Disusun
O
L
E
H
Kelompok 3
Kelas XI MIA
Mapel : AL-Quran Hadis
Nama Kelompok:
Zulfa Muflihah
Ayu Shita
Humairah
Muh. Fikram
BAB I
PENDAHULUAN
Budi Pekerti berarti sikap dan prilaku yang baik. Sifat-sifat yang baik akan mendatangkan kebaikan
dan sebaliknya hal yang buruk akan menghasilkan keburukan pula. Oleh karena itu kita perlu
menjunjung tinggi nilai budi pekerti yang luhur. Ajaran budi pekerti menuntut kita agar selalu
berbuat kebaikan, kebenaran, serta memupuk keharmonisan gubungan manusia dengan tuhan,
manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan, yang sering disebut dengan konsep tri
hita karana. Salah satu bagian dari konsep tri hita karana adalah hubungan manusia dengan
manusia. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat manusia, karena manusia sebagai makhluk social
yang membutuhkan adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal ini dilakukan bertujuan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat perlu usaha manusia untuk
mewujudkan hubungan yang harmonis antar umat manusia.Salah satu caranya yaitu
mengembangkan sikap Toleransi, Etika pergaulan.[1])
Dalam tulisan yang sangat sederhana berikut ini, penulis berusaha mengelaborasi secara tematis
konsep Islam tentang toleransi dan etika pergaulan. Diawali dengan penjelasan seputar definisi,
kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk membuktikan bahwa Islam rahmatan lil ‘alamin sekaligus
memberikan jalan keluar dalam mensikapinya, yaitu dengan prinsip toleransi (tasamuh) dan beretika
dalam pergaulan. Pada bagian akhir akan diuraikan secara komprehensif solusi dimaksud, sesuai
dengan perspektif yang dimajukan al-Quran dan sunnah.
Apa sajakah ayat Al-Qur’an yang membahas tentang toleransi dan etika pergaulan?dan apa
kandungan ayatnya?
Bagaimana cara menerapkan perilaku hidup tol leransi dan etika pergaulan dalam kehidupan sehari-
hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”,
“selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah
“Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam
bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi
dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama
dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang seruan untuk bertoleransi dan beretika dalam
pergaulan.
4. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.
Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya
tauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek
peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir[7]
Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan secara timbal balik, yaitu untukmu agamamu
dan untuku agamaku. Dengan demikian, masing-masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa
yang dianggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya tanpa memaksakan pendapat kepada
orang lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing serta akan dipertanggung
jawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan turunnya ayat ini, Hilanglah harapan orang-orang
musyrikin Quraisy yang berusaha membujuk Nabi Muhammad SAW agar bersikap toleran dengan
jalan untuk kompromi dalam bidang Aqidah Islam.[8])
Surat Al-Kafirun ini termasuk surat makiyah atau surat yang diturunkan di Mekah, sebelum
Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah. Al-Kafirun artinya orang-orang kafir. Surat ini dinamakan Al-
Kafirun, karena tema pokoknya menjelaskan sikap Rasulullah saw. dan umat Islam terhadap orang-
orang kafir sebagaimana terungkap dalam pojok kisah berikut ini.
Beberapa tokoh kaum kafir (kaum musyrikin) di Mekah seperti Al-Walid bin Al-Mugirah, Aswad
bin ‘Abdul Muttalib dan Umayyah bin Khalaf, datang kepada Nabi Muhammad saw.
menawarkan kompromi yang menyangkut pelaksanaan peribadahan.
Mereka mengusulkan, agar Rasulullah saw. dan umat Islam mengikut kepercayaan mereka dan
mereka pun akan mengikuti agama Islam. Mereka berkata, “Wahai Muhammad, bagaimana jika
kami menyembah Tuhanmu selama setahun dan kamu juga menyembah Tuhan kami selama
setahun. Jika agamamu benar, kami mendapat keuntungan, karena kami juga menyembah
Tuhanmu, dan jika agama kami yang benar, kamu juga tentu memperoleh keuntungan.”
Mendengar usul kaum kafir itu Rasulullah saw. dengan tegas menjawab, “Aku berlindung kepada
Allah swt. agar tidak tergolong orang-orang yang bersikap dan berperilaku syirik atau menyekutukan
Allah.” Untuk mempertegas penolakan Rasulullah saw. tersebut, kemudian Allah SWT menurunkan
surat Al-Kafirun. Setelah Rasulullah saw. menerima surat Al-Kafirun ini, beliau lalu mendatangi
tokoh-tokoh kaum kafir (musyrikin) di Mekah, yang waktu itu sedang berkumpul di Masjidil Haram.
Di hadapan mereka Rasulullah saw. membacakan surat Al-Kafirun ayat 1 sampai 6 dengan mantap
dan lantang, sehingga mereka menyadari bahwa usul mereka untuk berkompromi dalam keimanan
dan ibadah agama, ditolak oleh Rasulullah saw. dan umat Islam.
2. Walaupun antara umat Islam dengan umat lain (non-Islam) tidak ada kompromi (toleransi) dalam
hal keimanan (akidah) dan peribadahan, namun dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakat,
umat Islam dan umat lain (non-Islam) hendaknya saling menghormati dan menghargai serta bekerja
sama dalam urusan dunia demi terwujudnya keamanan, ketertiban, kedamaian, dan kesejahteraan
bersama.
3. Menolak ajakan kaum musyrikin untuk tukar-menukar pengalaman dalam keimanan dan
peribadahan atau untuk keluar dari agama Islam dan menganut agama mereka, dengan tegas dan
bijaksana. (Pelajari Q.S. Al-Baqarah, 2 :217).
1. Menolak ajaran kaum musyrik untuk menukar--nukar pengalaman dalam keimanan dan
peribadahan atau untuk keluar dari agama islam dan menganut agama mereka dengan tegas
dan bijaksana
2. Bertekad dan berusaha secara sungguh-sungguh agar senantiasa meyakani agama islam dan
mengamalkan seluruh ajarannya dengan bertaqwa kepada Allah swt
3. Walaupun antara umat muslim dan nonmuslim tidak ada toleransi dalam keimanan tapi
tetap melakukan toleransi dalam pergaulan bermasyarakat
3. Menghormati penganut agama lain yang sedang merayakan hari besar agamanya.
4. Menghormati dan menghargai sesame muslim yang berbeda tata cara ibadahnya.
6. Tidak menganggap remeh kelompok Islam lain dan penganut agama lain.
قُ ْل
Katankanlah, Wahai Muhammad
ْ َيَاأَيُّه
َاالكَافِرُون
“Wahai orang – orang yang kafir”. Pemimpin – pemimpin musyrikin Mekkah.
َاَل أَ ْعبُ ُد َماتَ ْعبُ ُدون
“ saya tidak akan menyembah apa yang kalian sembah”. Tidak di waktu sekarang dan tidak pula di
masa akan datang.
“ dan kalian bukanlah orang – orang ang menyembah Rabb ( Allah ) yang saya sembah “.
“ bagi kalian agama kalian “ . yaitu syirik yang kalian lakukan.
yaitu tauhid dan Islam yang saya berada padanya dan tidak akan melepaskannya.Di masa sekarang
dan yang akan datang. Ada yang berpendapat bahwa dua kalimat selanjutnya ( ayat 4 dan 5 ) sebagai
penegas, namun ada pula yang berpendapat bahwa 2 dan 3 menunjukan perbedaan sesembahan
( Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembah Allah Subhanahuwata’ala sedang
mereka menyembah berhala ), adapun ayat 4 dan 5 menunjukan pebedaan dalam ibadah itu sendiri
( ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang murni untuk Allah satu – satunya tanpa
dicampuri kesyirikan dan kelalaian dari Yang disembah sedangkan ibadah mereka semuanya adalah
syirik mempersekutukan Allah ) maka keduanya tidak akan pernah dapat bertemu.
G) Faedahnya Surat Al-kafirun
Berkata Ar Razy radhiyallahu anhu : “ telah menjadi kebiasaan, orang memakai ayat ini
“ bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku” Dalam pengertian lain ketika berselisih lalu satu
sama lain saling meninggalkan. Demikian itu tidak boleh karena tidaklah Allah Ta’ala menunkan Al
Quran untuk digunakan dengan makna lain, tetapi diturunkan untuk direnungkan isinya dan
diamalkan tuntutannya” ( Tafsir Al Razy juz 22 hal.148)
1. Penetapan akidah tentang qadha dan qadar terhadapa orang – orang kafir dan mukmin.
3. Penetapan kewajiban pemisahan antara orang – orang yang beriman dengan orang – orang kafir
dan musyrik.[9]
1. Q:S Yunus:40-41
40. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula)
orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang
berbuat kerusakan.
41. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu
pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang Aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap
apa yang kamu kerjakan".
H) Penjelasan Surat/ ayat Yunus 40-41
Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah menjelaskan orang yang tidak beriman (kaun Kafir) yang
mendustakan Al Qur’an dibagi menjadi dua. Pertama golongan yang benar-benar mempercayai
dengan iktikad baik terhadap Al Qur’an, mereka termasuk orang yang menghormati pendapat orang
lain. Kedua golongan yang sama sekali tidak mempercayai dan terus menerus di dalam kekafiran,
mereka termasuk orang membuat kerusakan.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi kamu pekerjaan kamu”, bahwa Islam
sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan
tidak boleh memaksakan orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar. Yakni
biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta diberi balasan dan
ganjaran yang sesuai.
Tidak semua wahyu Allah terdapat asbabun nuzul. Salah satunya yaitu Surat Yunus ayat 40-41.
Dalam tafsir tidak dijelaskan penyebab (asbabun nuzul) ayat tersebut.
1. Ada golongan umat manusia yang beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak beriman
kepada Al-Qur'an.
2. Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada Allah
SWT dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT.
3. Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah SWT
yang terakhir adalah Nabi Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci yang harus dijadikan
pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.
Umat Islam harus menyadari bahwa setiap amal perbuatan manusia baik ataupun buruk diketahui
oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang akan memikul dosanya sendiri-sendiri.
1. Tidak suka mencemooh penganut agama lain maupun kelompok Islam lain dengan
mengatakan bahwa dirinyalah yang paling benar.
2. Menghormati dan mengharg ai pendapat penganut agama lain maupun kelompok Islam lain
dalam suatu masalah.
1. Jika kita bertetangga dengan penganut agama lain, maka jangan sekali-kali mengejek mereka
atas keyakinan yang mereka anut.
3. Jika mereka tidak tertarik untuk mengikuti ajaran Islam, maka tidak ada hak bagi kita untuk
memaksakan kehendak.
4. Mengundang mereka ketika kita mengadakan suatu acara, serta menerima dan menghadiri
undangan mereka.
5. Jika saudara kita dari kelompok Islam lain atau pun dari penganut agama lain sedang tertimpa
musibah, kita wajib menolong, mendampingi serta mendoakan mereka[10]
Hadis Pertama
ق ْال ُم ْسلِم عَلى ْال ُم ْسلِ ْم َر ُد التَ ِحيَ ِة َواِ َجابَةُ ال َد ْع َو ِة َو ُشهُو ُد
ِ عَن اَبِي ه َُري َرة قال قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم َخ ْمسٌ ِم ْن َح
هللادمح َا
د
ُ َِ َ ِ ِ ِ ا س َاظ غال تُ ي مشْ َ ت و يض ر
َِ َ ِ ِ َ َِ َِ َ ِ َ م ال ة د اي ع و ة زَ َا ن جال .
Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang islam terhadap orang
islam lainnya, yaitu membalas salam, memenuhi undangan, melayat jenazah, menengok orang sakit,
dan berdoa bagi orang yang bersin yang memuji Allah (membaca hamdallah).(Ibnu majah)
Apabila ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan salam, yaitu “assalamu’alaikum”
maka orang islam lainnya berkewajiban membalas atau menjawab salam itu. Memberi salam adalah
sunah.
2) Kewajiban memenuhi Undangan
Orang islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib memenuhi atau menghadirinya,
terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy.
3) Kewajiban Melayat orang islam yang meninggal
Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam lainnya berkewajiban melayatnya.
Hukumnya adalah wajib kifayah.
4) Kewajiban mendoakan orang islam yang bengkis
Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” maka orang islam yang
mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan mengucapkan doa” Yarhakumullah”.
Perintah yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi dan sesuai dengan
hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada kehidupan masyarakat apapun dan
dimana pun beradanya sangat memerlukan adanya perilaku yang seimbang diantara anggotanya.
Oleh karena itu apa yang di anjurkan hadis tersebut merupakan tata aturan/hukum sosial
kemasyarakatan yang sangat indah dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan
hanya mengandung nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga mengandung nilai peribadatan, karena dalam
praktiknya banyak mengandung doa guna membesarkan hati, menggembirakan, menentramkan,
menghibur orang yang bersangkutan.
Hadis Kedua
َمثَ ُل ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ فِي تَ َوا ِد ِه ْم َوت ََرا ِح ِم ِه ْم َوتَ َعاطُفِ ِه ْم َمثَ ُل ْال َج َس ِد اِدَاا ْستَكَى ِم ْنهُ عُضْ ٌو تَدَاعَى لَهُ َسائِ ِر ْال َج َس ِد بِال َسهَ ِر َو ْال ُح َمى رواه البخارى
والمسلم.
Perumpamaan sesama orang-orang mukmin dalam mencinta, menyayangi, dan merasakan lemah
lembut seperti satu tubuh manusia, Jika diantara satu anggotanya merasa sakit maka seluruh tubuh
akan merasakan gelisah dan sakit panas.(HR.Bukhori dan Muslim)
QS:al kafirun1-6
2. Masing- masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang di anggapnya benar dan baik
sesuai dengan keyakinannya
3. Setiap pemeluk agama akan di mintakan pertanggungan jawabnya di hadapan Allah SWT.
Q:S Yunus:40-41
2. Hendaknya orang mukmin tahu bahwa Allah adalah pemelihara dan pembimbing kita semua.
3. Orang yang tidak beriman menolak mempercayai nabi Muhammad sebagai rasul Allah dan apa
yang dibawanya. Mereka berhak berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah
SWT serta di beri balasan dan ganjaran yang sesuai.
Hadis Pertama
Etika pergaulan masyarakat sesama orng islam dilandasi dengan ajaran islam. Tercakup di dalam nilai
budaya perlunya berperilaku yang seimbang demi mewujudkan masyarakat yang indah dan
menyenangkan.
Sesama orang islam berkewajiban memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing.
Dalam kehidupan sehari-hari orang islam perlu doa untuk mendoakan sesama demi kesejahteraan
mereka sendiri.
Hadis kedua
Orang-orang mukmin harus mempunyai solideritas, ta’awun dan kepedulian sosial terhadap orang-
orang mukmin.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam tulisan yang sangat sederhana berikut ini, penulis berusaha mengelaborasi secara tematis
konsep Islam tentang toleransi dan etika pergaulan. Diawali dengan penjelasan seputar definisi,
kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk membuktikan bahwa Islam rahmatan lil ‘alamin sekaligus
memberikan jalan keluar dalam mensikapinya, yaitu dengan prinsip toleransi (tasâmuh) dan beretika
dalam pergaulan. Pada bagian akhir akan diuraikan secara komprehensif solusi dimaksud, sesuai
dengan perspektif yang dimajukan al-Quran dan sunnah.
. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat manusia, karena manusia sebagai makhluk social yang
membutuhkan adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal ini dilakukan bertujuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat perlu usaha manusia untuk mewujudkan
hubungan yang harmonis antar umat manusia.Salah satu caranya yaitu mengembangkan sikap
Toleransi, Etika pergaulan[11]).
[2]http://id.wikipedia.org//wiki/toleransi.
[4]Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya:
Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet. Ke-14. h. 657.
[5]http://id.wikipedia.org/wiki/Etika