BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT DAN ARTI PENTING TOLERANSI
1
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta:PT Mahmud Yunus Wadzuryah, 1990),h.178
2
Mukti Ali, Pluralisme Agama di Persimpangan Menuju Tuhan (Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2006). H. 87
3
Said Agil Husin Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Umat Beragama (Jakarta: Ciputat Pess, 2003). H. 13
Muhammad Ali menjelaskan, toleransi merupakan suatu sikap keberagaman
yang terletak antara dua titik ekstrim sikap keberagaman, yaitu eksklusif dan pluralis.
Pada titik yang eksklusif: menutup diri dari (seluruh atau sebagian) kebenaran pada
yang lain. Ada yang bersikap toleran: membiarkan yang lain, namun masih secara
pasif, tanpa kehendak memahami, dan tanpa keterlibatan aktif untuk bekerja sama.
Bersikap toleran sangat dekat dengan sikap selanjutnya yaitu pada titik pluralis. Yakni
sikap meyakini kebenaran diri sendiri, sambil berusaha memahami, menghargai, dan
menerima kemungkinan kebenaran yang lain, serta lebih jauh lagi, siap bekerja sama
secara aktif ditengah perbedaan umat itu.4
ِإَّن الِّد يَن ِع نَد ِهَّللا اِإْل ْساَل ُم َوَم ا اْخ َتَلَف اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِكَتاَب ِإاَّل ِم ْن َبْع ِد َم اَج اَء ُهُم اْلِع ْلُم َبْغ ًيا َبْيَنُهْم َوَم ن َيْكُفْر ِبَشاَياِت ِهَّللا
)١٩( َفِإَّن َهَّللا َس ِريُع اْلِحَس اب
Terjemahnya:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan
kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang
4
Darwis Muhdina, Kerukunan Agama Dalam Kearifan Lokal Kota Makassar (Makassar: Perpustakaan
Nasional, 2016), h.37
5
Fuad Fachruddin, Agama dan Pendidikan Demokrasi. Pengalaman Muhammadiyah dan Nahdahul Ulama
(Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h. 244
2|Page
kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS.
Ali-Imran :19)6
)٨٧( َوَم ن َيْبَتِغ َغْيَر اِإْل ْساَل ِم ِد يًنا َفَلن ُيْقَبَل ِم ْنُه َو ُهَو ِفي اآْل ِخ َرِة ِم َن اْلَخ اِس ِريَن
Terjemahnya:
“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi.” (QS. Ali-Imran :85)7
Kalau Islam mengajarkan dan menekankan keniscayaan akhlak toleransi dalam
pergaulan antarumat beragama, maka tidak mungkin Islam merusak toleransi tersebut
atas nama agama pula. Namun, di lain pihak, dalam pergaulan antar umat beragama,
Islam juga sangat ketat menjaga kemurnian akidah dan syariah Islamiah dari noda-noda
yang datang dari luar. Maka bagi Islam kemurnian akidah dan syariah Islamiah tersebut
tidak boleh dirusak atau ternoda oleh praktik toleransi. 8 Oleh sebab itu, Islam memiliki
prinsip dan ketentuan tersendiri, yang harus dipegang teguh oleh muslimin di dalam
bertoleransi.
6
Departemen Agama RI. Op. cit., h.53
7
Ibid hal 62
8
Muhammad Quraish Shihab, Op.cit., h.371
3|Page
2. Menciptakan stabilitas nasional yang mantap. Dengan terwujudnya
kerukunan hidup antar umat Bergama, secara praktis ketegangan-
ketegangan yang ditimbulkan akibat perbedaan paham yang berpangkal
pada keyakinan keagamaan dapat dihindari. Ketertiban dan keamanan
nasional akan terjamin, sehingga mewujudkan stabilitas nasional yang
mantap.
3. Menunjang dan mensukseskan pembangunan. Dari tahun ke tahun
pemerintah senantiasa berusaha untuk mensukseskan pembangunan dari
segala bidang, namun apabila umat beragama selalu bertikai dan saling
mencurigai satu sama lain, maka hal itu akan menghambat usaha
pembangunan itu sendiri. Dan salah satu usaha agar kemakmuran dan
pembangunan di segala bidang selalu berjalan dengan baik, sukses dan
berhasil diperlukan toleransi antar umat beragama sehingga terciptanya
masyarakat yang rukun.
4. Terciptanya suasana yang damai dalam bermasyarakat. Ketika antar sesama
manusia bisa hidup harmonis dalam bingkai kerukunan tanpa ada
pembedaan yang menyakiti atau menindas pihak lain, maka yang tercipta
adalah suasana damai dalam masyarakat. Kedamaian juga merupakan
tujuan dari hidup bermasyarakat, kebersamaan dan toleransi antar umat
beragama menjadi kunci perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan dan silaturahim antar umat
beragama. Memelihara dan mempererat persaudaraan sesama umat
manusia atau dalam bahasa agama Ukhuwah Insaaniyah sangat diperlukan
bagi bangsa yang majemuk atau plural kehidupan keberagamaannya.
Dengan toleransi umat beragama, maka Ukhuwah Insaaniyah tersebut akan
melekat dan percekcokan atau perselisihan akan bisa teratasi.
6. Menciptakan rasa aman bagi agama-agama minoritas dalam. Melaksanakan
ibadahnya masing-masing. Rasa aman bagi umat beragama dalam
melaksanakan peribadatan dan ritual keyakinan yang dianutnya merupakan
harapan hakiki dari semua pemeluk agama. Dan salah satu manfaat
terciptanya toleransi umat beragama adalah menjamin itu semua, tidak
memandang umat mayoritas maupun umat minoritas. Toleransi umat umat
beragama menjadi pengingat bahwasanya dalam. Beragama tidak ada unsur
keterpaksaan untuk semua golongan,
4|Page
7. Meminimalisir konflik yang terjadi yang mengatas namakan agama.
Konflik merupakan suatu keniscayaan yang mengiringi kehidupan.
Manusia, selama ada kehidupan potensi konflik akan selalu ada. Konflik
disebabkan dari berbagai sumber, termasuk juga dalam hal keagamaan.
Konflik yang mengatasnamakan agama menjadi sangat sensitif bahkan
sangat berbahaya bagi masyarakat, karena melibatkan sisi terdalam
manusia. Akan tetapi, apabila setiap pemeluk agama bisa saling
menghormati dan saling toleran hal ini akan bisa meminimalisir terjadinya
konflik atas nama agama.
) َوِإْن َك َّذ ُبوَك َفُقْل ِلي َع َم لي َو َلُك ْم َع َم لُك ْم َأْنُتْم٤٠( َوِم ْنُهْم َم ْن ُيْؤ ِم ُن ِبِه َوِم ْنُهْم َم ْن ال ُيْؤ ِم ُن ِبِه َو َر ُّبَك َأْعَلُم ِباْلُم ْفِس ِد يَن
]٤٠ – ٤١/) [يونس٤١( َبِريُئوَن ِمَّم ا َأْع َم ُل َبِريٌء ِمَّم ا َتْع َم ُلوَن
Terjemahan ;
Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Qur'an),
dan diantaranya ada (pula) ada orang-orang yang tidak beriman kepadanya.
Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
(40)
Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah,
"bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab
terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak pertanggung jawab terhadap apa
yang kamu kerjakan." (41)
5|Page
yang kuat dan segolongan lainnya tidak memercayainya dan terus menerus berada
dalam kekafiran. Namun demikian, mereka tidak akan diazab secara langsung di dunia
seperti nasib yang telah dialami oleh kaum sebelum Nabi Muhammad saw”.
Di kahir ayat dijelaskan bahwa Allah lebih mengetahui tentang orang-orang
yang berbuat kerusakan di bumi, hal itu disebabkan karena fitrah mereka telah rusak.
Allah dengan kekuasaanya akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih.
Pada ayat ke-41, Allah memberikan penjelasan bahwa apabila orang-orang
tersebut tetap mendustakan Al-Qur’an, maka Allah memrintahkan nabi Muhammad
untuk melepas tanggung jawab atas mereka. Seperti yang tertuang dalam buku yang
sama, yakni tafsir Al-Qur’an dan tafsirnya halaman 316:
“….apabila orang musyrikin itu tetap mendustakan Muhammad saw, maka
Allah memerintahkan kepadanya untuk mengatakan kepada mereka bahwa Nabi
Muhammad saw berkewajiban meneruskan tugasnya yaitu meneruskan tugas-tugas
kerasulannya, sebagai penyampai perintah Allah yang kebenarannya jelas, perintah yang
mengandung peringatan dan janji- janji serta tuntunan ibadah berikut pokok-pokok
kemaslahatan yang menjadi pedoman untuk kehidupan dunia. Nabi Muhammad tidak
diperintahkan untuk menghakimi mereka, apabila mereka tetap mempertahankan sikap
mereka yang mendustakan Al-Qur’an dan mempersekutukan Allah..”
Tafsir ini juga diperkuat dengan firma Allah dalam surah Al-Isra’ ayat 84:
Katakanlah (Muhammad), “Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-
masing.” Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. Serta dalam
surah Asy-Syu’ra ayat 216: “Kemudian jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah
(Muhammad), “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu
kerjakan.”
Ini berarti mereka tidak bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad saw dan Nabi Muhammad pun tidak bertanggung jawab terhadap apa
yang mereka lakukan. Maksudnya Allah tidak akan menjatuhkan hukuman kepada
seseorang karena kesalahan orang lain. Nabi Muhammad juga tidak akan dimintai
pertanggung jawaban atas apa yang mereka kerjakan.
6|Page
toleransi yaitu statis dan toleransi dinamis. Toleransi statis adalah toleransi dingin atau
tidak melahirkan kerjasama hanya bersifat teoritis. Sedangkan toleransi dinamis adalah
toleransi yang aktif atau melahirkan kerjasama untuk tujuan bersama, sehingga
kerukunan antar umat beragama bukan dalam bentuk teoritis, tetapi sebagai refleksi dari
kebersamaan umat beragama sebagai satu bangsa. 9 Toleransi dibagi menjadi dua macam
yaitu sebagai berikut:
A. Toleransi Dengan Sesama Muslim Agama islam adalah agama yang
membawa misi Rahmatan lil ‘alamin. Adapun kaitannya dengan agama
yakni toleransi beragama yakni toleransi yang mencakup masalah-masalah
keyakinan pada diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau yang
berhubungan dengan ketuhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberi
kebebasan untuk menyakini dan memeluk agama (mempunyai akidah)
masing- masing yang dipilih serta memberikan penghormatan atas
pelaksanaan ajran-ajaran yang diyakininya. Toleransi mengandung maksud
supaya membolehkan terbentuknya sistem yang menjamin unsur-unsur
minoritas yang terdapat dalam masyarakat dengan menghormati agama,
moralitas mereka serta menghargai pendapat orang lain dan menghargai
perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungan tanpa harus berselisih dengan
sesama karena dengan adanya sebuah perbedaan agama.10
B. Toleransi Dengan Non Muslim
Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqarah Ayat 213 sebagai
berikut:
كان الناس أمة وحدة فبعث هللا التبين مترين وُم ْنِذ ِريَن َو َأنَز َل َم َع ُهْم الكتب بالحق ليحكم بين الناس فيما
الخَتَلُفوا ِفيِه َوَم ا اختلف فيه اال للذين أوتوه ِم ن َبْع ِد ما جاءتهم البينت َبْغ ًيا َبْيَنُهْم َفَهَدى ُهَّللا اَّلِذ يَن امنوا لما
اختلفوا فيه من الحق بإذنه وهللا َيْهِد ي َم ْن َيَشاُء إلى ميرط
Artinya: “manusia adalah umat yang satu. Kemudian Allah SWT mengutus
para nabi sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama
mereka kitab dengan benar untuk memberi keputusan diantara manusia
tentang perkara yang mereka selisihkan. Tentang kitab tersebutmelainkan
orang yang telah didatangkan kepada mereka (kitab) yaitu setelah datang
9
Umar Hasyim, “Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam. Sebagai Dasar Menuju Dialog dan
Kerukunan Antar Umat Beragama”. (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), hal. 22
10
Masykuri Abdullah, “Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keragaman”, (Jakarta: Bulan Bintang,
2002), hal. 13
7|Page
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk bagi orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu
dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk bagi orang
yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Baqarah:213).11
M. Quraish Shihab menafsirkan ayat ini menukil pendapat ulama yang
menghubungkan dengan penggalan surah Yunus ayat 19 yang menyatakan “manusia
dulunya hanyalah satu umat kemudian mereka berselisih”. Ayat ini perlu disisipi kata
“maka berselisih” yang ada pada surah Yunus, sehingga surah Al-Baqarah ayat 213
yang pada awalnya dipahami dengan dahulu umat manusia hanya satu dalam
kepercayaan Tauhid, tetapi kemudian tidak demikian, karena mereka berselisih.
Sedangkan kata “al-nas” pada ayat tersebut tidak hanya sebatas pengertiannya kepada
orang-orang arab saja, karena penciptaan manusia secara fitrah mengakui ke-Esaan
Allah SWT. Maka dari itu keyakinan terseut melekat pada seluruh umat manusia sejak
lahir, tapi karena dosa dan pelanggaran yang dilakukan oleh manusia, akhirnya fitrah
keyakinan tersebut memudar pada diri sebagian manusia.12
Toleransi bukan hanya tentang menghormati perbedaan, tetapi juga tentang saling
menghargai dan bekerja sama dalam menghadapi perbedaan- perbedaan tersebut.
Berikut contoh toleransi dalam kehidupan sehari – hari yang dapat diterapkan dalam
berbagai aspek kehidupan, mulai dari masyarakat hingga dunia politik. Contoh Toleransi
dalam Masyarakat :
1. Menghargai keberagaman budaya, menghormati dan memahami budaya dan
tradisi orang lain, bahkan jika berbeda dari budaya kita sendiri.
2. Menjaga keterbukaan terhadap pendapat lain, mendengarkan dengan baik dan
terbuka terhadap pandangan dan pendapat orang lain, bahkan jika berbeda
dengan pandangan kita sendiri.
3. Membantu tetangga, dengan menawarkan bantuan kepada tetangga yang
membutuhkan, tanpa memandang perbedaan status sosial atau ekonomi.
11
Al-Qur’an, Al-Baqarah Ayat 213, “Al-Qur’an dan Terjemahannya”, (Bandung: Departemen Agama RI,
Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an dan PT Syaamil Qur’an, 2012), hal.33
12
M. Quraish Shihab, “Tafsir Al-Misbah”, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol.1, hal. 454
8|Page
4. Berpartisipasi dalam proyek sosial, Bersama-sama dengan komunitas,
berpartisipasi dalam proyek sosial yang bermanfaat bagi semua orang.
5. Menghormati hak asasi manusia, memastikan bahwa hak asasi manusia setiap
individu dihormati dan dilindungi.
6. Menghormati tempat ibadah, menghormati tempat ibadah agama lain dan tidak
mengganggu ritual ibadah mereka.
7. Membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua
agama, di mana setiap orang merasa dihormati dan diterima tanpa memandang
keyakinan agama mereka.
8. Menaati peraturan sekolah, Penting bagi siswa-siswi untuk mematuhi peraturan
sekolah, termasuk menjaga ketertiban di kelas, menghormati guru, dan
merawat fasilitas sekolah.
2.2. Memelihara Kehidupan Sesama Umat Manusia
13
Said Agil Husain Al Munawar., op.cit. h.4
9|Page
2.2.2. Prinsip Menjaga Kehidupan Manusia
Manusia adalah ciptaan yang paling sempurna (fi ahsani taqwim) dibandingkan
dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, sebab manusia satu- satunya makhluk yang
diberikan potensi oleh Allah Swt berupa akal sebagai alat untuk melakukan aktivitas
berfikir tentang berbagai hal yang ada di alam raya ini.Manusia ketika dilahirkan bukan
hanya dikaruniai potensi individualis dan sosialitas, melainkan juga potensi moralitas
atau kesusilaan. Maksudnya adalah bahwa dalam diri manusia ada kemampuan untuk
berbuat kebaikan. Dalam arti susila atau moral, seperti bersikap jujur, dan berlaku adil,
untuk mengembangkan potensi tersebut, tanamkan pada anak dengan banyak diberi
kesempatan untuk melakukan kebaikan.
Manusia, makhluk sosial juga diciptakan sebagai makhluk bermasyarakat, yang
berawal dari pasangan laki-laki dan wanita, kemudian berkembang menjadi suku dan
bangsa, untuk saling kenal mengenal (QS: al- Hujurat: 13). Islam mengajarkan
pentingnya penghormatan dan penghargaan sesama manusia, dan memberikan
penghargaan yang tinggi kepada hak-hak asasi manusia karena Islam sebagai agama
yang membebaskan dan memanusiakan manusia, hal ini tercermin dalam al-Quran surah
al-Hujurat: 13.14
Banyak relawan kemanusian. Mereka menolong warga sipil yang berada di tengah
daerah konflik yang berasaskan kemanusiaan, tidak jarang ia harus bertaruh dengan jiwa
raganya. Ada yang terbunuh, luka-luka, ditangkap dan disandera saat menjalankan misi
kemanusiaan. Namun semua itu dilakukannya demi terwujudnya rasa kemanusiaan dan
rasa kepedulian terhadap sesama."15
Perihal harus adanya tindakan penyelesaian dari bentuk penyiksaan, penindasan
dan pembunuhan tertera jelas dalam surat al-Maidah: 32.
As-Suyuthi menjelaskan bahwa: "Barang siapa yang membunuh jiwa bukan
karena orang lain membunuh maka dihukumi dosa besar dan barang siapa yang
menyelamatkan seseorang dari kerusakan maka seakan-akan telah memelihara manusia
seluruhnya. as-Suyuthi mengkategorikan pelaku pembunuh sebagai manusia yang
berdosa besar tidak diampuni kecuali keluarga korban memaafkan".16
14
Yahya Ahmad Zein, “Konsepsi Hak Asasi Manusia dalam Islam (Mengungkap Korelasi Antara Islam
Dengan HAM), Jurnal Garuda, Vol 1, No 1,2015 hlm. 92.
15
Dio Dyantara, “Perlindungan Relawan Kemanusiaan Suatu Tinjauan Hukum Humaniter Internasional”,
Skripsi (Makassar: Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, 2014), hlm.. 18.
16
Jalaludin As-Suyuthi, Dar al Mansur, (Kairo: Mesir, 2003) dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibn
Jarir dari Ibnu Sa’id… hlm. 278
10 | P a g e
2.2.3. Kandungan Surah QS Al-Maidah/5: 32 (Tafsir Ayat)
11 | P a g e
Itulah sebabnya mengapa suami atau istri yang menyiksa atau membunuh
pasangannya dikenakan hukuman. Orang tua yang membunuh anak harus dihukum.
Anak yang membunuh orang tua juga diproses di pengadilan. Hal semacam ini tidak
hanya berlaku untuk manusia tetapi juga buat hewan-hewan langka. Penyiksaan atau
pembunuhan itu menjadi sangat penting untuk ditindak. Apalagi jika hal tersebut terjadi
kepada manusia yang memang mempunyai tugas mengelola bumi ini.
Permasalahan tersebut menarik untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian ini diberi
judul “Hak Hidup Manusia: Analisis pendapat Para Mufassir tentang QS al-Maidah/5:
32 dengan pendekatan Maqashid. Alasan yang mendasari pemilihan surat al-Maidah ayat
32 adalah menghabisi nyawa manusia konteks zaman sekarang di antaranya kasus etnis
Rohingya dan konflik antara Palestina dan Israel. Bahkan pembunuhan antara manusia
sudah menyebar dimana-mana termasuk di negara kita.
12 | P a g e