi Namun dalam pelaksanaannya, acap kali terjadi perselisihan
Persyaratan Employer dan/atau Kontrak, dengan alasan-alasannya. terkait masalah selisih antara volume realisasi dengan volume
RAB. Ini terjadi karena auditor BPK mengevaluasi volume
Pada kasus poin (b), Engineer akan menginstruksikan agar pekerjaan dengan dasar harga satuan (unit price) pada proyek-
dokumen kontraktor diperbaiki sehingga dapat menunjukkan proyek dengan sistem kontrak lumpsum. Bahkan tak jarang
bahwa desain kontraktor telah sesuai dengan Kontrak. Terkait hal perselisihan pemahaman yang berbeda ini dibawa ke pengadilan.
ini, kontraktor tidak berhak atas perpanjangan waktu (extension of Secara umum, memang penilaian dengan dasar unit price lebih
time) akibat penundaan yang terjadi selama proses perbaikan mudah dan jelas dipertanggungjawabkan – yaitu seberapa besar

45 46
volume yang terpasang itulah volume yang dibayarkan. Atau negara dan kontraktor wajib mengembalikan kelebihan
dengan kata lain, pada kontrak unit price, volume RAB dapat pembayaran tersebut, namun apabila terjadi pembayaran volume
dihitung ulang sesuai dengan pelaksanaannya. kurang dianggap sebagai risiko kontraktor sesuai dengan
pemahaman kontrak lumpsum. Hal ini menyebabkan tidak
Di sisi lain, seorang auditor BPK seharusnya tidak menerapkan
tepatnya pengambilan keputusan sehingga perlu dirumuskan
dasar unit price pada kontrak bersifat lumpsum. Ini terkait dengan
aspek legal untuk menyelesaikan permasalahan perbedaan volume
kesepakatan awal para pihak berkontrak tentang sistem kontrak
dalam tinjauan kontrak lumpsum (Rahman dkk., 2019).
apakah yang akan digunakan. Pemilihan sistem kontrak sangat
erat kaitannya dengan seberapa besar tingkat risiko yang akan
ditanggung para pihak. Pada kontrak lumpsum, terjadi pengalihan
risiko yang lebih besar kepada kontraktor sehingga employer lebih
4.5 Untuk kontrak EPC/Turnkey, mengacu pada
bebas dari risiko pekerjaan dan memperoleh nilai pekerjaan yang dokumen FIDIC yang mana?
tetap dari awal perjanjian.
FIDIC merupakan sebuah federasi internasional dari berbagai
Hal ini dipertegas dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan asosiasi nasional konsultan insinyur. Didirikan pada 1913 oleh
terkait distribusi risiko pada kontrak lumpsum dan unit price. tiga asosiasi nasional di Eropa, FIDIC memiliki tujuan untuk
Taufik, Wibowo dan Rochim (2017) menemukan bahwa proyek mempromosikan kepentingan professional dan menyebarkan
dengan kontrak lumpsum memiliki risiko kerugian lebih tinggi informasi relevan kepada para anggotanya. Saat ini, keanggotaan
bagi kontraktor dibandingkan kontrak unit price. Serupa dengan FIDIC telah mencakup 90 negara di seluruh dunia.
temuan ini, Nurisra (2011) mengemukakan bahwa kontrak
lumpsum lebih berisiko dengan nilai prioritas global 0,485 Publikasi FIDIC berupa Syarat-Syarat Umum Kontrak (General
dibandingkan dengan kontrak gabungan sebesar 0,285 dan Conditions of Contract) telah menyebar dan diterima sebagai
kontrak unit price sebesar 0,23. Menurut Zainordin dkk (2019), format standar kontrak konstruksi secara internasional. FSKK ini
kontrak lumpsum berguna untuk mengurangi risiko bagi employer ditujukan untuk dapat dipergunakan secara global oleh jurisdiksi
dan memberi kesempatan bagi kontraktor dalam pengendalian manapun. Dalam publikasinya, FSKK FIDIC memrepresentasikan
biaya maupun ekspektasi profit. format kontrak konstruksi yang adil dan berimbang berdasarkan
alokasi risiko maupun manfaat yang berimbang antara employer
Meskipun demikian, pihak auditor sering menggunakan unsur dan kontraktor (FIDIC 2019).
kerugian negara sebagai pedoman dalam memutuskan masalah
perbedaan volume realisasi dengan volume RAB pada proyek Hingga saat ini, FIDIC telah menerbitkan beberapa FSKK yang
dengan kontrak lumpsum. Tak jarang auditor berpendapat bahwa diperuntukkan bagi berbagai tipe kontrak yang berbeda. Tiga
pada pembayaran volume lebih maka telah terjadi unsur kerugian FSKK yang paling dikenal secara luas adalah FIDIC Red Book

47 48
untuk kontrak konstruksi konvensional, FIDIC Yellow Book untuk f. tidak diperkenankan adanya pekerjaan tambah/kurang.
kontrak konstruksi pabrik dan rancang-bangun, dan FIDIC Silver
Hal ini telah menimbulkan banyak polemik terutama mengingat
Book untuk kontrak konstruksi proyek-proyek EPC/Turnkey.
kompleksitas pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi yang
Dengan demikian, untuk proyek-proyek EPC/Turnkey dapat penuh ketidakpastian. Padahal secara teori, kontrak lumpsum hadir
mengacu pada FIDIC Silver Book. Pada 2017, edisi kedua dari untuk memfasilitasi para pihak terutama agar employer mudah
FIDIC Silver Book telah terbit menggantikan edisi pertama yang dalam mengelola keuangannya dengan mengetahui nilai akhir dari
terbit pada tahun 1999. suatu pekerjaan secara tetap dan mengikat. Dengan demikian,
pengertian umum kontrak lumpsum adalah kontrak dimana
kontraktor setuju untuk menyelesaikan sebuah proyek konstruksi
4.6 Apakah pada kontrak pekerjaan yang sifatnya dengan harga mengikat yang telah ditetapkan. Disini, para pihak
sepakat atas suatu nilai kontrak yang tetap dan pasti. Bagi
Lumpsum Fixed Price kita bisa mengajukan kerja
employer, kontrak lumpsum memberikan jaminan kepastian nilai
tambah? kontrak yang mengikat dan mendistribusikan segala risiko teknis
kepada kontraktor. Bagi kontraktor, kontrak lumpsum
Polemik terkait pendapat bahwa pekerjaan dengan kontrak memberikan opsi peluang bagi mereka untuk dapat memanfaatkan
lumpsum tidak diperkenankan mengajukan pekerjaan nilai risiko menjadi keuntungan melalui pengelolaan risiko yang
tambah/kurang berawal dari Perpres 54/2010. Menurut Pasal tepat.
51(1) dalam Perpres ini, kontrak lumsum diartikan sebagai
kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh Namun bukan berarti nilai kontrak pada kontrak lumpsum tidak
pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana diterapkan boleh berubah. Perubahan nilai kontrak ini dapat terjadi apabila
dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut: terjadi perubahan desain gambar, spesifikasi maupun lingkup
pekerjaan di luar dari apa yang telah disepakati di dalam kontrak.
a. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan Hal ini bisa terjadi apabila desain dari konsultan perencana belum
penyesuaian harga; matang sehingga terjadi kekeliruan, adanya perubahan lingkup
b. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia dan spesifikiasi yang dikehendaki oleh employer, dan sebab-sebab
barang/jasa; lainnya di luar kendali kontraktor. Oleh karenanya, kontraktor
c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran berhak mengajukan perubahan nilai kontrak.
yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak;
d. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output Serupa dengan ini, PP 29/2000 Pasal 21 juga menyatakan bahwa
based); kontrak lumpsum merupakan kontrak jasa atas penyelesaian
e. total harga penawaran bersifat mengikat; dan seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah

49 50
harga yang pasti dan tetap serta semua risiko yang mungkin mengidentifikasi pembelajaran yang dapat membantu
terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya meningkatkan kinerja sebuah proyek atau kinerja proyek-proyek
ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi di masa mendatang dengan melakukan sebuah kajian forensik
tidak berubah. Mengingat banyaknya kesalahpahaman yang terkait permasalahan-permasalahan yang dapat dihindari (Usman
muncul akibat pengertian yang dijelaskan dalam Perpres 54/2010, & Sani, 2015).
maka pada Perpres pengganti yaitu Perpres 16/2018 Pasal 27(3),
Terkait banyaknya temuan audit pada proyek DB, hal ini dapat
ketentuan “tidak diperkenankan adanya pekerjaan tambah/kurang”
terjadi karena adanya pelimpahan kewenangan dan tanggung
ditiadakan. Demikian pula pada Permen PUPR Pasal 33(4)
jawab terkait desain kepada kontraktor. Dengan demikian,
menjelaskan bahwa kontrak lumsum dalam pekerjaan konstruksi
kontraktor harus menghadapi lebih banyak potensi temuan pada
digunakan dalam hal:
saat audit dilakukan. Contohnya adalah temuan terkait desain
a. kontrak didasarkan atas produk/keluaran (output based); yang berlebihan atau volume kuantitas pekerjaan yang berlebih.
b. ruang lingkup kemungkinan kecil berubah; dan
Cara terbaik untuk menghindari terjadinya temuan tersebut adalah
c. detailed engineering design dan spesifikasi teknis lengkap
dengan melaksanakan segala ketentuan dan syarat kontrak sesuai
dan akurat.
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Contohnya dengan
menerapkan sistem dokumentasi yang baik di proyek untuk
menghindari ketiadaan atau kekeliruan dokumen proyek,
4.7 Pada proyek DB, banyak sekali temuan-temuan menerapkan prosedur kontraktual untuk menghindari kesalahan
yang terjadi setelah audit. Bagaimana cara dalam administrasi kontrak, dan menerapkan pelaksanaan
pekerjaan dengan tepat dan jujur untuk menghindari temuan
meminimalisir atau menghindari terjadinya
terkait volume kuantitas yang berlebih.
temuan tersebut?
Selain itu, Nalewaik (2007) juga merekomendasikan beberapa tips
Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi temuan audit antara
tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat lain penegakan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang
kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang ditetapkan ada; perubahan struktur manajemen proyek; memperkuat kendali
(Pratami, Octaviana, & Haryono, 2015). Audit pada proyek internal proyek yang lebih ketat; meningkatkan komunikasi antara
konstruksi – terlepas dari jenis proyeknya, sangat disarankan employer, kontraktor dan tim proyek lainnya; meningkatkan fokus
untuk dilakukan baik terhadap proyek pemerintah maupun proyek pencegahan dan deteksi dini risiko; kemampuan melihat
swasta (Bates & Coles, 2012). Audit proyek konstruksi bertujuan perubahan dan tren; dan evolusi oleh para pihak menuju sebuah
untuk memastikan administrasi kontrak yang adil dan budaya perbaikan terus-menerus.

51 52
berbasis Hukum Umum seperti JCT dan NEC. Sedangkan
menurut Hukum Sipil sebagaimana dianut oleh Indonesia, di
4.8 Bagaimana bila setelah data tanah detail bawah perubahan kondisi yang ekstrim, risiko dapat dibatasi
didapatkan ternyata volume bored pile bertambah karena Hukum Sipil memungkinkan keringanan jika terjadi
ketidakmungkinan fisik dan ekonomi oleh salah satu pihak untuk
sangat banyak dibanding volume bored pile pada
melaksanakan kontrak (Zoppis 2016).
basic design? Apakah biaya murni ditanggung
Demikian pula dalam FIDIC Yellow Book (2017) sub-klausul 4.12
oleh kontraktor DB? terkait kondisi fisik tak terduga (unforeseeable physical
conditions), dianjurkan pada proyek DB yang melibatkan
Pekerjaan pondasi merupakan salah satu bagian penting dari
pekerjaan bawah tanah yang besar, pemilik proyek sebaiknya
pekerjaan konstruksi. Struktur bore pile merupakan salah satu
mempertimbangkan alokasi risiko terkait kondisi bawah tanah
jenis pondasi tiang yang dalam proses pelaksanaannya dilakukan
yang ekstrim pada saat dokumen tender dipersiapkan. Lebih
dengan cara mengebor tanah. Dalam pelaksanaannya, analisis
lanjut, FIDIC Yellow Book merekomendasikan perubahan sub-
risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai faktor risiko
klausul apabila risiko ini dibagi antara para pihak sehingga
dominan yang berpotensi terjadi (Monica, 2016).
terdapat pembagian kewajiban (dalam persen) yang ditanggung
Salah satu risiko yang mungkin terjadi selama pelaksanaan kedua belah pihak. Namun apabila pada saat negosiasi kontrak
pekerjaan pondasi adalah kondisi bawah tanah yang tak dapat pembagian ini belum disepakati dan dituangkan dalam dokumen
diduga sebelumnya (unforeseen ground conditions). Untuk proyek kontrak, maka risiko ini menjadi sepenuhnya tanggung jawab
rancang bangun (DB), dimana kontraktor bertanggung jawab atas kontraktor.
perihal desain dan konstruksi suatu proyek, maka risiko terkait
unforeseen ground conditions berada pada pihak kontraktor.
Kecuali apabila dalam kontrak DB yang disepakati terdapat suatu
ketentuan khusus terkait penambahan biaya dan/atau
perpanjangan waktu untuk peristiwa unforeseen ground
conditions, maka kontraktor dapat mengajukan klaim tersebut.

Beberapa kasus sengketa terkait hal diatas cukup sering muncul


dimana menurut perspektif Hukum Umum (Common Law),
kontraktor tidak berhak atas klaim akibat unforeseen ground
conditions. Pendapat serupa berlaku pula untuk beberapa FSKK

53 54
9. Dokumen lainnya seperti jaminan-jaminan, SPPBJ,
BAB 5 Dokumen Kontrak dan Hirarkinya BAHP, BAPP.

Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan di atas harus dilihat


dulu jenis kontrak yang diterapkan. Pada kontrak tradisional
dengan sistem harga satuan (unit price), maka kedudukan RAB
5.1 Bagaimana hirarki jika terjadi perbedaan antara
lebih tinggi, diikuti spesifikasi dan terakhir gambar rencana.
BOQ, gambar rencana dan spesifikasi?
Meskipun dokumen kontrak dibuat untuk saling menjelaskan satu
Isu hirarki dokumen kontrak (contract document hierarchy atau sama lain, hirarki dokumen kontrak diperlukan untuk
order of precedence) dalam pekerjaan konstruksi bukanlah sebuah meminimalkan potensi perselisihan yang terjadi antara para pihak.
hal yang baru. Terlebih mengingat pekerjaan konstruksi Pentingnya hirarki dokumen kontrak juga dikemukakan oleh salah
melibatkan banyak dokumen seperti RAB, gambar, kontrak, dll satu hakim yang menangani kasus konstruksi antara Fenice
sehingga potensi adanya perbedaan antara isi satu dokumen Investments Inc v Jerram Falkus Construction Ltd sebagai
dengan dokumen lainnya menjadi semakin besar. Di sinilah peran berikut: “… beberapa bentuk hirarki atau prioritas sangat penting
dibuatnya hirarki dokumen kontrak yang dituangkan sebagai salah dalam keadaan ini…”.
satu pasal dalam kontrak konstruksi.

Susunan hirarki dokumen kontrak ini tergantung pada


5.2 Mengenai kekuatan kontrak terkait SSUK, SSKK
kesepakatan kedua belah pihak (menyesuaikan jenis kontrak yang
diterapkan), namun pada umumnya hirarki dokumen kontrak dan dokumen penawaran, secara hirarki mana
tersebut sebagai berikut: yang lebih prioritas apabila ada permasalahan
1. Adendum Surat Perjanjian (apabila ada); yang bertentangan?
2. Pokok perjanjian;
3. Surat penawaran berikut daftar kuantitas dan harga; Sama seperti pertanyaan sebelumnya, untuk menentukan prioritas
4. Syarat-syarat khusus kontrak; dokumen dapat dilihat pada susunan hirarki dokumen kontrak.
5. Syarat-syarat umum kontrak; Susunan hirarki dokumen kontrak ini dapat berbeda-beda
6. Spesifikasi khusus; tergantung dengan jenis kontrak yang disepakati oleh para pihak.
7. Spesifikasi umum;
Sebagai contoh, seperti hirarki pada pertanyaan sebelumnya, maka
8. Gambar-gambar;
urutan prioritas dokumen dalam kasus ini adalah dokumen

55 56
FIDIC Red Book (2017) for FIDIC Yellow Book (2017) for FIDIC Silver Book (2017) for
Construction Plant & Design Build EPC/Turnkey Projects
penawaran, diikuti dengan Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) 1.5 Priority of Documents 1.5 Priority of Documents 1.5 Priority of Documents
A The Contract Agreement A The Contract Agreement A The Contract Agreement
dan terakhir oleh Syarat-Syarat Umum Kontrak (SSUK). B The Letter of Acceptance B The Letter of Acceptance B The Particular Conditions
Part A – Contract Data
Contoh lain terkait hirarki dokumen kontrak dapat dilihat pada C The Letter of Tender C The Letter of Tender C The Particular Conditions
Part B – Special Provisions
berbagai tipe FIDIC sebagai berikut. D The Particular Conditions D The Particular Conditions D The General Conditions
Part A – Contract Data Part A – Contract Data
E The Particular Conditions E The Particular Conditions E The Employer’s
Part B – Special Part B – Special Requirements
Provisions Provisions
F The General Conditions F The General Conditions F The Schedules
G The Specification G The Employer’s G The Tender
Requirements
H The Drawings H The Schedules H The JV Undertaking (if the
Contractor is a JV)
I The Schedules I The Contractor’s Proposal I Any other documents forming
part of the Contract

58

57
J The JV Undertaking (if J The JV Undertaking (if the
the Contractor is a JV) Contractor is a JV)
K Any other documents K Any other documents
forming part of the forming part of the
Contract Contract 5.3 Bagaimana menanggapi jika pada kontrak
bersifat lumpsum terjadi perbedaan volume
antara gambar dan BOQ, sedangkan di dokumen
kontrak tidak jelas hirarki kontraknya? Hanya
ada pertanyaan di aanwijzing yang menyebut
“ketika terdapat perbedaan, semua dokumen
saling terkait”?

Dalam kasus dimana tidak terdapat klausul yang menjelaskan


hirarki dokumen secara jelas, maka kita dapat berpegang pada
59 pengertian yang tertera di dalam kontrak. Pada kontrak konstruksi,
lazim ditemukan definisi-definisi istilah yang digunakan dalam
kontrak. Apabila di dalam kontrak tersebut terdapat definisi dan
batasan lumpsum, maka dapat dirujuk sebagai penyelesaian
masalah.

Namun apabila tidak terdapat definisi lumpsum atau definisi yang


diberikan tidak jelas, maka kita dapat merujuk pada pengertian
lumpsum secara umum. Kontrak lumpsum merupakan kontrak
dengan nilai pekerjaan yang tetap sepanjang tidak ada perubahan
lingkup pekerjaan dan/atau spesifikasi, dimana hal tersebut dapat
menyebabkan perubahan kualitas maupun kuantitas. Menurut
CIOB (The Chartered Institute of Building) Code of Estimating
Practice, kontrak lumpsum memiliki nilai kontrak yang tetap
dimana kontraktor bertanggung jawab untuk menyelesaikan
pekerjaan atas nilai yang telah disepakati sebelumnya. Namun
sebuah kontrak lumpsum tidak sepenuhnya mendistribusikan
seluruh risiko proyek kepada kontraktor maupun memiliki nilai
kontrak yang mengikat. Nilai kontrak dapat berubah apabila

60
terjadi perubahan lingkup seperti adanya perubahan pekerjaan, a. Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 (dua belas)
peristiwa force majeure, provisional sums, fluktuasi akibat inflasi, bulan atau lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran; atau
dll yang belum disepakati di dalam kontrak. b. Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila
dikontrakkan untuk jangka waktu lebih dari 1 (satu)
Permasalahan utama pada pekerjaan dengan kontrak lumpsum
Tahun Anggaran dan paling lama 3 (tiga) Tahun
terletak pada interpretasi akibat adanya perbedaan volume,
Anggaran.
spesifikasi, maupun gambar (Parwoto 2014). Penelitian yang
dilakukan oleh Wijaya, Pranajaya, & Andi (2018) menunjukkan Hal ini umumnya terkait dengan proyek-proyek infrastruktur
permasalahan yang paling sering terjadi adalah permasalahan pemerintah yang membutuhkan durasi pelaksanaan melebihi satu
terkait dengan perbedaan item pekerjaan dan volume terutama tahun, dimana pemerintah berkontrak untuk membayar
pada gambar tender, gambar konstruksi (for con) dan BQ. keseluruhan kuantitas pekerjaan tersebut pada awal kontrak. Oleh
karena sifatnya yang membebani APBN/APBD lebih dari satu
Menanggapi pertanyaan diatas, maka perlu disepakati kedua belah
tahun anggaran, terdapat beberapa karakteristik yang perlu
pihak terkait hirarki dokumen yang akan diterapkan. Kesepakatan
dipertimbangkan pada penerapan kontrak tahun jamak
ini dapat dituangkan ke dalam adendum kontrak atau dokumen
sebagaimana diatur dalam Perpres 16/2018 maupun Permen
pendukung terpisah yang menjadi bagian dari kontrak. Ini juga
Keuangan 157/2013 antara lain:
menunjukkan pentingnya aanwijzing dalam berdiskusi dan
memberikan klarifikasi terkait detail teknis pekerjaan yang 1) Pengertian dan status “pejabat yang berwenang” di dalam
ditenderkan. Perpres 16/2018,
2) Keberlangsungan kontrak yang terlanjur ditandatangani
bilamana pejabat yang berwenang sebagai pihak ketiga
5.4 Apa yang membedakan kontrak konstruksi multi menolak memberikan persetujuan,
3) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari
years dengan kontrak yang bukan multi years?
Pengguna Anggaran terkait penuntasan
Menurut Perpres 16/2018 Pasal 27(9), Kontrak Tahun Jamak atau pengadaan/pembebasan lahan/tanah yang diperlukan
multi-year contract merupakan kontrak pengadaan barang/jasa untuk mendukung pembangunan infrastruktur
yang membebani lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran. Kontrak ini sebagaimana dipersyaratkan dalam Permen Keuangan
dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan pejabat yang 157/2013.
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, dapat berupa:

61 62
5.5 Untuk proyek dengan pendanaan pinjaman dari konstruksi atau menanyakan hal yang dipertentangkan itu kepada
pihak yang berwenang memutuskan (konsultan MK).
luar negeri (loan) kontraknya berdasarkan FIDIC,
namun dari Kementerian PUPR mengeluarkan
PMM (Project Management Manual) sebagai
pedoman. Ketika PMM dan FIDIC saling
bertentangan, manakah yang digunakan?

Bukan keduanya. Yang harus ditaati oleh kontraktor adalah


dokumen kontrak pekerjaan itu sendiri. FIDIC merupakan sebuah
format standar kontrak konstruksi yang dapat dimodifikasi sesuai
dengan kesepakatan para pihak. Sedangkan Manual Manajemen
Proyek (Project Management Manual/PMM) yang dikeluarkan
oleh Kementerian PUPR merupakan sebuah manual yang dapat
dijadikan acuan oleh kontraktor maupun employer agar
pelaksanaan proyek tepat waktu, mutu, biaya, berwawasan
lingkungan dan tertib administrasi.

PMM sendiri biasanya disusun berdasarkan dokumen loan


agreement yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan paket
pekerjaan tersebut. Oleh karena sifatnya sebagai manual atau
pedoman, PMM lebih berfokus pada aspek teknis pelaksanaan
pekerjaan.

Oleh karena itu, untuk semua jenis proyek konstruksi yang sedang
dikerjakan haruslah selalu mengacu pada ketentuan-ketentuan di
dalam kontrak yang telah ditandatangani bersama. Apabila
terdapat perbedaan atau pertentangan pada dokumen-dokumen
pendukung lain yang menjadi bagian dari kontrak konstruksi,
maka para pihak dapat melihat hirarki dokumen kontrak

63 64
BAB 6 Istilah-Istilah Kontrak Konstruksi

6.1 Apa yang dimaksud dengan unforeseen


conditions? Apa contoh item pekerjaannya?

Unforeseen conditions atau kondisi tak terduga merupakan sebuah


istilah dalam kontrak konstruksi yang merujuk pada kondisi-
kondisi yang ditemui di lapangan yang: (1) sifatnya tidak terduga,
(2) tersembunyi atau tidak terdeteksi, dan (3) mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Yang dimaksud dengan ‘tidak
terduga’ disini artinya bahwa kondisi-kondisi ini tidak diketahui
sebelumnya oleh kontraktor pada saat tender. Sedangkan yang
dimaksud dengan ‘tersembunyi atau tidak terdeteksi’ adalah
kondisi-kondisi ini secara fisik tidak terlihat (misalnya keadaan
bawah tanah) atau tidak dapat disamakan dengan kondisi lain
yang tercantum di dalam dokumen kontrak.
Sweeny dkk. (1997) mendefinisikannya sebagai kondisi fisik yang
dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang tidak
terlihat dan tidak diketahui keberadaannya pada saat tender, dan
secara material berbeda dengan kondisi yang diyakini ada pada
saat tender. Serupa dengan itu, Collins & Zack (2014)
mengartikannya sebagai kondisi fisik laten atau tersembunyi di
lapangan yang berbeda dengan kondisi yang diidentifikasi oleh
kontraktor selama masa pelelangan.
Dengan demikian jelas bahwa unforeseen conditions bukan
merupakan jenis pekerjaan atau item pekerjaan, tetapi merujuk
pada kondisi-kondisi di luar ekspektasi dan perhitungan
kontraktor manakala mereka melakukan penawaran. Contohnya,

65 66
kondisi tak terduga akibat kondisi bawah tanah yang sangat jelek berdasarkan hasil klarifikasi. Terdapat beberapa kondisi untuk
pada sebagian area pekerjaan sehingga membutuhkan mengevaluasi harga satuan timpang, yaitu:
penambahan jumlah tiang pancang atau perlakuan perbaikan tanah
1) Harga satuan yang nilainya lebih besar dari 110% dari
lainnya di luar apa yang telah disepakati di dalam kontrak.
harga satuan yang tercantum dalam HPS (Harga Perkiraan
Sendiri);
2) Apabila setelah dilakukan klarifikasi ditemukan bahwa
6.2 Mengenai harga timpang, bukankah kontrak harga satuan tersebut dapat dipertanggungjawabkan
kegiatan konstruksi adalah mengikat. Mengapa (misal sesuai dengan harga pasar terkini), maka harga
satuan tersebut dinyatakan tidak timpang;
jika terjadi perubahan volume pekerjaan, terdapat 3) Apabila setelah dilakukan klarifikasi dan dinyatakan
perubahan harga satuan dan jika masuk kriteria bahwa harga satuan tersebut sebagai harga satuan
timpang, maka harga satuan timpang hanya berlaku untuk
maka dianggap sebagai harga timpang padahal volume item tersebut sesuai daftar kuantitas dan harga.
kontrak, BOQ dan DED sifatnya adalah Jika terjadi penambahan volume terhadap harga satuan
timpang, maka pemberlakuan harga satuan timpang hanya
mengikat? terhadap penambahan volume yang dinyatakan timpang.

Menanggapi pertanyaan di atas, memang benar bahwasanya isi Dengan demikian, penyesuaian nilai pekerjaan terkait harga
dan ketentuan kontrak mengikat bagi kedua belah pihak yang satuan timpang hanya berdampak pada perubahan pekerjaan.
berkontrak. Namun perlu diingat bahwa harga satuan baru akibat Klarifikasi harga satuan timpang bersifat pemberitahuan kepada
adanya pekerjaan perubahan merupakan hal yang wajar. Pekerjaan para pihak agar menyadari adanya nilai harga satuan penawaran
perubahan dapat dianggap sebagai suatu kesepakatan baru yang yang 110% melebihi harga satuan HPS.
mana amandemen kontrak akan dibuat dan menjadi bagian
tambahan dari kontrak itu sendiri. Perihal terkait besarnya volume
pekerjaan perubahan dan perhitungan harga satuan baru 6.3 Apakah dimungkinkan kontak konstruksi
merupakan kesepakatan antara para pihak – apakah tetap merujuk
pada harga satuan yang berlaku di kontrak awal atau apakah menggunakan kontrak material by owner?
berubah mengingat pertimbangan-pertimbangan yang ada.
Kontrak dengan ketentuan dimana material dipasok oleh owner
Terkait harga satuan timpang, Perlem No. 9 Tahun 2018 (material supply by owner atau SBO) merupakan hal yang wajar
mendefinisikan Harga Satuan Timpang sebagai harga satuan terjadi di dalam kontrak konstruksi. Terdapat beberapa alasan
penawaran yang melebihi 110% (seratus sepuluh persen) dari mengapa para pihak pada akhirnya sepakat untuk memasukkan
harga satuan HPS, dan dinyatakan sebagai harga satuan timpang ketentuan material SBO di dalam kontrak, antara lain:

67 68
(1) harga material yang cenderung tidak stabil sehingga (3) bertanggung jawab atas penggunaan material SBO di
menyulitkan proses penawaran tender; lapangan sebagaimana mestinya.
(2) adanya keuntungan bagi owner untuk memperoleh
Perihal material SBO ini juga dapat ditemukan dalam FIDIC Red
material dengan lebih harga yang lebih bersaing;
Book (2017) Klausul 2.6 tentang employer-supplied materials
(3) belum tuntasnya desain terkait spesifikasi material yang
and/or employer’s equipment. Dengan demikian, kontrak
hendak digunakan meskipun paket pekerjaan sudah
konstruksi memungkinkan bagi owner untuk dapat memasok
termasuk di dalam tender;
material dan juga peralatan yang sekiranya diperlukan dalam
Meskipun demikian, dalam prakteknya material SBO memiliki pelaksanaan pekerjaan.
risiko dalam manajemen rantai pasok. Dalam penelitiannya, Dei,
Dharmayanti, dan Jaya (2017) mengidentifikasi 35 risiko dalam
rantai pasok pekerjaan konstruksi dimana dua diantaranya terkait 6.4 Apa yang dimaksud HSPK/HSD yang
material SBO, yaitu keterlambatan owner dalam mensuplai
material SBO dan owner mengirim material SBO yang tidak dimunculkan setiap tahun?
sesuai dengan spesifikasi.
Menurut buku Pelatihan Pengendali Biaya Pekerjaan (2005):
Oleh karena itu, terkait material SBO ini maka owner memiliki
tanggung jawab untuk: • Harga Satuan Dasar (HSD) adalah harga dari masing-
masing upah, bahan dan alat yang dipakai sebagai dasar
(1) menyediakan material SBO kepada kontraktor pada saat perhitungan analisa harga satuan pekerjaan yang dipakai
yang dibutuhkan. Apabila owner lalai dalam menyediakan sebagai dasar perhitungan RAB Harga Satuan Pekerjaan
material SBO pada saat yang dibutuhkan di lapangan, (HSP).
maka kontraktor berhak atas klaim perpanjangan waktu • Harga Satuan Pekerjaan (HSP) adalah suatu harga dari
dan/atau biaya tambahan. masing-masing jenis pekerjaan (pay item) yang diperoleh
(2) memastikan material SBO yang disediakan untuk dari analisa harga satuan dasar (HSD) yang dipakai
pekerjaan telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan di sebagai dasar perhitungan RAB Harga Satuan Pokok
dalam kontrak. Kegiatan (HSPK).
• Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) adalah suatu harga
Sebaliknya, terkait material SBO ini kontraktor dapat:
dari jenis kegiatan untuk menyelesaikan dan berfungsinya
(1) memberikan harga penawaran berupa pemasangan atau suatu bangunan.
pelaksanaan pekerjaan dan material bantu.
Berdasarkan pengertian diatas, maka HSD merupakan unit
(2) memastikan material SBO yang diterima dari owner telah
terkecil dalam perhitungan RAB sedangkan HSPK merupakan
memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
unit terbesarnya. HSD dihimpun dari berbagai sumber seperti

69 70
harga pasar dan buku harga satuan yang terbit berkala. HSP kurang) kepada kontraktor. Sub-klausul 3.5 terkait Instruksi
disusun berdasarkan analisa harga satuan dari setiap jenis Insinyur dijelaskan bahwa apabila sebuah instruksi insinyur
kegiatan, sedangkan HSPK telah memperhitungkan volume dari merupakan sebuah perubahan pekerjaan, maka sub-klausul 13.3.1
tiap jenis kegiatan tersebut. [Perubahan Pekerjaan berdasarkan Instruksi] menjadi berlaku.
HSD dan HSPK diterbitkan secara berkala untuk digunakan dalam Sub-klausul 13.3.1 menjelaskan secara rinci prosedur perubahan
rangka penyusunan anggaran pemerintah di awal tahun. Selain itu, pekerjaan berdasarkan instruksi insinyur/konsultan MK. Disini
masing-masing propinsi dapat menerbitkan sendiri HSD dan Engineer/konsultan MK harus memberikan sebuah pemberitahuan
HSPK. Karena sifatnya yang merupakan perkiraan harga tertulis kepada kontraktor dan selanjutnya, kontraktor dalam
(terutama terkait koefisien yang digunakan tidak bersifat mutlak), kurun waktu 28 hari (atau kurun waktu lain yang disepakati
maka dasar perhitungan ini dapat berubah menyesuaikan dengan bersama) setelah menerima instruksi engineer, akan menyerahkan
metode pelaksanaan yang akan diterapkan untuk masing-masing laporan detail yang mencakup:
proyek konstruksi.
a. Sebuah deskripsi perubahan pekerjaan yang dilaksanakan
atau akan dilaksanakan, termasuk detail sumber daya dan
metode yang diadopsi atau akan diadopsi oleh kontraktor;
6.5 Sebagai seorang wakil pemilik proyek, apakah b. Sebuah program skedul pelaksanaan dan proposal
saya dapat menginstruksikan (instruction) kontraktor untuk modifikasi apapun yang dibutuhkan (jika
ada) terhadap program sesuai dengan sub-klausul 8.3
kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan [Program] dan terhadap waktu penyelesaian; dan
tambahan sebelum persetujuan atas klaim c. Proposal kontraktor untuk penyesuaian Nilai Kontrak
dengan menilai besarnya perubahan pekerjaan sesuai
finansialnya? dengan klausul 12 [Pengukuran dan Valuasi], dilengkapi
dengan dokumen pendukung.
Secara umum, wakil pemilik proyek disini dapat diartikan sebagai
Engineer (dalam FIDIC) atau konsultan MK. Menurut banyak Selanjutnya, engineer akan mempertimbangkan sub-klausul 3.7
FSKK, konsultan MK memiliki wewenang untuk memerintahkan [Persetujuan atau Penentuan] untuk menyetujui atau menentukan:
pekerjaan tambah kepada kontraktor. Dengan demikian, selagi
(i) Perpanjangan waktu, jika ada; dan/atau
konsultan MK memerintahkan pekerjaan tambah sesuai dengan
(ii) Penyesuaian Nilai Kontrak.
prosedur dalam kontrak, maka hal itu dapat dilakukan.
Sebagai contoh, FIDIC Red Book (2017) memuat beberapa
ketentuan yang menegaskan kewenangan konsultan MK dalam
memberikan perintah perubahan pekerjaan (baik tambah atau

71 72
6.6 Apa yang dimaksud dengan FIDIC Golden GP2: Syarat-Syarat Khusus harus disusun dengan jelas dan
tanpa arti lain (tidak ambigu).
Principles?
GP3: Syarat-Syarat Khusus tidak boleh mengubah
FIDIC Golden Principles pertama kali diperkenalkan pada tahun keseimbangan alokasi risiko/imbalan yang diatur dalam
2019 yang merujuk pada prinsip-prinsip utama kontrak FIDIC Syarat-Syarat Umum.
yang membuat alokasi risiko/imbalan menjadi adil dan seimbang.
Pada hakekatnya, FIDIC Golden Principles ini memformulasikan GP4: Semua periode waktu yang ditentukan di dalam Kontrak
inti kontrak-kontrak FIDIC pada sebuah tingkatan konseptual bagi Kontrak Peserta untuk melakukan kewajibannya harus
yang memudahkan pemahaman dan keberterimaan konsep ini merupakan durasi yang wajar (reasonable duration).
kepada banyak orang. GP5: Kecuali jika ada konflik dengan hukum yang mengatur
FIDIC Golden Principles diformulasikan oleh sebuah gugus tugas Kontrak, semua perselisihan formal harus dirujuk ke Dewan
khusus (TG15) yang dibentuk oleh FIDIC untuk mengidentifikasi Penghindaran/Ajudikasi Sengketa (atau Dewan Ajudikasi
apa saja prinsip-prinsip kontrak dari setiap format standar kontrak Sengketa, jika ada) untuk keputusan yang mengikat sementara
konstruksi FIDIC yang dianggap tidak bisa diganggu gugat dan sebagai sebuah kondisi preseden untuk arbitrase.
sakral. Dengan adanya FIDIC Golden Principles ini akan Dengan diterbitkannya FIDIC Golden Principles ini, maka para
memudahkan para praktisi untuk menilai apakah suatu kontrak pihak diharapkan untuk melakukan modifikasi kontrak FIDIC
telah disusun sesuai dengan standar FIDIC atau tidak. Hal ini sesuai dengan batasan sehingga tidak melanggar Golden
dikarenakan pada prakteknya, selalu terdapat asas kebebasan Principles ini agar kontrak tetap dapat dianggap sebagai kontrak
berkontrak sehingga meskipun para pihak mengadopsi FSKK yang berpedoman pada FIDIC. Sebaliknya, merupakan sebuah hal
FIDIC, berbagai modifikasi yang dilakukan dapat menyebabkan menyesatkan dan tidak tepat untuk merujuk pada penggunaan
kontrak tersebut tidak lagi mencerminkan prinsip utama kontrak suatu kontrak yang tidak mematuhi Golden Principles ini sebagai
FIDIC. Dengan kata lain, FIDIC Golden Principles dapat pula “kontrak FIDIC”.
digunakan untuk mencegah atau setidaknya membatasi
penyalahgunaan kontrak FIDIC.
Terdapat lima Golden Principles yang diuraikan FIDIC (2019)
yaitu:
GP1: Tugas, hak, kewajiban, peran dan tanggung jawab
semua Peserta Kontrak secara umum harus seperti yang
tersirat dalam Syarat-Syarat Umum, dan sesuai dengan
persyaratan proyek.

73 74
BAB 7 Garansi, Wanprestasi dan Sanksi

7.1 Apakah Performance Bond dan Advance


Payment dapat dicairkan oleh salah satu pihak
yang bersengketa tanpa persetujuan pihak lain?

Terkait hal ini, perlu dilihat dahulu apakah performance bond


(jaminan pelaksanaan) maupun advance payment bond (jaminan
pembayaran uang muka) bersifat conditional atau unconditional.
Untuk jaminan bersifat conditional, terdapat syarat-syarat tertentu
yang harus disepakati kedua belah pihak sebelum dapat
mencairkan jaminan. Sedangkan untuk jaminan yang bersifat
unconditional (tidak bersyarat), salah satu pihak dapat mencairkan
jaminan seketika apabila ketentuan dalam kontrak tidak dipenuhi
oleh pihak lainnya.

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Pratama dkk (2016)


menyimpulkan bahwa unconditional PB dapat dicairkan bila
terdapat permintaan pencairan oleh pihak penerima jaminan, dan
pihak bank tidak dapat menolak pencairan meskipun terdapat
permintaan penahanan pencairan oleh pihak terjamin (kecuali
dengan alasan perjanjian pokok sedang dalam sengketa di
pengadilan).

Untuk itu para pihak yang berkontrak harus benar-benar


memahami jenis jaminan yang berlaku selama pelaksanaan
pekerjaan. Biasanya pada dokumen tender telah disebutkan jenis
jaminan yang hendak diberlakukan. Contohnya:

75 76
Surat Jaminan harus dapat dicairkan tanpa syarat pelaksanaan pemilihan ditambahkan dengan tahapan Sanggah
(unconditional) sebesar nilai Jaminan dalam waktu paling Banding.
lambat 14 (empat belas) hari kerja, setelah surat
Sanggah Banding merupakan suatu tahap yang memberikan
pernyataan wanprestasi dari pihak kesatu diterima oleh
kesempatan bagi penyanggah untuk memprotes kepada KPA atas
Penerbit Jaminan.
ketidaksetujuannya terhadap jawaban sanggah. Dalam hal tidak
Dengan demikian, dalam hal: ada KPA, maka Sanggah Banding ditujukan kepada PA. Menurut
Perlem LKPP 9/2018 poin 4.2.13 (Sanggah) dan 4.2.14 (Sanggah
1. Kontraktor tidak menanyakan hal ini pada Aanwijzing,
Banding), mekanisme keberatan atas hasil Pengadaan Barang/Jasa
maka kontraktor dianggap setuju yang selanjutnya
adalah sebagai berikut:
ketentuan ini menjadi kesepakatan para pihak di dalam
dokumen kontrak. Penawaran kontraktor dinilai telah 1. Penyanggah menyampaikan Sanggah Banding secara
termasuk atas risiko ini. tertulis kepada KPA selambat-lambatnya 5 (lima) hari
2. Kontraktor keberatan dan menanyakan hal ini pada kerja setelah jawaban sanggah dimuat dalam aplikasi
Aanwijzing: SPSE. Tembusan Sanggah Banding disampaikan kepada
a. Owner setuju direvisi, maka yang berlaku dan APIP yang bersangkutan.
menjadi kesepakatan adalah revisi sesuai berita acara b. Penyanggah Banding harus menyerahkan Jaminan
aanwijzing. Sanggah Banding yang ditujukan kepada Pokja Pemilihan
b. Owner tidak setuju, maka kontraktor dapat sebesar 1% (satu persen) dari nilai total HPS dengan masa
mempertimbangkan untuk tidak ikut dalam tender berlaku 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal
atau tetap mengikuti dengan menambahkan risiko pengajuan Sanggah Banding. Untuk pekerjaan konstruksi
tersebut pada penawaran yang diajukan. terintegrasi, Jaminan Sanggah Banding besarnya 1% (satu
persen) dari nilai Pagu Anggaran.
c. Pokja Pemilihan mengklarifikasi atas kebenaran Jaminan
7.2 Apa yang dimaksud dengan jaminan sanggah Sanggah Banding kepada penerbit jaminan dan KPA tidak
akan menindaklanjuti Sanggah Banding sebelum
banding?
mendapatkan hasil klarifikasi Pokja Pemilihan.
Menurut Perpres No. 16 Tahun 2018 Pasal 50 ayat (1), Sanggah d. KPA menyampaikan jawaban Sanggah Banding, dengan
merupakan salah satu tahapan dalam pelaksanaan pemilihan tembusan kepada UKPBJ paling lambat 14 (empat belas)
melalui tender/seleksi. Ayat (2) menambahkan bahwa khusus hari kerja setelah menerima klarifikasi dari Pokja
untuk pelaksanaan pemilihan Pekerjaan Konstruksi, tahapan Pemilihan. Dalam hal KPA tidak memberikan jawaban

77 78
Sanggah Banding maka KPA dianggap menerima sanggah. Dengan demikian, eksepsi tergugat I dan tergugat II
Sanggah Banding. intervensi tentang gugatan prematur dinyatakan diterima.
e. Apabila Sanggah Banding dinyatakan benar/diterima,
UKPBJ memerintahkan Pokja Pemilihan melakukan
evaluasi ulang atau pemilihan Penyedia ulang. 7.3 Adakah sanksi kepada pemberi kerja apabila
f. Apabila Sanggah Banding dinyatakan salah/tidak
kontrak yang dijanjikan pemberi kerja ke rekanan
diterima, maka:
(i) Pokja Pemilihan melanjutkan proses pemilihan A 100%, namun dalam pelaksanaan 50% atau
dengan menyampaikan hasil pemilihan kepada
70% diberikan ke rekanan B secara sepihak tanpa
Pejabat Penandatangan Kontrak; dan
(ii) UKPBJ mencairkan Jaminan Sanggah Banding dan adanya konfirmasi ke rekanan A?
disetorkan ke kas negara/daerah.
g. Sanggah Banding menghentikan proses tender. Berdasarkan pernyataan di atas, terdapat dua asumsi yang dapat
h. Sanggah Banding yang disampaikan bukan kepada KPA, diambil. Pertama, apabila telah terdapat sebuah kontrak konstruksi
atau disampaikan diluar masa Sanggah Banding, dianggap tertulis diantara para pihak. Dalam kasus ini, maka jelas bahwa
sebagai pengaduan dan diproses sebagaimana penanganan employer telah melakukan ingkar janji dan pelanggaran kontrak.
pengaduan. Disini, employer telah melakukan penugasan tak sesuai hukum
(unlawful assignment) dengan memberikan proporsi pekerjaan
Perihal pentingnya pemenuhan mekanisme Sanggah Banding ini kepada kontraktor lainnya tanpa persetujuan kontraktor utama.
telah ditegaskan dalam putusan pengadilan Nomor Penugasan (assignment) merupakan sebuah istilah dalam kontrak
106/G/2020/PTUN.MDN atas kasus hukum antara PT. Renata dimana terdapat sebuah proses penyerahan hak maupun manfaat
Gina Abadi melawan Poka Pemilihan BP2JK Wilayah Sumatera dari pihak pemberi tugas (assignor) kepada pihak pelaksana
Utara Satker Pelaksanaan Permukiman Wilayah I dan PT. Sentral (assignee). Hal ini tentu merugikan pihak kontraktor utama yang
Pembangunan Indonesia. Dalam kasus ini pengadilan sudah mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
memutuskan bahwa penggugat tidak melakukan seluruh upaya lingkup yang telah disepakati bersama. Kasus seperti ini memang
administratif sesuai ketentuan yang berlaku (dimana penggugat memungkinkan terjadi dalam praktik konstruksi. Bahkan dalam
tidak menyampaikan Sanggah Banding secara tertulis dalam FIDIC Red Book (2017) Klausul 16.2 tentang Terminasi oleh
kurun waktu lima hari kerja setelah jawaban sanggah) sehingga Kontraktor dijelaskan salah satu poin dimana kontraktor berhak
tidak ditemukan fakta hukum bahwa penggugat telah melakukan untuk mengakhiri kontrak akibat pelanggaran yang dilakukan oleh
upaya sanggah banding atau banding terhadap penyelesaian employer, yaitu pada poin:

79 80
(g) employer: (ii) menugaskan Kontrak tanpa persetujuan Asumsi kedua adalah tidak atau belum terdapat kontrak tertulis
yang dipersyaratkan dalam Sub-Klausul 1.7 [Penugasan] antara para pihak (misalnya janji lingkup pekerjaan baru sebatas
negosiasi para pihak). Dengan demikian, tidak terdapat sebuah
Yang merujuk, pada Klausul 1.7 tentang Penugasan yang
landasan kuat yang menunjukkan bahwa employer telah
berbunyi:
melakukan ingkar janji meskipun secara lisan. Dalam kasus ini,
Tidak diperkenankan bagi para pihak untuk mengalihkan kontraktor dapat membawa ke ranah hukum terkait ingkar janji
seluruh atau Sebagian dari Kontrak maupun manfaat atau yang dilakukan secara lisan meskipun hal ini tidak disarankan.
kepentingan apa pun di dalam atau yang terdapat pada Selain itu, kontraktor dapat menganggapnya sebagai bagian dari
Kontrak. Namun, salah satu pihak: biaya overhead kantor dan memasukkan employer ke dalam daftar
hitam yang dimiliki perusahaan.
a. Dapat menugaskan seluruh atau sebagian dari Kontrak
dengan persetujuan terlebih dahulu dari pihak lainnya,
atas kebijakan sepenuhnya pihak tersebut; dan
7.4 Bagaimana jika besaran denda keterlambatan
b. Dapat, sebagai jaminan yang berpihak pada sebuah bank
atau Lembaga keuangan, mengalihkan hak pihak lain atas belum ditentukan sebelumnya di dalam kontrak,
uang yang jatuh tempo, atau yang akan jatuh tempo, apakah dari nilai keseluruhan kontrak atau dari
berdasarkan Kontrak tanpa persetujuan sebelumnya
dengan pihak lainnya. sisa harga bagian kontrak?

Dengan demikian, jelas bahwa kontrak konstruksi yang baik akan Perhitungan besaran nilai denda keterlambatan akan bergantung
membatasi pelanggaran kontrak seperti memberikan penugasan pada kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak. Jadi,
baru kepada pihak lain di luar kontrak yang merugikan salah satu untuk menjawab pertanyaan diatas maka harus dikembalikan
pihak berkontrak. Disini, employer dapat saja mengalihkan dengan bahasa dan ketentuan terkait pengenaan denda
sebagian proporsi pekerjaan namun harus dengan persetujuan keterlambatan di kontrak kerja. Pada dasarnya, sah-sah saja
(bukan hanya sekedar konfirmasi) dari pihak kontraktor. Pihak apabila terjadi perbedaan perhitungan seperti diatas. Inilah
kontraktor selanjutnya akan mempertimbangkan berdasarkan mengapa kemampuan negosiasi menjadi penting pada saat tahap
kebijakannya sendiri untuk menyetujui, menolak atau pra-kontrak bagi para pihak yang terlibat.
memberikan rekomendasi terkait kehendak employer untuk
Permasalahan pengenaan denda ini tidak saja terkait acuan
menugaskan kontraktor lain dalam pelaksanaan pekerjaan
perhitungannya – apakah dari nilai bagian kontrak atau dari nilai
konstruksi.
total kontrak; tetapi juga terkait besarannya. Pada umumnya,

81 82
kontrak konstruksi telah menyatakan besaran denda keterlambatan kepastian bagi employer bahwa kontraktor tetap
dalam persentase atau permil, misalnya: bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan kontrak dan denda dikenakan akibat kegagalan
“Jika terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan, kontraktor
kontraktor dalam memenuhi klausul terkait waktu
dikenakan denda sebesar satu permil dari nilai kontrak.”
penyelesaian.
Inilah yang dimaksud dengan liquidated damages dimana kita (b) bahwa perlu diberikan pembatasan maksimum nilai
tidak benar-benar menghitung secara pasti nilai kerugian aktual denda, misalnya “total denda maksimum sebesar 10% dari
sebagai akibat dari keterlambatan yang terjadi. Liquidated nilai kontrak”. Bagi kontraktor, hal ini bertujuan untuk
damages bertujuan untuk mempermudah para pihak berkontrak memberikan batasan maksimum denda sehingga tidak
dalam hal pengenaan denda akibat keterlambatan yang terjadi. merugikan keseluruhan finansial kontraktor, dan bagi
Dengan demikian, liquidated damages diartikan sebagai sejumlah employer ini bermanfaat agar aspek waktu tidak menjadi
uang atau nilai yang disepakati bersama oleh para pihak, yang tidak berbatas (at large). Apabila akumulasi denda telah
dapat digunakan untuk mengganti kerugian bilamana terjadi mencapai nilai maksimum, maka sebaiknya kontrak
sebuah pelanggaran kontraktor oleh salah satu pihak. Oleh karena diakhiri.
itu, dalam ketentuan liquidated damages terdapat kondisi yang (c) bahwa pembatasan maksimum juga dapat berupa jumlah
harus disepakati: hari maksimum keterlambatan, misalnya “maksimum
waktu pengenaan denda keterlambatan adalah 50 hari
(1) nilai denda bisa berupa nominal sejumlah uang atau kerja.”
berupa persentase, misalnya “denda sebesar Rp
1.000.000,- per hari” atau “denda sebesar satu permil per
hari”
7.5 Apakah pemilik proyek berhak atas ganti rugi
(2) dasar perhitungan nilai apakah dari nilai total kontrak,
nilai bagian kontrak/milestone, atau nilai sisa pekerjaan keterlambatan penyelesaian pekerjaan meskipun
Oleh karena itu, dalam perhitungannya selalu merujuk pada tidak benar-benar mengalami kerugian dari
ketentuan yang telah disepakati bersama di dalam kontrak. Di sisi keterlambatan penyelesaian oleh kontraktor?
lain, perlu pula diperhatikan ketentuan tambahan terkait lainnya
yaitu: Terlepas dari apakah pemilik proyek benar-benar mengalami
kerugian akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan suatu
(a) bahwa pengenaan denda keterlambatan tidak serta-merta
pelaksanaan proyek konstruksi oleh kontraktor, pemilik proyek
membebaskan kontraktor dari kewajibannya untuk
tetap berhak atas ganti rugi (liquidated damages) yang telah
menyelesaikan pekerjaan. Hal ini untuk memberikan

83 84
disepakati bersama di dalam kontrak. Hal ini karena biasanya perlu adanya justifikasi atau demonstrasi dari pemilik proyek
kontrak konstruksi telah memuat ketentuan terkait liquidated bahwa dia telah menderita kerugian.
damages (LD), atau biasa disebut pula liquidated and ascertained
Putusan serupa juga disampaikan oleh Hakim Woolf pada kasus
damages (LAD).
Philips Hong Kong Ltd v. The Attorney General of Hong Kong
Berbeda dengan unliquidated damages yang besarnya belum (1993) yang mengatakan bahwa LD merupakan pra-estimasi
ditetapkan di dalam kontrak, kontrak konstruksi biasanya kerugian yang diantisipasi oleh pemilik proyek bilamana
menerapkan liquidated damages sebagai mekanisme ganti rugi kontraktor terlambat menyelesaikan pekerjaan, dan di sisi lain LD
bilamana terjadi pelanggaran terhadap ketentuan kontrak (dalam bermanfaat bagi kontraktor untuk mengetahui seberapa besar
hal ini keterlambatan penyelesaian) yang merugikan salah satu risiko yang harus ditanggungnya bila dia lalai dalam
pihak. Hansen (2017a) menjelaskan bahwa liquidated damages ini menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
merupakan tindakan ganti rugi yang besarnya telah ditetapkan di
dalam kontrak. Penetapan besarnya ganti rugi pada saat
penyusunan kontrak harus dibuat dengan prinsip pra-estimasi
kerugian yang logis, atau sebagaimana yang telah ditetapkan
secara prakteknya. Misalnya, dalam kontrak ditetapkan LD
sebesar 1 permil per hari keterlambatan hingga mencapai nilai
maksimum tertentu yang ditetapkan dalam kontrak.

Dalam kasus hukum antara BFI Group of Companies Ltd v. DCB


Integration Systems Ltd (1987) dijelaskan kontrak renovasi kantor
dan bengkel kerja dengan menggunakan FSKK JCT Minor Works.
Sengketa muncul terkait LD atau denda keterlambatan dan dibawa
ke arbitrase. Arbiter memutuskan bahwa meskipun terjadi
keterlambatan penyelesaian, pemilik proyek tidak menderita
kerugian karena menggunakan waktu keterlambatan tersebut
untuk menunggu kedatangan barang-barang untuk mengisi kantor.
Banding dilakukan oleh pemilik proyek atas putusan arbiter ke
pengadilan. Hakim memutuskan untuk membatalkan putusan
arbiter dengan landasan bahwa klausul LD secara otomatis akan
berlaku bila kontraktor terlambat menyelesaikan pekerjaan tanpa

85 86
BAB 8 Aspek Biaya

8.1 Pada kasus dimana sebuah pekerjaan sudah habis


masa waktu pelaksanaan dan setelah ditambah 50
hari kalender pekerjaan belum juga selesai. Ada
kebijakan dari PPK bahwa pekerjaan tetap
dilanjutkan hingga selesai oleh kontraktor. Pada
saat kontraktor mengajukan sisa pembayaran,
pihak Dinas (PA dan PPK) mengatakan uangnya
tidak lagi tersedia dan kontrak telah berakhir.
Hingga sekarang sudah berjalan dua tahun namun
kontraktor tidak juga mendapatkan sisa
pembayaran atas hasil kerjanya?

Kasus ini menggambarkan pentingnya perjanjian tertulis (hitam


diatas putih) dan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Sebagaimana disampaikan dalam kasus diatas, telah
terjadi penyelesaian pekerjaan yang tidak diakui lagi oleh
employer dengan alasan kontrak telah putus dan tidak tersedia
anggaran lagi. Pertama-tama, kita harus melihat penyebab
keterlambatan penyelesaian pekerjaan, apakah disebabkan
kelalaian kontraktor atau kelalaian employer. Dalam hal telah
diberikan perpanjangan waktu pun, pekerjaan belum dapat
terselesaikan. Hal ini mengindikasikan kemungkinan terjadinya

87 88
kelalaian kontraktor (misalnya produktifitas rendah, kurang tentang ketersediaan dana yang akan diajukan/ dibayar pada tahun
kompeten, banyak cacat pekerjaan dll), kelalaian employer anggaran selanjutnya/ revisi DIPA dengan syarat kontraktor tidak
(keterlambatan desain, keterlambatan persetujuan, keterlambatan menagih cost of fund/ biaya bank/ denda keterlambatan bayar.
pengadaan lahan, dll), atau sebab netral (keadaan kahar). Apabila
Selain pertimbangan ketersediaan dana maka pemberi kerja/ PPK
kontraktor meyakini bahwa (1) keterlambatan penyelesaian
sebelumnya wajib meneliti apakah kontraktor akan mampu
pekerjaan bukan merupakan akibat kelalaian kontraktor, (2)
menyelesaikan pada waktu pemberian kesempatan dan pemberian
memiliki bukti-bukti pendukung, dan (3) bersedia menempuh
kesempatan mengakibatkan kontraktor dikenakan denda
jalur hukum mengingat sisa pembayaran yang masih besar, maka
keterlambatan pekerjaan, apabila setelah waktu pemberian
kontraktor dapat menempuh jalur hukum sebagai langkah
kesempatan yang diberikan ternyata pekerjaan belum juga selesai
penyelesaian sengketa.
dan pekerjaan diteruskan karena ada kebijakan dari PPK, maka
Di sisi lain, terdapat pula kemungkinan penyebab keterlambatan denda keterlambatan pekerjaan juga akan dihitung sesuai waktu
diakibatkan kelalaian kontraktor sehingga employer meskipun keterlambatan tersebut (tidak ada denda maksimum kecuali diatur
telah memberikan perpanjangan waktu, kontraktor tetap belum dalam syarat kontrak).
dapat menyelesaikan pekerjaannya. Dalam kasus ini, seharusnya
Pada waktu pemberi kerja memerintahkan agar pekerjaan yang
pada akhir batas waktu perpanjangan, employer dapat: (1)
sudah melampui waktu pemberian kesempatan untuk dilanjutkan
memutus kontrak dengan kontraktor, atau (2) mengenakan denda
sampai selesai, maka atas tindakan ini maka kontraktor wajib
keterlambatan apabila kontraktor masih menyanggupi
meminta perintah secara tertulis dari pemberi kerja sehingga saat
penyelesaian pekerjaan sampai tuntas.
mengajukan sisa pembayaran terdapat dasar/ bukti perintah yang
Dalam hal pemberian kesempatan sebagaimana yang di atur membuktikan kontrak tidak diputus.
Perpres 16 tahun 2018 pasal 91 sebagaimana yang dimaksud pasal
Apabila dapat dibuktikan sesuai peraturan dan dokumen kontrak
56 bahwa penetapan dilakukan berdasarkan pada Permen
bahwa kontraktor berhak untuk dibayar, maka berdasarkan
Keuangan Nomor 243/PMK.05/2015 untuk proyek APBN
Undang-undang nomor 1 Tahun 2004 dijelaskan bahwa hak tagih
sedangkan untuk proyek APBD dapat mengacu pada Peraturan
mengenai utang atas beban negara/daerah kadaluwarsa setelah 5
Gubernur/Peraturan Pimpinan Daerah masing-masing, dimana
(lima) tahun sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan
PPK memberikan kesempatan selama 50 hari kalender (atau lebih
lain oleh undang-undang. Maka perlu agar kontraktor berupaya
sesuai aturan yang berlaku), maka pemberian kesempatan dapat
untuk mengajukan tagihan dengan bukti dokumen (seperti
diberikan dengan pertimbangan melebihi tahun anggaran apabila
gambar, izin kerja, persetujuan material dll) yang dapat
KPA telah meneliti anggarannya tersedia atau dihentikan (karena
membenarkan pekerjaan yang telah dilaksanakan. Pemberi kerja
anggarannya tidak tersedia ditahun berikutnya). Maka kontraktor
wajib melakukan pemeriksaan pekerjaan sebelum membayar
dapat meminta jaminan/ pernyataan dari PPK/ pemberi kerja

89 90
tagihan melalui tim internal pemberi kerja/APIP dan bila item pekerjaan yang ada di dalam Kontrak; maupun
diperlukan maka dapat meminta bantuan kepada BPKP. pengurangan/penghilangan item pekerjaan, kecuali yang akan
dikerjakan oleh pihak lainnya tanpa persetujuan para pihak. Atas
perubahan yang terjadi dan disepakati, maka dapat dilakukan
8.2 Bagaimana cara mengatasi perubahan bobot amandemen kontrak yang harus ditandatangani oleh para pihak.

pekerjaan yang sebelumnya item itu ada dan


sudah terlapor di laporan akhir tahun, tapi ketika 8.3 Apakah dalam penyusunan RAB kontrak untuk
di final account dikeluarkan? proyek diluar Jawa sama dengan di Jawa? Ini
Kasus ini sebenarnya terkait klausul perubahan pekerjaan terkait dengan upah pekerja?
(variations), namun terdapat potensi kesalahan dalam pernyataan
Secara prinsip penyusunan RAB sama saja, yang berbeda adalah
diatas. Menurut administrasi kontrak yang baik dan benar,
penentuan harga satuan. Harga satuan ini dapat berbeda
seharusnya perubahan pekerjaan baru dapat dilakukan apabila
menyesuaikan dengan kesepakatan para pihak yang berdasarkan
telah disetujui dan terdapat instruksi dari Engineer/konsultan MK.
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Untuk proyek-proyek
Pernyataan di atas seolah-olah menggambarkan sebuah perubahan
pemerintah, biasanya penyusunan akan merujuk pada Analisa
pekerjaan yang sudah dilaksanakan dan dilaporkan namun
Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) yang berlaku. AHSP ini memuat
kemudian dihapus pada saat final account menjelang penyelesaian
rincian pedoman perhitungan harga satuan dasar (HSD) upah
pekerjaan. Meskipun pada praktiknya tidak tertutup kemungkinan
tenaga kerja, alat dan bahan.
kasus seperti ini terjadi, hal ini sebaiknya dihindari karena
memunculkan potensi pertanyaan terkait ketidakwajaran item Sebagai contoh AHSP pada lampiran Peraturan Menteri PUPR
pekerjaan terutama pada proyek-proyek pemerintah. No. 28/PRT/M/2016 memuat penjelasan terkait HSD tenaga kerja
dimana standar upah berdasarkan standar yang ditetapkan
Prosedur yang tepat untuk hal serupa adalah dengan
Gubernur/Bupati/Walikota. Dengan demikian, standar upah ini
melaksanakan prosedur perubahan pekerjaan sesuai dengan
dapat berbeda-beda menyesuaikan lokasi proyek konstruksi
ketentuan di dalam kontrak. Menurut FIDIC Red Book (2017)
tersebut dilaksanakan.
Klausul 13.1, perubahan pekerjaan dapat diinisiasi oleh
Engineer/konsultan MK, dan kecuali yang disebutkan di dalam
Klausul 11.4, sebuah perubahan pekerjaan tidak termasuk
pengurangan pekerjaan apapun kecuali telah disepakati para
pihak. Perubahan pekerjaan dapat berupa perubahan kuantitas

91 92
8.4 Bagaimana menangani pihak owner yang Permasalahan menjadi kompleks apabila kontrak yang berlaku
belum memuat ketentuan terkait perubahan pekerjaan atau apabila
adakalanya meminta pekerjaan yang tidak ada di
employer tidak bersedia menanggung biaya akibat perubahan
dalam lingkup pekerjaan kontrak? Hal ini sangat pekerjaan. Dalam kasus kontrak belum memuat ketentuan terkait
terasa kalau menangani paket rehabilitasi? perubahan pekerjaan, maka sebaiknya dilakukan amandemen
kontrak terlebih dahulu untuk menyatakan ketentuan terkait
Pada umumnya, kontrak konstruksi telah memuat ketentuan perubahan pekerjaan. Sedangkan dalam kasus employer tidak
terkait perubahan pekerjaan. Perubahan pekerjaan ini dapat berupa bersedia menanggung biaya perubahan pekerjaan, maka
pekerjaan tambah ataupun pekerjaan kurang. Sesuai dengan kontraktor berhak menolak permintaan atau instruksi perubahan
pertanyaan diatas, maka diasumsikan employer menginisiasi pekerjaan tersebut melalui surat pemberitahuan resmi kepada
perubahan pekerjaan berupa pekerjaan tambah yang tidak ada di employer.
dalam lingkup pekerjaan sebagaimana tertuang di dalam kontrak.

Kontrak konstruksi umumnya memberikan hak bagi employer


8.5 Di proyek bendungan, ada saluran irigasi
untuk melakukan perubahan pekerjaan. Dalam hal perubahan
pekerjaan diinstruksikan oleh employer, maka ketentuan terkait eksisting yang berada tepat di atas konstruksi
prosedur perubahan pekerjaan harus dijalankan. Sebagai contoh, bendungan yang akan dibangun. Untuk scope
FIDIC Red Book (2017) Sub-Klausul 13.3 menguraikan dengan
rinci prosedur perubahan pekerjaan. pekerjaan pengalihan tidak ada dalam item

Selain itu, terkait perubahan pekerjaan maka kontraktor harus kontrak. Apakah benar item pekerjaan tersebut
memperhatikan pula besaran nilai perubahan pekerjaan tersebut. sudah masuk dalam metode pekerjaan kami atau
Kontrak konstruksi pada umumnya juga telah menetapkan batasan
kami bisa mengajukan item tambah untuk
terkait nilai total perubahan pekerjaan yang dinyatakan dalam
bentuk persentase dari nilai kontrak. Nilai total perubahan pekerjaan tersebut?
pekerjaan ini disepakati oleh kedua belah pihak saat negosiasi
kontrak. Dalam FIDIC Red Book (2017) Sub-Klausul 4.2 Kasus diatas lagi-lagi menggambarkan pentingnya identifikasi
dijelaskan bahwa bilamana perubahan pekerjaan yang merubah lingkup pekerjaan (scope of works) bagi para pihak saat tahap
(menambah atau mengurangi) nilai kontrak lebih dari 20% dari negosiasi kontrak. Negosiasi kontrak yang baik harus sudah
total nilai kontrak yang diterima, maka nilai jaminan pelaksanaan menyepakati keseluruhan jenis pekerjaan yang termasuk dalam
juga perlu disesuaikan. lingkup pekerjaan proyek tersebut, termasuk misalnya pekerjaan

93 94
pembongkaran bangunan eksisting atau pekerjaan perbaikan kontrak maupun dokumennya, maka prosedur amandemen
bangunan eksisting. kontrak dapat diberlakukan.

Menjawab pertanyaan diatas, harus dilihat kembali bahasa dan


ketentuan di dalam kontraknya. Sesuai penjelasan yang diberikan,
pekerjaan pengalihan tidak termasuk dalam lingkup pekerjaan di
8.6 Bagaimana cara mengevaluasi harga penawaran
kontrak. Secara umum, maka kontraktor dapat mengajukan dalam suatu proses tender pekerjaan konstruksi?
proposal perubahan pekerjaan kepada employer atau konsultan
MK. Apabila disetujui, maka kontraktor dapat melaksanakan Untuk pengadaan barang/jasa pemerintah, Permen PUPR 14/2020
perubahan pekerjaan dan mengajukan klaim atas pekerjaan dapat menjadi rujukan. Menurut Pasal 50 ayat (1), terdapat dua
tambah tersebut. metode evaluasi penawaran pekerjaan konstruksi, yaitu sistem
nilai dan harga terendah.
Terkait alasan apakah item pekerjaan pengalihan sudah termasuk
ke dalam metode pekerjaan atau tidak, maka tergantung pada Metode evaluasi dengan sistem nilai digunakan untuk pengadaan
dokumen metode pekerjaan yang telah disetujui bersama. Apabila yang harga penawarannya dipengaruhi oleh kualitas teknis.
memang di dalam dokumen metode pekerjaan tersebut telah Sedangkan metode evaluasi dengan harga terendah dapat
terdapat penjelasan dimana kontraktor harus melakukan pekerjaan dibedakan menjadi dua cara, yaitu sistem gugur dan ambang
pengalihan, maka item pekerjaan pengalihan tersebut menjadi batas. Metode evaluasi dengan harga terendah sistem gugur ini
tanggung jawab kontraktor. Namun sebaliknya, apabila metode digunakan untuk pengadaan dengan spesifikasi jelas dan standar,
yang telah disetujui bersama belum menjelaskan adanya pekerjaan persyaratan teknisnya mudah dipenuhi, dan/atau harga/biaya
pengalihan sebagai bagian dari pekerjaan proyek tersebut, maka merupakan kriteria evaluasi utama.
kontraktor memiliki hak untuk tidak mengerjakan pekerjaan Sedangkan untuk tender yang menggunakan metode evaluasi
pengalihan tersebut. sistem nilai atau metode evaluasi harga terendah dengan ambang
Lagi, ini menunjukkan bahwa para pihak harus benar-benar batas, maka kriteria evaluasi dan ambang batas ditetapkan oleh
mempersiapkan dan mengkaji keseluruhan dokumen kontrak Pejabat Pimpinan Tinggi Madya pada kementerian/lembaga untuk
secara utuh dan menyeluruh. Kontrak dan dokumen-dokumen pekerjaan yang pembiayaannya dari anggaran pendapatan dan
pendukungnya harus dibaca secara satu kesatuan. Apabila kontrak belanja negara atau Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang
telah ditandatangani, maka kontrak dan keseluruhan dokumennya membidangi Jasa Konstruksi pada pemerintah daerah untuk
telah dianggap benar dan disepakati para pihak. Bilamana terjadi pekerjaan yang pembiayaannya dari anggaran pendapatan dan
kekeliruan dan hal-hal lainnya yang membutuhkan modifikasi belanja daerah.

95 96
BAB 9 Aspek Waktu

9.1 Bagaimana cara mengatasi kontrak kontruksi


yang terhenti akibat masalah pengadaan tanah
yang tidak bisa dibebaskan oleh Panitia
Pengadaan Tanah?

Hal ini tergantung pada ketentuan yang telah disepakati di dalam


kontrak. Pada umumnya, pengadaan tanah merupakan tanggung
jawab pemilik proyek dan sebaiknya diselesaikan sebelum
pelaksanaan pekerjaan dimulai di lapangan. Fungsi dari Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) adalah menginstruksikan
kontraktor untuk segera memulai pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Didalamnya, tersirat pula penyerahan kewenangan
pengelolaan lapangan dari owner kepada kontraktor. Kontraktor
yang menerima kewenangan pengelolaan lapangan kemudian
dapat memulai pelaksanaan pekerjaan dan mengelola lapangan
agar dapat dibangun.

Namun pada prakteknya, sering ditemukan proyek-proyek


infrastruktur yang terkendala akibat masalah pembebasan tanah
yang berlarut-larut meskipun telah ada SPMK dan kontraktor
telah mulai bekerja. Hal ini dapat menimbulkan masalah baru
hingga pada terhentinya pelaksanaan pekerjaan, misal karena
penghadangan oleh warga yang merasa tanah mereka belum
selesai dibayar atau dikompensasi.

97 98
Menurut FIDIC Red Book (2017), pengelolaan lapangan berkepentingan. Polemik pembebasan lahan yang berlarut-larut
merupakan hak kontraktor sebagaimana tertuang dalam Klausul menjadi faktor utama mangkraknya pelaksanaan pembangunan
2.1 Right of Access to the Site. Pada kasus dimana kontraktor maupun penurunan produktifitas. Sebuah studi terkait pengaruh
mengalami kerugian atau keterlambatan akibat kegagalan pemilik pembebasan lahan terhadap proyek pembangunan jalan tol Cinere-
proyek untuk menyerahkan hak pengelolaan lapangan sesuai Jagorawi Seksi II B menunjukkan bahwa pembebasan lahan yang
dengan waktu yang telah ditentukan, kontraktor berhak untuk seharusnya selesai tahun 2010 tapi hingga Juni 2017 baru bebas
mengajukan klaim pembayaran dan/atau perpanjangan waktu 91,677%. Kendala ini mengakibatkan deviasi pada progress
pelaksanaan pekerjaan. konstruksi (Khofiyah & Angreni, 2019).

Dengan demikian, pada contoh kasus di atas, kontraktor dapat Pada hakekatnya, pembebasan lahan merupakan tanggungjawab
mengajukan klaim perpanjangan waktu dan/atau biaya tambahan employer. Namun tak jarang pula demi menghemat waktu
sebagai akibat kelalaian owner dalam memenuhi tanggung pelaksanaan, employer menginstruksikan kepada kontraktor untuk
jawabnya. segera memulai pelaksanaan pekerjaan meskipun lokasi proyek
belum sepenuhnya bebas dari sengketa kepemilikan. Di sisi lain,
meskipun kontraktor tidak berkewajiban untuk memulai
9.2 Apa yang harus dilakukan oleh pekerjaan, tak jarang pula kontraktor menuruti employer dengan
memulai pelaksanaan pekerjaan di lahan yang belum bebas. Hal
kontaktor/penyedia bila lokasi kerja belum clear
ini tentu memiliki konsekuensi seperti sengketa lahan, penutupan
sedangkan pihak owner sudah menekankan untuk akses oleh warga, pengrusakan, hingga sengketa hukum lainnya.
segera kerja dan di sisi lain pihak kontraktor Menanggapi hal ini, sebaiknya kontraktor tidak memulai
ingin menjaga hubungan kedua pihak tetap pelaksanaan pekerjaan sebelum lokasi proyek benar-benar
dibebaskan. Sebagaimana dijelaskan dalam FIDIC Red Book
terjaga hingga pekerjaan selesai? (2017) Klausul 2.1, sudah menjadi tanggung jawab employer
untuk menyerahkan hak akses dan kepemilikan sementara kepada
Masalah pembebasan lahan memang masih merupakan salah satu
kontraktor selama kurun waktu yang dinyatakan di dalam kontrak.
kendala utama dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan di
Dengan demikian, tersirat bahwa kontraktor dapat memulai
Indonesia. Menurut Irawan (2014), berbagai hambatan yang
pekerjaan dalam kondisi lahan yang bebas dari polemik eksternal.
terjadi dalam hal pembebasan lahan muncul karena adanya
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa apabila kontraktor mengalami
konflik kepentingan antara hak kepemilikan tanah dari pemilik
penundaan dan/atau biaya tambahan sebagai akibat kegagalan
lahan dan aspek hukum dalam proses pembebasan tersebut yang
employer untuk menyerahkan hak akses maupun kepemilikan
seringkali ditunggangi oleh pihak-pihak tertentu yang

99 100
sementara, maka kontraktor berhak atas klaim perpanjangan Sayangnya, kajian terkait pengaruh cuaca dan sengketa kontrak
waktu dan/atau biaya tambahan. terkait klaim cuaca di industri konstruksi masih sangat jarang
dilakukan (Ballesteros-Pérez dkk., 2016). Secara umum, istilah
Dalam hal kontraktor diinstruksikan untuk segera memulai
‘cuaca’ memang tidak dijadikan sebagai sebab keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan meskipun lahan belum bebas sepenuhnya,
dalam banyak kontrak konstruksi. Cuaca dianggap sebagai kondisi
maka kontraktor dapat mempertimbangkan untuk meminta
yang telah biasa terjadi di lapangan dan oleh karenanya saat
instruksi tertulis dari employer dan menyepakati kondisi-kondisi
penyelidikan lokasi kontraktor harus pula mempertimbangkan
yang mungkin terjadi selama pelaksanaan pekerjaan yang bukan
faktor cuaca dalam penawarannya.
merupakan kelalaian kontraktor, seperti penundaan akibat
penutupan akses oleh warga atau pengrusakan alat berat oleh Di sisi lain, tak dapat dipungkiri bila ada cuaca-cuaca ekstrim
warga. Dengan demikian, kontraktor memiliki landasan yang kuat yang mungkin terjadi di luar kebiasaan sehingga dianggap sebagai
dalam pengajuan klaim perpanjangan waktu maupun biaya kondisi tak terduga saat penawaran diserahkan oleh kontraktor.
tambahan manakala terjadi kondisi-kondisi eksternal di luar Kondisi ini dinamakan sebagai ‘kondisi iklim yang sangat
tanggung jawab maupun kelalaian kontraktor. Selama pelaksanaan merugikan’ (exceptionally adverse climatic conditions) dalam
pekerjaan, kontraktor sangat disarankan untuk meng-update dan FIDIC Red Book (2017).
mendokumentasikan segala hal terkait progres pembebasan lahan.
Mengingat besarnya potensi sengketa terkait cuaca sebagai sebab
keterlambatan, sebaiknya dalam kontrak telah disepakati definisi
dan lingkup cuaca ekstrim atau kondisi iklim yang sangat
9.3 Apakah cuaca tidak bisa dimasukkan dalam merugikan ini. Definisi dan lingkup ini dapat berbeda-beda
kontrak konstruksi? Hal ini karena cuaca sangat tergantung kondisi cuaca di lokasi proyek yang berlangsung.
Misalnya saja di Indonesia, cuaca ekstrim ini dapat berupa hujan
berpengaruh pada keterlambatan pekerjaan
badai dan angin topan. Atau di negara-negara empat musim, maka
namun juga tidak dapat diprediksi? cuaca ekstrim ini dapat berupa salju lebat atau temperatur dingin.
Beberapa peneliti beranggapan bahwa kondisi cuaca seperti ini
Bisa atau tidaknya cuaca dianggap sebagai peristiwa penyebab turut mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan konstruksi di
keterlambatan sangat bergantung pada kesepakatan bersama yang lapangan (Thorpe & Karan, 2008; Ballesteros-Pérez dkk., 2016).
dituangkan dalam kontrak. Inilah pentingnya tahap negosiasi dan Hal ini mengingat karakteristik proyek konstruksi yang harus
klarifikasi pada saat tender berlangsung dimana peserta tender dan dikerjakan secara on-site sehingga sedikit-banyak kondisi cuaca
employer dapat bersama-sama menilai kondisi cuaca di lokasi akan berpengaruh.
pekerjaan saat pelaksanaan akan berlangsung nantinya.

101 102
Dengan demikian, sangat disarankan bagi para pihak berkontrak sejak kontrak telah ditandatangani dan berakhir ketika kontrak
untuk menyepakati definisi dan lingkup kondisi cuaca ekstrim ini. telah berakhir. Pada umumnya, kontrak berakhir bersamaan
Adapun beberapa poin yang dapat dipertimbangkan adalah dengan berakhirnya masa pemeliharaan. Namun tidak menutup
sebagai berikut: kemungkinan kontrak berakhir karena adanya sebab-sebab lain
seperti terminasi dan kesepakatan bersama.
• Pertimbangan suatu kondisi cuaca ekstrim merujuk pada
data statistik cuaca setempat; Dengan demikian jelas bahwasanya masa kontrak tidak sama
• Kondisi cuaca ekstrim dapat ditentukan dengan dengan masa pelaksanaan pekerjaan. Masa pelaksanaan pekerjaan
membandingkan kondisi cuaca ekstrim yang terjadi justru merupakan bagian dari masa kontrak.
dengan frekuensi kejadian kondisi ekstrim serupa
sebelumnya. Misalnya, kondisi cuaca ekstrim ini dapat
dianggap terjadi bila memiliki tingkat probabilitas 9.5 Apakah konsultan MK dapat menerbitkan
kejadian sekali setiap empat kali durasi penyelesaian
instruksi setelah berakhirnya masa pemeliharaan?
pekerjaan. Dengan demikian, untuk kontrak pekerjaan 2
tahun, maka suatu kondisi dapat dikatakan cuaca ekstrim Secara umum, konsultan MK tidak dapat menerbitkan instruksi
bila terjadi sekali dalam 8 tahun (FIDIC Red Book 2017). setelah berakhirnya masa pemeliharaan. Masa pemeliharaan pada
umumnya dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang
masih belum terselesaikan dan memperbaiki segala cacat
9.4 Apakah masa kontrak itu sama dengan masa pekerjaan yang ada. Apabila terdapat sebuah cacat pekerjaan
pelaksanaan pekerjaannya atau berbeda? selama masa pemeliharaan, maka kontraktor bertanggung jawab
untuk memperbaiki cacat tersebut.
Masa kontrak tidak sama dengan masa pelaksanaan pekerjaan.
Di sisi lain, pemilik proyek dapat memperpanjang masa
Banyak kontrak konstruksi telah menetapkan suatu tanggal
pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan atau bagian pekerjaan
dimana pekerjaan harus dimulai (dalam FIDIC disebut
berdasarkan sub-klausul 11.3 apabila ternyata:
commencement date) dan tanggal dimana pekerjaan harus selesai
(dalam FIDIC disebut date of completion). Durasi waktu antara (a) Ada bagian pekerjaan yang setelah diserah-terimakan
tanggal dimulainya pekerjaan dan tanggal selesainya pekerjaan tidak dapat digunakan sebagaimana tujuannya akibat
merupakan masa pelaksanaan pekerjaan. adanya cacat atau kerusakan; dan
(b) Tunduk pada sub-klausul 20.2 (Klaim pembayaran
Di sisi lain, masa kontrak adalah durasi waktu dimana ketentuan-
dan/atau perpanjangan waktu).
ketentuan kontrak berlaku bagi para pihak. Masa kontrak dimulai

103 104
Misalnya, konsultan MK mengamati bahwa masih banyak penyelesaian lebih awal (early completion) kepada pemilik proyek
terdapat cacat pekerjaan yang belum diperbaiki menjelang akhir dan prosedur pengakhiran kontrak dapat diterapkan.
masa pemeliharaan. Untuk itu, konsultan MK dapat
Landasan penyelesaian pekerjaan lebih awal dari rencana biasanya
merekomendasikan pemilik proyek untuk memperpanjang masa
tersirat dalam ketentuan kontrak itu sendiri dimana pada
pemeliharaan. Namun, perpanjangan masa pemeliharaan ini tidak
umumnya kontrak konstruksi hanya menyatakan bahwa proyek
dapat melebihi dua tahun setelah berakhirnya masa pemerliharaan
harus selesai paling lambat pada tanggal tertentu. Hal ini
pada data kontrak.
bermakna bahwa (1) proyek harus diselesaikan paling lambat pada
Sedangkan sub-klausul 11.10 merujuk pada kewajiban yang tidak tanggal tertentu yang telah disepakati, dan (2) proyek dapat
terpenuhi dimana setelah penerbitan Sertifikat Pelaksanaan diselesaikan lebih cepat dibandingkan tanggal tersebut.
(Performance Certificate), para pihak tetap bertanggung jawab
Terkait penyelesaian yang lebih awal, para pihak dapat mengakui
atas pemenuhan kewajiban yang belum terlaksana pada saat itu.
kinerja baik yang telah dilaksanakan kontraktor melalui
Untuk tujuan menentukan sejauh mana kewajiban tersebut tidak
pemberian insentif. FIDIC Red Book (2017) misalnya,
terlaksana, maka kontrak dianggap tetap berlaku. Disini, pemilik
memberikan kesempatan bagi para pihak untuk menyepakati
proyek/konsultan MK tidak dapat menerbitkan instruksi lagi
ketentuan tambahan terkait insentif atas penyelesaian lebih awal
kepada kontraktor selain menyampaikan surat pemberitahuan
sebagai bagian dari sub-klausul 13.2 [Rekayasa Nilai] yang
terkait kewajiban yang tidak terpenuhi oleh kontraktor dan
berbunyi:
langkah-langkah yang ditempuh pemilik proyek untuk
mendapatkan ganti rugi. “Kontraktor berhak atas pembayaran bonus apabila Pekerjaan
dan/atau Bagian pekerjaan diselesaikan lebih awal daripada
Waktu Penyelesaian untuk Pekerjaan atau Bagian pekerjaan
9.6 Bagaimana jika proyek selesai di tengah masa (tergantung pada kasusnya).”
kontrak?

Meskipun jarang terjadi, sebuah proyek konstruksi dapat saja


diselesaikan lebih cepat dibandingkan tanggal penyelesaian yang
dipersyaratkan di dalam kontrak. Hal ini dapat terjadi karena
manajemen proyek konstruksi yang baik diterapkan oleh
kontraktor, koordinasi dan komunikasi yang baik antara para
pihak yang terlibat, minimnya risiko yang terjadi di proyek, dan
lain sebagainya. Dalam hal ini, kontraktor dapat mengajukan

105 106
9.7 Apa yang dimaksud dengan pekerjaan selesai
100% dalam Perpres No. 16/2018? Apakah
BAB 10 Aspek Mutu
setelah masa pelaksanaan atau setelah masa
pemeliharaan berakhir?
10.1 Bagaimana perlakuannya jika terdapat
Adapun bunyi dari pernyataan yang dimaksud terdapat pada perbedaan spek antara realisasi dengan dokumen
Perpres No. 16 Tahun 2018 Pasal 57 sebagai berikut:
kontrak?
1. Setelah pekerjaan selesai 100% (serratus persen) sesuai
dengan ketentuan yang termuat dalam Kontrak, Penyedia Berdasarkan pertanyaan diatas, diasumsikan bagian pekerjaan
mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk selesai dikerjakan namun memiliki spesifikasi yang berbeda (yang
serah terima barang/jasa. lebih rendah) dengan spesifikasi yang dipersyaratkan di dalam
2. PPK melakukan pemeriksaan terhadap barang/jasa yang dokumen kontrak. Misalnya, pekerjaan pengecoran beton yang
diserahkan. menurut spesifikasi teknis seharusnya mutu K-250 namun pada
3. PPK dan Penyedia menandatangani Berita Acara Serah kenyataannya di lapangan memiliki mutu K-200 atau dibawah
Terima. yang dipersyaratkan di dalam spesifikasi teknis.

Dengan demikian, ketentuan dalam pasal ini dapat merujuk pada Dalam kasus seperti ini, maka telah terjadi cacat pekerjaan
Berita Acara Serah Terima Pertama (Provisional/Partial Hand sehingga ketentuan terkait cacat pekerjaan di dalam kontrak
Over) maupun Berita Acara Serah Terima Kedua (Final Hand berlaku. Sebagai contoh, FIDIC Red Book (2017) Sub-Klausul 7.5
Over). Oleh karena itu, ketentuan dalam pasal ini berlaku baik menguraikan tentang cacat pekerjaan. Dinyatakan bahwa apabila
untuk Serah Terima Pertama maupun Serah Terima Kedua. sebagai hasil dari suatu pemeriksaan, inspeksi, pengukuran atau
pengujian, segala pabrik, bahan, desain kontraktor (apabila ada)
Apabila konteks pernyataan dalam proses pengerjaan adalah untuk
atau hasil pekerjaan ditemukan cacat atau tidak sesuai dengan
Serah Terima Pertama, maka pernyataan selesai 100% merupakan
kontrak, maka Engineer/konsultan MK akan memberikan sebuah
penyelesaian masa pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan jika
pemberitahuan kepada kontraktor dan kontraktor akan segera
konteks pernyataan adalah untuk Serah Terima Kedua, maka
menyampaikan sebuah proposal untuk memperbaiki cacat
pernyataan selesai 100% merupakan penyelesaian masa
pekerjaan tersebut.
pemeliharaan.
Selanjutnya, konsultan MK akan mengkaji proposal ini. Apabila
dalam 14 hari setelah menerima proposal kontraktor (atau revisi

107 108
proposal) konsultan MK tidak memberikan pemberitahuan atau memperbaiki cacat pekerjaan sebenarnya merupakan hak bagi
persetujuan, maka konsultan MK dianggap telah memberikan kontraktor untuk melaksanakannya. Di sisi lain, terkadang ada
pemberitahuan tidak berkeberatan atas proposal tersebut dan pemilik proyek yang memilih untuk memperbaiki cacat tersebut
kontraktor dapat memulai pekerjaan perbaikan. sendiri dengan merekrut kontraktor lain. Hal ini tidak boleh
dilakukan karena pemilik proyek hanya berhak untuk meminta
Sebaliknya, apabila kontraktor gagal untuk menyerahkan proposal
perbaikan cacat pekerjaan kepada kontraktor. Namun apabila
(atau revisi proposal) untuk pekerjaan perbaikan, atau gagal untuk
setelah meminta kontraktor untuk memperbaiki cacat pekerjaan
melaksanakan pekerjaan perbaikan yang telah disetujui oleh
tersebut sesuai dengan prosedur kontrak, terbukti kontraktor lalai
konsultan MK, maka konsultan MK dapat:
untuk memperbaiki cacat pekerjaan itu, maka pemilik proyek baru
(a) Menginstruksikan kontraktor sesuai sub-paragraf (a) diperkenankan merekrut kontraktor lain untuk memperbaiki cacat
dan/atau (b) dari sub-klausul 7.6; atau tersebut.
(b) Menolak pabrik, bahan, desain kontraktor (apabila ada)
FIDIC Red Book (2017) sub-klausul 11.4 menjelaskan prosedur
atau hasil pekerjaan dengan memberikan pemberitahuan
dimana pemilik proyek memiliki opsi untuk:
kepada kontraktor, dengan alasan-alasan, yang mana
kasus sub-paragraf (a) sub-klausul 11.4 [Kegagalan (a) Melaksanakan sendiri atau merekrut pihak lain untuk
Memperbaiki Cacat Pekerjaan] akan berlaku. memperbaiki cacat pekerjaan dengan biaya tanggungan
kontraktor, namun selanjutnya kontraktor tidak lagi
bertanggung jawab atas bagian pekerjaan perbaikan ini;
10.2 Apakah kontraktor dibebaskan dari (b) Menerima kerusakan atau cacat pekerjaan, dimana
pemilik proyek berhak atas sub-klausul 20.2 terkait
tanggung jawab apa pun jika pemilik proyek
pengurangan Nilai Kontrak.
bersikeras untuk memperbaiki cacat (c) Meminta engineer untuk menganggap bagian pekerjaan
yang tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
pekerjaannya sendiri atau menunjuk kontraktor
sesuai kontrak sebagai penghilangan (omission), seolah-
lain untuk memperbaiki cacat pekerjaan yang olah penghilangan tersebut telah diinstruksikan
ada? berdasarkan sub-klausul 13.3.1 (perubahan pekerjaan
berdasarkan instruksi); atau
Kontrak konstruksi biasanya telah memuat ketentuan terkait cacat (d) Menterminasi kontrak secara keseluruhan apabila
pekerjaan dan prosedur perbaikan cacat pekerjaan. Ketentuan ini kerusakan atau cacat tersebut menyebabkan pemilik
secara tersirat memberikan hak kepada kontraktor untuk proyek kehilangan manfaat dari Pekerjaan secara
memperbaiki cacat pekerjaan yang ada. Oleh karena itu, substansial. Pemilik proyek selanjutnya berhak atas ganti

109 110
rugi semua biaya yang telah dibayarkan atas pekerjaan konstruksi terdiri dari sekumpulan dokumen yang saling
tersebut, ditambah biaya finansial dan setiap biaya lainnya melengkapi satu sama lain sehingga upaya integrasi keseluruhan
yang dikeluarkan untuk membongkar, membersihkan dokumen kontrak sangat diperlukan.
lapangan dan mengembalikan alat dan material kepada
Menjawab pertanyaan diatas, perlu diingat bahwa meskipun
kontraktor.
hirarki RKS lebih tinggi dari gambar (berdasarkan kontrak yang
Perlu diingat bahwa opsi-opsi diatas hanya dapat diberlakukan disepakati), hal ini tidak serta-merta memberikan landasan bagi
apabila kontraktor gagal memperbaiki kerusakan atau cacat salah satu pihak untuk berpegang hanya pada satu dokumen saja.
pekerjaan sesuai dengan tanggal yang dituangkan dalam Disini, kontraktor disarankan untuk menanyakan kepada
pemberitahuan tertulis yang telah disampaikan oleh pemilik konsultan perencana mengenai perbedaan mutu yang ada dan
proyek atau konsultan MK. Dengan demikian, prosedur notifikasi mutu manakah yang seharusnya digunakan untuk pekerjaan
menjadi penting untuk memberikan preseden hak pemilik proyek konstruksi. Kita tentu tidak mau terjadi kegagalan bangunan
dalam menyikapi kerusakan atau cacat pekerjaan. akibat pemakaian spun pile dengan mutu yang salah. Ini adalah
dari perspektif perancangan.

Di sisi lain, dari perspektif kontrak, maka para pihak harus


10.3 Pada proyek yang saya jalani terdapat memeriksa kembali penawaran kontraktor atau RAB kontrak
perbedaan mutu antara RKS dan gambar DED untuk pekerjaan spun pile berdasarkan mutu berapa. Apabila RAB
ternyata menyatakan bahwa pekerjaan spun pile untuk mutu fc 42
untuk pekerjaan spun pile dia. 600 mm. Pada
Mpa sedangkan menurut konsultan perencana di lapangan
RKS tertulis mutu fc 42 Mpa, sedangkan pada seharusnya fc 52 Mpa, maka tentu diperlukan penyesuaian harga
gambar DED tertulis mutu fc 52 Mpa. Hirarki satuan untuk item pekerjaan tersebut. Kontraktor dianggap berhak
atas penyesuaian harga dengan dasar kesalahan dokumen
dokumen kontrak mengatakan bahwa RKS lebih perencanaan (adanya perbedaan mutu yang tertulis antara RKS
tinggi daripada gambar. Apakah yang sebaiknya dan gambar). Selanjutnya para pihak dapat melakukan
amandemen kontrak.
dilakukan?

Kasus seperti ini dapat saja terjadi dan oleh karena itu penting
bagi para pihak untuk menyediakan waktu dan tenaga yang cukup
untuk memeriksa dengan teliti perbedaan-perbedaan yang ada di
antara dokumen kontrak. Hal ini terutama mengingat kontrak

111 112
10.4 Pada kasus dimana klaim cacat pekerjaan Situasi ini dapat menjadi semakin rumit apabila tanggungan
kontraktor kepada employer masih belum pasti. Dalam hal ini,
timbul untuk bagian pekerjaan yang dilaksanakan
sudah jelas terdapat cacat pekerjaan atas pekerjaan subkontraktor,
oleh subkontraktor, kemudian kontraktor diklaim namun klaim dari employer terkait cacat pekerjaan tersebut belum
oleh employer dan menanggung kerugian. ditentukan, mungkin karena pengajuan klaim employer terdiri dari
banyak klaim lainnya selain terkait cacat pekerjaan, atau
Apakah kontraktor dapat mengklaim kembali pengajuan klaim employer belum ditentukan nominalnya.
kerugian yang ditanggung kepada subkontraktor Disini, kita dapat melihat pelajaran dari kasus hukum dari
yang telah menyelesaikan kontraknya? Australia antara Cubic Metre Pty Ltd v C & E Critharis
Construction Pty Ltd [2020] NSWSC 479. Dalam kasus ini,
Kasus sengketa yang melibatkan tiga pihak seperti diatas memang kontraktor gagal mengajukan klaim kepada subkontraktor karena
lebih rumit dibandingkan sengketa antara dua pihak. Biasanya tidak dapat membuktikan kerugian yang dialaminya akibat cacat
permasalahan diselesaikan terlebih dahulu antara pihak kontraktor pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, dalam pengajuan klaim
dengan employer yang menyepakati penyelesaian sengketa akibat kepada subkontraktor, penting bagi kontraktor untuk dapat
cacat pekerjaan. Hal ini menyisakan potensi sengketa antara membuktikan jangkauan dan besarnya kerugian yang dialami
kontraktor dengan subkontraktor yang mengerjakan bagian akibat cacat pekerjaan oleh subkontraktor.
pekerjaan yang diklaim sebagai cacat pekerjaan. Kontraktor akan
meminta ganti rugi dari subkontraktor atas kerugian yang
ditanggungnya sesuai dengan prosedur yang terdapat di dalam 10.5 Terdapat cacat pekerjaan pada sebuah
subkontrak.
proyek konstruksi yang telah selesai. Konsultan
Dalam hal sengketa antara kontraktor dan employer dibawa ke
ranah pengadilan atau ADR/APS, maka kontraktor tidak dapat MK menginstruksikan kontraktor untuk
langsung mengajukan klaim yang diderita agar ditanggung oleh memperbaiki cacat tersebut, namun kontraktor
subkontraktor. Hal ini karena sengketa yang terjadi adalah antara
enggan atau menolak instruksi tersebut. Apa
kontraktor dan employer dimana tidak terdapat hubungan
kontraktual antara employer dengan subkontraktor. Namun, yang sebaiknya dilakukan?
kontraktor dapat meminta arbiter atau pengadilan untuk
mengidentifikasi jumlah ganti rugi yang dapat digunakannya Kontrak konstruksi biasanya telah mencantumkan suatu periode
sebagai landasan untuk mengajukan klaim kepada subkontraktor. waktu dimana cacat pekerjaan masih merupakan tanggung jawab
kontraktor dan kontraktor wajib untuk memperbaikinya. Periode

113 114
waktu ini disebut pula masa pemeliharaan (defects 10.6 Apabila perbaikan sebuah cacat pekerjaan
notification/rectification period). Dalam hal kontraktor enggan
turut mempengaruhi bagian pekerjaan lain yang
atau menolak untuk memperbaiki cacat pekerjaan yang ditemukan
selama masa pemeliharaan ini, pemilik proyek dapat mengikuti dilaksanakan oleh kontraktor lain sehingga
prosedur yang ada di dalam kontrak. pemilik proyek harus membayar kompensasi
Sebagai contoh, FIDIC Red Book (2017) klausul 11 terkait Cacat akibat keterlambatan selama perbaikan cacat
Pekerjaan setelah Serah Terima Pertama menjabarkan beberapa
prosedur yang dapat ditempuh oleh pemilik proyek. Pada sub-
pekerjaan tersebut, apakah pemilik proyek dapat
klausul 11.1, pemilik proyek atau konsultan MK harus mengklaim kontraktor atas kompensasi yang
menerbitkan sebuah surat pemberitahuan kepada kontraktor
harus dibayarkannya kepada kontraktor lain?
terkait cacat pekerjaan tersebut. Selanjutnya, para pihak dapat
melakukan inspeksi bersama, diikuti dengan kontraktor Pada kasus diatas, terdapat dua asumsi yang harus diambil terlebih
menyiapkan sebuah proposal untuk perbaikan pekerjaan, dan dahulu, yaitu (1) perbaikan cacat pekerjaan dilaksanakan pada
persetujuan atau revisi atas proposal tersebut oleh konsultan MK. masa pemeliharaan, dan (2) perbaikan cacat pekerjaan tersebut
Selain itu, sub-klausul 11.3 memberikan kesempatan bagi pemilik turut berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor
proyek untuk memperpanjang waktu masa pemeliharaan apabila lain.
masih ditemukan cacat pekerjaan yang belum diperbaiki oleh
kontraktor. Namun perpanjangan masa pemeliharaan ini dibatasi Sebuah kasus hukum antara HW Neville (Sublest) Ltd v William
hingga dua tahun sejak berakhirnya masa pemeliharaan awal. Press & Son Ltd (1981) dapat menjadi pelajaran mengenai klaim
pemilik proyek terhadap kontraktor terkait kerugian yang dialami
Di sisi lain, kegagalan untuk memperbaiki cacat pekerjaan baik oleh pemilik proyek sebagai akibat perbaikan cacat pekerjaan.
karena kelalaian kontraktor maupun keengganan kontraktor untuk Kontraktor (tergugat) ditunjuk untuk mengerjakan pekerjaan
memperbaiki cacat tersebut, sub-klausul 11.4 menjabarkan fondasi dan saluran drainase pada sebuah proyek konstruksi toko
langkah-langkah yang dapat ditempuh pemilik proyek untuk roti. Sedangkan pekerjaan struktur atas akan dilaksanakan oleh
memperbaiki cacat pekerjaan tersebut dengan biaya tanggungan kontraktor lainnya. Pada saat serah terima pertama pekerjaan
kontraktor. pondasi, terdapat cacat pekerjaan yang kemudian diperbaiki oleh
kontraktor. Kemudian perhitungan akhir dan sertifikat final
diterbitkan. Akan tetapi, proses perbaikan cacat pekerjaan pondasi
tersebut ternyata berpengaruh pada progress pekerjaan struktur
atas yang dilaksanakan oleh kontraktor lain. Pemilik proyek harus

115 116
mengeluarkan biaya tambahan sebagai kompensasi keterlambatan
ini sehingga pemilik proyek mengajukan klaim kepada kontraktor. BAB 11 Aspek Administrasi Hukum
Kontraktor berpendapat bahwa sertifikat final telah diterbitkan.
Namun pengadilan tidak setuju dengan pendapat kontraktor
dimana sertifikat final hanya terkait keberterimaan pekerjaan dan
tidak terkait dengan biaya-biaya lain yang muncul akibat darinya. 11.1 Bagaimana sistem kontrak di Indonesia?
Dengan demikian, kasus HW Neville mengindikasikan bahwa Sistem kontrak konstruksi di Indonesia menganut sistem kontrak
pemilik proyek dapat mengklaim biaya yang muncul menyusul pada negara-negara yang menganut Hukum Sipil (Civil Law
perbaikan cacat pekerjaan. Jurisdiction). Secara umum, sistem kontrak konstruksi di
Indonesia—sebagaimana dengan kontrak-kontrak lain di
Indonesia, diatur dalam KUH Perdata Buku III tentang Perikatan.

Sebagai contoh, asas kebebasan berkontrak diatur dalam Pasal


1338 KUH Perdata yang berbunyi:

(1) Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-


undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
(2) Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan
yang ditentukan oleh undang-undang.
(3) Persetujuan harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

Asas kebebasan berkontrak ini memberikan kebebasan bagi


masyarakat untuk: memutuskan akan membuat perjanjian atau
tidak, memilih dengan siapa mereka akan membuat perjanjian,
menentukan bentuk perjanjian, menentukan isi perjanjian, dan
menentukan cara membuat perjanjian (Hansen, 2017a). Meskipun
demikian, asas kebebasan berkontrak ini tetap memiliki batasan-
batasan, yaitu tidak boleh bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum, maupun kesusilaan (Pasal 1337 KUH Perdata).

117 118
Selanjutnya, menurut Pasal 1320 KUH Perdata, terdapat empat • Putusan Mahkamah Agung RI Nomor
syarat agar sebuah perjanjian menjadi sah secara hukum, yaitu: 233/G/2019/PTUN-MDN antara CV. Serdang Indah
melawan Kelompok Kerja (Pokja) Pemilihan Unit Kerja
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Labuhan Batu Selatan,
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Pekerjaan Kegiataan Pelebaran Jembatan dari Simpang
3. Suatu pokok persoalan tertentu
Ranto Jior menuju Hutagodang Kecamatan Sungai Kanan
4. Suatu sebab yang tidak terlarang
TA 2019.
Selain itu, sistem kontrak konstruksi Indonesia juga bersumber • Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 1586/K/Pdt/2011
pada perundangan-undangan lain yang diterbitkan oleh antara PT. Gajah Muda Persada melawan Ambasador
Pemerintah Republik Indonesia terkait bidang jasa konstruksi. Gading Serpong & Paramount Serpong.

Kesemua sengketa hukum di atas terkait dengan permasalahan


kontraktual dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Hal ini
11.2 Mengapa selama ini jarang permasalahan mengingat pekerjaan konstruksi selalu memiliki risiko dan
kontrak konstruksi dibawa ke ranah hukum? hubungan kontraktual berpotensi menimbulkan konflik yang dapat
berkembang menjadi sengketa. Pada praktiknya, kerap kali
Premis yang diajukan dalam pertanyaan ini kurang tepat karena berbagai upaya penyelesaian sengketa dilakukan melalui jalur
pada faktanya cukup banyak permasalahan kontraktual terkait non-litigasi seperti negosiasi, mediasi, ajudikasi hingga arbitrasi.
pekerjaan konstruksi yang dibawa ke ranah hukum. Berikut adalah Penyelesaian sengketa melalui jalur non-litigasi atau dikenal pula
beberapa contoh diantaranya: dengan sebutan alternatif penyelesaian sengketa (APS/ADR)
sering didorong sebagai langkah pertama dan utama dalam
• Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor
penyelesaian sengketa konstruksi. Itu sebabnya pada banyak
208/PDT/2018/PT.DKI antara PT. Mitra Jujur Indonesia
kontrak konstruksi terdapat klausul khusus penyelesaian sengketa.
melawan PT. Jasa Marga (Persero), PT. Prunajasa
Meskipun umumnya klausul ini menegaskan penyelesaian
Bimapratama & PT. Bank Sumut.
sengketa melalui jalur non-litigasi, hal ini tidak menutup
• Putusan Mahkamah Agung RI Nomor
kemungkinan bila para pihak sepakat memilih jalur litigasi untuk
459/PDT.G/2016/PN.JKT.PST antara PT. Cedrus
penyelesaian sengketa konstruksi.
Indonesia melawan PT. Grahardi Andita Pratama.
• Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 348 PK/Pdt/2009 Sebagai contoh, FIDIC Red Book (2017) Klausul 21 menjelaskan
antara PT. Petronusa Teer melawan Kepala Dinas Bina tentang sengketa dan pembentukan Dispute Avoidance and
Marga Provinsi Jawa Tengah. Adjudication Board (DAAB) sebagai upaya penyelesaian
sengketa selain arbitrasi. Di sisi lain, tidak tertutup kemungkinan

119 120
bagi salah satu pihak yang merasa dirugikan dalam putusan ADR Pasal 10 menegaskan bahwa penyelesaian tindak lanjut tidak
untuk menggugat hasil putusan tersebut melalui jalur hukum. menghapuskan tuntutan pidana.
Dalam penelitiannya, Hansen (2019) memberikan beberapa
Dengan demikian, apabila ditemukan kelebihan pembayaran atas
contoh kasus dimana hasil putusan arbitrasi digugat oleh salah
prestasi pekerjaan dengan dasar-dasar yang sah dan kontraktor
satu pihak melalui jalur hukum.
tidak bersedia untuk mengembalikan kelebihan pembayaran
tersebut, maka pejabat yang berwenang dapat membawanya ke
ranah hukum. Selanjutnya, pihak kontraktor dapat melakukan
11.3 Bagaimanakah sikap ke penyedia yang banding atas hasil temuan audit BPK melalui jalur hukum
tidak mau mengembalikan temuan kelebihan tersebut. Di sisi lain, pejabat pemerintah juga dapat
memberlakukan sanksi lain kepada kontraktor seperti
pembayaran atas hasil audit?
memasukkannya ke dalam daftar hitam rekanan.
Pelaksanaan audit terkait laporan keuangan pemerintah umumnya
dilakukan oleh pihak eksternal audit yaitu Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) Republik Indonesia yang merupakan lembaga 11.4 Bagaimana mendeteksi adanya tindak
negara yang mengemban tugas untuk memeriksa pengelolaan dan kecurangan dari suatu pengadaan konstruksi?
tanggung jawab keuangan negara (Essing, Saerang, & Lambey,
2017). Laporan audit BPK memuat temuan pemeriksaan yang Fraud atau tindak kecurangan merupakan sebuah tindakan ilegal
terdiri atas satu atau lebih permasalahan atau ketidaksesuaian. yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan
Perbaikan atas temuan audit ini disampaikan dalam bentuk dari pihak lain dengan cara yang salah. Tindak kecurangan dalam
rekomendasi. Pihak yang diaudit mempunyai kewajiban untuk industri konstruksi dapat berupa suap-menyuap, uang pelican,
menindaklanjuti hasil temuan dan rekomendasi tersebut perlakuan istimewa terhadap peserta tender tertentu, dan
sebagaimana diatur dalam Pasal 3, 4, dan 5 Peraturan BPK RI sejenisnya. Adanya kolusi dan korupsi antara employer dengan
Nomor 2/2017. kontraktor tertentu tidak saja merugikan pihak lainnya, namun
juga berpotensi menghambat pelaksanaan proyek konstruksi.
Selanjutnya, pada Pasal 6 dijelaskan pemantauan pelaksanaan
tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan BPK. Pada Pasal Sebuah studi menarik terkait tindak kecurangan pada 89
9 diuraikan bahwa apabila dalam jangka waktu sebagaimana responden dari berbagai perusahaan konstruksi di Turki
dimaksud pada ayat (1) klasifikasi tindak lanjut belum sesuai menemukan fakta: (1) hingga 43% responden menyatakan bahwa
dengan rekomendasi atau rekomendasi belum ditindaklanjuti, perusahaan atau proyek mereka berisiko tindak kecurangan, (2)
maka BPK dapat melaporkan kepada instansi yang berwenang. 48% mengalami setidaknya satu kasus tindak kecurangan internal,

121 122
dan (3) 52% menyatakan tidak pernah melaksanakan penilaian
risiko tindak kecurangan (Gunduz & Onder, 2012). Temuan ini
mengindikasikan pentingnya proses penilaian tindak kecurangan
11.5 Apakah kontrak konstruksi di Indonesia
pada perusahaan maupun proyek konstruksi – yang sayangnya harus berdasarkan peraturan perundangan yang
jarang diperhatikan.
berlaku?
Mufutau & Mojisola (2016) telah memberikan beberapa indikator
adanya tindak kecurangan dalam proses pengadaan, antara lain: Sebagai sebuah perjanjian yang disepakati dan dilaksanakan di
wilayah hukum Indonesia, tentu saja kontrak konstruksi yang
• Gagalnya penerapan sistem pengendalian di departemen dibuat di Indonesia harus mematuhi peraturan perundang-
pengadaan/pembelian; undangan yang berlaku di Indonesia. Demikian pula bagi kontrak
• Tender dengan peserta yang tidak jelas rekam jejaknya; konstruksi yang dibuat di suatu negara, harus menyesuaikan dan
• Perputaran karyawan yang tinggi di departemen tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku di negara
pengadaan/pembelian; tersebut. Hal ini karena suatu kontrak konstruksi mencakup dua
• Adanya dukungan kepada kontraktor tertentu; aspek, yaitu aspek legal dan aspek bisnis.
• Adanya hubungan preferensial antara salah satu oknum
dari employer dengan oknum dari kontraktor; Hansen (2017) berpendapat bahwa kontrak konstruksi memuat
• Kontraktor tanpa kelebihan kompetitif atau hanya dengan elemen hukum yang mengatur kepentingan para pihak sehingga
kualitas jasa yang rendah sering memenangkan tender; penyusunan kontrak konstruksi itu sendiri dipengaruhi oleh
• Adanya laporan dan kecurigaan yang disampaikan oleh peraturan setempat yang berlaku. Di Indonesia sendiri, segala
seorang karyawan atau entitias; perjanjian harus tunduk pada KUH Perdata Bab III tentang
• Seringnya dokumentasi pengadaan penting yang hilang. Perikatan. Menurut Pasal 1338 KUH Perdata, terdapat asas
kebebasan berkontrak dimana:
Dalam rangka mengatasi dan mencegah tindak kecurangan,
perusahaan maupun tim proyek dapat melakukan: (1) Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-
undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
• Melakukan audit internal dengan rutin; membuatnya.
• Melakukan penilaian tindak kecurangan secara berkala; (2) Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
• Memastikan pengendalian sistem pengadaan telah kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan
berjalan dengan baik; yang ditentukan oleh undang-undang.
• Membangun budaya bersih; (3) Persetujuan harus dilaksanakan dengan iktikad baik.
• Mengelola sumber daya manusia dengan benar.

123 124
Dalam Pasal 1337 KUH Perdata ini terdapat pembatasan kontrak dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
yang berbunyi: (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
“Suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”
undang-undang atau bila sebab itu bertentangan dengan
kesusilaan atau dengan ketertiban umum.” Peraturan ini seringkali dikenakan pada pelaku jasa konstruksi
padahal seharusnya pasal UU Tipikor ini baru dapat diterapkan
Hal yang sama juga dimuat dalam FSKK internasional seperti
jika dalam penyimpangan pekerjaan konstruksi terindikasi adanya
FIDIC. Dalam FIDIC Red Book (2017) Sub-Klausul 1.4 [Hukum
unsur perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian
dan Bahasa] dijelaskan bahwa kontrak konstruksi akan diatur oleh
negara (Nanjaya 2020). Pendapat serupa juga dikemukan oleh
hukum negara (atau yurisdiksi lain) yang dinyatakan dalam Data
Kartiwan, Soenardji dan Al Katuuk (2014) yang menyatakan
Kontrak (apabila tidak dinyatakan, maka tunduk pada hukum
bahwa penegakan hukum dengan menggunakan UU Tipikor tidak
negara yang berlaku). Selanjutnya, pada Sub-Klausul 1.13
bisa serta merta diterapkan terhadap semua kasus sengketa
[Kepatuhan terhadap Hukum] dijabarkan bahwa para pihak dalam
konstruksi proyek infrastruktur. Di sini, aparat penegak hukum
melaksanakan kontrak harus mematuhi segala hukum yang
harus dapat membuktikan bahwa kesalahan atau penyimpangan
berlaku, misalnya terkait perizinan pembangunan, perpajakan, dan
dalam pekerjaan proyek konstruksi tersebut terdapat unsur
spesifikasi teknis.
kesengajaan.

Lebih lanjut, para ahli berpendapat bahwa UUJK seharusnya


11.6 Apakah kontrak konstruksi layak diperlakukan sejajar dengan undang-undang Lex Specialis di
dunia jasa konstruksi (Kartiwan, Soenardji dan Al Katuuk 2014,
ditipikorisasi?
Nanjaya 2020). Pada hakekatnya, pelaksanaan pekerjaan proyek
Layak atau tidaknya suatu sengketa pekerjaan konstruksi konstruksi timbul karena adanya kesepakatan antara kedua belah
ditipikorisasi sangat bergantung pada kondisi-kondisi yang pihak yang berkontrak. Kontrak konstruksi menjadi landasan
menyebabkan sengketa tersebut masuk dalam kategori perbuatan utama yang mengatur hubungan para pihak. Kontrak ini bersifat
tindak pidana korupsi. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 mengikat dan diatur lebih lanjut berdasarkan KUH Perdata. Oleh
Tahun 1999 yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 karena itu, kontrak konstruksi merupakan ranah hukum perdata.
Tahun 2001 (UU Tipikor) menyatakan bahwa “setiap orang yang Namun pekerjaan konstruksi dapat dikategorikan dalam ranah
secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri hukum pidana bila terjadi kesalahan yang diniatkan dan
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan mengakibatkan kerugian negara sehingga memenuhi unsur tipikor
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara (Nanjaya, 2020).

125 126
Yang menjadi permasalahan adalah menerapkan UU tipikor (2) Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
secara membuta terhadap semua sengketa konstruksi. UUJK kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan
Nomor 2 Tahun 2017 yang diubah dengan UU Cipta Kerja Nomor yang ditentukan oleh undang-undang.
11 Tahun 2020 secara tegas mengatur penyelenggaraan jasa (3) Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik.
konstruksi tanpa sanksi pidana. Bahkan dalam kasus terjadi
Dengan demikian, jelas bahwasanya para pihak dapat
kegagalan bangunan pun maka penyedia jasa dikenakan sanksi
menyepakati isi dan ketentuan di dalam kontrak konstruksi
ganti rugi atau sanksi administratif (Nanjaya, 2020). Segala
asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban
bentuk sengketa konstruksi diamanatkan untuk dapat diselesaikan
umum maupun kesusilaan (Pasal 1337 KUH Perdata). Terkait
melalui mekanisme non-litigasi.
pertanyaan yang diajukan, maka para pihak dapat memasukkan
pasal 17 (2) Perpres 16/2018 ke dalam kontrak konstruksi sesuai
dengan kesepakatan bersama.
11.7 Apakah bisa dibuatkan pasal tersendiri
Pasal 17 ayat 2 Perpres 16/2018 ini sendiri terkait dengan
dalam klausul kontrak terkait pasal 17 ayat 2
tanggung jawab kontraktor selaku penyedia jasa. Pasal ini
Perpres 16/2018? berbunyi “Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertanggung jawab atas: (a) pelaksanaan kontrak; (b) kualitas
Kontrak konstruksi merupakan suatu kesepakatan dimana pemilik barang/jasa; (c) ketepatan perhitungan jumlah atau volume; (d)
proyek/pengguna jasa dan kontraktor/penyedia jasa saling ketepatan waktu penyerahan; dan (e) ketepatan tempat
mengikatkan diri secara hukum sesuai dengan kesepakatan penyerahan.”
bersama. Kontrak ini dibuat secara tertulis untuk mempertemukan
pemikiran dari para pihak sehingga timbul ketentuan-ketentuan
yang disepakati terkait pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan
sekaligus untuk mencegah munculnya ketidaksepahaman para
pihak dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi (Hansen, 2017b).

Sebagai suatu produk hukum, kontrak konstruksi memiliki asas


kebebasan berkontrak yang diatur dalam KUH Perdata Pasal 1338
yang berbunyi sebagai berikut:

(1) Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-


undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.

127 128
BAB 12 Keadaan Kahar

12.1 Apabila ada force majeure yang sangat


berat, apa boleh putus kontrak secara sepihak
oleh penyedia jasa dan apakah hal ini
dibenarkan?

Hal ini tergantung dengan ketentuan kontrak yang menjadi


landasan pekerjaan konstruksi bagi para pihak. Untuk menjawab
pertanyaan ini, FIDIC Red Book (2017) digunakan sebagai contoh
standar kontrak umum. Pada klausul 18.5 dijelaskan poin
Penghentian Opsional (Optional Termination) yang memberikan
hak bagi salah satu pihak untuk menyampaikan surat
Pemberitahuan Penghentian Pekerjaan/Kontrak kepada pihak
lainnya sebagai akibat force majeure (pada FIDIC Red Book 2017,
istilah ‘force majeure’ diganti menjadi ‘exceptional event’).
Dengan demikian, kontraktor dapat mengajukan surat
Pemberitahuan Penghentian Kontrak kepada employer dengan
alasan force majeure yang berkepanjangan. Terdapat beberapa
kondisi alasan ini dapat digunakan sebagai landasan penghentian
opsional, yaitu:

(1) terjadi peristiwa Keadaan Kahar sebagaimana yang


dijelaskan di dalam klausul 18.1
(2) pihak yang terdampak Keadaan Kahar telah memberikan
Surat Pemberitahuan Peristiwa Keadaan Kahar
sebagaimana dijelaskan dalam klausul 18.2

129 130
(3) masing-masing pihak telah melaksanakan kewajibannya dan sengketa konstruksi yang muncul akibat peristiwa keadaan
untuk meminimalkan dampak keterlambatan akibat kahar.
peristiwa Keadaan Kahar sebagaimana dijelaskan dalam
klausul 18.3
(4) peristiwa Keadaan Kahar telah menghambat pelaksanaan 12.2 Apa pandangan terkait pelaksanaan
pekerjaan secara terus-menerus selama 84 hari sejak
konstruksi di masa pandemi COVID-19 terhadap
Pemberitahuan Peristiwa Keadaan Kahar, atau terjadi
selama beberapa periode (tidak kontinu) dengan total sumber daya/tenaga kerja dimana beban biaya
melebihi 140 hari akibat peristiwa Keadaan Kahar yang
perawatan/penyembuhan pekerja menjadi
sama.
tanggungan kontraktor atau subkontraktor.
Menanggapi Pemberitahuan Penghentian Opsional, tanggal
penghentian kontrak harus ditetapkan dalam kurun waktu 7 hari Sementara dalam kontrak tidak pernah
setelah pemberitahuan diterima oleh pihak lainnya, dan kontraktor disebutkan atau dibahas mengenai hal ini. Kalau
dapat menyerahkan dokumen-dokumen pendukung untuk
pun ada dianggap bagian dari klausul force
perhitungan pekerjaan sebagaimana dijelaskan dalam klausul
18.5. Engineer kemudian akan menindaklanjuti hal ini dan majeure. Di Balikpapan, biaya yang harus
menerbitkan sebuah Sertifikat Pembayaran.
ditanggung kontraktor mencapai Rp 270 juta
Selain penghentian opsional, FIDIC Red Book (2017) juga akibat hal tersebut?
memuat klausul 18.6 Pembebasan Kinerja berdasarkan Hukum.
Sebagaimana pada negara-negara Hukum Sipil seperti Indonesia, Force majeure atau keadaan kahar merupakan konsep dari Hukum
terdapat ketentuan perundang-undangan yang membebaskan salah Sipil (Ezeldin & Helw, 2018) yang berakar dari Hukum Perancis.
satu pihak dari pelaksanaan kinerjanya sesuai kontrak sebagai Klausul keadaan kahar mengatur ketentuan kontrak yang
akibat terjadinya peristiwa Keadaan Kahar (KUH Perdata Pasal memberikan hak kepada salah satu pihak untuk berhenti
1244, 1245, 1545, 1553). Namun demikian, pelaksanaan melaksanakan kewajiban kontraktualnya apabila telah terjadi
ketentuan ini seringkali menemui tantangan mengingat banyaknya peristiwa tertentu yang berada di luar kendali pihak tersebut
kasus-kasus hukum terkait penghentian kontrak akibat keadaan sehingga pelaksanaan pekerjaan menjadi tidak memungkinkan,
kahar mendapatkan putusan berbeda oleh pengadilan. Oleh karena tidak dianjurkan atau tidak sesuai dengan hukum yang berlaku
itu, Hansen (2020b) mengemukakan pentingnya klausul Keadaan (Corrada, 2007). Contohnya adalah peristiwa pandemi COVID-19
Kahar di dalam kontrak sebagai alat untuk menghindari konflik yang merebak di seluruh negara termasuk Indonesia dan memukul

131 132
perekonomian Indonesia termasuk industri konstruksi. Pemerintah (2) salah satu pihak dapat memberlakukan pengakhiran
Indonesia telah merespon penyebaran wabah ini melalui berbagai kontrak secara sepihak sesuai dengan ketentuan di dalam
peraturan dan protokol Kesehatan yang wajib dilaksanakan oleh kontrak, atau
segenap masyarakat. Salah satunya Instruksi Menteri PUPR (3) salah satu pihak dapat merujuk pada ketentuan
2/2020 tentang Protokol Pencegahan Penyebaran COVID-19 pada perundang-undangan terkait keadaan kahar yang berlaku
Jasa Konstruksi.
FIDIC Red Book (2017) juga memberikan penjelasan terkait
Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa pandemi COVID-19 dapat konsekuensi keadaan kahar dimana apabila kontraktor mengalami
dikategorikan sebagai salah satu peristiwa keadaan kahar karena keterlambatan dan/atau penambahan biaya pekerjaan akibat
memenuhi unsur-unsur peristiwa keadaan kahar (Hansen, 2020b), peristiwa keadaan kahar yang mana telah diberitahukannya sesuai
klausul keadaan kahar tidak serta merta dapat diberlakukan. Hal dengan prosedur pemberitahuan keadaan kahar, kontraktor berhak
ini mengingat penerapan klausul keadaan kahar harus memenuhi untuk mengajukan klaim perpanjangan waktu dan/atau biaya
beberapa kondisi antara lain: tambahan.

(1) Kewajiban untuk meminimalkan dampak yang terjadi


akibat peristiwa keadaan kahar.
(2) Adanya dampak langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan
12.3 Bagaimana kesepakatan kontrak terjadi
di lapangan. sebelum pandemi, namun ternyata akibat
(3) Terpenuhinya prosedur pemberitahuan keadaan kahar
pandemi; kegiatan konstruksi tertunda. Apa
oleh kontraktor.
permasalahannya?
Selain itu, Hansen (2020b) menegaskan pentingnya
mencantumkan epidemi/pandemi sebagai salah satu peristiwa Pandemi seperti COVID-19 yang baru-baru ini terjadi dapat
keadaan kahar didalam kontrak konstruksi demi mencegah potensi dikelompokkan menjadi salah satu peristiwa keadaan kahar karena
konflik maupun perbedaan interpretasi. Sebagaimana yang memenuhi lima karakteristik keadaan kahar yaitu tidak terduga,
dianjurkan di dalam FIDIC Red Book (2017), pada kasus dimana tidak terhindarkan, tidak dapat dikendalikan, menghambat
keadaan kahar telah sangat mempengaruhi kinerja kontraktor, pemenuhan kewajiban kontraktual, dan di luar kelalaian para
maka: pihak (Hansen, 2020b). Terjadinya sebuah peristiwa keadaan
kahar tentu berdampak negatif dalam pemenuhan kewajiban
(1) para pihak dapat sepakat untuk menghentikan pekerjaan,
kontrak seperti penghentian sementara, tertundanya penyelesaian
atau
pekerjaan, penambahan biaya untuk perbaikan, dan lain
sebagainya. Dalam kontrak konstruksi, terutama di negara-negara

133 134
yang menganut Hukum Sipil seperti Indonesia, umumnya terdapat dirinci dalam klausul tersebut. Oleh karena itu, penting untuk
sebuah klausul terkait keadaan kahar yang dapat membebaskan belajar dari pengalaman dengan memasukkan ‘pandemi/epidemi’
para pihak dari kewajibannya. sebagai salah satu peristiwa keadaan kahar dalam kontrak
konstruksi (Hansen, 2020b).
Sebagai contoh, pada FIDIC Red Book (2017) istilah force
majeure diganti menjadi ‘exceptional event’ sebagaimana Selain itu, permasalahan lainnya terkait dengan ketentuan
dijelaskan pada Klausul 18. Pada subklausul 18.1, FIDIC merinci pemberlakuan keadaan kahar dimana terdapat kondisi-kondisi
beberapa jenis peristiwa keadaan kahar antara lain bencana alam, yang harus dipenuhi antara lain: penyampaian pemberitahuan
perang, terorisme, revolusi dan pemberontakan. Selanjutnya pada dalam kurun waktu 14 hari; upaya-upaya minimalisasi dampak
subklausul 18.2 dijelaskan kewajiban pihak terdampak untuk yang telah dilakukan; pertimbangan klausul-klausul terkait
memberikan pemberitahuan kepada pihak lainnya dalam kurun lainnya seperti klausul penundaan, terminasi dan prosedur
waktu 14 hari setelah menyadari peristiwa tersebut dan pada notifikasi; dan bukti-bukti disrupsi yang diakibatkan oleh
subklausul 18.3 dijelaskan kewajiban untuk meminimalkan peristiwa keadaan kahar (Hansen, 2020b).
penundaan performa kontrak akibat peristiwa tersebut.
Konsekuensi dari peristiwa keadaan kahar disajikan pada
subklausul 18.4, dan apabila progress pekerjaan terhambat selama 12.4 Apakah force majeure dapat menambah
84 hari berturut-turut, maka subklausul 18.5 menyampaikan
jangka waktu pelaksanaan lewat tahun dalam
bahwa salah satu pihak dapat menerbitkan surat pemberitahuan
pengakhiran kontrak. kontrak single year?
Potensi permasalahan yang terjadi terkait hal ini adalah tidak Secara umum, peristiwa keadaan kahar (dalam kasus ini adalah
ditulisnya ‘pandemi atau epidemi’ sebagai salah satu peristiwa pandemi COVID-19) dapat berdampak pada keterlambatan
keadaan kahar dalam kontrak konstruksi. Meskipun pada penyelesaian pekerjaan dan kerugian biaya. Menurut FIDIC Red
umumnya kontrak konstruksi (termasuk FIDIC) menggunakan Book (2017) subklausul 8.5, kontraktor berhak atas perpanjangan
kata-kata ‘termasuk namun tidak terbatas pada: ….’ untuk merinci waktu apabila disebabkan: …
peristiwa keadaan kahar, Augenblick dan Rousseau (2012)
menemukan bahwa jurisdiksi dan hukum menerapkan pendekatan (a) kekurangan ketersediaan personel atau barang (atau
yang berbeda dalam menentukan peristiwa keadaan kahar. material yang disuplai employer) yang tidak terduga yang
Demikian pula menurut Ezeldin dan Helw (2018) yang disebabkan oleh epidemi atau tindakan pemerintah
berpendapat bahwa pengadilan biasanya cenderung Menjawab pertanyaan apakah perpanjangan waktu akibat keadaan
menginterpretasikan klausul keadaan kahar secara sempit kahar dapat melewati tahun anggaran pada kontrak tahun tunggal,
sehingga ketentuan ini hanya berlaku pada peristiwa serupa yang

135 136
Perpres No. 16/2018 Pasal 55 poin 3 menyebutkan: perpanjangan Kriminal Bersenjata (KKB) atau Kelompok Separatis Bersenjata
waktu untuk penyelesaian kontrak disebabkan keadaan kahar (KSB).
dapat melewati Tahun Anggaran. Dengan demikian, jelas bahwa
Terkait hal ini, maka kontrak konstruksi di negara-negara sipil
pada SYC yang terhambat akibat peristiwa keadaan kahar dapat
umumnya telah memiliki suatu ketentuan menyangkut keadaan
dilakukan perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan sesuai
kahar (force majeure). Dalam FIDIC Red Book (2017) sub-klausul
dengan ketentuan dalam kontrak.
18.1, istilah ini disebut ‘exceptional events’ yang mencakup
Justru yang harus diperhatikan adalah syarat sahnya suatu perang, pertempuran (baik yang dideklarasikan atau tidak),
peristiwa dapat disebut sebagai keadaan kahar. Masih menurut invansi, pemberontakan, terorisme, maupun kerusuhan.
Perpres No. 16/2018 Pasal 1 poin 52, keadaan kahar adalah suatu
Dalam hal peristiwa KKB terjadi, maka kontraktor harus
keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak dalam kontrak
mengikuti ketentuan di dalam kontrak terkait prosedur notifikasi
dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban
peristiwa KKB kepada employer dan melaksanakan upaya-upaya
yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.
untuk meminimalkan dampak peristiwa tersebut terhadap
Menurut Hansen (2020), terdapat lima karakteristik suatu
pelaksanaan pekerjaan. Adapun sebagai konsekuensi dari
peristiwa dapat dikategorikan sebagai peristiwa keadaan kahar,
peristiwa KKB, maka kontraktor berhak atas klaim perpanjangan
yaitu: tidak terduga, tidak dapat dihindari, tidak dapat
waktu dan/atau klaim biaya tambah (Sub-klausul 18.4). Pada sub-
dikendalikan, mempengaruhi pemenuhan kewajiban kontraktual,
klausul 18.5, para pihak diberikan kebebasan untuk mengakhiri
dan di luar tanggung jawab para pihak.
kontrak (optional termination) bila pelaksanaan pekerjaan
menjadi terhambat secara terus-menerus dalam kurun waktu 84
hari akibat peristiwa keadaan kahar tersebut.
12.5 Bagaimana menyikapi kontrak pekerjaan
Satu dari sedikit penelitian terkait dampak perang terhadap
di daerah merah atau berbahaya karena terdapat
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dilakukan oleh Razia,
KKB? Thurairajah dan Larkham (2017). Mereka mengidentifikasi
berbagai penyebab keterlambatan yang timbul akibat perang
Pekerjaan konstruksi dapat dilaksanakan dimana saja, termasuk di antara lain: kesulitan dalam mobilitas, keterbatasan sumber daya
daerah berbahaya atau bahkan di daerah konflik. Namun air, ketiadaan akses menuju lokasi proyek, terbatasnya area
sebaiknya kontrak konstruksi telah mempertimbangkan berbagai konstruksi, permasalahan permintaan pasar, adanya pelarangan-
risiko terhadap pelaksanaan pekerjaan akibat dari peristiwa perang pelarangan, fluktuasi harga material, dan kurangnya tenaga ahli
atau pemberontakan seperti yang dilakukan oleh Kelompok yang diperlukan.

137 138
panjang dan fleksibel sehingga memiliki cukup waktu tenggang
(float), dan (3) lokasi proyek di area yang tidak terlalu
12.6 Sebetulnya pada saat pandemi apakah terpengaruh oleh COVID-19 atau oleh kebijakan pemerintah
pelaksanaan kontrak terhambat atau mengalami dalam rangka menanggulangi COVID-19.
kendala? Selain itu, pandemi ini juga turut mempengaruhi perubahan di
proyek konstruksi. Hal ini ditunjukkan dengan pengakuan 84,92%
Kejadian pandemi seperti yang baru-baru ini kita alami, wabah responden bahwa COVID-19 telah membawa perubahan di
COVID-19, tentu sedikit banyak berdampak pada pelaksanaan proyek mereka, termasuk penyesuaian target proyek, perubahan
pekerjaan konstruksi. Dampak paling umum adalah keterlambatan struktur organisasi, dan perubahan budaya kerja yang
penyelesaian pekerjaan akibat adanya peristiwa keadaan kahar, mengedepankan protokol kesehatan bagi para pekerja konstruksi.
dalam hal ini COVID-19, yang menghambat pelaksanaan Upaya penanggulangan penyebaran COVID-19 di proyek
pekerjaan di lapangan. Contoh hambatan ini misalnya konstruksi juga direkomendasikan oleh Gashahun (2020) yang
pemberlakuan PSBB ketat pada saat awal pandemi ini terjadi di menyarankan penerapan jarak sosial, penyediaan PPEs (personal
Indonesia. Sedangkan dampak tak langsung, misalnya adanya protective equipments) dan sanitizer, penyediaan fasilitas
protokol kesehatan dalam rangka menanggulangi penyebaran alternatif, dan pengaturan jam kerja bagi pegawai dan pekerja
COVID-19 menyebabkan banyak anggota tim proyek yang proyek sebagai mekanisme baru untuk diterapkan di proyek-
bekerja dari rumah (work from home) juga turut berpengaruh pada proyek konstruksi. Hansen dkk. (2021) turut menambahkan
aspek koordinasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan. pemanfaatan teknologi digital sebagai upaya untuk mendukung
Sebuah studi kuantitatif telah dilakukan oleh Hansen dkk. (2021) program kerja jarak jauh.
yang menginvestigasi dampak pandemi COVID-19 terhadap
keberlangsung proyek konstruksi di Indonesia. Studi tersebut
menemukan bahwa 56,78% responden mengakui proyek mereka
mengalami perlambatan, 13,57% mengalami penundaan pekerjaan
atau terminasi, dan 12,56% mengalami pembengkakan biaya.
Hanya 17,09% dari total 199 responden yang mengaku bahwa
pandemi COVID-19 tidak berdampak signifikan pada proyek
konstruksi mereka. Hal ini mungkin disebabkan karena: (1) pada
saat pandemi COVID-19 mulai merebak di Indonesia, proyek
mereka telah mencapai tahap penyelesaian sehingga berdampak
kecil pada proyek, (2) proyek mereka memiliki durasi waktu yang

139 140
BAB 13 Klaim Konstruksi

13.1 Pada saat pemeriksaan prestasi pekerjaan


menyangkut klaim pembayaran progress
pekerjaan, kadang kontraktor tidak bisa
menyajikan data secara lengkap dan oleh sebab
itu kami selaku konsultan MK menolak laporan
klaim progress kontraktor. Bahkan kami sebagai
pengawas mengingatkan dengan lisan dan juga
tertulis dan poin ini juga kami masukkan dalam
SSKK (Syarat-Syarat Khusus Kontrak). Apa
solusi bagi kami selaku konsultan MK agar
permasalahan klasik ini tidak terus terjadi
kedepannya?

Manajemen klaim konstruksi merupakan serangkaian proses


dalam menggunakan dan mensinkronkan sumber daya untuk
mengajukan sebuah klaim yang mencakup proses identifikasi,
analisis, negosiasi hingga penyelesaiannya (Kululanga dkk.,
2001). Dalam kasus terjadi pengajuan klaim konstruksi (termasuk
dalam kasus ini adalah klaim progress pekerjaan) dari kontraktor
kepada owner atau konsultan MK, klaim tersebut harus disajikan
dalam bentuk yang mudah dipahami, jelas dan terstruktur. Itulah

141 142
pentingnya memiliki personel proyek yang memiliki kompetensi pekerjaan, keterlambatan persetujuan gambar, maupun hal-hal tak
yang cukup dalam manajemen klaim konstruksi. Kompetensi ini terduga yang dapat terjadi di lapangan.
mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi potensi klaim,
Secara umum, manakala sebuah klaim konstruksi muncul maka
mendokumentasi bukti-bukti peristiwa klaim, menghitung dampak
pihak terkait harus memberikan notifikasi atau pemberitahuan
klaim, menyusun laporan klaim hingga menegosiasi dan
sebagaimana yang telah diatur dalam kontrak. Pihak terkait dapat
menyelesaikan pengajuan klaim dengan baik dan benar.
mengikuti prosedur pengajuan klaim yang telah disepakati
Terkait presentasi klaim pada laporan klaim (claim report), bersama di dalam kontrak.
Rostiyanti dan Hansen (2017) menguraikan dua bagian penting
Sebagai contoh, FIDIC Red Book (2017) klausul 20.2 tentang
yang harus ada, yaitu: (1) narasi terkait dengan rincian proyek,
klaim pembayaran dan/atau perpanjangan waktu menjelaskan
landasan klaim, peristiwa klaim, dampak klaim dan dokumen
bahwa pihak penggugat (claiming party) harus memberikan
pendukung klaim; dan (2) lampiran terkait perhitungan dan
sebuah pemberitahuan kepada Engineer, yang menjelaskan
catatan pendukung klaim. Dengan demikian, dalam sebuah
peristiwa atau keadaan yang menyebabkan klaim sesegera
laporan klaim konstruksi harus mencakup setidaknya tiga aspek –
mungkin dan tidak melebihi 28 hari setelah pihak penggugat
landasan klaim (claim basis), sebab-akibat klaim (claim
mengetahui atau seharusnya telah mengetahui peristiwa atau
causation) dan perhitungan klaim (claim calculation).
keadaan tersebut.
Disini, konsultan MK berperan untuk mendorong kontraktor agar
Lebih lanjut FIDIC Red Book (2017) juga menjelaskan
memenuhi aspek-aspek tersebut dalam pengajuan klaim mereka.
konsekuensi bilamana pihak penggugat lalai memberikan
Pemenuhan kompetensi manajemen klaim konstruksi menjadi
notifikasi dalam kurun waktu 28 hari, dimana pihak penggugat
kunci utama dalam proses pengajuan klaim yang baik dan benar.
tidak lagi berhak atas pembayaran tambahan, nilai kontrak tidak
Presentasi klaim yang baik akan sangat membantu para pihak
dapat dikurangi (dalam hal pihak penggugat adalah owner), waktu
yang terlibat dalam analisis dan penyelesaian klaim yang ada.
penyelesaian (dalam hal pihak penggugat adalah kontraktor) atau
masa pemeliharaan/defect notification period (dalam hal pihak
penggugat adalah owner) tidak diperpanjang, dan pihak tergugat
13.2 Kapan saat yang tepat untuk mengajukan dibebaskan dari kewajiban apapun sehubungan dengan peristiwa
klaim ke owner/employer? atau keadaan yang menimbulkan klaim. Sedangkan pengajuan
klaim secara detail (termasuk besaran klaim terkait pembayaran
Klaim konstruksi seringkali muncul dalam pelaksanaan proyek tambahan dan/atau perpanjangan waktu), FIDIC Red Book (2017)
konstruksi. Beberapa hal yang menyebabkan munculnya klaim memberikan waktu selama 84 hari (atau sesuai kesepakatan
konstruksi antara lain keterlambatan pekerjaan, perubahan lingkup

143 144
bersama) bagi pihak penggugat untuk menyiapkan pengajuan (4) dokumentasi klaim;
klaim detail (fully detailed claim). (5) perhitungan klaim;
(6) presentasi klaim;
Dengan demikian sangat dianjurkan bagi para pihak untuk
(7) negosiasi klaim.
setidaknya segera menyampaikan notifikasi atau pemberitahuan
terkait munculnya peristiwa atau keadaan penyebab klaim sesuai Identifikasi klaim merupakan tahapan terpenting dalam
dengan prosedur yang terdapat di dalam dokumen kontrak. manajemen klaim dimana pihak penggugat harus jeli dalam
mengenali potensi klaim dan mengidentifikasi manakala klaim
tersebut terjadi. Ini dilanjutkan dengan notifikasi klaim berupa
13.3 Bagaimana mengelola klaim konstruksi? pemberitahuan kepada pihak tergugat terkait terjadinya peristiwa
klaim dan landasannya sesuai dengan prosedur pemberitahuan di
Manajemen klaim konstruksi adalah serangkaian proses yang dalam kontrak. Pemeriksaan klaim dilakukan untuk
dibutuhkan untuk mengeliminasi atau mencegah timbulnya klaim menginvestigasi sebab-sebab klaim dan dampak aktual yang
konstruksi dan untuk penanganan klaim yang tepat ketika klaim terjadi di lapangan. Dokumentasi terkait peristiwa klaim, sebab
tersebut muncul (PMI 2003). Khekale dan Futane (2015) dan dampaknya harus dilakukan secara akurat untuk memudahkan
berpendapat bahwa manajemen klaim konstruksi yang efektif analisis dan perhitungan klaim. Proses perhitungan klaim
merupakan proses yang penting untuk memastikan bahwa setiap dilakukan secara cermat dan akurat dengan menganalisis dampak
klaim kontraktual (berdasarkan kontrak) akan ditangani dengan peristiwa klaim terhadap waktu (time impact analysis) maupun
seadil-adilnya. Mereka juga menekankan pentingnya pelatihan biaya (cost impact analysis). Pengajuan klaim konstruksi dari
manajemen kontrak bagi para profesional sehingga para pihak penggugat kepada pihak tergugat harus dilakukan dengan
profesional dapat lebih memahami isi dan ketentuan kontrak. memperhatikan aspek-aspek presentasi klaim konstruksi yang
Dengan demikian, tujuan utama dari dilaksanakannya manajemen benar. Terakhir, atas pengajuan klaim konstruksi dapat dilakukan
klaim, yaitu untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul negosiasi antara para pihak.
antara pihak yang berkonflik secara efektif dan efisien (Enshassi,
Mohamed, & El-Ghandour 2009) dapat tercapai.

Secara umum, terdapat tujuh tahapan proses dalam manajemen


klaim konstruksi sebagai berikut:

(1) identifikasi klaim;


(2) notifikasi klaim;
(3) pemeriksaan klaim;

145 146
13.4 Bagaimana bila pekerjaan yang (b) tidak memenuhi ketentuan hukum yang berlaku atau akan
mengurangi tingkat keselamatan dari pekerjaan atau secara teknis
ditugaskan oleh Owner dengan SI tapi disaat
tidak memungkinkan.
akhir tidak diakui sebagai CCO?
Di sisi lain, merubah pekerjaan selama masa pelaksanaan
Perubahan pekerjaan (variations) dapat terjadi melalui tiga cara, berlangsung merupakan hal yang wajar dilakukan oleh employer
yaitu: melalui konsultan MK. Sesuai dengan ketentuan dalam kontrak,
biasanya kontraktor wajib memenuhi keinginan perubahan
(a) kontraktor menginisiasi perubahan pekerjaan dengan pekerjaan tersebut dengan dasar instruksi perubahan pekerjaan.
mengajukan proposal Rekayasa Nilai kepada konsultan Kontraktor wajib melaksanakan instruksi tersebut tanpa
MK atau employer; penundaan kecuali dengan pemberitahuan terkait alasan dibalik
(b) konsultan MK atau employer menginstruksikan perubahan penundaan instruksi perubahan pekerjaan (misalnya harus
pekerjaan kepada kontraktor; menunggu ketersediaan barang yang dibutuhkan untuk pekerjaan
(c) konsultan MK meminta proposal perubahan pekerjaan tersebut).
kepada kontraktor untuk kepentingan kedua belah pihak.
Pada kasus dimana perintah perubahan pekerjaan tidak diakui
Untuk menjadi sebuah perintah perubahan pekerjaan (CCO), sebagai sebuah perubahan pekerjaan, hal ini dapat terjadi bila
maka dibutuhkan instruksi dari konsultan MK selaku wakil kontraktor tidak melaksanakan perintah perubahan pekerjaan
employer di lapangan. Kontraktor tidak berhak untuk memulai sesuai dengan prosedur yang tertuang dalam kontrak. Meminjam
pekerjaan perubahan sebelum instruksi tersebut terbit. Dalam ketentuan FIDIC Red Book (2017) klausul 13.3.1, atas perintah
FIDIC Red Book (2017), instruksi perubahan pekerjaan ini perubahan pekerjaan maka dalam kurun waktu 28 hari (atau
tertuang dalam klausul 13.3.1 tentang instruksi perubahan periode lain yang disepakati bersama) setelah menerima instruksi
pekerjaan. Hal ini penting karena tidak semua instruksi lapangan tersebut, kontraktor harus menyerahkan dokumen detail yang
yang diberikan oleh konsultan MK merupakan instruksi mencakup:
perubahan pekerjaan. Oleh karenanya, ketika menerima sebuah
instruksi lapangan, kontraktor harus mempertimbangkan apakah (a) sebuah penjelasan terkait pekerjaan perubahan yang
instruksi tersebut: dilaksanakan atau akan dilaksanakan, termasuk detail
sumber daya dan metode yang diterapkan atau akan
(a) merupakan sebuah instruksi perubahan pekerjaan (atau terkait diterapkan oleh kontraktor;
dengan pekerjaan yang sudah menjadi bagian dari sebuah (b) sebuah program pelaksanaan dan proposal kontraktor atas
perubahan pekerjaan existing); atau modifikasi yang sekiranya diperlukan (jika ada) terhadap

147 148
program kerja sesuai dengan klausul 8.3 [Program] dan 13.5 Setiap kegiatan kontrak konstruksi
Waktu Penyelesaian; dan
berpotensi terjadi sengketa namun kami selaku
(c) proposal kontraktor terkait penyesuaian nilai kontrak
sesuai dengan klausul 12 [Pengukuran dan Valuasi], pelaksana kegiatan selalu dianggap pengajuan
dengan dokumen pendukungnya klaim itu sebagai hal yang tabu apalagi ownernya
Atas dokumen yang diserahkan oleh kontraktor, maka konsultan pemerintah. Bagaimana kami menyikapi hal ini?
MK akan mempertimbangkan untuk menyetujui atau menentukan
(sesuai dengan klausul 3.7):
Apa yang harus dilakukan?

(a) perpanjangan waktu yang dibutuhkan (jika ada); dan/atau Memang benar bahwasanya setiap kegiatan proyek konstruksi
(b) penyesuaian nilai kontrak. berpotensi terjadi sengketa konstruksi. Pengajuan klaim yang
dilakukan kontraktor kepada employer menjadi hal yang lazim
Dengan demikian, apabila kontraktor telah melaksanakan perintah terjadi. Melihat prakteknya yang kerap menolak pengajuan klaim
perubahan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang ada, maka tersebut, sengketa antara kedua belah pihak menjadi tak
kontraktor berhak atas perpanjangan waktu dan/atau penyesuaian terhindari. Dari perspektif pengguna jasa (terutama untuk proyek-
nilai kontrak. proyek pemerintah), pengajuan klaim yang mengubah nilai
Pada kasus dimana perintah perubahan pekerjaan yang telah kontrak dan/atau durasi waktu penyelesaian pekerjaan menjadi hal
dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan prosedur yang berlaku yang tabu bagi para pejabat karena berimplikasi pada penggunaan
namun kemudian tidak disetujui oleh konsultan MK/employer anggaran pemerintah yang efektif dan efisien. Sedangkan dari
tanpa alasan yang jelas, maka konflik ini berkembang menjadi perspektif penyedia jasa, pengajuan klaim merupakan salah satu
sengketa dan dapat diajukan kepada Dewan Sengketa untuk hak kontraktual dan legal di mana mereka dapat memperoleh
diselesaikan. Salinan instruksi perubahan pekerjaan dan dokumen- kembali pengeluaran yang telah mereka tanggung akibat kelalaian
dokumen relevan yang ada harus diserahkan kepada Dewan pihak lain atau kejadian netral seperti keadaan kahar.
Sengketa. Atau apabila di dalam kontrak antara kedua belah pihak Fenomena yang menganggap pengajuan klaim konstruksi sebagai
tidak terdapat ketentuan khusus mengenai Dewan Sengketa, maka sesuatu yang tabu turut menyebabkan keengganan kontraktor
para pihak dapat mengikuti ketentuan terkait penyelesaian untuk mengajukan klaim karena takut dianggap sebagai kontraktor
sengketa yang ada di dalam kontrak yang telah mereka sepakati. yang rewel (Yasin 2004 dalam Ariani, Roza, & Ayu 2019).
Padahal secara umum hubungan kontraktual antara para pihak
bersifat setara dan kontrak konstruksi menyediakan hak bagi para
pihak untuk mengajukan klaim bilamana terjadi pelanggaran atas

149 150
kewajiban kontraktual salah satu pihak. Oleh karena itu, langkah Meskipun kontraktor dapat mengajukan klaim overhead akibat
utama terkait permasalahan di atas adalah dengan menyusun kelalaian pihak lain, terdapat beberapa kondisi yang harus
kontrak konstruksi yang baik dan benar dimana ketentuan terkait diperhatikan oleh kontraktor agar pengajuan klaim overhead-nya
hak dan kewajiban para pihak, dan ketentuan terkait prosedur berhasil. Mengambil pelajaran dari putusan hakim terkait kasus
pengajuan dan pemeriksaan klaim konstruksi telah disepakati dan Walter Lilly melawan Mackay (2012), terdapat empat poin terkait
tertuang di dalam kontrak. pengajuan klaim overhead sebagai berikut:

Selain itu, KMKKI melihat perlunya edukasi terus-menerus 1. Kontraktor dapat memperoleh kembali biaya overhead
sebagai pondasi bagi perkembangan dan praktek manajemen kantor dan profit yang hilang akibat penundaan pada
klaim konstruksi yang baik di Indonesia. Kami menyadari sebuah proyek konstruksi;
tantangan edukasi ini besar namun tetap harus dilakukan secara 2. Kontraktor harus membuktikan bahwa ia telah
perlahan-lahan dan konsisten. Melalui edukasi terkait hak dan memenangkan tender proyek yang akan menghasilkan
kewajiban kontraktual para pihak, diharapkan para pelaku industri keuntungan dan/atau kontribusi untuk biaya overhead
konstruksi semakin memahami pentingnya manajemen klaim kantor;
konstruksi yang baik dan benar, tidak timpang sebelah, dan 3. Rumus (seperti Emden) merupakan metode atau
mendistribusikan alokasi risiko secara lebih adil bagi para pihak. pendekatan yang sah dan membantu untuk menilai biaya
overhead kantor dan profit; dan
4. Penentuan ini tidak bersifat mutlak (yaitu beberapa
13.6 Apakah bisa mengajukan klaim overhead tingkat penilaian lain diizinkan).

akibat keterlambatan dari owner? Dengan demikian, keberhasilan pengajuan klaim overhead sangat
bergantung pada bukti dokumentasi yang dimiliki oleh kontraktor.
Biaya overhead yang ditanggung kontraktor akibat keterlambatan Protokol Keterlambatan dan Disrupsi SCL (2017) dengan jelas
yang disebabkan oleh pihak employer dapat diajukan sebagai menguraikan bahwa kontraktor harus menyimpan catatan rinci
sebuah klaim overhead. Beberapa format standar kontrak terkait biaya overhead yang belum dipulihkan serta keuntungan
konstruksi telah memuat ketentuan terkait biaya overhead yang yang belum diperolehnya. Dalam hal dimana cacatan tidak dapat
dapat diklaim melalui mekanisme kontrak yang berlaku. Dalam disimpan atau tidak tersedia, Protokol SCL merekomendasikan
FIDIC Red Book (2017), biaya overhead termasuk dalam penggunaan rumus Emden atau Eichleay untuk menghitung nilai
provisional sums dan dinyatakan dalam bentuk persentase (Sub- jumlah biaya tersebut (lihat Guidance Part C Poin 2.8 dan 2.11).
Klausul 13.4).

151 152
Pendapat serupa disampaikan pula oleh Keene (2018) yang
menegaskan pentingnya dokumentasi yang tepat dan akurat oleh BAB 14 Risiko dan Terminasi
kontraktor, termasuk:

• Daftar tender yang menang, kalah atau dibatalkan.


• Daftar margin profit yang diperoleh pada masing-masing
14.1 Jika pihak owner sudah melakukan
proyek.
• Catatan biaya overhead yang dibagi menjadi dua, yaitu terminasi terhadap kontraktor dikarenakan
(1) biaya ‘overhead khusus’ (dedicated overhead) yang kesalahan kontraktor, apakah pihak Kontraktor
timbul sebagai akibat dari kelalaian pihak lain, dan (2)
biaya ‘overhead yang tidak terserap’ (unabsorbed mempunyai hak melakukan perhitungan akhir
overhead) yang timbul terlepas dari volume pekerjaan (final account) terhadap progress terakhir
yang dilakukan.
kerjanya saat kontrak diterminasi?

Pada umumnya, perhitungan akhir (final account) dilakukan pada


akhir proyek dan secara tidak langsung menyatakan bahwa
pemilik proyek mengambil alih kepemilikan atas bangunan
proyek yang telah dikerjakan oleh kontraktor. Menurut Amin dan
Susanto (2015), final account dibuat setelah BAST-1 (Berita
Acara Serah Terima 1) ditandatangani oleh para pihak berkontrak.
Namun terdapat pula kemungkinan final account harus dilakukan
di tengah-tengah pelaksanaan pekerjaan, misalnya karena terjadi
pelanggaran kontrak sehingga kontrak diterminasi oleh salah satu
pihak. Dalam kasus ini, para pihak tetap memiliki hak untuk
melaksanakan final account terhadap progress pekerjaan yang
telah dilaksanakan. Proses final account harus dilakukan sesegera
mungkin agar dapat segera diselesaikan dan memungkinkan
negosiasi oleh owner untuk mencari kontraktor baru (RICS 2015).

Di dalam FIDIC Construction Contract (2017), istilah final


statement digunakan untuk merepresentasikan statement yang

153 154
diserahkan oleh kontraktor sebagai bagian dari pengajuan sebuah disebabkan oleh pihak pemilik proyek/pengguna jasa), maka para
payment certificate. Final statement ini menyatakan seluruh nilai pihak dapat melakukan adendum kontrak yang menyatakan durasi
pekerjaan yang terakhir dilaksanakan oleh kontraktor. perpanjangan pelaksanaan pekerjaan. Terkait proyek pemerintah
Selanjutnya, konsultan (atau ‘Engineer’ di dalam FIDIC) akan dengan keterlibatan PPK, maka terdapat peraturan pemerintah
melakukan pengecekan terhadap final statement tersebut dan atau kelembagaan yang harus ditaati.
dalam kurun waktu 28 hari setelah menerima final statement,
konsultan akan menerbitkan Final Payment Certificate kepada
owner. Dalam klausul 15.3 Valuasi setelah Terminasi akibat 14.3 Hal-hal apa saja yang dapat membatalkan
Kelalaian Kontraktor (Valuation after Termination for
suatu kontrak konstruksi baik secara sepihak
Contractor’s Default), dijelaskan bahwa konsultan akan
menentukan nilai dari progress pekerjaan yang telah dilaksanakan maupun berdasarkan kesepakatan bersama?
oleh kontraktor sesuai dengan kontrak. Valuasi ini mencakup pula
semua penambahan dan/atau pengurangan nilai pekerjaan. Secara umum terdapat berbagai kondisi yang menjadi landasan
pembatalan suatu kontrak konstruksi. Kondisi-kondisi ini
biasanya sudah dituangkan dalam dokumen kontrak pada klausul
14.2 Pada kasus dimana kontraktor tidak dapat penghentian kontrak (termination). Sebagai contoh, FIDIC Red
Book (2017) klausul 15.2 menyatakan beberapa kondisi
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak penghentian kontrak oleh employer akibat kegagalan kontraktor
yang sudah disepakati, apa yang akan dilakukan untuk memenuhi kewajiban kontraktualnya antara lain:

oleh konsultan & PPK? Diputuskan kontrak atau • meninggalkan Pekerjaan atau menunjukkan niat dengan
jelas untuk tidak melanjutkan pelaksanaan kewajiban
dibuatkan adendum lagi?
Kontraktor berdasarkan Kontrak;
Secara prinsip, kontrak merupakan kesepakatan kedua belah • tanpa alasan yang masuk akal gagal melanjutkan
pihak. Apabila dalam pelaksanaannya kemudian terjadi kasus Pekerjaan sesuai dengan Klausul 8 FIDIC terkait
dimana kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai Pelaksanaan, Penundaan dan Penangguhan Pekerjaan,
dengan kontrak akibat kelalainnya sendiri, maka ketentuan- atau, jika ada jumlah maksimum Denda Keterlambatan
ketentuan lain terkait non-performance berlaku, seperti pengenaan yang disebutkan di dalam Kontrak, kegagalannya untuk
denda, pemutusan kontrak sepihak dan lain sebagainya. Namun mematuhi Sub-Klausul 8.2 [Waktu untuk Penyelesaian]
apabila kemudian dibuat kesepakatan baru atas pertimbangan- sedemikian rupa sehingga employer berhak atas Denda
pertimbangan tertentu (misalnya karena ada keterlambatan yang Keterlambatan yang melebihi jumlah maksimum ini;

155 156
• tanpa alasan yang masuk akal gagal untuk mematuhi terkait kegagalan memenuhi sub-klausul 2.4 (Pengaturan
Pemberitahuan Penolakan yang diberikan oleh Engineer Keuangan Employer);
sesuai Sub-Klausul 7.5 [Cacat dan Penolakan], atau • Engineer gagal menerbitkan Sertifikat Pembayaran dalam
instruksi Engineer berdasarkan Sub-Klausul 7.6 kurun waktu 56 hari setelah menerima Permohonan
[Pekerjaan Perbaikan], dalam kurun waktu 28 hari setelah pembayaran dan dokumen pendukungnya;
menerima pemberitahuan tersebut; • Kontraktor tidak menerima jumlah pembayaran yang
• gagal mematuhi Sub-Klausul 4.2 [Keamanan Kinerja]; sesuai dengan Sertifikat Pembayaran dalam kurun waktu
• mensubkontrakkan seluruh, atau sebagian dari, Pekerjaan 42 hari setelah waktu yang dinyatakan dalam sub-klausul
terkait pelanggaran Sub-Klausul 5.1 [Subkontraktor], atau 14.7 (Pembayaran);
mengalihkan Kontrak tanpa persetujuan sebagaimana • Employer gagal memenuhi: (a) sub-klausul 3.7
yang dipersyaratkan berdasarkan Sub-Klausul 1.7 (Persetujuan atau Penentuan); atau (b) sub-klausul 21.4
[Penugasan]; terkait keputusan DAAB;
• bangkrut atau pailit; mengalami likuidasi; atau tindakan • Employer secara substansial gagal untuk melakukan
maupun peristiwa lain serupa dengan atau memiliki efek kewajibannya, dan kegagalan tersebut merupakan
serupa dengan salah satu tindakan atau peristiwa ini di pelanggaran kewajiban Pemberi Kerja berdasarkan
bawah Hukum yang berlaku; Kontrak;
• ditemukan, berdasarkan bukti-bukti yang masuk akal, • Kontraktor tidak menerima Pemberitahuan Tanggal Mulai
telah terlibat dalam korupsi, penipuan, kolusi atau praktik Pekerjaan menurut Sub-Klausul 8.1 [Dimulainya
pemaksaan kapan saja terkait Pekerjaan ataupun Kontrak. Pekerjaan] dalam waktu 84 hari setelah menerima Surat
Penerimaan;
Selanjutnya, klausul 15.5 FIDIC Red Book (2017) juga
• Employer: (i) gagal untuk mematuhi Sub-Klausul 1.6
memberikan keleluasaan bagi employer untuk mengakhiri kontrak
[Perjanjian Kontrak], atau (ii) mengalihkan Kontrak tanpa
secara sepihak (termination for employer’s convenience) dengan
perjanjian sebagaimana yang disyaratkan berdasarkan
memberikan Pemberitahuan Penghentian tersebut kepada
Sub-Klausul 1.7 [Penugasan];
Kontraktor.
• penangguhan yang berkepanjangan mempengaruhi
Di sisi lain, kontraktor juga berhak melakukan penghentian keseluruhan Pekerjaan seperti yang dijelaskan dalam sub-
kontrak (klausul 16.2) apabila: paragraf (b) dari Sub-Klausul 8.12 [Penangguhan
Berkepanjangan];
• Kontraktor tidak menerima bukti yang masuk akal dalam • bangkrut atau pailit; mengalami likuidasi; atau tindakan
kurun waktu 42 hari setelah memberikan Pemberitahuan maupun peristiwa lain serupa dengan atau memiliki efek

157 158
serupa dengan salah satu tindakan atau peristiwa ini di penentuan nilai pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh kontraktor
bawah Hukum yang berlaku; sesuai dengan kontrak, dan tanggal terminasi akan menjadi
• ditemukan, berdasarkan bukti-bukti yang masuk akal, tanggal batas perhitungan itu. Valuasi ini mencakup pula semua
telah terlibat dalam korupsi, penipuan, kolusi atau praktik penambahan dan/atau pengurangan nilai pekerjaan.
pemaksaan kapan saja terkait Pekerjaan ataupun Kontrak.
Di sisi lain, apabila employer menolak melakukan valuasi dan
pembayaran atas progress pekerjaan kontraktor sampai tanggal
diterminasi, tentu terdapat beberapa konsekuensi seperti
14.4 Apakah seandainya posisi kita owner dan pengrusakan oleh kontraktor, pemasukkan employer dalam daftar
kontraktor diterminasi, perlukah adanya final hitam milik kontraktor, maupun langkah hukum yang dapat
ditempuh oleh kontraktor.
account dengan pihak kontraktor atas apa yang
dikerjakan sebelumnya sampai batas tanggal
terminasi? 14.5 Kalau risiko kontrak diawal sudah
diidentifikasi akan memiliki permasalahan pelik
Tergantung dengan ketentuan di dalam kontrak yang disepakati
bersam. Namun secara umum hal ini diperlukan karena terkait dan ternyata diteruskan, kemudian ditengah
dengan perihal hak dan kewajiban para pihak, yaitu hak perjalanan kontrak risiko itu berdampak negatif,
kontraktor untuk menerima pembayaran atas progress pekerjaan
yang telah dilakukannya dan kewajiban employer untuk sebaiknya kontrak diteruskan atau diterminasi?
membayar prestasi pekerjaan tersebut. Hanya saja mungkin
Hal ini tentu bergantung pada pertimbangan-pertimbangan
istilahnya bukan final account tapi valuasi, karena istilah final
strategis yang diambil oleh masing-masing pihak. Biasanya,
account (atau final statement dalam FIDIC 2017) biasanya kita
dalam penawaran tender, kontraktor telah mengidentifikasi
gunakan untuk menggambarkan perhitungan akhir manakala
potensi permasalahan yang mungkin timbul dan sudah merupakan
kontraktor telah menyelesaikan keseluruhan pekerjaan.
kewajiban bagi kontraktor untuk memperhitungkan segala risiko
Hal ini juga telah dijelaskan dalam FIDIC Red Book (2017) yang mungkin terjadi di dalam pelaksanaan pekerjaan.
Klausul 15.3 tentang Valuasi setelah Terminasi akibat Kelalaian Menanggapi hal ini, maka kontraktor akan memperhitungkan nilai
Kontraktor. Dalam klausul tersebut dijelaskan apabila terjadi risiko dalam penawarannya.
terminasi oleh employer akibat kesalahan yang dilakukan oleh
Ketika kontraktor tersebut telah memenangkan tender dan
kontraktor, maka Engineer/konsultan MK akan melakukan
kemudian melaksanakan pekerjaan di lapangan, kontraktor

159 160
bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan 14.6 Pada kasus dimana kontraktor melakukan
kesepakatan yang tertuang di dalam kontrak. Dengan demikian,
pelanggaran kontrak dan diberikan surat
kontraktor akan berupaya mencegah timbulnya risiko pekerjaan
dan, apabila terjadi, meminimalkan dampak risiko tersebut. pemberitahuan terminasi oleh pemilik proyek.
Apabila risiko tersebut berkembang sedemikian besar hingga Selanjutnya pemilik proyek meminta kontraktor
kontraktor tidak dapat mengendalikannya, maka para pihak dapat untuk meninggalkan lapangan dan menunjuk
merujuk pada ketentuan kontrak terkait terminasi. Disini,
employer dapat memberlakukan denda atau ganti rugi atas
kontraktor lain (urutan kedua pada pemenang
ketidakmampuan kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaan tender) untuk meneruskan pelaksanaan
sesuai kontrak. Sebagai contoh, FIDIC Red Book (2017) klausul
pekerjaan. Apakah hal ini diperkenankan sesuai
15.4 menyebutkan ketentuan terkait pembayaran setelah terminasi
akibat kelalaian kontraktor, diantaranya biaya tambahan untuk prosedur FIDIC?
menyelesaikan pekerjaan, kerugian yang timbul untuk
menyelesaikan pekerjaan, dan denda keterlambatan. Sebelumnya terdapat beberapa observasi yang dapat dicermati
pada kasus ini. Pertama, apakah benar pelanggaran yang
Oleh karena itu, terkait masalah risiko pekerjaan, kontraktor harus dilakukan kontraktor telah dapat menjadi landasan bagi terminasi
cermat dalam memperhitungkan dampak risiko yang terjadi dan oleh pemilik proyek. Hal ini harus dipastikan terlebih dahulu
komparasinya dengan kondisi bila kontrak diterminasi (disini karena terminasi yang tidak sah dapat menjadi sengketa yang
kontrak diterminasi oleh employer akibat kelalaian kontraktor). diangkat oleh kontraktor.

Kedua, apabila diasumsikan bahwa landasan terminasi valid dan


pelanggaran kontraktor memang memberikan hak bagi pemilik
proyek untuk memberhentikan kontraktor, selanjutnya yang perlu
dicermati adalah apakah prosedur terminasi telah dilaksanakan
sesuai dengan kontrak yang disepakati. FIDIC Red Book (2017)
sub-klausul 15.2 telah menguraikan prosedur terminasi kontrak
akibat kelalaian kontraktor. Disini, pemilik proyek tidak dapat
serta merta meminta kontraktor berhenti bekerja dan keluar dari
lapangan, namun harus memberikan sebuah pemberitahuan
terlebih dahulu terkait intensi untuk menterminasi kontrak.
Apabila dalam kurun waktu 14 hari setelah menerima

161 162
pemberitahuan tersebut kontraktor belum memperbaiki 14.7 Pada kasus dimana pemilik proyek
kelalaiannya, pemilik proyek dapat memberikan pemberitahuan
mengambil alih bagian pekerjaan sebelum bagian
kedua kepada kontraktor yang segera menterminasi kontrak.
Tanggal terminasi adalah tanggal kontraktor menerima tersebut telah diselesaikan sepenuhnya, apakah
pemberitahuan kedua ini. Namun, dalam kasus kontraktor telah kontraktor berhak menganggap bagian pekerjaan
mensubkontrakan seluruh atau sebagian pekerjaan tanpa
persetujuan pemilik proyek, menjadi bangkrut, atau ditemukan tersebut telah diserahterimakan (partial
terbukti terlibat dalam tindak pidana korupsi, penipuan, kolusi completion)?
atau praktek pemaksaan lainnya terkait pelaksanaan pekerjaan
atau kontrak, maka pemberitahuan pertama pemilik proyek Kontrak konstruksi umumnya telah memuat ketentuan terkait
dengan segera menterminasi kontrak dan tanggal terminasi adalah pengambil alihan pekerjaan atau bagian pekerjaan oleh pemilik
tanggal kontraktor menerima pemberitahuan ini. proyek dari kontraktor. Pengambil-alihan pekerjaan atau bagian
pekerjaan ini secara tak langsung merefleksikan “perpindahan”
Ketiga, kewenangan penunjukkan kontraktor baru (dari urutan
tanggung jawab dan wewenang atas pekerjaan atau bagian
kedua pada pemenang tender) tidak dijelaskan di dalam FIDIC.
pekerjaan tersebut dari kontraktor kepada pemilik proyek
Pemilihan pengganti kontraktor sepenuhnya merupakan
(Knowles, 2012). Prosedur yang ada dalam kontrak konstruksi
wewenang pemilik proyek selaku pihak yang menyediakan
biasanya mensyaratkan Engineer atau konsultan MK untuk
pembiayaan pelaksanaan proyek tersebut, atau pada proyek
menerbitkan sebuah sertifikat pengambil-alihan atau sertifikat
pemerintah, akan bergantung pada peraturan perundang-undangan
serah terima pertama (partial completion).
yang berlaku. Di dalam FIDIC Red Book (2017) sub-klausul
15.2.4 dijelaskan bahwa setelah terminasi, maka pemilik proyek Sebagai contoh FIDIC Red Book (2017) sub-klausul 10.2 secara
dapat menyelesaikan pekerjaan dan/atau menunjuk entitas jelas menguraikan prosedur pengambil-alihan bagian pekerjaan
(kontraktor) lain untuk melaksanakannya. dari kontraktor dimana Engineer akan menerbitkan sebuah
sertifikat pengambil-alihan/serah terima atas bagian pekerjaan
tersebut. Pemilik proyek tidak diperkenankan memanfaatkan
bagian pekerjaan apapun sebelum dan sampai Engineer telah
menerbitkan sertifikat pengambil-alihan tersebut. Namun apabila
pemilik proyek telah mengambil alih bagian pekerjaan sebelum
sertifikat pengambil-alihan diterbitkan oleh engineer, maka
kontraktor harus menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada

163 164
engineer yang mengidentifikasikan bagian pekerjaan dan mengambil alih pekerjaan atau bagian pekerjaan, serah terima
menjelaskan: pertama akan dianggap telah terjadi.

(a) Bahwa bagian pekerjaan telah diambil alih oleh pemilik


proyek terhitung sejak tanggal bagian tersebut
dipergunakan oleh pemilik proyek;
14.8 Apa penyebab realisasi pelaksanaan
(b) Kontraktor tidak lagi bertanggung jawab atas perawatan pekerjaan selalu telat dibandingkan rencana
Bagian tersebut sejak tanggal ini, ketika tanggung jawab
kontraknya?
akan diberikan kepada pemilik proyek; dan
(c) Engineer harus segera menerbitkan Sertifikat Serah Realisasi progress maupun penyelesaian pekerjaan konstruksi bisa
Terima untuk Bagian pekerjaan ini, dan pekerjaan sisa saja terlambat dibandingkan dengan rencana progress dan
yang harus diselesaikan (termasuk Tes pada Penyelesaian) penyelesaiannya. Hal ini dikarenakan pekerjaan konstruksi sarat
dan/atau cacat yang akan diperbaiki harus tercantum dengan risiko yang dapat mempengaruhi waktu dan biaya
dalam ini sertifikat. pekerjaan. Bahkan hal ini telah menjadi topik penelitian selama
Setelah engineer menerbitkan sertifikat pengambil-alihan bagian beberapa dekade oleh para peneliti manajemen konstruksi.
pekerjaan ini, kontraktor harus segera mengambil langkah- Menariknya, hal ini tidak saja terjadi di Indonesia tapi juga di
langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan sisa banyak negara lain sehingga menjadi suatu karakteristik dari
dan/atau perbaikan cacat pekerjaan yang dituangkan di dalam industri konstruksi.
sertifikat ini. Apabila kontraktor mengeluarkan biaya tambahan Sebagai contoh, Odeh dan Battaineh (2002) menganalisis
sebagai akibat pemilik proyek mengambil alih dan/atau penyebab keterlambatan pekerjaan konstruksi di Yordan pada tipe
menggunakan bagian pekerjaan, maka kontraktor berhak atas kontrak tradisional dan menemukan bahwa baik kontraktor
klaim biaya tambah plus profit (sub-klausul 20.2). maupun konsultan setuju pada beberapa faktor penyebab
Dengan demikian apabila di dalam kontrak telah dituangkan keterlambatan yaitu interferensi pemilik proyek, ketidakcukupan
secara jelas terkait prosedur pengambil-alihan bagian pekerjaan pengalaman kontraktor, masalah pembiayaan dan pembayaran,
oleh pemilik proyek, maka serah terima pertama (partial produktifitas pekerja yang rendah, lambannya proses pengambilan
completion) atas bagian pekerjaan tersebut dianggap telah terjadi. keputusan, kurangnya perencanaan, dan permasalahan terkait
Namun dalam hal tidak terdapat ketentuan tersebut di dalam subkontraktor. Abdul-Rahman, Takim, dan Min (2009) di
kontrak, putusan kasus Skanska Corporation melawan Anglo- Malaysia fokus pada sebab-sebab finansial yang menyebabkan
Amsterdam Corporation (2002) dapat menjadi pelajaran dimana keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yaitu manajemen arus kas
hakim memutuskan bahwa apabila pemilik proyek telah

165 166
yang buruk, keterlambatan pembayaran, kurangnya dukungan
finansial, dan ketidakstabilan pasar finansial. BAB 15 Sengketa dan Penyelesaian
Penelitian oleh Famiyeh dkk. (2017) di Ghana menunjukkan Sengketa
penyebab keterlambatan pekerjaan antara lain permasalahan
finansial, durasi kontrak yang tidak realistis, lingkup pekerjaan
yang tidak didefinisikan dengan baik dalam kontrak, banyaknya
perubahan pekerjaan yang terjadi, estimasi biaya yang terlalu 15.1 Apa yang menjadi faktor dominan
rendah, dan buruknya inspeksi maupun pengawasan oleh penyebab konflik pada tahap pelaksanaan proyek
konsultan. Sedangkan di Indonesia sendiri, penelitian serupa telah
dilakukan oleh Agritama, Huda dan Rini (2018) yang konstruksi?
mengidentifikasi 11 faktor penyebab keterlambatan proyek
Penyebab konflik pada pelaksanaan proyek konstruksi sangat
konstruksi di Surabaya dengan lima faktor dominan yaitu
beragam dan dapat berbeda antara satu proyek dengan proyek
perubahan desain, keterlambatan pengiriman material,
lainnya. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk
keterlambatan pembayaran, sistem pembayaran yang tidak sesuai,
mengidentifikasi penyebab konflik dalam proyek konstruksi.
dan ketidaktersediaan material.
Semple, Hartman dan Jergeas (1994) mengidentifikasi beberapa
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan penyebab umum klaim konstruksi yang biasanya berkembang
bahwa terdapat banyak sekali faktor risiko yang dapat menjadi sengketa yaitu perubahan lingkup pekerjaan, cuaca, dan
mempengaruhi progres dan penyelesaian pekerjaan konstruksi. pembatasan akses lapangan. Pelled, Eisenhardt, dan Xin (1999)
Oleh karena itu, penting bagi para pihak yang terlibat agar dapat menemukan bahwa tim proyek yang multicultural dapat
mengelola risiko-risiko tersebut dengan tepat melalui manajemen berpotensi menyebabkan konflik.
risiko proyek yang baik. Adapun mitigasi yang disarankan antara
Demikian juga studi Jaffar, Tharim, dan Shuib (2011) yang
lain menekankan pentingnya penelitian terkait manajemen arus
mengelompokkan faktor konflik menjadi tiga jenis, yaitu faktor
kas demi meningkatkan praktek pembayaran tepat waktu di
konflik terkait permasalahan perilaku, faktor konflik terkait
industri konstruksi (Abdul-Rahman, Takim & Min 2009),
permasalahan kontraktual, dan faktor konflik terkait permasalahan
menyediakan sumber daya yang cukup pada tahap perencanaan,
teknis. Masalah perilaku meliputi interaksi manusia, kepribadian,
dan koordinasi serta komunikasi yang baik dari para pihak.
budaya dan latar belakang profesi di antara tim proyek. Masalah
lain terkait perilaku manusia mencakup ambisi individu, frustrasi,
ketidakpuasan, keinginan untuk berkembang, komunikasi dan

167 168
tingkat kekuasaan, penipuan dan keyakinan juga menjadi Dalam sebuah studi oleh Acharya, Dai Lee dan Man Im (2006),
penyebabnya konflik di proyek konstruksi. ditemukan enam faktor penyebab konflik pada proyek-proyek
konstruksi di Korea yaitu perbedaan kondisi lapangan, hambatan
Sedangkan permasalahan kontraktual mencakup definisi,
orang-orang setempat, perbedaan dalam penilaian perubahan
interpretasi, dan klarifikasi kontrak. Kumaraswamy dan
pekerjaan, adanya kesalahan dan pengurangan dalam desain,
Yogeswaran (1998) dalam studinya menunjukkan bahwa sumber
kelebihan volume pekerjaan dan spesifikasi yang ambigu.
konflik konstruksi sebagian besar terkait dengan masalah kontrak,
Sedangkan Jaffar, Tharim, dan Shuib (2011) mengklasifikasi
antara lain variasi, perpanjangan waktu, pembayaran, kualitas
penyebab konflik pada proyek konstruksi menjadi tiga jenis
spesifikasi teknis, ketersediaan informasi, administrasi dan
faktor, yaitu faktor terkait permasalahan perilaku, faktor terkait
manajemen, harapan klien yang tidak realistis dan pengakhiran
permasalahan kontraktual dan faktor terkait permasalahan teknis.
kontrak.
Contoh faktor konflik terkait perilaku antara lain keengganan
Terakhir konflik terkait permasalahan teknis yang diakibatkan untuk meminta kejelasan maupun komunikasi yang buruk.
oleh ketidakpastian atau ketidakjelasan informasi, klarifikasi Sedangkan faktor konflik terkait kontrak antara lain keterlambatan
teknis, dan lain sebagainya. Ini biasanya dapat ditemukan pada penyerahan lapangan, keterlambatan pembayaran progress dan
aspek teknis seperti kekeliruan gambar desain, kekeliruan ketidakjelasan ketentuan di dalam kontrak. Sedangkan kegagalan
spesifikasi, kesalahan metode pelaksanaan, dan lain-lain. kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik atau
instruksi yang terlambat dari konsultan maupun employer
merupakan faktor konflik terkait masalah teknis.
15.2 Bagaimana pengaruh konflik terhadap Tidak banyak studi yang dilakukan terkait pengaruh konflik
kesuksesan proyek dalam pelaksanaan terhadap kesuksesan proyek konstruksi. Salah satu studi terbaru
dilakukan oleh Irfan dkk. (2019) dengan fokus pada konflik antara
konstruksi?
para pemangku kepentingan di proyek konstruksi. Mereka
Terjadinya konflik tidak dapat dihindari dalam pelaksanaan menermukan bahwa konflik stakeholder memiliki hubungan
proyek konstruksi. Mengingat kompleksitas pekerjaan, banyaknya positif terhadap waktu, biaya dan sumber daya proyek. Ini berarti
stakeholder yang terlibat dan beragamnya situasi yang mungkin bahwa setiap peningkatan atau pengurangan dalam konflik
terjadi selama pelaksanaan pekerjaan, konflik antara para pihak stakeholder akan berdampak langsung terhadap tiga indikator
menjadi tidak terhindarkan dan oleh karena itu membutuhkan proyek ini. Misalnya, peningkatan konflik menyebabkan pula
beberapa penanganan khusus terkait manajemen konflik di peningkatan biaya, waktu maupun sumber daya yang diperlukan
proyek. untuk menyelesaikan pekerjaan.

169 170
Sebaliknya, konflik memiliki hubungan negatif terhadap indikator tetap ada dan wajar terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan
mutu, produktifitas pekerja, perlindungan terhadap lingkungan konstruksi yang dilandasi oleh sebuah kontrak konstruksi.
dan keselamatan kerja. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap Permasalahan kontraktual ini ada untuk dikelola oleh para pihak
peningkatan konflik akan mengurangi empat indikator ini. Dengan yang terlibat. Disini, manajer atau admin kontrak berperan penting
demikian dapat disimpulkan bahwa konflik sangat berpengaruh untuk mengelola berbagai permasalahan kontraktual yang
terhadap pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan kesuksesan mungkin maupun akan terjadi dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
penyelesaian sebuah proyek konstruksi. konstruksi.

Beberapa permasalahan ini telah disinggung dan dijelaskan dalam


beberapa peraturan yang diterbitkan pemerintah melalui instansi
15.3 Permasalahan apa yang paling sering terkait. Namun sepengetahuan penulis, belum ada peraturan yang
terjadi pada kontrak konstruksi, dan bagaimana komprehensif fokus menjawab tantangan ini. Mungkin diperlukan
suatu penelitian pendahuluan yang mengidentifikasi permasalahan
memasukkannya ke dalam regulasi agar
kontraktual dalam pekerjaan konstruksi dan mengintegrasikannya
permasalahan tersebut dapat diminimalkan? dengan rekomendasi peraturan untuk menjawab permasalahan
tersebut. Buku ini sendiri hadir sebagai salah satu upaya
Mengingat kontrak konstruksi merupakan landasan bagi mengidentifikasi dan menjawab berbagai permasalahan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan, terdapat banyak kontraktual yang ada dalam praktik konstruksi di Indonesia.
sekali permasalahan yang dapat terjadi terkait kontrak konstruksi.
Permasalahan kontraktual ini dapat berupa permasalahan saat
proses tender, permasalahan terkait desain, permasalahan terkait
15.4 Bagaimana ketika ada beberapa klausul
penyerahan lapangan, permasalahan terkait program kerja,
permasalahan terkait keterlambatan, permasalahan terkait kontrak yang bersifat ambigu dan terdapat
pembayaran, permasalahan terkait perpanjangan waktu, konflik diantara stakeholder?
permasalahan terkait kualitas pekerjaan, permasalahan terkait
perubahan pekerjaan, permasalahan terkait serah terima dan Bahasa kontrak memiliki risiko terkait interpretasi. Ini merupakan
keberterimaan, permasalahan terkait klaim konstruksi, sebuah fakta penting terkait kontrak konstruksi yang menyatakan
permasalahan terkait keadaan kahar, dan permasalahan lainnya. berbagai kesepakatan antara kedua belah pihak secara tertulis.
Untuk menghindari konflik dan sengketa, para pihak yang terlibat
Mengidentifikasi dan mengetahui permasalahan ini penting agar
dianjurkan untuk menyusun kontrak konstruksi dengan bahasa
dapat diformulasikan langkah-langkah yang tepat untuk
yang sederhana, lugas dan tepat menggambarkan ketentuan yang
memitigasi dampaknya. Disukai atau tidak, permasalahan ini akan

171 172
mereka sepakati bersama. Disini peranan seorang manajer atau kontrak disebabkan diantaranya karena tidak semua kata, istilah,
admin kontrak menjadi penting untuk menyusun kontrak kalimat yang menunjukkan suatu kaidah, hubungan atau peristiwa
konstruksi dengan baik dan benar. Manajer kontrak yang hukum yang dikemukakan secara tertulis dalam suatu kontrak itu
kompeten akan memahami istilah-istilah baku yang biasa sudah jelas dan mudah dipahami sehingga muncul potensi
digunakan dalam kontrak konstruksi sehingga mengurangi ambiguitas (Sutiyoso, 2013). Atau dengan kata lain, potensi
terjadinya kesalahpahaman akibat tidak mengertinya salah satu munculnya ambiguitas akan selalu ada dalam kontrak konstruksi.
pihak dengan istilah atau bahasa yang digunakan di dalam
Selain itu, Pasal 1343 KUH Perdata menyatakan bahwa jika kata-
kontrak.
kata suatu perjanjian dapat diberikan berbagai macam penafsiran,
Biasanya, kita menggunakan kata ‘ambigu’ untuk maka harus diselidiki maksud kedua belah pihak yang membuat
menggambarkan suatu istilah atau bahasa yang memiliki makna perjanjian. Disini, terlihat bahwa teori kehendak dijadikan sebagai
atau interpretasi ganda. Ambiguitas dalam kontrak konstruksi dasar penafsiran perjanjian untuk istilah yang ambigu (Sutiyoso,
harus diupayakan untuk dihindari. Untuk itu, sebaiknya para pihak 2013). Pada Pasal 1344 disebutkan bahwa jika suatu janji dapat
menyediakan sumber daya yang memadai selama proses negosiasi diberikan dua macam pengertian, maka harus dipilih pengertian
dan penyusunan kontrak konstruksi. Sumber daya ini dapat berupa yang memungkinkan janji itu dilaksanakan daripada pengertian
penyediaan manajer kontrak yang kompeten, waktu yang cukup yang tidak memungkinkan suatu pelaksanaan. Atau dengan kata
untuk mengkaji dan menyusun kontrak, dan sumber daya lain lain perjanjian harus ditafsirkan sedekat mungkin dengan maksud
yang diperlukan mendetailkan ketentuan kontrak, terutama terkait para pihak yang paling memungkinkan untuk pelaksanaan
lingkup pekerjaan. Selain itu, permasalahan ambiguitas dalam perjanjian tersebut (Sutiyoso, 2013). Mirip dengan ini, Pasal 1345
kontrak konstruksi juga biasanya terkait dengan salah satu atau menyebutkan bahwa jika kata-kata dapat diberikan dua macam
kombinasi dari perubahan pekerjaan, spesifikasi teknis, maupun pengertian, maka harus dipilih pengertian yang paling selaras
ketentuan umum kontrak. dengan sifat perjanjian. Sedangkan Pasal 1346 berbunyi hal-hal
yang meragukan harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi
Terkait hal ini, KUH Perdata telah memberikan pengaturan
kebiasaan dimana perjanjian itu dibuat. Di sini, masalah
mengenai masalah penafsiran kontrak pada Pasal 1342 hingga
ambiguitas dapat ditafsirkan menurut pengertian umum yang
Pasal 1351. Pasal 1342 menyebutkan bahwa jika kata-kata dalam
dibenarkan dalam kontrak konstruksi secara umum.
suatu kontrak sudah jelas maka tidak lagi diperkenankan untuk
menyimpang daripadanya dengan jalan penafsiran. Hal ini Terlepas dari berbagai metode penafsiran yang ada, langkah
mengisyaratkan bahwa apapun kontrak yang dibuat orang, terbaik untuk menyikapi permasalahan ambiguitas dalam kontrak
hendaknya jelas isinya sehingga memberikan kepastian sesuai konstruksi adalah dengan meminimalkan potensi munculnya
dengan asas sens clair atau kejelasan makna (Sutiyoso, 2013). ambiguitas dalam kontrak konstruksi. Ini dapat dilakukan dengan
Meskipun demikian, adanya perbedaan interpretasi terhadap isi membuat kontrak konstruksi dengan bahasa yang jelas, sederhana

173 174
dan tepat. Hal ini dapat tercapai bila para pihak menyediakan Utama Importance Importance
sumber daya yang memadai selama proses negosiasi dan Berkaitan 0,081163 Perubahan pekerjaan yang 0,011806
dengan diinisiasi oleh employer
penyusunan kontrak konstruksi.
employer Perubahan lingkup 0,018216
Keterlambatan 0,000382
penyerahan lapangan
15.5 Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan Instruksi percepatan 0,000171
Harapan yang tidak 0,002524
sengketa kontrak konstruksi? realistis
Keterlambatan 0,048064
Sebelum membahas tentang faktor penyebab sengketa, ada pembayaran
Berkaitan 0,301548 Keterlambatan pekerjaan 0,151231
baiknya kita membahas perbedaan konflik dan sengketa terlebih dengan Perpanjangan waktu 0,122495
dahulu. Konflik (conflicts) dan sengketa (disputes) seringkali kontraktor Ketidakmampuan teknis 0,000127
digunakan bersamaan. Dalam kaitannya dengan industri Proses tender 0,000101
konstruksi, Fenn, Lowe, dan Speck (1997) menjelaskan perbedaan Kualitas pekerjaan 0,027423
antara keduanya. Konflik muncul manakala terdapat perbedaan Berkaitan 0,253987 Kesalahan desain 0,054377
dengan Spesifikasi yang tidak 0,119561
kepentingan antara kedua belah pihak. Konflik dapat dikelola para desain memadai
pihak sehingga dapat dicegah berkembang menjadi sebuah Kualitas desain 0,071209
sengketa konstruksi. Sebaliknya, sengketa konstruksi berkaitan Ketersediaan informasi 0,008840
dengan isu-isu yang memiliki landasan kontraktual dan Berkaitan 0,259314 Ambiguitas dalam 0,045363
dengan dokumen kontrak
membutuhkan resolusi dalam penyelesaiannya. Sengketa dapat kontrak Perbedaan interpretasi 0,019974
dikelola melalui resolusi sengketa yang biasanya memerlukan ketentuan kontrak
intervensi pihak ketiga. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Alokasi risiko 0,027686
konflik dapat berkembang menjadi sengketa konstruksi. Permasalahan kontraktual 0,166291
lainnya
Mengingat keterkaitan antara konflik dan sengketa, maka Berkaitan 0,026826 Perbedaan budaya 0,003531
sewajarnya pula bila faktor penyebab sengketa dapat berasal dari dengan Kurangnya komunikasi 0,016504
perilaku Kurangnya semangat tim 0,006792
faktor penyebab konflik selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi. manusia
Cakmak dan Cakmak (2014) menganalisis faktor penyebab Berkaitan 0,037032 Kondisi lapangan 0,018516
sengketa yang umum terjadi di industri konstruksi melalui ANP dengan Perubahan tak terduga 0,018516
(analytical network process) sebagai berikut. proyek
Faktor 0,040127 Cuaca 0,002434
Kategori Relative Sub-kategori Relative eksternal Faktor hukum dan 0,031776
ekonomi

175 176
Sektor yang 0,005917 • Klausul terkait penghentian kontrak secara sepihak oleh
terfragmentasi employer atas alasan kenyamanan (termination for
convenience);
Sebagaimana terlihat pada tabel diatas, sengketa yang berkaitan • Klausul terkait tidak adanya ganti rugi atas keterlambatan
dengan kontraktor memiliki nilai relative importance tertinggi yang terjadi bagi kontraktor;
sebesar 0,301548. Dengan kata lain, sengketa yang berkaitan • Klausul terkait kinerja dan spesifikasi desain;
dengan kontraktor merupakan jenis sengketa paling umum terjadi • Klausul terkait perubahan pekerjaan;
di industri konstruksi menurut penelitian Cakmak dan Cakmak • Klausul-klausul lain yang patut diperhatikan seperti
(2014). Namun demikian, faktor penyebab sengketa dapat berbeda perbedaan kondisi lapangan, penyelidikan lokasi, dan
atau memiliki implikasi yang berbeda dengan penelitian ini, penyelesaian sengketa.
tergantung pada konteks waktu dan tempat dimana penelitian Meskipun klausul-klausul di atas terkait dengan pelaksanaan
tersebut dilakukan. pekerjaan oleh kontraktor dan harus diperhatikan oleh kontraktor,
pihak lain dapat pula mempelajari klausul-klausul ini untuk
menghindari potensi sengketa yang terjadi. Selain itu, disarankan
15.6 Klausul apa yang harus diperhatikan agar agar para pihak dapat mempelajari keseluruhan dokumen kontrak
sengketa dalam kontrak dapat dihindari? dan bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan dengan
meminimalkan potensi sengketa yang ada.
Kontrak konstruksi memuat seluruh pernyataan, hak, kewajiban
dan tanggung jawab para pihak dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi. Kontrak konstruksi dapat dimanfaatkan untuk 15.7 Sebelum ke BANI sebaiknya sengketa
mengidentifikasi potensi sengketa yang ada, yang selanjutnya
kontrak dibawa kemana?
dapat diupayakan langkah-langkah untuk menghindari atau
meminimalkan dampak dari potensi sengketa tersebut. Dalam manajemen kontrak konstruksi, terdapat beberapa alternatif
Menurut Zimolong (2012), beberapa klausul kontrak konstruksi penyelesaian sengketa (APS) yang dapat dilakukan oleh para
yang harus diperhatikan untuk mengidentifikasi dan menghindari pihak yang sedang mengalami sengketa. Langkah pertama dapat
sengketa konstruksi adalah: dilakukan negosiasi antara para pihak yang bersengketa. Apabila
negosiasi gagal mencapai mufakat, maka para pihak dapat
• Klausul terkait lingkup pekerjaan, harga dan waktu; menempuh langkah mediasi dengan mendatangkan seorang
• Klausul terkait subkontraktor; mediator yang menengahi para pihak. Meskipun dianjurkan,
• Klausul terkait pembayaran berkondisi; kedua langkah ini memiliki kelemahan yaitu tidak adanya putusan

177 178
final yang mengikat para pihak sehingga memungkinkan salah • penyelesaian dilakukan oleh pihak ketiga yang dianggap
satu pihak untuk tidak menjalankan hasil putusan negosiasi atau ahli sesuai dengan bidang konstruksi.
mediasi.

Selain itu, para pihak juga dapat menerapkan ajudikasi. Langkah


ini dianjurkan oleh FIDIC sebagaimana dalam FIDIC Red Book
(2017) Klausul 21 yang memuat tentang dibentuknya Dispute
Avoidance and Adjudication Board (DAAB) atau Dewan
Pencegahan dan Ajudikasi Sengketa. DAAB dapat beranggotakan
satu atau tiga orang yang ditunjuk oleh kedua belah pihak untuk
menengahi dan menyelesaikan sengketa yang terjadi di lapangan.
Putusan DAAB mengikat bagi kedua belah pihak.

Apabila salah satu pihak merasa tidak puas dengan putusan


DAAB, maka mereka dapat menerbitkan sebuah Notice of
Dissatisfaction (NOD) yang ditujukan kepada DAAB dan
Engineer/konsultan MK. NOD ini harus diberikan dalam kurun
waktu 28 hari setelah menerima putusan DAAB. Atas NOD yang
dilayangkan, para pihak harus berusaha mencari penyelesaian
damai sebelum menempuh langkah arbitrasi. Kecuali ditentukan
lain berdasarkan kesepakatan bersama, arbitrasi dapat ditempuh
pada atau setelah hari ke-28 setelah NOD diberikan, meskipun
tanpa upaya penyelesaian damai telah dilakukan.

Adapun kelebihan dari penyelesaian sengketa melalui DAAB


antara lain:

• upaya penyelesaian yang cepat dan hemat;


• putusan yang mengikat berdasarkan kontrak;
• tidak menghambat progress pekerjaan di lapangan;
• tidak dipublikasikan secara umum sehingga tidak
mempengaruhi nama baik para pihak;

179 180
Daftar Pustaka

Abdul-Rahman, H., Takim, R., & Min, W.S. (2009). Financial-related


causes contributing to project delays. Journal of Retail &
Leisure Property, 8, 225-238.

Acharya, N.K., Dai Lee, Y., & Man Im, H. (2006). Conflicting factors
in construction projects: Korean perspective. Engineering,
Construction and Architectural Management, 13(6), 543-566.

Agritama, R..P, Huda, M., & Rini, T.S. (2018). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keterlambatan Proyek Konstruksi di Surabaya.
Axial: Jurnal Rekayasa dan Manajemen Konstruksi, 6(1), 25-
32.

Amin, M., & Susanto, A. (2015) Kajian Quantity Surveyor pada


Tahap Pre Contract dan Post Contract: Studi Kasus Proyek Ad-
Premier Office – Jakarta. Rekayasa Sipil, 4(1), 27-38.

Apanian, M.C., , Abdulazia, Grossbart, & Rudman. (2016). Practical


Tips on Drafting Construction Contracts. Retrieved from
https://caphcc.org/wp-content/uploads/2016/06/Drafting-
Construction-Contracts-by-Milene-Apanian-AGR.pdf

Ariani, V., Roza, F., Ayu, E.S. (2019). Peringkat Faktor Penyebab
yang Mempengaruhi Terjadinya Klaim dari Kontraktor ke
Owner pada Proyek Konstruksi di Kota Padang. Rang Teknik
Journal, 2(1), 157-167.

As’adi, E. (2011). Hukum Proyek Konstruksi Bangunan dalam


Perspektif Pelayanan Publik yang Baik di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

181 182
Augenblick, M., & Rousseau, A.B. (2012). Force majeure in Collins, S. A., & Zack Jr, J. G. (2014). Changing trend in risk
tumultuous times: Impracticability as the new impossibility. allocation – differing site conditions. Navigant Construction
The Journal of World Investment & Trade, 13(1), 59-75. Forum.

Badan Pembinaan Konstruksi dan SDM. (2005). Buku Pelatihan Corrada, S.M.G. (2007). The best laid plans: Force majeure clauses in
Pengendali Biaya Pekerjaan (Cost Controller) Pekerjaan travel and event contracts. Nova Law Review, 31(3), pp. 409-
Sumber Daya Air, CCE-05 Analisa Harga Satuan. Jakarta: 421.
Departemen Pekerjaan Umum (Pusat Pembinaan Kompetensi
Cubic Metre Pty Ltd v C & E Critharis Construction Pty Ltd [2020]
dan Pelatihan Konstruksi).
NSWSC 479.
Ballesteros-Pérez, P., Kabiri, S., Smith, S.T., & Hughes, W. (2016).
Dei, K.A., Dharmayanti, G. A. P. C., & Jaya, N.M. (2017). Analisis
Dealing with Weather-related Claims in Construction
Risiko dalam Aliran Supply Chain pada Proyek Konstruksi
Contracts: A New Approach. Dalam: Pellicer, E, Adam, JM,
Gedung di Bali. Jurnal Spektran, 5(1), 36-46.
Yepes, V, Singh, A. (Eds.) Resilient Structures and Sustainable
Construction. ISEC. Enshassi, A., Mohamed, S., & El-Ghandour, S. (2009). Problems
Associated with the Process of Claim Management in Palestine:
Bates, A., & Coles, A.J. (2012). Audit Provisions in Private
Contractors’ Perspective. Engineering, Construction and
Construction Contracts: Which Costs are Subject to Audit, Who
Architecture Management, 16(1), 61-72.
Bears the Expense of the Audit, and Who has the Burden of
Proof on Audit Claims? Journal of the American College of Essing, S. A., Saerang, D. P. E,. & Lambey, L. (2017). Analisis
Construction Lawyers, 6(2), 111-141. Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Kabupaten
BFI Group of Companies Ltd v. DCB Integration Systems Ltd (1987).
Kepulauan Talaud. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing
Cakmak, E., & Cakmak, PI. (2014). An analysis of causes of disputes Goodwill, 8(1), 118-128.
in the construction industry using analytical network process.
Ezeldin, A. S. & Helw, A. A. (2018). Proposed Force Majeure Clause
Procedia Social and Behavioral Sciences, 109, 183-187.
for Construction Contracts under Civil and Common Laws.
Carausan, M. V. (2017). Conducting and Using Monitoring in Public Journal of Legal Affairs and Dispute Resolution in Engineering
Procurement Contracts. Journal of Public Administration, and Construction, 10(3), 04518005.
Finance and Law, Special Issue 3, 7-16.
Famiyeh, S., Amoatey, C.T., Adaku, E., & Agbenohevi, C. S. (2017).
Major causes of construction time and cost overruns: A case of

183 184
selected educational sector projects in Ghana. Journal of Gunduz, M., & Onder, O. (2012). Fraud and Corruption Risk
Engineering, Design and Technology, 15(2), 181-198. Assessment in Construction Industry. Proceeding of RICS
COBRA, 11-13 September 2012, Las Vegas, Nevada, USA.
Fenice Investments Inc v Jerram Falkus Construction Ltd [2009]
EWHC 3272 (TCC). Hansen, S. (2015). Formulating Standard Form of Construction
Contract in Indonesian Context. The 1st International Joint
Fenn, P., Lowe, D., Speck, C. (1997). Conflict and dispute in
Conference of Indonesia-Malaysia-Bangladesh-Ireland
construction. Construction Management and Economics, 15,
(IJCIMBI), 27-28 April 2015, Universitas Ubudiyah Indonesia,
513-518.
Aceh.
Fertilia, N. C., & Ayuningtias, H. S. (2020). Cause Analysis of
Hansen, S. (2017a). Manajemen Kontrak Konstruksi: Pedoman
Contract Amendment in the X Dry Dam Construction Project in
Praktis dalam Mengelola Proyek Konstruksi, Edisi 2. Jakarta:
Indonesia. Neutron, 20(1), 33-40.
Gramedia Pustaka Utama.
FIDIC. (2017). Conditions of Contract for Construction, 2nd ed.
Hansen, S. (2017b). Quantity Surveying: Pengantar Manajemen
FIDIC. Geneva, Switzerland.
Biaya dan Kontrak Konstruksi. Jakarta: Gramedia Pustaka
FIDIC. (2017). Conditions of Contract for EPC/Turnkey Projects, 2nd Utama.
ed. FIDIC. Geneva, Switzerland.
Hansen, S. (2019). Challenging Arbitral Awards in the Construction
FIDIC. (2017). Conditions of Contract for Plant & Design Build, 2nd Industry: Case Study of Infrastructure Disputes. Journal of
ed. FIDIC. Geneva, Switzerland. Legal Affairs and Dispute Resolution in Engineering and
Construction, 11(1), 06518004.
FIDIC. (2019). The FIDIC Golden Principles. FIDIC. Geneva,
Switzerland. Hansen, S. (2020a). Statistik Kompetensi MKK di Indonesia: Tingkat
Profisiensi dan Signifikansi. Jakarta: Komunitas Manajemen
Flanagan, R. & Jewell, C. (2018). CIOB New Code of Estimating Kontrak Konstruksi Indonesia.
Practice. Hoboken (NJ): John Wiley & Sons.
Hansen, S. (2020b). Does the COVID-19 Outbreak Constitute a Force
Gashahun, A.D. (2020). Assessment on Impact of Covid-19 on Majeure Event? A Pandemic Impact on Construction Contracts.
Ethiopian Construction Industry. International Journal of Journal of the Civil Engineering Forum, 6(2), 201-214.
Engineering Science and Computing, 10(7), pp. 26889-26894.
Hansen, S, Rostiyanti, S.F., Rizaldi, & Andjarwati, C. (2021).
Quantity Surveyors’ Response to the COVID-19 Outbreak: A

185 186
Mixed Method Approach. Journal of the Civil Engineering room/articles/2018/claims-for-head-office-overheads-and-
Forum, 7(2), 177-186. profit.pdf

HW Neville (Sublest) Ltd v William Press & Son Ltd (1981). Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 88 Tahun 2015 tentang
Penetapan SKKNI pada Jabatan Kerja Ahli Kontrak Kerja
Indramanik, I. B. G. (2017). FIDIC dan Kontrak Konstruksi di
Konstruksi.
Indonesia. Jurnal Teknik Gradien, 9(1), 123-144.
Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 70 Tahun 2016 tentang
Instruksi Menteri PUPR No. 02/IN/M/2020 tentang Protokol
Penetapan SKKNI Kategori Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis
Pencegahan Penyebaran COVID-19 pada Jasa Konstruksi.
Golongan Pokok Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Lainnya
Irawan, I. (2014). Studi Kasus Pembebasan Tanah dalam Proyek Bidang Pengadaan Barang/Jasa.
Normalisasi Waduk Pluit ditinjau dari Perspektif Hukum
Khekale, C., & Futane, N. (2015). Management of Claims and
Agraria. Humaniora, 5(2), 1168-1176.
Disputes in Construction Industry. International Journal of
Irfan, M., Thaheem, M. J., Gabriel, H. F., Malik, M. S. A., & Nasir, Science and Research, 4(5), 848-856.
A. R. (2019). Effect of stakeholder’s conflicts on project
Khofiyah, O. L., & Angreni, I. A. A. (2019). Pengaruh Pembebasan
constraints: a tale of the construction industry. International
Tanah terhadap Keterlambatan Proyek Pembangunan Jalan Tol,
Journal of Conflict Management, 30(4), 538-565.
Studi Kasus: Jalan Tol Cinere-Jagorawi Seksi II B. Media
Jaffar, N., Tharim, A. H. A., & Shuib, M. N. (2011). Factors of Komunikasi Teknik Sipil, 25(2), 191-198.
Conflict in Construction Industry: A Literature Review.
Kinlan, D. (2016). Fair Contract Conditions and Competition. Terra et
Procedia Engineering, 20, 193-202.
Aqua, 142, 25-30.
Kadefors, A. (2005). Fairness in interorganizational project relations:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. Jakarta: t
norms and strategies. Construction Management and
Sinarsindo Utama.
Economics, 23, 871-878.
Knowles, R. (2012). 200 Contractual Problems and their Solutions.
Kartiawan, I., Soenardji, H. N., & Al Katuuk, K. (2014). Ruang
West Sussex: John Wiley & Sons.
Ruang Gelap Jasa Konstruksi Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Kululanga, G. K., Kuotcha, W., McCaffer, R., & Edum-Fotwe, F.
(2001). Construction Contractors’ Claim Process Framework.
Keene, D. (2018). Claims for Head Office Overheads and Profit. DGA
Journal of Construction Engineering and Management, 127(4),
Group Ebriefing. Retrieved from http://www.dga-
309-314.
group.com/download?file=/assets/the-reading-

187 188
Kumaraswamy, M., & Yogeswaran, K. (1998). Significant sources of Nanjaya, M. D. (2020). Perlindungan Hukum Bagi Pelaku Jasa
construction claims. International Construction Law Review, Konstruksi dalam Sengketa Konstruksi Proyek Infrastruktur di
15(1), 144-160. Indonesia. [Tugas Akhir]. Fakultas Hukum, Universitas Esa
Unggul, Jakarta.
Lampiran Peraturan Menteri PUPR No. 28/PRT/M/2016 tentang
Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Nurisra. (2011). Perbandingan Risiko Kontrak Lumpsum, Unit Price
dan Gabungan pada Proyek Konstruksi di Kabupaten Bireuen.
Madi, H., Charrett, D., Jaeger, A., Morek, R., & Moller, K. (2019).
Jurnal Teknik Sipil, 1(1), 81-90.
The FIDIC Golden Principles, 1st ed. Geneva, Switzeland:
FIDIC. Odeh, A. M., & Battaineh, H. T. (2002). Causes of construction delay:
Traditional contracts. International Journal of Project
Monica, T. M. (2016). Analisis Risiko Konstruksi Struktur Bore Pile
Management, 20(1), 67-73.
pada Proyek dengan Metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) Studi Kasus Proyek Perkuatan Lereng Kiri Kaki Pelled, L. H., Eisenhardt, K. M., & Xin, K. R. (1999). Exploring the
Bendungan Jatigede Sumedang. [Skripsi]. Program Studi black box: an analysis of work group diversity, conflict and
Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. performance. Administrative Science Quarterly, 44, 1-28.

Mufutau, G .O., & Mojisola, O. V. (2016). Detection and Prevention Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2
of Contract and Procurement, Fraud Catalyst to Organization Tahun 2017 tentang Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut
Profitability. IOSR Journal of Business and Management, Rekomendasi Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan.
18(1/2), 9-14.
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Mutua, J. M., Waiganjo, E., & Oteyo, I. N. (2014). The Influence of Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Contract Management on Performance of Outsourced Projects Barang/Jasa Melalui Penyedia.
in Medium Manufacturing Enterprises in Nairobi County,
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
Kenya. International Journal of Business and Social Science,
157/PMK.02/2013 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan
5(9.1), 25-33.
Kontrak Tahun Jamak (Multi Years Contract) dalam Pengadaan
Nalewaik, A. (2007). Construction Audit – An Essential Project Barang/Jasa Pemerintah.
Controls Function. Cost Engineering: The AACE International
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.05/2015 tentang
Journal of Cost Estimation, Cost/Schedule Control, and Project
perubahan atas peraturan pelaksanaan anggaran dalam rangka
Management, 49(10), 20-25.
penyelesaian pekerjaan yang tidak terselesaikan sampai dengan
akhir tahun anggaran.

189 190
Peraturan Menteri PUPR Nomor 01 Tahun 2020 tentang Standar dan Produksi XI dan Seminar Nasional Manajemen Rekayasa
Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Kualitas VI, 1 Oktober 2015, ITB, Bandung, Indonesia.
Rancang Bangun Melalui Penyedia.
Prawoto, D. (2014). Permasalahan Klaim pada Proyek Sektor Swasta
Peraturan Menteri PUPR Nomor 7 Tahun 2019 tentang Standar dan Terkait Jenis Kontrak Lump-sum dari Sudut Pandang
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi Melalui Penyedia. Kontraktor. Seminar Nasional 2014 Manajemen Klaim Proyek
Konstruksi. 6 November 2014.
Peraturan Menteri PUPR RI Nomor 14 Tahun 2020 tentang Standar
dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi melalui Penyedia. Pronin, B. (2021). Addendum, Amendment, What’s the Difference?
RISMedia, Retrieved from at
Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 2000 tentang
http://rismedia.com/trg/24812/1066640/null/93208#:~:
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
text=In%20short%2C%20an%20addendum%20is,part%20of%
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang 20the%20original%20agreement.
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Putri, K. D. A., & Arifin, R. (2018). Tinjauan Teoritis Keadilan dan
Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Kepastian dalam Hukum di Indonesia. Mimbar Yustitia, 2(2),
Barang/Jasa Pemerintah. 142-158.

Philips Hong Kong Ltd v. The Attorney General of Hong Kong Putusan pengadilan Nomor 106/G/2020/PTUN.MDN.
(1993).
Rahman, A., Suraji, A., Nugraheni, F., & Faisol, A. M. (2019). Studi
PMI. (2003). Construction Extension to a Guide to the PMBOK. Perbedaan Interpretasi atas Ketidaksesuaian Kuantitas antara
Project Management Institute. Newtown Square, Pennsylvania, Kontrak dengan Realisasi dalam Tinjauan Kontrak Lumpsum.
USA. Naskah Publikasi Tesis Manajemen Konstruksi UII, 17914021.

Pratama, R. A., Kasahdi, & Badriyah, S. M. (2016) Tinjauan Yuridis Rameezdeen, R., & Rodrigo, A. (2014). Modifications to Standard
Garansi Pelaksanaan Tidak Bersyarat (Unconditional Forms of Contract: The Impact on Readability. Australian
Performance Bond) Sebagai Bentuk Jaminan Dalam Kontrak Journal of Construction Economics and Building, 14(2), 31-40.
Konstruksi. Diponegoro Law Journal, 5(3), 1-19.
Ramus, J., Birchall, S., & Griffiths, P. (2006). Contract Practice for
Pratami, D., Octaviana, L., & Haryono, I. (2015). Perancangan Surveyors, 4th ed. Oxford: Butterworth-Heinemann.
Dokumen Audit Manajemen Proyek dengan Menggunakan 10
Razia, B., Thurairajah, N., & Larkham, P. (2017). Understanding
Knowledge Area PMBOK Edisi 5. Proceeding Seminar Sistem
Delays in Construction in Conflict Zones. Proceedings of

191 192
International Research Conference 2017: Shaping Tomorrow’s Sweeny, N. J., Kelleher Jr, T. J., Beck, P. E., & Hafer, R. F. (1997).
Built Environment. September 2017, Manchester, UK. Smith Currie & Hancock’s Common Sense Construction Law.
New York: John Wiley & Sons.
RICS. (2015). Final Account Procedure, 1st edition. rics.org/guidance.
Taufik, M., Wibowo, K., & Rochim, A. (2017). The Analysis of Risk
Rostiyanti, S. F., & Hansen, S. (2017). Perspektif Pemilik Proyek
Management of Projects with Lumpsum Contract System and
terhadap Permasalahan dalam Manajemen Klaim Konstruksi.
Unit Price Contract System using AHP Method (Case Study of
Jurnal Spektran, 5(2), 122-129.
Contractors in Semarang City). Proceedings of The 3rd
Saaidin, S., Endut, I. R., Samah, S. A. A., & Ridzuan, A. R. M. International Conference on Coastal and Delta Areas
(2016). The Current Practice of Design and Build Procurement (ICCDA#3): Problem, Solution and Development of Coastal
Process in Malaysia. Social and Management Research and Delta Areas, Semarang, 26 September 2017, 392-399.
Journal, 13(2), 81-95.
Thorpe, D., & Karan, E. P. (2008). Method for calculating schedule
SCL. (2017). SCL Delay and Disruption Protocol, 2nd ed. delay considering weather conditions. Dalam: Dainty, A (Ed.)
Leicestershire, UK. Procs 24th Annual ARCOM Conference, 1-3 September 2008,
Cardiff, UK. Association of Researchers in Construction
Semple, C, Hartman, FT, Jergeas, G. (1994). Construction claims and Management, 809-818.
disputes: Causes and cost/time overruns. Journal of
Construction Engineering and Management, 120(4), 785-795. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
Shnookal, T, Charrett, D. (2010). Standard Form Contracting: The
Role for FIDIC Contracts Domestically and Internationally. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Proceedings of the Society of Construction Law Conference, Jasa Konstruksi.
Perth, Australia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Skanska Corporation v. Anglo-Amsterdam Corporation [2002] 84 Cipta Kerja.
ConLR 100.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Slamet, SR. (2016). Kesempurnaan Kontrak Kerja Konstruksi Badan Pemeriksa Keuangan.
Menghindari Sengketa. Lex Jurnalica, 13(3), 191-208.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Sutiyoso, B. (2013). Penafsiran Kontrak Menurut Kitab Undang- Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Undang Hukum Perdata dan Maknanya Bagi Para Pihak yang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Bersangkutan. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 20(2), 207-233.

193 194
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang thesis] in Construction Law and Dispute Resolution. King’s
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. College, London.

Usman, N., & Sani, A. (2015). An Evaluation of Contract Auditing


Practice in Nigerian Building Construction Projects.
International Journal of Economics, Commerce and
Management, III(4), 1-8.

Walter Lilly v Mackay [2012] EWHC 1773 (TCC).

Wijaya, S., Pranajaya, D. & Andi. (2018). Permasalahan Kontrak


Lump-sum pada Proyek-Proyek Konstruksi di Surabaya. Jurnal
Dimensi Pratama Teknik Sipil, 7(2), 257-264.

Wilhelmsson, T. (2000). Contract and Equality. Scandinavian Studies


in Law, 40, 145-165.

Xia, B., Chan, A., Molenaar, K., & Skitmore, M. (2012). Determining
the Appropriate Proportion of Owner-Provided Design in
Design-Build Contract: Content Analysis Approach. Journal of
Construction Engineering and Management, 138(9), 1017-
1022.

Zainordin, Z. M., Abd Rahman, N. A., Sahamir, S. R., & Mohd


Khalid, Z. K. (2019). Methods of Valuing Construction
Variation in Lump Sum Contract from the Public Client’s
Perspective. MATEC Web of Conferences, 266, 03023.

Zimolong, W. (2012). A Tactical Guide to Avoiding Construction


Contract Disputes. Philadelphia, Esquire.

Zoppis, E. (2016). Contract Conditions for Ground Risk Under the


1999 FIDIC Suite of Contracts: A Critical Review. [Master’s

195 196
Tentang Penulis dan Penyunting

PENULIS

Seng Hansen

Penulis memperoleh gelar Ph.D. (Built Environment) dari RMIT


University pada 2021, gelar M.Sc. Manajemen Kontrak
Konstruksi/QS dari Universiti Teknologi Malaysia (UTM) pada 2012
dan gelar Sarjana Teknik Sipil & Lingkungan dari Universitas Gadjah
Mada (UGM) pada 2008. Penulis adalah pengajar tetap pada Program
Studi Manajemen & Rekayasa Konstruksi (MRK) Universitas Agung
Podomoro dan aktif meneliti terkait manajemen kontrak konstruksi
pada khususnya, maupun manajemen konstruksi secara lebih luas.
Saat ini penulis terlibat aktif sebagai pengurus KMKKI.

PENYUNTING

Dwi Adi Sunarko

Saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Komunitas Manajemen


Kontrak Konstruksi Indonesia (KMKKI), Dwi AS adalah seorang
alumni UTM di bidang Manajemen Kontrak Konstruksi/QS. Selain
itu, Dwi AS juga aktif bekerja pada salah satu perusahaan konstruksi
Indonesia. Beliau juga sering memberikan sharing pada berbagai
webinar dan training yang diadakan terkait pengadaan konstruksi di
Indonesia.

197 198
Dona Alisyah Siregar

Telah berkecimpung lebih dari 15 tahun di bidang pengadaan dan


kontrak konstruksi, Dona AS merupakan seorang profesional ahli baik
di bidang Manajemen Risiko, Manajemen Kontrak Konstruksi, dan
mediator PMN. Beliau juga merupakan salah satu tim penerjemah
buku kontrak FIDIC Red Book dan Yellow Book 1999 ke dalam
bahasa Indonesia. Selain gelar master di bidang Manajemen Kontrak
Konstruksi dari UTM, beliau juga memiliki gelar magister hukum dari
Universitas Jayabaya. Saat ini beliau bekerja di salah satu kontraktor
BUMN ternama di Indonesia.

Fani Dhuha

Fani Dhuha juga merupakan alumni master Manajemen Kontrak


Konstruksi UTM pada 2012. Beliau menjabat sebagai Kepala Seksi
Standar dan Pedoman, Subdirektorat Sistem Penyelenggaraan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Beliau aktif menjadi pemateri pada berbagai pelatihan dan seminar
terkait manajemen kontrak konstruksi di Indonesia.

199
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai