Anda di halaman 1dari 15

1.

Konsep Pergaulan dalam Islam (Toleransi)


Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam
suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut
mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama
lainnya. Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa asli Indonesia, tetapi
serapan dari bahasa Inggris tolerance, yang definisinya juga tidak jauh berbeda
dengan kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of
Current English, toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs, customs,
behaviors, etc, different from ones own. Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang
lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata toleransi adalah atau .
Kata ini pada dasarnya berarti al-jd (kemuliaan). atau saat al-shadr (lapang
dada) dan tashul (ramah, suka memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang
menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yang
bersumber dari kepribadian yang mulia.
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara
definisi adalah damai, selamat dan menyerahkan diri. Definisi Islam yang
demikian sering dirumuskan dengan istilah Islam agama rahmatal lillamn
(agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk
menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi
dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat
manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak
mungkin disamakan.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentang seruan untuk
bertoleransi dan beretika dalam pergaulan.
QS Al-kafirun 1-6

Katakanlah: Hai orang-orang kafir,aku tidak akan menyembah apa


yang kamu sembah.dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah.dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
Surat ini adalah surat makkiyah, surat yang diturunkan pada periode
Makkah, meskipun ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa, surat ini turun
pada periode Madinah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa,
surat ini adalah surat penolakan (baraa) terhadap seluruh amal ibadah yang
dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan yang memerintahkan agar kita ikhlas
dalam setiap amal ibadah kita kepada Allah, tanpa ada sedikitpun campuran, baik
dalam niat, tujuan maupun bentuk dan tata caranya. Karena setiap bentuk
percampuran disini adalah sebuah kesyirikan, yang tertolak secara tegas dalam
konsep aqidah dan tauhid Islam yang murni.
Surat al kafirun turun sekaligus sebagai jawaban atas ajakan kaum
musyrikin Quarisy kepada nabi Muhammad SAW. Mereka itu, antara lain al-As
bin Wail as-Sahim, al-Aswad bin Abdul Muthalib, Umayah bin Khalaf, dan Walid
bin Mughirah. Mereka mengajak Nabi Muhammad SAW agar mau sedikit toleran
dan berkompromi dengan bergantian dalam menyembah Tuhan. Kaum Musyrikin
akan menyembah Tuhan yang di sembah Nabi Muhammad SAW. Dan waktu yang
lain, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di minta untuk menyembah apa
yang mereka sembah.
Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar
kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar
penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah,
yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan secara timbal balik,
yaitu untukmu agamamu dan untuku agamaku. Dengan demikian, masing-masing

pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik sesuai
dengan keyakinannya tanpa memaksakan pendapat kepada orang lain dan
sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing serta akan dipertanggung
jawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan turunnya ayat ini, Hilanglah
harapan orang-orang musyrikin Quraisy yang berusaha membujuk Nabi
Muhammad SAW agar bersikap toleran dengan jalan untuk kompromi dalam
bidang Aqidah Islam.
QS Yunus 40-41
di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan
di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya.
Tuhanmu

lebih

mengetahui

tentang

orang-orang

yang

berbuat

kerusakan.jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: Bagiku


pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa
yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu
kerjakan.
Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah menjelaskan orang yang tidak beriman
(kaun Kafir) yang mendustakan Al Quran dibagi menjadi dua. Pertama golongan
yang benar-benar mempercayai dengan iktikad baik terhadap Al Quran, mereka
termasuk orang yang menghormati pendapat orang lain. Kedua golongan yang
sama sekali tidak mempercayai dan terus menerus di dalam kekafiran, mereka
termasuk orang membuat kerusakan.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus Bagiku pekerjaanku bagi kamu
pekerjaan kamu, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara
manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang
lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar. Yakni biarlah kita
berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah serta diberi
balasan dan ganjaran yang sesuai.
QS al-Kahfi 29

dan Katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka


Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir. Sesungguhnya Kami
telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya
mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek.
Ayat ini menegaskan bahwa manusia semua termasuk kaum Musyrikin yang
angkuh itu bahwa Kebenaran (al-Quraan) yang turun dan aku sampaikan ini
datangnya dari Tuhan yang memelihara alam semesta; maka barang siapa yang
mau beriman tentang apa yang kusampaikan ini maka hendaklah ia beriman. Hal
demikian sebab keuntungan dan manfaat dari ke imanan mereka akan kembali
kepada dirinya sendiri. Dan barang siapa ingin kafir, ingkar dan menolak ayatayat Allah,maka biarlah ia kafir walau sekaya apapun dan tingginya kedudukan
seseorang baik dalam jabatan formal maupun sosialnya.Allah SWT tidak akan
merasa kerugian dan berkurangnya kekuasanNya dengan kekefiran mereka. Malah
sebaliknya, Mereka akan merasa merugi dan celaka dengan keingkaran dan
menolak ayat-ayat Allah tersebut. Malahan Allah telah menyedikan neraka yang
kobaran apinya mengepung segala arah, Sehingga mereka tidak dapat menghindar.
Kata terambil dari kata Persia, Ahli tafsir mengartikan kata ini dengan
Kemah dan ahli tafsir lain menterjemahkan dengan Penghalang.Yakni neraka
menggambarkan bangunan yang mempunyai penghalang berupa kobaran api,
sehingga manusia yang disiksa tidak akan bias keluar dari neraka, dan pihak lain
pun tidak bias masuk untuk member pertolongan. Dengan demikian yang disiksa
benar-benar diliputi oleh api itu.
QS al-Hujurat 10-13

10.orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu


damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.11. Hai orangorang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari
mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka
mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang
buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka
Itulah orang-orang yang zalim.12. Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara
kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.13.
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang
paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.
Dalam ayat 10 Allah menggunakan kata bukan kata . Dari segi
kandungan makna ternyata terdapat perbedaan arti antara keduanya, meskipun
sama-sama merupakan bentuk jamak dari kata tunggal . Kata menunjukan
arti saudara sekandung. Sedangkan berarti teman sejawat. Disini al-Quran
menganggap persaudaraan dalam satu agama bagaikan persaudaraan dalam satu
nasab, dan islamlah sebagai orang tuanya.

Pada ayat 10 Allah menegaskan bahwa orang-orang mukmin adalah


bersaudara. Meskipun berbeda bangsa, adat, warna kulit, bahasa, kedudukan,
social-ekonomi, tetapi mereka itu satu ikatan persaudaraan islam. Oleh karennya
sesame orang mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kokoh
sebagaimana diajarkan agamanya yaitu islam.
Kandungan ayat 11 merupakan konsekuensi logis dari makna yang
terkandung pada ayat 10. Pada ayat 10 orang mukmin itu bersaudara, maka
konsekuensinya orang-orang mukmin tidak boleh saling mengolok-olok. Sebab
boleh jadi orang-orang mukmin yang diperolok-olok itu lebih baik dari oarng
yang mengolok-olok. Demikian juga orang mukminah.Olok-olok disini dapat
berupa ejekan atau perkataan, sindiran dan kelakar yang bersifat merendahkan diri
atau menghinanya. Itu semua dapat menimbulkan pertengkaran atau perkelahian.
Oleh karena itu Allah melarang orang-orang mukmin saling memperolok-olok
yang lain agar terbina persaudaraan, kesatuan, persatuan dikalangan orang
mukmin.
Pada ayat 11 juga orang mukmin dilarang mengolok-olok diri sendiri. Ahli
tafsir menjelaskan mengolok-olok diri sendiri maksudnya mengolok sesama
mukmin karan antara sesama muslim itu satu tubuh. Begitupun di ayat ini Allah
melarang orang mukmin memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau
sebutan yang buruk. Yaitu sebutan yang tidak disukai oleh orang yang dipanggil
atau digelarinya. Seperti memanggil orang beriman dengan panggilan hai Fasik
atau hai Kafir. Dalam ayat ini Allah memperingatkan kepada orang yang
berbuat kesalahan harus segera taubat.
Masih dalam kerangka membina persaudaraan orang-orang mukmin. Dalam
ayat 12 Allah melarang orang-orang yang beriman cepat berperasangka. Sebab
sebagian perasangka itu adalah dosa, karena itu harus di jauhi. Dalam ayat ini juga
Allah melarang oarng mukmin mencari-cari kesalahan orang lain, menggunjing,
menceritakan keburukan orang lain (ghibah).Allah menggambarkan orang yang

begitu bagaikan seseorang yang makan daging mentah, yang sebenarnya dia
sendiri tidak menyukainya.
Al-Quran surat al-hujarat ayat 13 menegaskan kepada semua manusia
bahwa ia diciptakan Allah dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Menciptakan manusia secara pluralistic, beraneka bangsa, suku, bahasa, budaya
dan warna kulit. Keanekaragaman dan kemajemukan manusia seperti itu adalah
bukan untuk berpecah belah, saling membanggakan kedudukan, yang satu lebih
terhormat dari yang lainnya akan tetapi supaya saling mengenal, bersilaturahmi,
berkomunikasi, saling member dan menerima. Suatu hal penting bahwa semua
manusia itu sama di hadapan Allah, yang membedakan derajat mereka adalah
ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Hadis yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Hadis Pertama



.

Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang
islam terhadap orang islam lainnya, yaitu membalas salam, memenuhi undangan,
melayat jenazah, menengok orang sakit, dan berdoa bagi orang yang bersin yang
memuji Allah (membaca hamdallah).(Ibnu majah)

Dan

memenuhi

Menjawab salam

undangan

Dan menengok orang

Dan melayat jenazah

sakit

Membaca hamdalah

Dan

mendoakan

orang yang bersin

Dalam hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran kepada orang-orang


islam tentang kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan
kewajiban itu antara lain:
1)

Kewajiban membalas salam


Apabila ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan salam,

yaitu assalamualaikum maka orang islam lainnya berkewajiban membalas atau


menjawab salam itu. Memberi salam adalah sunah.
2)

Kewajiban memenuhi Undangan


Orang islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib memenuhi

atau menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy.


3)

Kewajiban Melayat orang islam yang meninggal


Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam lainnya

berkewajiban melayatnya. Hukumnya adalah wajib kifayah.


4)

Kewajiban mendoakan orang islam yang bengkis


Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan alhamdulilah maka

orang islam yang mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan


mengucapkan doa Yarhakumullah.

Perintah yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi


dan sesuai dengan hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada
kehidupan masyarakat apapun dan dimana pun beradanya sangat memerlukan
adanya perilaku yang seimbang diantara anggotanya. Oleh karena itu apa yang di
anjurkan hadis tersebut merupakan tata aturan/hukum sosial kemasyarakatan yang
sangat indah dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan
hanya mengandung nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga mengandung nilai
peribadatan,

karena

dalam

praktiknya

banyak

mengandung

doa

guna

membesarkan hati, menggembirakan, menentramkan, menghibur orang yang


bersangkutan.
Hadis Kedua

.

Perumpamaan

sesama

orang-orang

mukmin

dalam

mencinta,

menyayangi, dan merasakan lemah lembut seperti satu tubuh manusia,


Jika diantara satu anggotanya merasa sakit maka seluruh tubuh akan
merasakan gelisah dan sakit panas.(HR.Bukhori dan Muslim)

Perumpamaan

Saling berlaku lemah

Saling mencintai

Tubuh

lembut

Mengadu

Anggota

Mereka

Semua

Sakit panas

Gelisah

Merasakan

Saling menyayangi

Hadis ini menerangkan tentang etika atau tata pergaulan sosial


kemasyarakatan sesama muslim. Dalam hadis ini Rasullalah memberi pelajaran
bagaimana hubungan sosial orang-orang islam dengan orang islam lainnya. Cinta
kasih sayang dan kemesraan hubungan orang0orang muslim dengan muslim
lainnya itu digambarkan oleh Rasulallah SAW ibarat satu tubuh. Dalam hadis ini
juga menjelaskan tentang pentingnya solideritas dalam kehidupan antara umat
islam.
Kita tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam
kebersamaan. Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solideritas
tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist
tersebut kepada umat islam untuk mewujudkan solideritas dalam kehidupan antra
mereka merupakan ajakan yang positif dan itulah etika pergaulan sesama umat
islam.
Perilaku bertoleransi dan beretika dalam pergaulandalam Kehidupan SehariHari
QS Al-Kafirun1-6
1.

Hendaknya setiap mukmin memiliki kepribadian yang teguh dan


kuat

2.

Masing- masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang di


anggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya

3.

Setiap pemeluk agama akan di mintakan pertanggungan jawabnya


di hadapan Allah SWT.
QS Yunus 40-41

1.

Setiap orang mukmin harus taat pada Allah dan rasul-Nya

2.

Hendaknya orang mukmin tahu bahwa Allah adalah


pemelihara dan pembimbing kita semua.

3.

Orang yang tidak beriman menolak mempercayai nabi


Muhammad sebagai rasul Allah dan apa yang dibawanya. Mereka berhak
berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah SWT
serta di beri balasan dan ganjaran yang sesuai.
Q:S al-Kahfi ayat 29

1.

Nilai kebenaran (haqullah) adalah sesuatu yang


pasti dan menjadi harga mati, sebab sumbernya dari Allah SWT yang tidak
boleh diubah atau di abaikan.

2.

Keuntungan dan kemanfaatan dari keimanan kita


kepada Allah akan kembali kepada diri kita sendiri.

3.

Mereka yang mengingkari dan menolak ayat-ayat


Allah akan merugi dan celaka.
QS al-Hujurat 10-13

1.

Sesama orang mukmin harus mempunyai


jiwa persaudaraan yang kokoh, meskipun berbeda bahas, suku bangsa, adat
kebiasaan, tingkat ekonomi-sosial tetapi mereka satu ikatan persaudaraan.

2.

Sesama

orang

mukmin

tidak

boleh

tidak

boleh

mengolok-olok, mengejek, menghina satu sama lainnya.


3.

Sesama

orang

mukmin

memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan yang buruk.
4.

Orang mukmin dilarang berburuk sangka.

5.

Orang mukmin harus mengikuti perintah


untuk sadar dan mengakui bahwa disisi Allah SWT semua manusia sama
kedudukannya, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya.
Hadis Pertama

1.

Etika pergaulan masyarakat sesama


orng islam dilandasi dengan ajaran islam. Tercakup di dalam nilai budaya
perlunya berperilaku yang seimbang demi mewujudkan masyarakat yang
indah dan menyenangkan.

2.

Sesama orang islam berkewajiban


memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing.

3.

Dalam kehidupan sehari-hari orang


islam perlu doa untuk mendoakan sesama demi kesejahteraan mereka sendiri.
Hadis kedua

1.

Kehidupan sosial orang-orang


mukmin ibarat satu tubuh.

2.

Orang-orang mukmin harus


mempunyai solideritas, taawun dan kepedulian sosial terhadap orang-orang
mukmin

2. Adil, Sabar, Pemaaf, Perilaku Damai dalam Pergaulan


Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain
dalam memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan
keseimbangan dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang dilebihkan atau
dikurangi. Seperti yang dijelaskan Al Quran dalam surah Ar Rahman/55:7-9:
Dan Allah telah meninggikan langit-langit dan Dia meletakkan neraca
(keadilan) suapaya kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan
tegakkanlah timbangan itu dengan dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi neraca itu
Kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan) dan al
qisth (moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim.Dalam Al
Quran kata adil dan anak katanya diulang sekitar 30 (tiga puluh) kali. Al Quran
mengungkapkannya sebagai salah satu dari asma al husna Allah dan perintah
kepada Rasulullah untuk berbuat adil dalam menyikapi semua umat yang muslim
maupun yang kafir. Begitu juga perintah untuk berbuat adil ditujukan kepada
kaum mukminin dalam segala urusan.
Secara etimologi, sabar (ash-shabar) berarti menahan dan mengekang (alhabs wa al-kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala
sesuatu yang tidak di sukai karena mengharap ridha Allah.Yang tidak di sukai itu
tidak selamanya terdiri dari hal-hal yang tidak di senangi seperti musibah
kematian,sakit,kelaparan dan sebagainya, tapi juga nisa berupa hal-hal yang di
senangi. Dalam ensiklopedi islam dijelaskan bahwa yang di maksud sabar ialah
menahan diri dalam menanggung suatu penderita, baik dalam menemukan sesuatu
yan tidak di ingini ataupun dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi.imam
Al-ghazali mengatakan bahwa sabar adalah suatu kondisi mental dalam

mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran islam. Ketika kita
bergaul dengan orang lain, aka terjadi berbagai peristiwa, ada yang
menyenangkan dan ada yang menyakitkan hati. Disaat orang melakukan berbagai
kesalahan terhadap kita dalam pergaulan tersebut, hendaknya kita bermurah hati
memaafkannya. Firman Allah menjelaskan, Jadilah engkau orang yang pemaaf
dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orangorang yang bodoh. (QS. Al Araf : 199).
Sifat pemaaf merupakan lambang keperibadian yang indah, sebab didalam
sanubari orang yang suka memaafkan orang lain itu tersimpan keikhlasan dan
kerelaan hati yang suci. Orang pemaaf itu pastilah terhindar dari sifat dendam. Dia
menganggap bahwa kesalahan orang lain terhadapnya itu merupakan kekeliruan
dan kelemahannya selaku manusia.
Al Quran selalu membimbing kita kearah menjadi orang yang berbudi
tinggi dan menolong orang lain. Pemaaf berarti kita telah menghormati orang lain
sebagaimana kita mengormati diri sendiri.
Maafkanlah

mereka,

mohonkanlah

Firman Allah menjelaskan,

ampunan

bagi

mereka,

dan

bermusyawarahlah dengan mereka. (QS. Ali Imran : 159).


Memaafkan orang lain yang bersalah, berarti kita telah membebaskan
mereka dari dosa bersalah, sekalipun mereka tidak meminta dibebaskan.
Merupakan suatu perbuatan terpuji karena menghapuskan dosa dan kesalahan
saudara-saudara kita sesama manusia, terutama sesama muslim.
Tujuan memberi maaf orang yang bersalah, walaupun ia tidak meminta
maaf, ialah menginginkan perdamaian dan menghilangkan permusuhan serta ingin
membantu seseorang dari menanggung dosa kesalahannya itu. Sifat cinta
perdamaian dan ingin berbuat baik dalam bentuk membebaskan orang lain dari
dosa, itulah yang disuruh oleh agama Islam.
Sifat pemaaf salah satu ciri-ciri orang yang bertakwa, yang patuh dan taat kepada
ajaran agama. Firman Allah SWT menjelaskan, Bersegeralah kamu kepada

ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang
menafkahkan hartannya, baik diwaktu lapang dan sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan orang lain. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran : 133-134).
3. Kesamaan dan Kesetaraan Derajat dalam Islam

Anda mungkin juga menyukai