Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kitaucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulisan makalah ini dapatdiselesaikan tepat waktu.
Alhamdulillahdengan semangat yang tinggi pula merupakan modal bagi kamiuntuk dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan tambahan
pengetahuan tentang pembahasaa toleransi dan etika pergaulan. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat yang banyak tidak hanya bagi diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penulisan ini, kamimengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah
ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan kami
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih ada kesalahan. Karena
sesungguhnya kami sadari bahwa, tidak ada satupun yang sempurna di dunia ini kecuali
Allah ta’ala yang telah menciptakan alam semesta danseisinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para
pembaca. kamijuga dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun guna
untuk memperbaikisetiap kekurangan dari makalah ini.

Sape, November 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHILUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................

BAB II PEMBAHASAAN
2.1 Pengertian Toleransi dan Etika Dalam Pergaulan
A) Ayat-ayat Al-Qur’an yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika Pergaulan
B) Kandungan Isi Surat AL-Kafirun
C) Asbabun Nuzul Surat Al-kafirun
D) Tafsir Global
E) Prilaku Umat Islam yang Memahami Kandungan Surat Al-kafirun
F) Kosa Kata Surat Al-kafirun
G) Faedah Surat Al-kafirun
H) Penjelasaan Surat Ayat Yunus 40-41
I) Prilaku orang yang mengamalkan surat Yunus ayat 40-41
J) Hadis-hadis yang bersangkutan dengan Toleransi dan Etika Pergaulan
K) Prilaku bertoleransi dan beretika dalam kehidupan sehari-hari

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budi Pekerti berarti sikap dan prilaku yang baik. Sifat-sifat yang baik akan mendatangkan
kebaikan dan sebaliknya hal yang buruk akan menghasilkan keburukan pula. Oleh karena itu
kita perlu menjunjung tinggi nilai budi pekerti yang luhur. Ajaran budi pekerti menuntut kita
agar selalu berbuat kebaikan, kebenaran, serta memupuk keharmonisan gubungan manusia
dengan tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan, yang sering disebut
dengan konsep tri hita karana. Salah satu bagian dari konsep tri hita karana adalah hubungan
manusia dengan manusia. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat manusia, karena manusia
sebagai makhluk social yang membutuhkan adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal
ini dilakukan bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat
perlu usaha manusia untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antar umat manusia.Salah
satu caranya yaitu mengembangkan sikap Toleransi, Etika pergaulan.1[1])
Dalam tulisan yang sangat sederhana berikut ini, penulis berusaha mengelaborasi secara
tematis konsep Islam tentang toleransi dan etika pergaulan. Diawali dengan penjelasan
seputar definisi, kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk membuktikan bahwa Islam
rahmatan lil ‘alamin sekaligus memberikan jalan keluar dalam mensikapinya, yaitu dengan
prinsip toleransi (tasamuh) dan beretika dalam pergaulan. Pada bagian akhir akan diuraikan
secara komprehensif solusi dimaksud, sesuai dengan perspektif yang dimajukan al-Quran dan
sunnah.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari toleransi dan etika pergaulan?


2. Apa sajakah ayat Al-Qur’an yang membahas tentang toleransi dan etika
pergaulan?dan apa kandungan ayatnya?
3. Bagaimana cara menerapkan perilaku hidup toleransi dan etika pergaulan dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Toleransi dan Etika

Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap
dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang
berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah
toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan
keberadaan agama-agama lainnya2[2]). Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli”
Indonesia, tetapi serapan dari bahasa Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh
berbeda dengan kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of
Current English, toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs, customs, behaviors,
etc, different from one’s own3[3]).Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim
dipergunakan sebagai padanan dari kata toleransi adalah ‫سماحة‬atau ‫تسامح‬. Kata ini pada
dasarnya berarti al-jud (kemuliaan). atau sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah,
suka memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/ terbuka
(welcome) dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia4[4])
Etika adalah dalam bahasa Yunani “Ethos”, berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan
(custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari
bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat
kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan),
dan menghindari hal- hal tindakan yang buruk5[5])
A) Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah
“damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering
dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi
seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah
ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam
menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak
Allah, karena itu tak mungkin disamakan.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang seruan untuk bertoleransi dan beretika
dalam pergaulan.

Surat Al-Kafirun ayat 1-6]6[6


1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah.
4. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agama
B) Kandungan Isi Surat Al-kafiruun

Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid,
khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk
dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir7[7]
Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan secara timbal balik, yaitu untukmu
agamamu dan untuku agamaku. Dengan demikian, masing-masing pemeluk agama dapat
melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya tanpa
memaksakan pendapat kepada orang lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan
masing-masing serta akan dipertanggung jawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan
turunnya ayat ini, Hilanglah harapan orang-orang musyrikin Quraisy yang berusaha
membujuk Nabi Muhammad SAW agar bersikap toleran dengan jalan untuk kompromi
dalam bidang Aqidah Islam.8[8])
C) Sebab Turunnya Surat Al-Kafirun Ayat 1-6/asbabul nuzul
Surat Al-Kafirun ini termasuk surat makiyah atau surat yang diturunkan di Mekah, sebelum
Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah. Al-Kafirun artinya orang-orang kafir. Surat ini
dinamakan Al-Kafirun, karena tema pokoknya menjelaskan sikap Rasulullah saw. dan umat
Islam terhadap orang-orang kafir sebagaimana terungkap dalam pojok kisah berikut ini.
Beberapa tokoh kaum kafir (kaum musyrikin) di Mekah seperti Al-Walid bin Al-Mugirah,
Aswad bin ‘Abdul Muttalib dan Umayyah bin Khalaf, datang kepada Nabi Muhammad saw.
menawarkan kompromi yang menyangkut pelaksanaan peribadahan.
Mereka mengusulkan, agar Rasulullah saw. dan umat Islam mengikut kepercayaan mereka
dan mereka pun akan mengikuti agama Islam. Mereka berkata, “Wahai Muhammad,
bagaimana jika kami menyembah Tuhanmu selama setahun dan kamu juga menyembah
Tuhan kami selama setahun. Jika agamamu benar, kami mendapat keuntungan, karena kami
juga menyembah Tuhanmu, dan jika agama kami yang benar, kamu juga tentu memperoleh
keuntungan.”
Mendengar usul kaum kafir itu Rasulullah saw. dengan tegas menjawab, “Aku berlindung
kepada Allah swt. agar tidak tergolong orang-orang yang bersikap dan berperilaku syirik atau
menyekutukan Allah.” Untuk mempertegas penolakan Rasulullah saw. tersebut, kemudian
Allah SWT menurunkan surat Al-Kafirun. Setelah Rasulullah saw. menerima surat Al-
Kafirun ini, beliau lalu mendatangi tokoh-tokoh kaum kafir (musyrikin) di Mekah, yang
waktu itu sedang berkumpul di Masjidil Haram. Di hadapan mereka Rasulullah
saw. membacakan surat Al-Kafirun ayat 1 sampai 6 dengan mantap dan lantang,
sehingga mereka menyadari bahwa usul mereka untuk berkompromi dalam keimanan dan
ibadah agama, ditolak oleh Rasulullah saw. dan umat Islam.
D) Tafsir global surat al-kafirun
G. Penerapan Perilaku yang Mencerminkan Surat Al-Kafirun Ayat 1-6
1. Setiap muslim/muslimat akan bertekad dan berusaha secara sungguh-sungguh agar selama
hidup di dalam dunia ini senantiasa menyakini kebenaran agama Islam yang dianutnya dan
mengamalkan seluruh ajarannya dengan bertakwa kepada Allah swt.
2. Walaupun antara umat Islam dengan umat lain (non-Islam) tidak ada kompromi (toleransi)
dalam hal keimanan (akidah) dan peribadahan, namun dalam pergaulan dan kehidupan
bermasyarakat, umat Islam dan umat lain (non-Islam) hendaknya saling menghormati dan
menghargai serta bekerja sama dalam urusan dunia demi terwujudnya keamanan, ketertiban,
kedamaian, dan kesejahteraan bersama.
3. Menolak ajakan kaum musyrikin untuk tukar-menukar pengalaman dalam keimanan dan
peribadahan atau untuk keluar dari agama Islam dan menganut agama mereka, dengan tegas
dan bijaksana. (Pelajari Q.S. Al-Baqarah, 2 :217).
Pengamalan surat al-Kafiruun

E) Perilaku umat islam yang telah memahami kandungan surah al-kafirun


a)

1. Menolak ajaran kaum musyrik untuk menukar-nukar pengalaman dalam keimanan


dan peribadahan atau untuk keluar dari agama islam dan menganut agama mereka
dengan tegas dan bijaksana
2. Bertekad dan berusaha secara sungguh-sungguh agar senantiasa meyakani agama
islam dan mengamalkan seluruh ajarannya dengan bertaqwa kepada Allah swt
3. Walaupun antara umat muslim dan nonmuslim tidak ada toleransi dalam keimanan
tapi tetap melakukan toleransi dalam pergaulan bermasyarakat

MENERAPKAN PRILAKU BERTOLERANSI DAN BERETIKA

b)

1. Menjalankan ibadah sesuai aturan agama dengan sebaik-baiknya.


2. Tidak saling mengejek dan mencela penganut agama lain.
3. Menghormati penganut agama lain yang sedang merayakan hari besar agamanya.
4. Menghormati dan menghargai sesame muslim yang berbeda tata cara ibadahnya.
5. Menghormai dan menghargai perbedaan pendapat antar kelompok Islam.
6. Tidak menganggap remeh kelompok Islam lain dan penganut agama lain.
F) Kosa Kata Surat Al-kafirun
‫قُ ْل‬
Katankanlah, Wahai Muhammad

َ ‫يَاأَيُّ َهاالكَافِ ُر‬


ْ‫ون‬
“Wahai orang – orang yang kafir”. Pemimpin – pemimpin musyrikin Mekkah.

َ ‫ََلأَعبُ ُد َماتَعبُد‬
ْ‫ُون‬
“ saya tidak akan menyembah apa yang kalian sembah”. Tidak di waktu sekarang dan tidak
pula di masa akan datang.

ْ‫َو ََلأَنتُمعَابِدُونَ َماأَعبُ ُد‬


“ dan kalian bukanlah orang – orang ang menyembah Rabb ( Allah ) yang saya sembah “.

ِ ‫لَكُمدِينُكُم َو ِليَد‬
ْ‫ِين‬
“ bagi kalian agama kalian “ . yaitu syirik yang kalian lakukan.

ْ‫ِين‬
ِ ‫َو ِليَد‬
“ dan bagiku agamaku” .
yaitu tauhid dan Islam yang saya berada padanya dan tidak akan melepaskannya.Di masa
sekarang dan yang akan datang. Ada yang berpendapat bahwa dua kalimat selanjutnya ( ayat
4 dan 5 ) sebagai penegas, namun ada pula yang berpendapat bahwa 2 dan 3 menunjukan
perbedaan sesembahan ( Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembah Allah
Subhanahuwata’ala sedang mereka menyembah berhala ), adapun ayat 4 dan 5 menunjukan
pebedaan dalam ibadah itu sendiri ( ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang
murni untuk Allah satu – satunya tanpa dicampuri kesyirikan dan kelalaian dari Yang
disembah sedangkan ibadah mereka semuanya adalah syirik mempersekutukan Allah ) maka
keduanya tidak akan pernah dapat bertemu.
G) Faedahnya Surat Al-kafirun
Berkata Ar Razy radhiyallahu anhu : “ telah menjadi kebiasaan, orang memakai ayat ini

ِ ‫لَكُمدِينُكُم َو ِل َيد‬
ْ‫ِين‬
“ bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku” Dalam pengertian lain ketika berselisih lalu
satu sama lain saling meninggalkan. Demikian itu tidak boleh karena tidaklah Allah Ta’ala
menunkan Al Quran untuk digunakan dengan makna lain, tetapi diturunkan untuk
direnungkan isinya dan diamalkan tuntutannya” ( Tafsir Al Razy juz 22 hal.148)
Faedah Surat Yunus ayat 40-41
1. Penetapan akidah tentang qadha dan qadar terhadapa orang – orang kafir dan mukmin.
2. Perlindungan Allah Subhanahuwata’ala terhadap Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam
dan terpeliharanya beliau dari menerima usulan kaum musyrikin yang bathil.
3. Penetapan kewajiban pemisahan antara orang – orang yang beriman dengan orang – orang
kafir dan musyrik.9[9]

14-04:sunuY S:Q .1
40. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada
(pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-
orang yang berbuat kerusakan.

41. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu
pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang Aku kerjakan dan akupun berlepas diri
terhadap apa yang kamu kerjakan".

H) Penjelasan Surat/ ayat Yunus 40-41


Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah menjelaskan orang yang tidak beriman (kaun Kafir) yang
mendustakan Al Qur’an dibagi menjadi dua. Pertama golongan yang benar-benar
mempercayai dengan iktikad baik terhadap Al Qur’an, mereka termasuk orang yang
menghormati pendapat orang lain. Kedua golongan yang sama sekali tidak mempercayai dan
terus menerus di dalam kekafiran, mereka termasuk orang membuat kerusakan.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi kamu pekerjaan kamu”, bahwa
Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, karena masing-masing
punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam
agama yang benar. Yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan
dinilai Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai.

Asbabun Nuzul QS Yunus 40-41

ASBABUN NUZUL SURAH YUNUS AYAT 40-41

Tidak semua wahyu Allah terdapat asbabun nuzul. Salah satunya yaitu Surat Yunus ayat 40-
41. Dalam tafsir tidak dijelaskan penyebab (asbabun nuzul) ayat tersebut.
ISI KANDUNGAN SURAH YUNUS AYAT 40-41

1. Ada golongan umat manusia yang beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak beriman
kepada Al-Qur'an.
2. Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa
kepada Allah SWT dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah
SWT.
3. Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul
Allah SWT yang terakhir adalah Nabi Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci
yang harus dijadikan pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.

Umat Islam harus menyadari bahwa setiap amal perbuatan manusia baik ataupun buruk
diketahui oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang akan memikul dosanya sendiri-sendiri.

I) PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS YUNUS : 40-41.

1. Tidak suka mencemooh penganut agama lain maupun kelompok Islam lain dengan
mengatakan bahwa dirinyalah yang paling benar.
2. Menghormati dan menghargai pendapat penganut agama lain maupun kelompok Islam
lain dalam suatu masalah.
3. Bersungguh-sungguh dalam menjalankan syariat Islam.
4. Meyakini dalam hatinya bahwa setiap orang akam bertanggung jawab terhadapapa
yang ia lakukan.
MENERAPKAN PRILAKU BERTOLERANSI DAN BERETIKA DALAM
PERGAULAN

1. Jika kita bertetangga dengan penganut agama lain, maka jangan sekali-kali mengejek
mereka atas keyakinan yang mereka anut.
2. Sedikit-sedikit boleh ajarkan mereka tentang keindahan islam.
3. Jika mereka tidak tertarik untuk mengikuti ajaran Islam, maka tidak ada hak bagi kita
untuk memaksakan kehendak.
4. Mengundang mereka ketika kita mengadakan suatu acara, serta menerima dan
menghadiri undangan mereka.
5. Jika saudara kita dari kelompok Islam lain atau pun dari penganut agama lain sedang
tertimpa musibah, kita wajib menolong, mendampingi serta mendoakan mereka10[10]
J) Hadis yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Hadis Pertama

ْ‫ق‬
ِ ‫ح‬ ِ ْ‫يرةْقالْقالْرسولْهللاْصلىْهللاْعليهْوسلمْ َخمس‬
َْ ْ‫ْمن‬ َ ‫ْْْْْْْْْْْْعَنْا َ ِبيْ ُه َر‬
ْ‫يض‬
ِ ‫ْو ِعيَا َد ِةْال َم ِر‬ َ َ‫ش ُهو ُْدْال َجن‬
َ ‫از ِْة‬ َْ ‫ْواِ َجابَةُْالدَع َو ِْة‬
ُ ‫ْو‬ َ ‫ْردُْالت َ ِحيَ ِة‬
َ ‫ال ُمس ِلمْعَلىْال ُمس ِلم‬
ِ َ‫َوتَش ِميَتُ ْالغ‬
ْ.ُْ‫اظ ِسْاِدَاْ َح ِم َدهللا‬

Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang islam terhadap
orang islam lainnya, yaitu membalas salam, memenuhi undangan, melayat jenazah,
menengok orang sakit, dan berdoa bagi orang yang bersin yang memuji Allah (membaca
hamdallah).(Ibnu majah(

‫معنى‬ ‫مفردة‬ ‫معنى‬


Dan ْ‫َواِ َجابَةُْالدَع َو ِة‬ Menjawab salam ْ‫َردُْالت َ ِح َي ِة‬
memenuhi
undangan

Dan َ َ‫ش ُهودُْال َجن‬


ِ ‫ َو ِعيَا َد ِةْال َم ِر‬Dan melayat jenazah ‫از ِْة‬
ْ‫يض‬ ُ ‫َو‬
menengok
orang sakit
Membaca ‫َح ِم َْد‬ Danmendoakanorang ْ ُ‫َوتَش ِميَت‬
hamdalah yangbersin ِ َ‫الغ‬
ْ‫اظ ِس‬

Dalam hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran kepada orang-orang islam tentang
kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan kewajiban itu antara lain:
1) Kewajiban membalas salam
Apabila ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan salam, yaitu
“assalamu’alaikum” maka orang islam lainnya berkewajiban membalas atau menjawab salam
itu. Memberi salam adalah sunah.
2) Kewajiban memenuhi Undangan
Orang islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib memenuhi atau
menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy.
3) Kewajiban Melayat orang islam yang meninggal
Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam lainnya berkewajiban
melayatnya. Hukumnya adalah wajib kifayah.
4) Kewajiban mendoakan orang islam yang bengkis
Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” maka orang islam yang
mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan mengucapkan doa” Yarhakumullah”.
Perintah yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi dan sesuai dengan
hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada kehidupan masyarakat
apapun dan dimana pun beradanya sangat memerlukan adanya perilaku yang seimbang
diantara anggotanya. Oleh karena itu apa yang di anjurkan hadis tersebut merupakan tata
aturan/hukum sosial kemasyarakatan yang sangat indah dan manusiawi. Lebih dari itu etika
sosial tadi hukumnya bukan hanya mengandung nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga
mengandung nilai peribadatan, karena dalam praktiknya banyak mengandung doa guna
membesarkan hati, menggembirakan, menentramkan, menghibur orang yang bersangkutan.

Hadis Kedua
ْ‫ْوال ُح َمى‬
َ ‫سه َِر‬
َ ‫سدِْ ِبال‬ َ ُْ‫َىْمنهُْعُضوْتَدَاعَىْلَه‬
َ ‫سائِ ِرْال َج‬ َ ‫ط ِف ِهمْ َمثَلُْال َج‬
ِ ‫سدِْاِدَااستَك‬ ُ ‫ْوتَعَا‬ َ ‫َمثَلُْال ُمؤ ِمنِينَ ْفِيْت َ َوا ِد ِهم‬
ِ ‫ْوت َ َر‬
َ ‫اح ِم ِهم‬
.ْ‫رواهْالبخارىْوالمسلم‬
Perumpamaan sesama orang-orang mukmin dalam mencinta, menyayangi, dan merasakan
lemah lembut seperti satu tubuh manusia, Jika diantara satu anggotanya merasa sakit maka
seluruh tubuh akan merasakan gelisah dan sakit panas.(HR.Bukhori dan Muslim)
Saling mencintai ‫معنى‬ ‫مفردة‬ ‫معنى‬ ‫مفردة‬
Tubuh ْ‫س ِد‬
َ ‫ال َج‬ Saling berlaku lemah ُ ‫َوت َ َعا‬
ْ‫ط ِف ِهم‬
lembut
Anggota ْ‫عُضو‬ Mengadu ‫استَكَى‬
Semua ْ‫سا ِئ ِر‬
َ Mereka ْ‫ِهم‬
Gelisah ‫س َهر‬
َ ‫ال‬ Sakit panas ‫َوال ُح َمى‬
Saling menyayangi
ِ ‫ت َ َر‬
ْ‫اح ِم ِهم‬ Merasakan ‫تَدَاعَى‬

Hadis ini menerangkan tentang etika atau tata pergaulan sosial kemasyarakatan sesama
muslim. Dalam hadis ini Rasullalah memberi pelajaran bagaimana hubungan sosial orang-
orang islam dengan orang islam lainnya. Cinta kasih sayang dan kemesraan hubungan
orang0orang muslim dengan muslim lainnya itu digambarkan oleh Rasulallah SAW ibarat
satu tubuh. Dalam hadis ini juga menjelaskan tentang pentingnya solideritas dalam kehidupan
antara umat islam.
Kita tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam kebersamaan.
Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solideritas tercermin dalam kehidupan
masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist tersebut kepada umat islam untuk
mewujudkan solideritas dalam kehidupan antra mereka merupakan ajakan yang positif dan
itulah etika pergaulan sesama umat islam.
K) Perilaku bertoleransi dan beretika dalam pergaulandalam Kehidupan Sehari-Hari

QS:al kafirun1-6

1. Hendaknya setiap mukmin memiliki kepribadian yang teguh dan kuat


2. Masing- masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang di anggapnya benar dan baik
sesuai dengan keyakinannya
3. Setiap pemeluk agama akan di mintakan pertanggungan jawabnya di hadapan Allah SWT.

Q:S Yunus:40-41

1. Setiap orang mukmin harus taat pada Allah dan rasul-Nya


2. Hendaknya orang mukmin tahu bahwa Allah adalah pemelihara dan pembimbing kita semua.

3. Orang yang tidak beriman menolak mempercayai nabi Muhammad sebagai rasul Allah dan
apa yang dibawanya. Mereka berhak berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan
dinilai oleh Allah SWT serta di beri balasan dan ganjaran yang sesuai.

.Hadis Pertama

Etika pergaulan masyarakat sesama orng islam dilandasi dengan ajaran islam. Tercakup di
dalam nilai budaya perlunya berperilaku yang seimbang demi mewujudkan masyarakat yang
indah dan menyenangkan.

Sesama orang islam berkewajiban memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing.

Dalam kehidupan sehari-hari orang islam perlu doa untuk mendoakan sesama demi
kesejahteraan mereka sendiri.

Hadis kedua

Kehidupan sosial orang-orang mukmin ibarat satu tubuh.

Orang-orang mukmin harus mempunyai solideritas, ta’awun dan kepedulian sosial terhadap
orang-orang mukmin.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Dalam tulisan yang sangat sederhana berikut ini, penulis berusaha mengelaborasi secara
tematis konsep Islam tentang toleransi dan etika pergaulan. Diawali dengan penjelasan
seputar definisi, kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk membuktikan bahwa Islam
rahmatan lil ‘alamin sekaligus memberikan jalan keluar dalam mensikapinya, yaitu dengan
prinsip toleransi (tasâmuh) dan beretika dalam pergaulan. Pada bagian akhir akan diuraikan
secara komprehensif solusi dimaksud, sesuai dengan perspektif yang dimajukan al-Quran dan
sunnah.
. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat manusia, karena manusia sebagai makhluk social
yang membutuhkan adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal ini dilakukan bertujuan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat perlu usaha manusia untuk
mewujudkan hubungan yang harmonis antar umat manusia.Salah satu caranya yaitu
mengembangkan sikap Toleransi, Etika pergaulan11[11]).

Anda mungkin juga menyukai