Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

TENTANG AMAL SOLEH, TOLERANSI, MUSYAWARAH, DAN UKUWAH )

Kelompok :2
Nama Kelompok : LIA NASWARI
SITI HAEDATUN
BAHRI ARFIAN
MUHSININ

KELAS XII IPS A

MADRASAH ALIYAH AL – MADANI KURIPAN UTARA


TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karenanya kami dapat
menyelesaikan tugas mata pelajaran Akidah Akhlak tentang “Amal Soleh, Toleransi,
Musyawarah, dan Ukuwah”.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan tugas ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, guru, dan seluruh pihak yang selalu membantu
sehingga kendala - kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah mempermudah dan memberi kelancaran dalam proses
pencarian materi dan penyusunan makalah
2. Ustadz , guru akidah akhlak yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami
sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
3. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai
kesulitan sehingga tugas ini selesai.
4. Teman-teman dari kelompok 2 yang telah membantu dalam pencarian materi dan
penyusunan makalah ini sehingga makalah ini bisa selesai tepat waktu.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Membiasakan Akhlak Terpuji”
ini dapat memberikan manfaat maupun menjadi tamabahan referensi bagi teman-teman yang
membutuhkan.

Kuripan, 28 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................ 3
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 3
1.3 TUJUAN..................................................................................................................... 3

BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................... 4

BAB III
KESIMPULAN.............................................................................................................. 10
SARAN........................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 12
BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sebagai orang Islam, sudah seharusnya kita mengetahui tentang hal-hal yang
berkaitan dengan ajaran agama islam mulai yang paling dasar hingga yang mendalam. Allah
menciptakan makhluk dengan tujuan agar mereka beribadah kepada-Nya semata. Allah juga
mengutus para rasul-Nya untuk mencontohkan perilaku yang baik kepada para manusia, lalu
menurunkan kitab-kitab-Nya kepada mereka, dengan maksud para hamba-Nya agar dapat
berperilaku yang baik dan benar sesuai yang tertulis didalam kitab-Nya, terutama Al-Quran.
Allah mengutus Nabi Muhammad Saw. tak hanya untuk membenarkan agama atau
keyakinan atau akidah hamba-hamba Allah, tetapi juga sebagai petunjuk bagi orang islam
dalam berperilaku yang biasa disebut akhlak.
Maka dari itu, pada kesempatan kali ini, kami akan membahas tentang akhlak terpuji
yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti beramal saleh, toleransi,
musawah dan hal yang berkaitan dengan ukhuwah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian, dalil dan cara beramal soleh?


2. Apa pengertian, dalil, ciri-ciri, dan cara toleransi?
3. Apa pengertian, dalil, contoh musawah?
4. Apa pengertian, macam-macam, dalil serta fungsi ukhuwah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian, dalil dan cara amal soleh
2. Untuk mengetahui pengertian, dalil, ciri-ciri, dan cara toleransi
3. Untuk mengetahui pengertian, dalil, contoh musawah
4. Untuk mengetahui pengertian, macam-macam, dalil serta fungsi ukhuwah
BAB 2
Pembahasan

2.1. Pengertian, Dalil dan Cara-cara Beramal soleh

A. Pengertian Amal Saleh

Secara bahasa, amal artinya perbuatan dan saleh artinya baik. Jadi, amal saleh dapat
diartikan sebagai perbuatan baik. Adapun secara istilah amal saleh dapat diartikan dengan
perbuatan kebajikan yang dilandasiniman kepada Allah Swt. dengan niat memperoleh ridho-
Nya.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), amal diartikan (baik atau
buruk). Sedangkan secara istilah amal saleh berarti perbuatan sungguh sungguh dalam
menjalnkan ibadah ataupun menunaikan kewajiban agama yang dilakukan dalam bentuk
berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia.
Muhammad Abduh, ulama kenamaan asal Mesir berpendapat, saleh adalah segala
perbuatan yang berguna bagi pribadi keluarga kelompok dan manusia secara keseluruhan.
Amal saleh dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Amal saleh yang dilakukan
oleh seseorang akan menjadi tambahan pahala kebaikan setiap yang dilakukan. Islam
menekankan kepada umatnya untuk beramal saleh dalam setiap kesempatan. Terkait dengan
amal saleh, al-Hasan al-Basri mengatakan, “wahai anak Adam, jika engkau melihat manusia
berada dalam suatu kebajikan, saingilah mereka. Namun, jika engkau melihatnya berada pada
sebuah kebinasaan, janganlah engkau menyaingi mereka dan pilihan mereka.”
“sungguh kami telah melihat beberapa kaum lebih memilih bagian mereka yang
disegerakan (di dunia) dari pada yang diakhirkan (akhirat). Akhirnya, mereka menjadi hina,
binasa dan terkenal (keburukannya).”

B. Dalil Tentang Amal Saleh

Dalil Naqli

َ ْ‫ص َب ُروا أَجْ َر ُه ْم ِبأَح‬


َ‫س ِن َما كَانُوا َي ْع َملُون‬ َ َ‫ق ۗ َولَنَجْ ِز َي هن الهذِين‬ ‫َما ِع ْندَ ُك ْم َي ْنفَد ُ ۖ َو َما ِع ْندَ ه‬
ٍ ‫َّللاِ َبا‬
Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan
sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
QS:An-Nahl | Ayat: 96
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.

“Demi masa.

Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.” (QS Al-‘Ashr 1-3)

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.”(QS: Al-’Araaf: 96)

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan


orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada
Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.” (QS: Al-Baqarah: 62)

“Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin
Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah “salaam”"(QS:
Ibrahim: 23)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,
mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka
mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.”(QS: Yunus: 9)

“Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami
hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka
balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.“(QS: Al-Ankabut: 7)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-
ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka
bertawakal,“(QS: Al-Anfal: 2)

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama
yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku.
Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-
orang yang fasik.” (QS: An-Nur: 55)

“Dan barang siapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-
sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh
tempat-tempat yang tinggi (mulia),”(QS: Thaahaa: 75)

“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya


Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat.”
(QS: Al-Hajj: 38)

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari


kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada
kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.” (QS: Al-Baqarah: 257)

“dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur’an itulah
yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya,
dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman
kepada jalan yang lurus.“ (QS: Al-Hajj: 54)

“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada


dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah
mereka berkata: “Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?” Dan jika orang-
orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: “Bukankah
kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Maka
Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali
tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-
orang yang beriman.“(QS: An-Nisaa: 141)

“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah


Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an)
ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi
saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-
baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS: Al-Hajj: 77-78)

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. “ (QS:
Al-Baqarah: 62)

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang


khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan
dan perk.ataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau
budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang
melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka
itulah orangorang yang akan mewarisi, (ya’ni) yang akan mewarisi surga Firdaus.
Mereka kekal di dalamnya,” (QS. al-Mu’minun : 1-11)

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram.Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan
dan tempat kembali yang baik.” (QS. Ar-Ra’d: 28-29)

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar
kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah : 256).

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah


antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.” (Al-Hujurat : 10).

“Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada
mereka): “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: “Kami telah tunduk”, karena
iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-
Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.” (Al-Hujurat : 14).

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman


kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang
benar. Katakanlah (kepada mereka): “Apakah kamu akan memberitahukan kepada
Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka.
Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan
keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu
dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang
benar”.Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Hujurat : 15-18).

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu
adalah sebaik-baik makhluk. “(Al-Bayyinah : 7).

“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap
mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada Tuhannya. ” (QS Al-Bayyinah 8)

“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-
sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi,
para shiddiiqiin, syuhadaa’, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya. “(QS An-Nisaa’ 69)

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang


yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa
dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai
dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang
disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan
ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan
diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?” (QS
Muhammad : 15)
C. Cara Membiasakan Amal Saleh

Beramal saleh harus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, berikut beberapa cara
membiasakan amal saleh dalam kehidupan.
1. Menghormati sesama manusia
2. Mengoptimalkan kemampuan diri
3. Menggunakan ilmu dengan benar
4. Memanfaatkan harta di jalan Allah
5. Menjaga lingkungan dari keusakan
6. Selalu berdzikir dan berdo’a kepada Allah setelah berusaha dan berikhtiar.
7. Tidak membiasakan diri jatuh kedalam dosa, kebinasaan, dan kehancuran.
8. Menjauhkan sikap tercela seperti buruk sangka, iri, dengki, kikir, boros, adu domba dalam
bergaul sesam manusia.
9. Menjauhkan sikap malas belajar, malas bekerja, pesimis, penakut, tergesa-gesa, dan sikap
atau sifat yang jelak lainnya.

2.2 pengertian, dalil, ciri-ciri, dan cara toleransi

A. Pengertian Toleransi
Secara bahasa toleransi artinya bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pendangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang
berbeda atau yang bertentangan dengan pendirian sendiri. Sedangkan secara istilah adalah
suatu sikap yang saling menghargai kelompok-kelompok atau antar individu dalam
masyarakat atau lingkup lainnya. Toleransi adalah sikap yang melarang diskriminasi
sekalipun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam masyarakat.
Toleransi ini dapat terlihat jelas dalam hal agama. Toleransi agama sering kita jumpai di
masyarakat. Adanya toleransi agama menimbulkan adanya sikap saling menghormati antar
masing-masing pemeluk agama.
Toleransi dalam ajaran Islam disebut dengan tasamuh. Tasamuh adalah sikap
menghormati dan menghargai keinginan serta keyakinan orang lain dengan batasan yang
jelas. Dalam hal ini memfokuskan dalam persoalan agama.

B. Dalil tentang Toleransi


Dalil Naqli
 Q.S Al-Mumtahanah[60]:8-9
ُّ‫َّللاَ ي ُِحب‬ ُ ‫ار ُك ْم أ َ ْن تَبَ ُّرو ُه ْم َوت ُ ْق ِس‬
‫طوا ِإلَ ْي ِه ْم ۚ ِإ هن ه‬ ِ ‫َّللاُ َع ِن الهذِينَ لَ ْم يُقَاتِلُو ُك ْم فِي الد‬
ِ َ‫ِين َولَ ْم ي ُْخ ِر ُجو ُك ْم ِم ْن ِدي‬ ‫ََل يَ ْن َها ُك ُم ه‬
ِ ‫ْال ُم ْقس‬
َ‫ِطين‬
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

‫اج ُك ْم أَ ْن ت ََوله ْوهُ ْم ۚ َو َم ْن يَت ََوله ُه ْم‬


ِ ‫ظاه َُروا َعلَ ٰى ِإ ْخ َر‬ ِ َ‫ِين َوأ َ ْخ َر ُجو ُك ْم ِم ْن ِدي‬
َ ‫ار ُك ْم َو‬ ِ ‫َّللاُ َع ِن الهذِينَ قَاتَلُو ُك ْم فِي الد‬
‫ِإنه َما يَ ْن َها ُك ُم ه‬
‫فَأُو ٰ َلئِكَ ُه ُم ال ه‬
َ‫ظا ِل ُمون‬
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang
memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain)
untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.

Dalil Aqli

C. Ciri-Ciri Orang yang Bersikap Toleransi


Orang-orang yang terbiasa menerapkan sikap toleransi/tasamuh dalam kehidupannya
sehari-hari akan tampak sifat sebagai berikut :
1. Memahami dan menyadari bahwa dalam kehidupan banyak terdapat perbedaan.
2. Tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada.
3. Mampu menerima saran dan masukan yang membangun dari orang lain.
4. Terbuka kritik dari orang lain

D. Membiasakan hidup toleran


Cara-cara membiasakan sikap toleran dalam kehidupan sehari-hari :
a. Menghormati dan menghargai keyakinan orang lain.
b. Tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain
c. Menghormati peribadatan umat lain dan tidak mengganggunya
d. Berlaku adil terhadap semua masyarakat yang majemuk
e. Menjalin persaudaraan dengan umat agama lain
f. Menghormati hak masing-masing orang

2.3 pengertian, dalil, dan contoh perilaku Musawah

A. Pengertian Musawah

Al-Musawah secara bahasa artinya adalah persamaan, kesetaraan,


kesejajaran. Musawah secara istilah persamaan, kebersamaan, dan penghargaan
terhadap sesama manusia sebagai Makhluk Allah SWT. Artinya adanya pandangan bahwa
kita memiliki kedudukan yang sama tidak peduli adanya
Fungsi musawah sebagai berikut :
a. Sebagai petunjuk tata krama pergaulan dengan sesama manusia
b. Sebagai pengantar untuk menegaskan, bahwa manusia memiliki derajat yang sama
dihadapan Allah SWT. Tidak ada perbedaan antara satu suku dengan suku yang lain, yang
membedakan kedudukan dihadapan Allah SWT hanyalah ketaqwaan.
M. Tholhah Hasan[2] menyimpulkan ada kurang-lebih empat macam konsep persamaan
dalam Islam, yaitu:
1) Persamaan dalam hukum; dalam Islam semua orang diperlakukan sama dalam hukum.
Nabi SAW. dengan tegas menyatakan : Seandainya Fatimah anakku mencuri, pasti akan
kupotong tangannya.
2) Persamaan dalam proses peradilan; Ali bin Abi Thalib pernah menegur Khalifah Umar,
karena Khalifah waktu mengadili sengketa antara Ali dengan seorang Yahudi membedakan
cara memanggilnya (kepada Ali dengan nama, gelarnya, yaitu; Abu Hasan[3] sedangkan
kepada Yahudi dengan nama pribadinya).
3) Persamaan dalam pemberian status sosial; Nabi pernah menolak permohonan Abbas
dan Abu Dzar dalam suatu jabatan, dan memberikannya kepada orang lain yang bukan dari
golongan bangsawan.
4) Persamaan dalam ketentuan pembayaran hak harta; Islam mempersamakan cara dan
jumlah ketentuan zakat, diat, denda bagi semua orang yang kena wajib bayar, tanpa
membedakan status sosialnya dan warna kulitnya.

B. Dalil tentang Musawah

Dalil Naqli
 Al-Hujurat [49]:13

‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم ۚ إِ هن ه‬
ٌ ِ‫َّللاَ َع ِلي ٌم َخب‬
‫ير‬ ‫ارفُوا ۚ إِ هن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْندَ ه‬ ُ ‫اس إِنها َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنث َ ٰى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬
َ ‫شعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلت َ َع‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها النه‬
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.

Dalil Aqli
‫ َو َم ْن َيجترى ُء‬:‫َّللاِ ؟ فَقَالُوا‬ ُ ‫ َم ْن يُك َِل ُم فيها َر‬:‫ فقالوا‬،‫ت‬
‫سو َل ه‬ ْ َ‫س َرق‬ ِ ‫أن قريشا ً أ َ َه همتْ ُه ْم شَأْنُ المرأ ِة ال َم ْخ ُز‬
َ ‫وميه ِة التي‬ ‫عن عائشةَ ه‬
،‫ب‬ َ َ‫فاخت‬
َ ‫ط‬ ‫ «أَتشفَ ُع في َحدَ ِم ْن ُحدو ِد ه‬: ِ‫َّللا‬
َ ‫َّللاِ؟» ث ُ هم‬
ْ ‫قام‬ ‫سو ُل ه‬ُ ‫ فقا َل َر‬،ُ‫سا َمة‬َ ُ ‫كل َمهُ أ‬
‫ فَ ه‬. ِ‫َّللا‬ ُ ‫سا َمةُ بنُ زَ ْي ٍد ِحبُّ َر‬
‫سو ِل ه‬ َ ُ ‫علي ِه ِإَل أ‬
‫ وأ ْي ُم ه‬،‫ أَقا ُموا َعلَ ْي ِه ال َحده‬،‫يف‬
ِ‫َّللا‬ ُ ‫ض ِع‬ َ ‫ وإذا‬،ُ‫يف ت ََر ُكوه‬
‫س َرقَ فِيه ُم ال ه‬ ُ ‫ش ِر‬ َ ‫ « ِإنهما َهلَكَ الهذِينَ قَ ْبلَ ُك ْم أَنههم كانُوا إِذا‬:َ‫فقال‬
‫س َرقَ فيهم ال ه‬
‫قت لَ َقط ْعتُ يَدَهَا‬
ْ ‫س َر‬ َ ‫فاط َمةَ بِ ْنتَ ُم َح هم ٍد‬
ِ ‫أن‬ ‫«لَ ْو ه‬.
Dari Aisyah ra.: bahwasanya bangsawan Quraisy mau memberi ampunan kepada salah
seorang perempuan dari bangsawan Quraisy bani Mahzum yang kedapatan mencuri, lantas
mereka berkata: Siapa yang bisa dijadikan perantara untuk menghadap Nabi saw?, maka
sebagian dari mereka menjawab: Siapa lagi yang mampu untuk itu selain orang yang paling
Nabi saw cintai yaitu Usamah bin Zaid. Kemudian Usamah menghadap Nabi saw, lalu Nabi
saw bersabda: Apakah anda akan meminta ampunan berkenaan degan salah satu dari had
Allah?”, kemudian Nabi saw berdiri dan berpidato: Sesungguhnya kehancuran umat-umat
terdahulu adalah disebabkan (oleh ketidakadilan); jika salah seorang dari bangsawan mereka
mencuri, maka mereka memberi ampunan, namun jika yang mencuri itu orang biasa (bukan
bangsawan), maka mereka menegakan had.Dan demi Allah! Jika Fatimah binti Muhammad
saw itu mencuri, maka aku akan tetap memotong tangannya”
Dalam haji wada’ Rasulullah SAW bersabda : “Wahai segenap manusiaingatlah
bahwa Tuhan kalian sama, ayah kalian sama. Kalian adalah keterunan Adam dan Adam
berasal dari tanah. Tidak ada perbedaan bagi orang arab atau non-arab, orang yang berkulit
merah dengan orang yang berkulit hitam atau sebaliknya kecuali taqwa. Sesungguhnya orang
yang paling mulia dari kalian adalah orang yang paling bertaqwa”.
C. Contoh Musawah
Contoh ibadah yang mengandung prinsip musawah antara lain salat berjamaah membentuk
saf-saf yang lurus. Di dalm saf-saf tersebut terdiri atas berbagai orang, baik orang yang kaya,
miskin, pejabat, rakyat biasa dan golongan lainnya. Tidak ada perbedaan dalam saf-saf
tersebut.

2.4 pengertian, macam-macam, dalil dan fungsi Ukuwah

A. Pengertian Ukuwah

Ukhuwah secara bahasa berasal dari kata ‫( أخ‬akhun) yang artinya saudara. Kata ukhuwah
berakar dari kata kerja akha. Makna asal kata ini berarti memperhatikan. Ukhuwah berarti
persaudaraan. Persaudaraan yang dimaksud dalam ukhuwah ini bukan hanya terbatas pada
saudara yang masih punya hubungan darah, melainkan saudara seiman. Sehingga dalam
ukhuwah Islamiyah tidak hanya terbatas oleh suku, bangsa dan lain sebagainya.
Adapun secara istilah ukhuwah islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang
dikaruniakan Allaah kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan
perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan, dan rasa saling percaya terhadap saudara
seakidah.
Menurut Imam Hasan Al-Basri, ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu
sama lain dengan ikatan akidah. Ukhuwah islamiah bersifat abadi dan universal karena
berdasarkan akidah dan syariat islam.

Proses terbentuknya ukhuwah Islamiyah antara lain :

1. Melaksanakan proses Ta’aruf

ِِ‫ير‬ ُ ‫اس إِنها َخلَ ْقنَا ُكم ِمن ذَك ٍَر وأُنثَى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬
ٌ ِ‫شعُوبًا َوقَبَآئِ َل إِ هن أَ ْك َر َم ُك ْم عندَ للاِ أَتْقَا ُك ْم إِ هن للاَ َع ِلي ٌم َخب‬ ُ ‫يَآأَيُّ َها النه‬
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal”.

Ta’aruf adalah saling mengenal sesama manusia. Saling mengenal antara kaum muslimin
merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah SWT . Adanya interaksi dapat
membuat ukhuwah lebih solid dan kekal. Persaudaraan Islam yang dijalin oleh Allah SWT
merupakan ikatan terkuat yang tiada tandingannya, Perpecahan mengenal karakter individu.
Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah,
gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya.
Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran (Fikriyyan). Hal ini dilakukan
dengan dialog, pandangan terhadap suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang
dikagumi dan diikuti, dan lain sebagainya. Pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan
(Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan
tingkah laku. Setiap manusia tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang
memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukuhuwah islamiyah akan terganggu apabila tidak
mengenal karakter kejiwaan ini.

2. Melaksanakan proses Tafahum


Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan
saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta,
karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan. Saling
memahami adalah kunci ukhuwah islamiyah. Tanpa tafahum maka ukhuwah tidak akan
berjalan. Proses ta’aruf (pengenalan) dapat deprogram namun proses tafahum dapat
dilakukan secara alami bersamaan dgn berjalannya ukhuwah. Dengan saling memahami
maka setiap individu akan mudah mengatahui kekuatan dan kelemahannya dan menerima
perbedaan. Dari sini akan lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam persaudaraan.
Ukhuwah tidak dapat berjalan apabila seseorang selalu ingin dipahami dan tidak berusaha
memahami org lain. Saling memahami keadaan dilakukan dgn cara penyatuan hati, pikiran
dan amal. Allah-lah yang menyatukan hati manusia.

3. Melakukan At-Ta’aawun

ً‫ضال‬ ْ َ‫ام يَ ْبتَغُونَ ف‬ َ ‫ْى َوَلَ ْالقَالَئِدَ َوآلَ َء ِآمينَ ْالبَيْتَ ْال َح َر‬
َ ‫ام َوَلَ ْال َهد‬ َ ‫ش ْه َر ْال َح َر‬
‫ش َعائِ َر للاِ َوَلَ ال ه‬ َ ‫يَاأَيُّ َها الهذِينَ َءا َمنُوا َلَت ُ ِحلُّوا‬
‫ع ِن ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام أَن تَ ْعتَد ُوا‬ َ ‫شنَئ َانُ قَ ْو ٍم أَن‬
َ ‫صدُّو ُك ْم‬ َ ‫طاد ُوا َوَلَ َيجْ ِر َم هن ُك ْم‬ ْ ‫ِمن هر ِب ِه ْم َو ِرض َْوانًا َو ِإذَا َحلَ ْلت ُ ْم فَا‬
َ ‫ص‬
ِ ‫شدِيدُ ْال ِعقَا‬
‫ب‬ ِ ‫َوتَعَ َاونُوا َعلَى ْالبِ ِر َوالت ه ْق َوى َوَلَت َ َع َاونُوا َعلَى اْ ِإلثْ ِم َو ْالعُد َْو‬
َ َ‫ان َواتهقُوا للاَ إِ هن للا‬
Artinya: “Hai kehormatan bulan-bulan Haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-
ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) menggganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabbnya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-
kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya”. (Q.S. Al-maidah:2)
Bila saling memahami sudah lahir, maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun dapat dilakukan
dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan aman
(saling bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri.
Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan orang lain.
Kebersamaan akan bernilai bila kita mengadakan saling Bantu membantu.
4. Melaksanakan proses Takaful
yang muncul setelah proses ta’awun berjalan. Rasa sedih dansenang diselesaikan bersama.
Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi SAW dan
para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang sahabat
kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih kehausan juga,
namun setelah diberi, air itu diberikan lagi kepada sahabat yang lain, terus begitu hingga
semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya sendiri
dibandingkan dirinya (itsar). Inlah cirri utama dari ukhuwah islamiyah.
Seperti sabda Nabi SAW: “Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya
seperti kamu mencintai dirimu sendiri”. (HR. Bukhari-Muslim).
 Sekurang-sekurangnya ada dua pernyataan Nabi SAW, yang menggambarkan
persaudaraan yang Islami. Pertama, persaudaraan Islam itu mengisyaratkan wujud tertentu
yang dipersonifikasikan ke dalam sosok jasad yang utuh, yang apabila salah satu dari anggota
badan itu sakit, maka anggota lainnya pun turut merasakan sakit. Kedua, persaudaraan Islam
itu juga mengilustrasikan wujud bangunan yang kuat, yang antara masing-masing unsur
dalam bangunan tersebut saling memberikan fungsi untuk memperkuat dan memperkokoh.
 Rasululullah bersabda : “Belum beriman seseorang itu sebelum ia mencita saudara nya
seperti mencitai dirinya sendiri.

B. Macam-macam Ukhuwah
1.Ukhuwah fi al Ubudiyyah, yaitu bahwa seluruh makhluk adalah bersaudara dalam arti
memiliki persamaan. Dan tidaklah binatang-binatang yang ada dibumi, dan tidak pula
burung-burung yang terbang dengan kedua sayafnya, kecuali umat seperti kamu juga (QS Al
an'am {6}; 38). Persamaan ini antara lain, dalam ciptaan dan ketundukan kepada Allah
(QS. Al Baqarah {2}; 28)
2.Ukhuwah fi al insaniyah, dalam arti seluruh manusia bersaudara, karena mereka semua
bersumber dari ayah dan ibu yang satu.Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya.(QS Al hujurat, 49: 12), berdasarkan pembagian ukhuwwah yang kedua ini maka
semua manusia tanpa melihat agama adalah bersaudara, sehingga tidak salah kalau masalah-
masalah sosial semua manusia harus saling bantu, saling menghargai, saling menghormati.
Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (Qs an Nisa’
4, 86)
Berdasarkan ayat ini, bila ada seorang non muslim mengucap salam (penghormatan) dengan
ucapan Assalamu’alaikum kepada muslim, maka umat islam harus menjawab wa’alaikum
salam warahmatullahiwabarokatuh. Karena salam bukan permasalahan aqidah tetapi ucapan
Assalamu’alaikum adalah etika manusia bertemu dengan temannya. Selain itu juga salam
adalah bahasa bagi umat islam yang boleh dipakai setiap ketemu dengan temannya sendiri.
3.Ukhuwah fi al-wathaniyah wa al nasab. Persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan
seperti yang disyaratkan dalam al-qur'an artinya:
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka
mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya. (Qs Al A’raf, 7: 65), dan Qs Al Hujurat 10-12)
5. Ukhuwah fi din al Islam, persaudaraan antara sesama muslim seperti bunyi surat al
ahzab 5. demikian juga dalam sabda Rasul Saw.” Antum ashabi, ikhwanuna al ladzina ya’
tuna ba’di” ( kalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang
datang sesudah (wafat) ku. ( Quraish Shihab, 1994 : 358 ).

C. Dalil tentang Ukhuwah


Dalil Naqli
َ‫َّللاَ لَعَ هل ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬ ْ َ ‫إِنه َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ إِ ْخ َوة ٌ فَأ‬
‫ص ِل ُحوا بَيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم ۚ َواتهقُوا ه‬
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.

Ayat diatas menunjukkan bahwa persaudaraan yang terjalin atas dasar sesama muslim
adalah persaudaraan berganda. Pertama atas dasar persamaan iman, dan yang kedua atas
dasar persamaan seketurunan. Meski pengertian yang kedua tersebut bukanlah pengertian
yang hakiki, namun tidak ada alasan untuk memuluskan hubungan persaudaraan tersebut.
Dalil Aqli
D. Fungsi ukhuwah

a. Persaudaraan yang tulus akan melahirkan kasih sayang yang mendalam pada jiwa setiap
muslim.
b. Menimbulkan dampak positif seperti toong menolong, mudah memaafkan d.
c. Terhindardari hal-hal yang dapat merugikan oranglain, baik dalam harta, jiwa, kehormatan,
harkat dan martabat.
d. Ukhuwah akan meahirkan sifat yang mulia, yaitu santupeduidancinta kasih.
e. Ukhuwah memperkukuh kekuatan umat islam sehingga terwujud kejayaan islam.
BAB 3
Penutup

3.1 Kesimpulan

Amal sholeh, toleransi, tasammuh dan ukhuwah merupakan salah satu dari
banyakanya rangkaian umat islam dalam bermuamalah antar sesama manusia. Amal sholeh,
toleransi, tasamuh dan ukhuwah sendiri juga saling berkaitan antara satu dengan yang lain,
tiap ahlak terpuji ini juga harus saling mendukung dalam pengamalannya untuk mampu
dikerjakan secara maksimal. Dalam alquaran sendiri telah tertulis perintah untuk saling
berperilaku baik antar sesama manusia, Allah juga telah mengatur hubungan kita antar
sesama manusia, khususnya hubungan kita antar sesama umat islam. Sehingga keempat ahlak
terpuji ini bisa dikatakan sebagai hal yang sangat penting dalam menjalin hubungan bersosial
dengan siapa saja, baik itu non muslim ataupun muslim. Dengan mengamalkan keempat
ahlak terpuji ini kita akan mampu menjadi pribadi yang baik dimata manusia umumnya dan
lebih khusus dimata Allah

Anda mungkin juga menyukai