Anda di halaman 1dari 35

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Toleransi

1. Pengertian Pendidikan Toleransi

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan awalan “pe”

dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan”. Istilah pendidikan

semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu “pedagogie” yang berarti

bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini diterjemahkan ke

dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan

atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah ini sering diterjemahkan

dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.1

Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 pendidikan diartikan sebagai

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara2

Toleransi berasal dari kata tolerate, yang berarti memperkenankan

atau sabar degan tanpa protes terhadap perilaku orang/kelompok lain.

Toleransi juga berarti saling menghormati, melindungi, dan kerja sama

1
Ramayuliz dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,
2011), hlm. 83.
2
Ahmad Taufiq dkk, Pendidikan Agama Islam (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011),
hlm. 218-219.

18
19

terhadap yang lain.3 Toleransi secara definitif dari kata al-simᾶh dan al-

samᾶhah yang berarti kemurahan kasih sayang, pengampunan, dan

perdamaian.4

Dari sini dapat dipahami bahwa toleransi merupakan sikap untuk

memberikan haknya sepenuhnya kepada orang lain agar menyampaikan

pendapatnya, sekalipun pendapatnya salah dan berbeda. Pada

umumnya, dapat diambil pemahaman bahwa toleransi adalah kesediaan

menghargai dan membolehkan pendirian, kepercayaan, dan tindakan

seseorang yang berbeda atau bertentangan dengan yang dimilikinya

tanpa harus mengorbankan kepercayaan yang dianutnya.5

Sesuai dalam firman Allah dalam Q.S. Al-A’raf: 156

             

            

       

Artinya:

“Dan tetapkanlah untuk Kami kebajikan di dunia ini dan di


akhirat; Sesungguhnya Kami kembali (bertaubat) kepada Engkau.
Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang
aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan
aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang

3
Sufa’at Mansur, Toleransi dalam Agama Islam (Yogyakarta: Harapan Kita, 2012),
hlm. 01.
4
Irwan Masduqi, Berislam Secara Teologi: Teologi Kerukunan Umat Beragama
(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), hlm.229
5
Mochamad Ariep Maulana, “Pelaksanaan Toleransi Keberagamaan dalam Proses
Pendidikan Agama di Geeta School Cirebon”, Oasis: Jurnal Kajian Ilmiah Islam, vol.1,
No. 2, Februari 2017, hlm.19
20

menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-


ayat kami".6

Menurut Al-Alusi yang dikutip oleh Irwan Masduqi

memandang ayat ini mencakup spirit toleransi, sebab kasih sayang

Allah tidak hanya diberikan kepada kaum muslimin saja akan

tetapi juga non muslim.7

Berdasarkan pengertian di atas, pendidikan toleransi adalah

suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk membiarkan kebebasan

kepada orang lain serta memberikan kebenaran atas perbedaan

tersebut sebagai pengakuan hak-hak asasi manusia. Pelaksanaan

sikap toleransi ini harus didasari sikap kelapangan dada terhadap

orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut.

2. Konsep Toleransi dalam Islam

Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan

dalam agama” sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah:

256

             

           

 
Artinya:

6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: PT Tehazed, TT), hlm.
228
7
Irwan Masduqi, Berislam Secara Teologi: Teologi Kerukunan Umat Beragama…,
hlm. 230.
21

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);


Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan
yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
Mengetahui”.8

Konsep kebebasan tanpa paksaan ini,hanya berkaitan

dengan kebebasan memilih agama Islam atau selainnya. Seseorang

bebas menentukan dan memilih agama yang akan dijadikan

panutan, bukan bebas memilih antara mau melaksanakan atau tidak

sebagian ajaran agama yang sudah menjadi pilihan.9

Menurut Zuhairi bahwa ayat ke- 256 dalam surat al-

Baqarah patut menjadi perhatian bersama bahwa agar dalam

berdakwah dapat mempertimbangkan aspek toleransi dan kasih

sayang yang telah digariskan oleh Allah dan Rasulullah Saw. tidak

diperkenankan adanya paksaan, karena sesungguhnya antara

kebaikan dan kezaliman sudah jelas. Memaksakan kehendak

bukanlah hak asasi manusia.10

Konsep toleransi lainnya ialah kesatuan dan persaudaraan

universal. Islam menyerukan interaksi sosial universal ini dengan

asas persamaan dan persaudaraan, untuk saling kenal secara

harmonis antar agama tanpa melihat latar belakang agama. Maka

ukhuwah islamiyah secara khusus tidak pernah menghalangi umat

8
Departemen Agama RI, Al-Qura’an dan Terjemah…, hlm. 53
9
Suryan A. Jamrah, “Toleransi Antar Umat Beragama”, Jurnal Ushuluddin, Vol. 23,
No. 2, Juli-Desember 2015, hlm. 187
10
Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme dan
Multikulturalisme (Jakarta Selatan: Fitrah, 2007), hm.250
22

muslim untuk membangun dan memelihara ukhuwah basyariyah

secara umum.

Ukhuwah basyariah, persaudaraan universal, kebaikan dan

kepeduliaan kemanusiaan Islam tidak khusus untuk dan antara

sesama muslim, melainkan juga untuk seluruh manusia tanpa

kriteria dan syarat agama. Keadilan dan kebaikan Islam adalah

sama dan merata untuk semua manusia, apalagi terhadap umat

beragama, sejauh mereka menghargai kerukunan dan menghormati

eksistensi Islam.11

Sedangkan menurut Muhammad Ismail pendidikan toleransi

beragama diarahkan pada konsep-konsep dasar (prespektif Islam),

diantaranya:

1) Al-Rahmah

Konsep al-Rahmah tentunya tidak asing bagi umat

Muslim, kata ini merupakan salah satu sifat Allah yaitu

rahman dan rahim. Pesan untuk berkasih sayang dalam Islam

dapat ditelusuri melalui sabda Rasulullah Saw yang artinya

“Berbuatlah kasih sayang kepada siapapun yang ada di bumi,

maka kalian akan dikasihi dzat yang di langit (Allah SWT)”.

Allah juga menggambarkan sifat al-Rahmah dalam

Q.S. al-Balad: 17:

         

11
Suryan A. Jamrah, “Toleransi Antar…, hlm. 187
23

Artinya:

“Dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang


beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan
saling berpesan untuk berkasih sayang”.12

Konsep al-Rahmah (kasih) berlawanan dengan konsep

kekerasan. Dalam Alquran banyak ayat yang memerintahkan

orang beriman agar adil dan tidak melampaui hawa nafsu

dalam perlakuan mereka terhadap sesama. Cinta, kebaikan

hati, kasih sayang, pengampunan dan kemurahan hati

diajarkan dalam Islam supaya umat Islam benar-benar

beriman.13

2) Al- Salam

Konsep lainnya yang terkait toleransi ialah al-salam

(keselamatan). Konsep keselamatan bisa ditemukan dalam

Q.S. al-Furqan: 63

        

   

Artinya:

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu


(ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi
dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata
(yang mengandung) keselamatan.”14

12
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah…, hlm. 895
13
Muhammad Ismail, “Kritik Atas Pendidikan Toleransi Perspektif
Multikulturalisme, at-Ta’dib, Vol. 7, No. 2,Desember 2012, hlm. 235.
14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah…, hlm. 510.
24

Konsep al-salam menjadi dasar bagi agama Islam,

agama yang memberikan keselamatan dan rasa aman bagi

pemeluknya bahkan kepada non muslim. Konsep al-salam

berlaku bagi semua makhluk. Kepada orang non muslim

(dalam hal muamalah/peperangan), Islam lebih mengutamakan

keselamatan daripada memeranginya.15

3) Al-Adl

Konsep lain yang berhubungan dengan toleransi ialah

al-adl (keadilan). Konsep ini data ditemukan dalam Q.S. al-

Nahl: 90:

          

       

Artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil


dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat,
dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.”16

Dalam ayat ini Allah memerintahkan umatnya dalam

tiga hal. Pertama, adil artinya umat Islam harus berbuat adil

dalam berbagai hal. Serta memberikan hak kepada orang yang

berhak sesuai dengan ukurannya masing-masing. Kedua, al-

15
Muhammad Ismail, “Kritik Atas…, hlm. 235.
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah…, hlm. 371.
25

ihsan (kebaikan), yaitu melakukan kebaikan kepada semua

orang tanpa memandang status dan derajat kemanusiaanya,

termasuk kepada non muslim. Ketiga, menjalin silaturrahim,

artinya dalam hal bermasyarakat Islam tidak membatasi

pergaulan hanya kepada sesama muslim, akan tetapi bersosial

dengan non muslim juga dianjurkan.17

4) Al-Tauhid

Konsep al-Tauhid ialah konsep tertinggi yang

berhubungan dengan tasamuh. Konsep inilah yang

membedakan makna toleransi dengan antara Islam dan

lainnya. Dalam hal ini toleransi merupakan kepastian bahwa

manusia telah dikaruniai dengan suatu “sensus communis”18

yang memungkinkan mereka untuk mengetahui agama yang

benar, untuk mengenali kehendak Tuhan dan perintah-Nya.19

Konsep toleransi dalam Islam bukanlah konsep toleransi pasif

dan negatif. Artinya bukan konsep toleransi yang mendorong

masing-masing umat berdiam diri di kelompoknya dan bukan

konsep negatif dalam pengertian menolak untuk berkomunikasi

atau berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Sebaliknya, Islam mengembangkan toleransi yang aktif

dan positif, yakni konsep yang menilai pentingnya berinteraksi ke

17
Muhammad Ismail, “Kritik Atas…, hlm. 238
18
Naluri keberagamaan
19
Muhammad Ismail, “Kritik Atas…, hlm. 240
26

umat lain untuk berkomunikasi menemukan titik persamaan atau

memecahkan pesrsoalan-persoalan bersama.20

3. Toleransi Beragama dalam Pendidikan Agama

Pendidikan agama merupakan salah satu mata pelajaran

yang berperan dalam membentuk karakter siswa untuk

mengamalkan ajaran agamanya dan mampu menjaga kedamaian

serta kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama.

pendidikan agama juga berfungsi membentuk manusia Indonesia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia dan juga mampu menjaga kedamaian dan

kerukunan hubungan inter maupum anta umat beragama.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi

dalam menyiapkan generasi penerus. Dalam menanamkan dan

membina sikap toleransi antar sesama murid, terutama yang tidak

seagama hanya terbatas dalam membantu menyiapkan sarana yang

diperlukan untuk beribadah.21

Untuk membantu dalam mengidentifikasi agenda

pendidikan perspektif toleransi antar umat beragama, menurut

Nurkholis Madjid yang dikutip oleh Sugiantoro memberikan nilai-

20
Syahrin Harahap, Teologi Kerukunan (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm.
41.
21
Nurcholish Madjid, Pluralitas Agama: Kerukunan dalam Keragaman (Jakarta: PT
Kompas Media Nusantara, 2001), hlm. 11
27

nilai yang harus dikembangkan dalam materi pendidikan untuk

peserta didik, antara lain:

a. Silaturrahmi, yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama

manusia, khususnya antar saudara kerabat, tetangga dan

seterusnya.

b. Persaudaraan, yaitu semangat persaudaraan antara sesame kaum

beriman, dan diteruskan dengan persaudaraan kemanusiaan.

c. Persamaan, yaitu pandangan bahwa semua manusia, tanpa

memandang jelas jenis kelamin, kebangsaan, suku dan lain-lain

ialah sama martabatnya.

d. Adil, wawasan yang seimbang dalam memandang, menilai atau

menyikapi sesuatu tanpa memberatkan sebelah.

e. Baik sangka, sikap penuh berbaik sangka kepada sesama

berdasarkan ajaran agama bahwa manusia itu pada hakikatnya

adalah baik, dan dilahirkan dalam keadaan fitrah.

f. Lapang dada, sikap menghargai orang lain dengan pendapat dan

pandangannya.22

Dari pemaparan di atas bahwa tugas pendidik memberikan

pengertian kepada peserta didik bahwasannya perbedaan agama

bukanlah suatu kesalahan karena Allah sendiri menghendaki

perbedaan antar agama tersebut.

22
Sugiantoro,“Pelaksanaan Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural dalam
Membina Toleransi Beragama Siswa di SMA Negeri 7 Yogyakarta”, Skripsi UIN Sunan
Kalijaga, 2013, hlm. 31.
28

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan awalan “pe”

dan akhiran “an” yang mengandung arti “perbuatan”. Istilah pendidikan

semual berasal dari bahasa Yunani, yaitu “pedagogie” yang berarti

bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini diterjemahkan ke

dalam bahasa inggris dengan “education” yang berarti pengembangan

atau bimbingan. Dalam bahasa Arab, istilah ini sering diterjemahkan

dengan “tarbiyah” yang berarti pendidikan.23

Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 pendidikan diartikan sebagai

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.24

Menurut Zakiah Daradjat pendidikan agama Islam adalah

pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya selesai dari

23
Ramayuliz dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,
2011), hlm. 83.
24
Ahmad Taufiq dkk, Pendidikan Agama Islam (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011),
hlm. 218-219.
29

pendidikan ia dapat memahami, mengahayati dan mengamalkan ajaran-

ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta

menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya

demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun akhirat

kelak.25

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar diartikan sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi

dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai.26 Oleh

karena itu pendidikan agama Islam mempunyai dasar yang kuat,

sebagaimana menurut Zuhairini yang dikutip oleh Abdul Majid, dapat

ditinjau dari beberapa segi:

a. Dasar Ajaran Agama Islam

Dasar relegius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam.

Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah dari Tuhan

dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.27 Sesuai Firman

Allah dalam Q.S. an-Nahl: 125

           

             

Artinya:

25
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 86
26
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam…, hlm. 107
27
Abdul Madjid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam…, hlm. 14.
30

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah


dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”28

Ada 4 dasar pendidikan agama Islam, yaitu:

1) Alquran

Umat Islam dianugrahkan Allah suatu kitab suci

Alquran yang lengkap dengan segala petunjuk dan meliputi

seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal. Kedudukan

Alquran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat

dipahami dari firman Allah Q.S Shaad ayat 29:

         

Artinya:

29. “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan


kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”29

Alquran adalah Kitab Suci yang diwahyukan kepada

Nabi Muhammad Saw. yang mengandung petunjuk-petunjuk

bagi manusia yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat. Tidak diturunkan hanya untuk suatu umat atau suatu

masa, akan tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk

28
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: PT. Tehazed), hlm.
383.
29
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah…, hlm.
31

sepanjang masa (universal). Oleh karena itu ajaran-ajarannya

sangatlah luas.

Isi kandungan Alquran, pada garis besarnya

mengandung pokok-pokok ajaran sebagai berikut:

a) Prinsip-prinsip akidah (keimanan), yaitu doktrin kepercayaan

untuk meluruskan dan menyempurnakan keyakinan dan

kepercayaaan, seperti keimanan kepada Allah, malaikat,

kitab, Rasul, hari akhir, qadha dan qadar.

b) Prinsip-prinsip syariah, yakni hukum-hukum yang mengatur

hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya atau alam

sekitarnya.

c) Janji dan ancaman kepada orang-orang yang berbuat jahat.

d) Ilmu pengetahuan, yakni informasi-informasi tentang

manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, langit, bumi, matahari,

bulan, bintang dan lain sebagainya.

e) Sejarah atau kisah-kisah masa lalu30

Kedudukan Alquran sebagai pokok pendidikan Islam

dapat difahami dari firman Allah Q.S. an-Nahl ayat 64:

           

   
     
  
    
  

Artinya:

30
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentuakan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 179.
32

“Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab


(Alquran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan
kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan
menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman”.31

Jadi Alquran adalah adalah sumber utama sekaligus

sumber ajaran Islam. Posisinya sentral, bukan hanya dalam

perkembangan dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman, tetapi

juga sebagai inspirator, pemandu gerakan umat Islam

sepanjang sejarah. Alquran tidak hanya sebagai pedoman umat

Islam tetapi juga menjadi kerangka segala kegiatan intelektual

muslim.32

Selain prinsip di atas, Alquran juga menganjurkan

untuk bertoleransi antar umat beragama. sesuai dengan Q.S.

Al-Kãfirûn: 1-6:

          

             

      


Artinya:

“1.Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2. aku tidak


akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. dan aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah. 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku."33

31
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah…, hlm. 373
32
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2013), hlm. 106.
33
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah…, hlm.
33

Ayat di atas, menegaskan ungkapan yang sangat jelas

mengenai pandangan Islam terhadap kebebasan beragama dan

berkeyakinan yang merupakan ciri kebebasan manusia yang

paling utama. Jelas Islam mempersilahkan orang lain atau

sekelompok untuk menganut selain agama Islam. Sebagaimana

yang dicintohkan oleh Nabi Muhammad pada saat mempin kota

Madinah.34

Piagam Madinah yang memuat perjanjian dengan kaum

Yahudi dan Nasrani Madinah jelas tertulis di dalam poin

toleransi dan dilaksanakan secara konsekuen olerah Rasulullah

Saw dan muslimin ketika itu. Demikian pula yang dilakukan

Rasulullah Saw pada perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah

dan kaum kafir Quraisy, di mana Rasulullah berkenan menunda

melaksanakan ibadah umroh beliau pada tahun berikutnya,

adalah termasuk akhlak toleransi Islam demi menghndari

konflik berdarah.35

Pelaksanaan sikap toleransi harus didasari sikap

kelapangan dada dan dengan memperhatikan prinsip-prinsip

34
Mochammad Ariep Maulana, “Pelaksanaan Toleransi Keberagaman Dalam Proses
Pendidikan Agama di Geeta Scholl Cirebon”, Oasis: Jurnal Kajian Islam, Vol. 1, No. 2,
Februari 2017, hlm. 22.
35
Suryan A. Jamrah, “ Toleransi Antar Umat Beragama Prespektif Islam”, Jurnal
Ushuluddin, Vol. 23, No. 2, Juli-Desember 2105, hlm. 193.
34

yang dipegang sendiri dan menghormati perbedaan atau prinsip

orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri.36

Ayat-ayat yang terdapat di dalam Alquran yang

mendukung etika perbedaan dan toleransi. Alquran tidak hanya

mengharapkan, tetapi juga menerima kenyataan perbedaan dan

keragaman. Hal ini sesuai dalam Q.S. Al-Hujarat: 13 yang

berbunyi:

         

            

Artinya:

13. “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan


kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”.37

Menurut Quraisy Shihab dalam tafsir al-Misbah bahwa

ayat di atas menegaskan semua manusia derajat kemanusiaanya

sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara suku dan yang

lain. tidak ada juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara

laki-laki dan perempuan karena semua diciptakan dari laki-laki

dan perempuan.38

36
Mochammad Ariep Maulana, “Pelaksanaan Toleransi…, hlm. 22.
37
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah…, hlm. 518
38
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah (Ciputat: Lentera Hati, 2011), hlm. 616.
35

Ayat di atas menggambarkan bahwa umat Islam

diperintahkan untuk menjaga kerukunan umat beragama, baik

yang seagama maupun yang berbeda agama. Bentuk

universalisme Islam digambarkan pada ketiadaanya unsur

paksaan bagi manusia dalam memeluk agama Islam. Hal ini

menunujukan bahwa agama Islam ialah agama yang

menghormati agama lain.39

Jika mengacu khusus hubungan antar umat beragama

yaitu surah Al-Kãfirûn: 6

    

Artinya:

“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”.40

Dari penjelasan Qurais Shihab bahwa ayat di atas

merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik, bagi kamu

agama kamu dan bagiku agamaku. Sehingga dengan demikian

masing-masing pihak dapat dapat melaksanakan apa yang

dianggapnya benar dan baik, tanpa memutlakan pendapat

kepada orang lain tetapi sekaligus tanpa mengabaikan keyakinan

masing-masing.41

39
Mochammad Ariep Maulana, “Pelaksanaan Toleransi…, hlm. 23.
40
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah…, hlm. 603
41
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah,…. hlm. 616.
36

Ayat di atas menerangkan ungkapan yang sangat tegas

dan gamblang mengenai pandangan Islam terhadap kebebasan

beragama dan berkeyakinan yang merupakan ciri kebebasan

manusia yang paling utama.

2) As-Sunah

As-Sunah menurut bahasa adalah tradisi yang biasa

dilakukan atau jalan yang dilalui baik yang terpuji maupun yang

tercela. menurut istilah as-Sunah yaitu sesuatu yang dinukilkan

kepada Nabi Muhammad Saw, berupa perkataan, perbuatan,

taqrir atau ketetapannya.42

Ahli hadis, umumnya menyamakan istilah hadis dengan

sunnah. Namun, ada ahli hadis mengatakan bahwa istilah hadis

dipergunakan khusus untuk sunnah qauliyah (perkataan nabi),

sedang sunnah fi’liyah (perbuatan nabi) dan sunnah taqririyah

tidak disebut hadis, tetapi sunnah saja. 43

Kedudukan sunnah adalah sebagai sumber hukum Islam

yang kedua setelah Alquran, sesuai dengan Firman Allah dalam

Q.S. Al-Anfal: 20

          



42
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2011),
hlm. 39
43
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
hlm. 11-12.
37

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah


dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-
Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya).”44

Adapun hadis sebagai sumber pendidikan ialah sesuai

sabda Nabi Muhammad Saw:

: ‫ﺳﻠﱠﻢ ﻗَ َﻞ‬
َ َ‫ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ و‬
َ ِ‫ أنْ رَ ﺳُﻮْ ُل ﷲِ ﺻﻠﱠﻰ ﷲ‬: ‫ﺳ ْﮭ ِﻞ ﺑْﻦِ أَﻧ َِﺲ ̨ ﻋَﻦْ أَﺑِ ْﯿ ِﮫ‬َ ْ‫وَ ﻋَﻦ‬
.‫ﻋﻠﱠ َﻢ ِﻋ ْﻠﻤًﺎ ﻓَﻠَﮫُ أ َﺟْ ﺮُ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِ َﻞ ﺑِ ِﮫ ﻻَ ﯾَ ْﻨﻘُﺺُ ﻣِ ﻦْ أ َﺟْ ِﺮ اﻟﻌَﺎﻣِ ِﻞ ﺷَﻲْ ٌء‬
َ ْ‫ﻣَﻦ‬

Artinya:

“Dari Sahal bin Mu’az bin Anas dari bapaknya, bahwa


Rasulullah Saw bersabda, “Barang siapa yang
mengajarkan suatu ilmu, maka baginya pahala orang
yang mengamalkannya tanpa mengurangi dari pahala
orang yang mengamalkannya sedikitpun” (H.R Ibnu
Majah)45

Adapun fungsi sunnah terhadap Alquran, sebagaimana

pendapat ‘Ajjad al-Khathib. Pertama, as-Sunnah berfungsi

mendukung atau menegaskan suatu ketentuan yang dibawa

Alquran. Dalam hal ini, sunnah tidak menambahkan apa yang

telah ditetapkan, namun sunnah disini memperkuat ayat-ayat

Alquran

Kedua, sunnah berfungsi sebagai memperjelas atau merinci

(menafsirkan) apa yang telah digariskan dalam Alquran. Ketiga,

44
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah…, hlm 182
45
Ibn Hajar Al Asqalani, Mukhlis B. Mukti (ed), Mukhtasar Al Targhib wa Al
Tarhib (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), hlm. 28.
38

sunnah berfungsi menetapkan hukum yang tidak terdapat di

dalam Alquran.46

Walaupun Alquran dan As-Sunnah sama-sama sebagai

sumber hukum Islam, tetapi mempunyia perbedaan-perbedaan

tertentu. Segala yang ditetapkan oleh Alquran adalah absolute

nilainya. Sedang apa yang ditetapka as-Sunah tidak semuanya

bernilai absolut, ada yang bersifat absolut, ada yang bernilai

nisbi dan bahkan ada yang tidak perlu dan bahkan tidak boleh

digunakan. 47

Dalam hadis Rasulullah ternyata cukup banyak ditemukan

hadis-hadis tentang toleransi sebagai karakter ajaran inti Islam.

di dalam satu hadis Rasulullah Saw bersabda:

ُ‫اَﺣَﺐﱡ اﻟ ِّﺪﯾْﻦِ أِﻟَﻰ ﷲِ اﻟ َﺤﻨَ ْﯿ ِﻔﯿﱠﺔُ اﻟﺴﱠﻤْ َﺤﺔ‬

Artinya:

“Agama yang paling dicintai Allah ialah agama yang


lurus” (H.R. Al-Bukhori)48

Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam

adalah agama yang toleran dalam berbagai aspeknya, baik dari

aspek akidah maupun syariah. Akan tetapi toleransi dalam

Islam lebih dititik beratkan dalam wilayah mu’amalah.

46
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), hlm. 190.
47
H. Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta:
Bumi Aksara,1991), hlm. 139.
48
Imam Bukhori, Shahih al-Bukhori (Kairo: Maktabah al-Rihan, 2007), juz 1, hlm.
35.
39

Islam sejak diturunkan berlandaskan kemudahan,

sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:

ِ‫ﻲ ِ ﻋَﻦْ َﻣﻌْﻦ‬


ّ ‫ﻋ ِﻠ‬
َ ُ‫ﻋﻤَﺮَ ﺑْﻦ‬
ُ ‫ َﺣﺪﱠ ﺛَﻨَﺎ‬:‫ﻄﮭ ِﱠﺮ ﻗَ َﻞ‬
َ ‫ﻋ ْﺒﺪُ اﻟﺴﱠﻼمِ ﺑْﻦُ ُﻣ‬
َ ‫َﺣﺪﱠ ﺛَﻨَﺎ‬

ْ‫ﺳ ِﻌ ِﺪ اﻟ َﻤ ْﻘﺒ ُِﺮي ﻋَﻦْ أَﺑِﻲْ ھُﺮَ ﯾْﺮَ ة َ ﻋَﻦ‬


َ ‫ﺳ ِﻌ ِﺪ ﺑْﻦِ أَﺑِﻲ‬
َ ْ‫ي ِ ﻋَﻦ‬
ّ ‫َﺎر‬
ِ ‫ﺑْﻦِ َﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ اﻟ ِﻐﻔ‬

ٌ ‫ " أِنﱠ اﻟﺪﱠﯾْﻦَ ﯾُﺴْﺮٌ ̨ وَ ﻟَﻦْ ﯾُﺸَﺎدﱠ اﻟ ِّﺪﯾْﻦَ أ َ َﺣﺪ‬:‫ﻲ ِ ﺻﻠﻲ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗَ َﻞ‬
ّ ِ‫اﻟﻨﻨﱠﺒ‬

̨ ‫َﺎرﺑُﻮْ ا وَ أ َ ْﺑﺸِﺮُ وْ ̨ وَ ا ْﺳﺘ َ ِﻌ ْﯿﻨُﻮا ﺑِﺎﻟﻐَﺪْوَ ةِ وَ اﻟﺮﱠ وْ َﺣ ِﺔ‬


ِ ‫ﺴﺪﱠدُوا وَ ﻗ‬
َ َ‫ﻏﻠَﺒَﮫُ ̨ ﻓ‬
َ ‫أِﻻ‬

" ‫وَ ﺷَﻲْ ءٍ ﻣِ ﻦ اﻟﺪﱡ ْﻟ َﺠ ِﺔ‬

Artinya:

“Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin


Muthahhar berkata, telaj menceritakan kepada kami
Umar bin Ali dari Ma’an bin Muhammad Al Ghifari dari
Sa’id bin Abu Sa’id Al Maqburi dari Abu hurairah bahwa
Nabi Muhammad Saw bersabda: “Sesungguhnya agama
itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama
kecuali dia akan dikalhkan (semakin berat dan sulit),
mendekatlah kepada yang benar dan berilah kabar
gembira dan minta tolonglah dengan al-ghadwah
(berangkat dari pagi ) dan ar-ruhah (berangkat setelah
dzuhur dan sesuatu dari ad-duljah (berangkat di waktu
malam” (H.R Al Bukhori)49

Ibnu Hajar al-‘Asqalãni berkata bahwa makna hadis ini

adalah larangan bersikap tasyadud (keras) dalam agama yaitu

ketika seseorang memaksakan diri dalam melakukan ibadah

sementara ia tidak mampu melaksanakan itulah maksud dari

kata: “Dan sama sekali tidak seorang berlaku keras dalam

agama keuali akan terkalahkan” artinya bahwa agama tidak

dilaksanakan dalam pemaksaan maka barang siapa yang

49
Imam Bukhori, Shahih al-Bukhori …, hlm. 35.
40

memaksakan atau berlaku keras dalam agama, maka agama akan

menglahkannya dan menghentikan tindakannya.50

3) Ijtihad

Dalam pengertian secara bahasa bahwa kata al-jahdu dan

al-juhdu adalah usaha maksimal dalam melahirkan hukum-

hukum syariat dari dasar-dasarnya melalui pemikiran dan

penelitian yang serius. 51

Ijtihad secara istilah penggunaan akal pikiran oleh para

fuqaha’ Islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada

ketetapannya dalam Alquran dan hadis dengan syarat-syarat

tertentu. Karena Alquran dan hadis banyak mengandung arti

umum, maka para ahli hukum dalam Islam menggunakan ijtihad

untuk menetapkan hukum yang tidak ada sumbernya pada kedua

hukum tersebut.52

Dalam istilah ijtihad ada beberapa bentuk atau bagian

yang dikenal dalam syariat Islam, yaitu:

a) Ijma’ yaitu kesepakatan ulama-ulama Islam dalam

menentukan suatu keputusan hukum atas masalah-masalah

ijtihadiyah.53

50
Agung Setiyawan, “Pendidikan Toleransi dalam Hadis Nabi SAW”, Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. XII, No. 2, Desember 2015, hlm. 225.
51
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Uoaya Pembentukan Pemeikiran dan
Kepribadian Muslim (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 195
52
Samsul Nizar dan Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Penddikan
dan Pemikiran Para Tokohnya (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm 113.
53
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam.., hlm. 199.
41

b) Qiyas, yaitu menetapkan suatu hukum yang tidak ditetapkan

dalam Alquran dan hadis, dengan cara dianalogikan kepada

suatu hukum yang telah diterangan Alquran atau hadis

karena memiliki sebab yang sama.54

c) Istihsan, yaitu pengalihan hukum yang diperoleh dengan

jalan qiyas kepada hukum lain atas pertimbangan

kemaslahatan umum.55

d) Mashalihul Murasalah, yaitu menetapkan hukum terhadap

suatu persoalan atas pertimbangan kegunaan dan

kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan syariat Islam, yaitu

untuk memelihara kelestarian dan keselamatan agama.56

Sebagai hasil ketekunan ilmuwan muslim mempelajari

Alquran dan al-Hadis (sebagai sumber utama agama dan ajaran

Islam) dan kemampuan mereka menggunakan akal pikiran atau

rakyu melalui ijtihad, mereka telah berhasil menyusun berbagai

ilmu dalam ajaran Islam, seperti ilmu tauhid atau ilmu kalam

(teologi), ilmu fikih ilmu tasawuf, dan ilmu akhlak yang akan

diuraikan dalam kerangka dasar ajaran Islam.57

Kedudukan ijtihad sebagai sumber ajaran Islam, pada

dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan

keputusan yang bersifat mutlak, sebab ijtihad sebagai produk

54
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam.., hlm. 199.
55
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam.., hlm. 199.
56
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam.., hlm. 200.
57
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2013),
hlm. 121-122.
42

manusia yang relatif, maka keputusan suatu ijtihad pun adalah

relatif.58

Salah satu hasil pemikiran tentang toleransi KH. Ali

Mustafa Yaqub yang terkenal dengan pakar hadis di Indonesia

sekaligus menjadi imam besar di Majid Istiqlal Jakarta, adapun

hasil pemikirannya ialah:

(1) Toleransi merupakan sebuah kewajiban. Hal ini sesuai

dengan Q.S. Al-Mumtahannah: 8-9, dimana berdasarkan

ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap toleransi,

harmonis, dan kerjasama antar umat Islam dan non-

Muslim (umat beragama) hanyalah dalam masalah duniawi

dan tidak dalam masalah akidah dan ibadah.

(2) K.H. Ali Mustafa Yaqub memaparkan batas toleransi

dalam Islam, dimana menurutnya, memang diharuskan

adanya garis pemisah (batasan) dalam bertoleransi, yang

mana sesuai dengan Q.S. Al-Kãfirûn: 6. Surah tersebut

menurut K.H. Ali Mustafa Yaqub merupakan pemisah

yang tegas antar umat beragama dalam bertoleransi pada

aspek akidah dan ibadah.

(3) Hal-hal yang diharamkan dalam bertoleransi, bahkan

dijelaskan dengan rinci sesui Alquran, sunnah, fikih dan

rasional, bahwa menurut K.H. Ali Mustafa Yaqub ada 8

58
Muhammad Alim, Pendidikan Agama,…, hlm. 196
43

hal yang diharamkan dalam bertoleransi, yaitu tolong

menolong dalam dosa, merusak akidah, mencampuradukan

hak dan batil, menhadiri perayaan non muslim denga

meyakini kebenarannya membantu kezaliman, berbuat

bahaya, kaidah fiqh dan mengakui kebenaran non-Islam

secara ittiqodiyan.

(4) Bersikap toleran merupakan solusi terciptanya kerukunan

di tengah perbedaan agar tidak terjadi perpecahan dalam

mengamalkan ajaran agama.59

Selain K.H. Ali Mustafa Yaqub yang mengemukakan

pendapatnya tentang toleransi Hamka dan Nurkholis Madjid

juga mempunyai pemikiran terkait toleransi antar umat

beragama. diantara pemikirannya, yaitu:

(1) Keduanya Hamka dan Nurkholis Madjid sama-sama

menekankan tentang pentingnya prinsip toleransi dalam

kehidupan beragama dengan menghormati kebebasan

beragama. dengan prinsip inilah semua agama akan saling

menghormati terhadap pemeluk agama lain.60

(2) Perbedaan pemikiran Hamka dan Nurkholis Madjid dalam

memandang toleransi beragama ialah Hamka membatasi

toleransi beragama hanya pada perkara-perkara yang tidak

59
Dewi Anggaraeni dan Siti Suhartinah, “Toleransi Antar Umat Beragama Perspektif
K.H. Ali Mustafa Yaqub”, Jurnal Studi Al-Qur’an Membangun Tradisi Berfikir Qur’an,
Vol. 14, No. 1, Tahun 2018, hlm. 76.
60
Hendri Gunawan, “Toleransi Bergaama Menurut Pandangan Hamka dan Nurkholis
Madjid”, Jurnal Ulumul Qur’an, 1998, hlm. 12
44

menyangkut keimanan, sedangkan Nurkholis Madjid

memandang bahwa toleransi tidak dibatasi hanya masalah

mu’amalah saja. Menurutnya, umat Islam harus bersikap

terbuka (inklusif) pada setiap individu umat beragama dan

bersedia menerima dan mengambil nilai-nilai duniawi dari

manapun datangnya asalkan mengandung kebenaran. Serta

meyakini bahwa masing-masing agama memiliki

kebenaran.61

b. Dasar Yuridis/Hukum

Dasar Yuridis yakni dasar pelaksanaan pendidikan agama yang

berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat

menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di

sekolah secara formal. Dasar yuridis tersebut terdiri dari tiga macam.

1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara Pancasila, sila pertama:

Ketuhanan Yang Maha Esa.62

2) Dasar structural/konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab XI

pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Kepercayaan bangsa

Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

61
Hendri Gunawan, “Toleransi Bergaama…, hlm. 15.
62
Abdul Madjid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), hlm 13.
45

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya masing-

masing.63

3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No.

IV/MPR/1973 yang kemudian dikukuhkan dalam Tap MPR No.

IV/MPR 1978. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983, diperkuat oleh

Tap MPR No. II/MPR/1988 dan Tap MPR No. II/MPR/1993

tentang Garis-garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya

menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara

langsung dimaksudkan daam kurikulum sekolah-sekolah formal,

mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.64

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan merupakan sasaran, arah, yang hendak dicapai dan

sekaligus menjadi pedoman yang memberi arah bagi segala aktivitas

dan kegiatan pendidikan yang sudah dilakukan.65 Oleh karena itu,

tujuan pendidikan harus diarahkan, sesuai dengan kebutuhan dan

tuntutan yang sedang dihadapi.66

Ada beberapa Tujuan pendidikan, yaitu:

a). Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua

kegiatan pendidik, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.

63
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar
1945 (Jakarta: Sekretariat Jendral MPR RI, 2016), hlm.161.
64
Abdul Madjid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam…, hlm. 13.
65
Muhammad Muntabihun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 58
66
Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 103.
46

Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi

tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan.

Tujuan umum harus dikaitkan pula dengan tujuan pendidikan

nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harus

dikaitkan pula dengan tujuan institusional. Tujuan umum tidak dapat

dicapai kecuali setelah melalaui proses pengajajaran, pengalaman,

pembiasaan, penghayatan dan keyakinan merupakan alat untuk

mencapai tujuan umum.67

b). Tujuan Akhir

Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan

berlaku umum. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan dalam satu

istilah yang disebut “insan kamil” (manusia sempurna). Dalam

tujuan tertinggi atau terakhir pada akhirnya sesuai dengan tujuan

hidup manusia, dan perannya sebagai makhluk ciptaan Allah.68

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam

firman Q.S. Ali Imran: 102

            

Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah


sebenar-benar takwa kepada-Nya dan jangnalah kamu mati
kecuali dalam keadaan muslim”.69

67
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam .., hlm. 30
68
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan
dan Pemikiran Pada Tokohnya (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hlm.119
69
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah….,hlm. 79.
47

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Alla sebagai muslim

yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir proses hidup jelas

berisis kegiatan pendidikan. Inilah akhir proses pendidikan yang

dianggap sebagai tujuan akhirnya.70

c). Tujuan Sementara

Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan

yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan

kehidupan. Karena itu tujuan sementara itu kondisional, tergantung

faktor di mana peserta didik itu tinggal dan hidup.

Dalam tujuan sementara bentuk insane kamil dengan pola

ubudiyah sudah kelihatan meski dalam ukuran sederhana,

sekurang-kurangnya beberapa pengalaman sudah kelihatan pada

pribadi anak didik.71

Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam sejalan dengan tujuan

misi Islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga

mencapai tingkat akhlak al-Kkarimah. Ada dua sasaran pokok yang

akan dicapai oleh pendidikan Islam, yaitu kebahagiaan dunia dan

kesejahteraaan akhirat.72

70
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam .., hlm. 31
71
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat pendidikan Isla..., hlm. 127
72
Muhammad Muntabihun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam…, hlm. 60
48

4. Materi Pendidikan Agama Islam

Dalam suatu pembelajaran, materi bukanlah merupakan tujuan

tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pendidikan Islam

diharapakn dapat mengantarkan peserta didik agar memiliki

karakteristik sosok manusia yang memiliki keberagaman dan

toleransi.

Secara garis besar materi pelajaran Pendidikan Agama Islam

dibagi menjadi empat jenis, antara lain:

a. Dasar

Yaitu materi yang penguasaanya menjadi kualifikasi lulusan

dari pengajaran yang bersangkutan. Materi ini diharapkan dapat

secara langsung membantu mewujudkan sosok individu

berpendidikan yang diidealkan. Diantara materi tersebut ialah,

ilmu tauhid (dimensi kepercayaan), fikih (dimensi perilaku ritual

dan sosial), akhlak (dimensi komitmen).73

b. Sekuensial

Yaitu materi yang dimaksudkan untuk dijadikan dasar dalam

pengembangan materi lebih lanjut. Materi ini tidak secara langsung

mengantarkan peserta didik pada peningkatan dimensi

keberagamaan peserta didik, tetapi sebagai landasan yang akan

mengokohkan materi dasar. Dalam hal ini jenis materi tersebut

73
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa
(Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 94
49

ialah Tafsir dan Hadis yang bertujuan agar peserta didik dapat

memahami materi dasar dengan lebih baik.74

c. Instrumental

Yaitu materi yang tidak secara langsung berguna untuk

meningkatkan keberagamaan tetapi penguasaanya sangat

membantu sebagai alat untuk mencapai penguasaan materi dasar

keberagamaan. Yang tergolong maateri pendidikan agama Islam

ialah bahasa arab. penguasaan materi tersebut dapat digunakan

untuk mempermudah pemahaman materi dasar yang pada

umumnya menggunakan bahasa Arab.75

d. Pengembangan Personal

Yaitu materi yang tidak secara langsug meningkatkan

keberagamaan ataupun toleransi beragama, tetapi mampu menjadi

pribadi yang diperlukan dalam kehidupan beragama. diantara

materi yang termasuk ialah materi sejarah kehidupan manusia,

baik di masa klasik maupun kontemporer. Materi ini secara tidak

langsung meningkatkan dimensi-dimensi keberagamaan dan

toleransi beragama maupun menanamkan nilai-nilai kepribadian

yang dapat mendorong individu mengembangkan keberagamaanya

maupun hubungannya dengan umat lain.76

Dari uraian tersebut, maka materi pelajaran pendidikan agama

Islam di sekolah tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu keislaman


74
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter…, hlm. 95.
75
Novan Ardy Wiyani, Pendiidkan Karakter…, hlm. 95.
76
Novan Ardy Wiyani, Pendiidkan Karakter.,.., hlm. 96
50

semata, tetapi ilmu lain yang dapat membantu pencapaian

keberagaman Islam secara komprehensif. Materi yang

mencangkup dalam bahasan ilmu-ilmu ialah tauhid, akidah, fiqh

ibadah, akhlak, studi Alquran, hadis, bahasa arab dan tarikh

Islam.77

Berikut bagan struktur keilmuan mata pelajaran PAI di

sekolah:

Pendidikan Agama Islam

Al-Quran Hadis Ijtihad

Aqidah Syari’ah Akhlak

Tarikh Islam

Gambar 2.1
Struktur Keilmuan materi pendidikan agama Islam

Sumber78

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat

luas. Karena di dalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang

ikut terlibat baik langsung maupun tidak langsung . adapun segi-segi

77
Novan Ardy Wiyani, Pendiidkan Karakter…, hlm. 97
78
Novan Ardy Wiyani, Pendiidkan Karakter…, hlm. 98
51

atau pihak-pihak yang yang terlibat dalam pendidikan agama Islam

sekaligus menjadi runag lingkup pendidikan Islam adalah: 79

a. Perbuatan mendidik itu sendiri

Yang dimaksud perbuatan mendidik ialah seluruh kegiatan,

tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik

sewaktu menghadapi atau mengasuh peserta didik.80

b. Dasar dan tujuan pendidikan agama Islam

Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala

kegiatan pendidikan Islam.81

c. Pealam peserta didik

yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam

pendidikan.82

d. Pendidik

Pendidik akan dapat membawa suatu pendidikan pada baik dan

buruknya, sehingga peranan pendidik dalam keberhasilan

pendidikan sangat menentukan.83

e. Materi dan kurikulum pendidikan agama Islam

Yaitu bahan-bahan pendidikan, yang sudah tersusun secara

sistematis dan terstruktur untuk disampaikan dalam proses

pembelajaran kepada peserta didik.84

79
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan…, hlm. 28
80
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan…, hlm. 28
81
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan…, hlm. 28
82
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan…, hlm. 28
83
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan…, hlm. 28
52

f. Metode pendidikan agama Islam

Yaitu cara dan pendekatan yang dirasa paling tepat dan sesuai

dalam pendidikan untuk menyampaikan bahan dan materi kepada

peserta didik.85.

g. Evaluasi pendidikan agama Islam

Yaitu cara-cara yang digunakan untuk menilai hasil pendidikan

yang sudah dilakukakan.86

h. Alat-alat pendidikan agama Islam

Yaitu alat-alat yang digunakan selama proses pendidikan

dilaksanakan, agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara

tepat.87

i. Lingkungan pendidikan agama Islam

Keadaan-keadaan dan tempat yang ikut berpengaruh dalam

pelaksanaan serta keberhasilan suatu pendidikan.88

84
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan…, hlm. 29
85
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan…, hlm. 29
86
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan…, hlm. 29
87
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan…, hlm. 30
88
Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan…, hlm. 30

Anda mungkin juga menyukai