Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH UAS

AL-QUR’AN HADITS
PEMBUKUAN AL-QURAN
PADA MASA ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

Disusun Oleh :

Siti Putri Jamanti Gobel


NIM : 233022031

Dosen Pengampu Mata Kuliah Al-Qur’an Hadits :


Muhammad Rifian Panigoro, SUd, MA

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2023/2024
PEMBAHASAN

A. Sebab Pengumpulan Al-Quran pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Alqur‟an adalah mukjizat islam yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan,
semakin tampak validitas kemukjizatannya. Allah SWT menurunkannya kepada Rasulullah
Muhammad SAW demi membebaskan manusia dari kegelapan hidup menuju cahaya Ilahi dan
membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah SAW menyampaikannya kepada para
sahabatnya. Para sahabat berlomba-lomba untuk menghafal, memahami dan mengamalkannya
dalam aktivitas hidup sehari-hari.
Abu abdirrahman As Sulami meriwayatkan, bahwa orang-orang yang biasa membacakan
alqur‟an kepada kami, seperti Utsman bin Affan dan Abdullah ibnu Mas‟ud serta yang lainnya;
apabila mereka belajar sepuluh ayat dari Nabi, mereka enggan melewatinya sebelum memahami
dan mengamalkannya. Mereka mengatakan “kami mempelajari alqur‟an, ilmu, dan amal
sekaligus”. Oleh karenanya alqur‟an dengan sendirinya terjaga di dada para sahabat. Ketika
Rasulullah SAW berpulang ke Rahmatullah setelah beliau selesai menyampaikan risalah dan
amanah, menasehati ummat serta memberi petunjuk pada agama yang lurus. Setelah beliau wafat
kekuasaan dipegang oleh Abu Bakar Ash-Shiddik ra.

Ketika masa kekhalifahan Abu Bakar, beliau banyak dihadapkan dengan peristiwa-
peristiwa pemurtadan. Karena itu beliau menyusun kekuatan dan mengirimkan pasukan untuk
menumpas gerakan tersebut. Dari sekian banyak pasukan yang dihimpun termasuk di dalamnya
adalah sahabat-sahabat senior yang menyimpan alquran di dalam dadanya.

Dalam peperangan yamamah jumlah yang terbunuh dari pihak musuh adalah 10.000
orang dan ada juga yang meriwayatkan 21.000 orang. Sedangkan dari pihak ummat islam yang
terbunuh adalah 600 orang, ada yang mengatakan 500 orang. Di antara yang terbunuh banyak
terdapat sahabat Nabi yang senior. Tujuh puluh diantaranya adalah para qori‟. Hal tersebut
membuat Umar ibnu Khattab merasa khawatir akan keberlangsungan alqur‟an. Lalu ia
menghadap khalifah Abu Bakar dan mengajukan usul untuk mengumpulkan dan membukukan
Alqur‟an. Abu Bakar al-Siddiq mengemban tugas pemeliharaan alQur‟an dengan melakukan
penghimpunan naskah-naskah al-Qur‟an yang berserakan menjadi satu mushaf. Faktor
pendorong usaha penghimpunan tersebut, adanya kekhawatiran hilangnya sesuatu dari al-Qur‟an
disebabkan banyak para sahabat penghafal al-Qur‟an yang gugur di medan perang Yamamah.
Perang ini terjadi tahun 12 H antara kelompok muslim melawan kelompok yang menyatakan diri
keluar dari Islam (murtad) di bawah pimpinan Musailamah al-Kazzab.1

B. Proses Pengumpulan Al-Quran pada Masa Abu Bakar Ash-shiddiq

Pengumpulan Qur‟an yang dilakukan Abu Bakar Ash-shiddiq ialah memindahkan satu
tulisan atau catatan Qur‟an yang semula bertebaran di kulitkulit binatang, tulang, dan pelepah
kurma, kemudian dikumpulkan dalam satu mushaf, dengan ayat-ayat dan surah-surahnya yang
tersusun serta terbatas dalam satu mushaf.2

Proses pengumpulan al-qur‟an pada masa Abu Bakar dimulai ketika Rasulullah SAW
berpulang ke rahmatullah setelah beliau selesai menyampaikan risalah dan amanah, menasehati
ummat serta memberi petunjuk pada agama yang lurus. Setelah beliau wafat, kaum muslimin
melakukan konsensus untuk mengangkat Abu Bakar as-Shiddiq sebagai khalifah dan pada saat
itulah kekuasaan dipegang oleh Abu Bakar Ash-siddik ra. Pada awal pemerintahan Abu Bakar,
terjadi kekacauan akibat ulah Musailamah al-Kazzab beserta pengikutpengikutnya. Mereka
menolak membayar zakat dan murtad dari Islam. Pasukan Islam yang dipimpin Khalid bin al-
Walid segera menumpas gerakan itu. Peristiwa tersebut terjadi di Yamamah tahun 12 H.
Akibatnya, banyak kalangan sahabat yang hafal Al-Qur‟an dan ahli bacanya mati syahid yang
jumlahnya lebih dari 70 orang huffazh ternama. Oleh karenanya, kaum muslimin menjadi
bingung dan khawatir. Umar sendiri merasa prihatin lalu beliau menemui Abu Bakar yang
sedang dalam keadaan sedih dan sakit. Umar mengajukan usul (bermusyawarah dengannya)
supaya mengumpulkan Al-Qur‟an karena khawatir lenyap dengan banyaknya Khuffazh yang
gugur. Awalnya, Abu Bakar merasa ragu. Setelah dijelaskan oleh Umar tentang nilai-nilai

1
Wahid, Saad Abdul. 2010. Penghimpunan Al-quran pada Masa Abu Bakar.

2
Hayyi, Abdul. 2012. Perbedaan Antara Pengumpula Al-quran di Masa Abu Bakar Ash-shiddiq dan Utsman bin
Affan.
positifnya, ia pun menerima usul dari Umar. Dan Allah melapangkan dada Abu Bakar untuk
melaksanakan tugas yang mulia tersebut.3

Kemudian, Abu Bakar mengutus utusan kepada Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu
dikarenakan kedudukannya qira'at, tulisan, pemahaman, kecerdasan dan kehadirannya pada
penyimakan (memperlihatkan bacaan alQur'an kepada Nabi) yang terakhir kali. Dan dia
menceritakan kepadanya perkataan 'Umar radhiyallahu 'anhu, akan tetapi Zaid menolak hal itu
sebagaimana Abu Bakar menolak hal itu pada awalnya karena merasa ragu. Maka keduanya pun
(Abu Bakar dan 'Umar radhiyallahu 'anhuma) bertukar pendapat dengan Zaid bin Tsabit dan
kemudian ia pun dilapangkan Allah dadanya sebagaimana halnya Allah melapangkan dada Abu
Bakar dan Umar (Wahid, 2012).

Zaid bin tsabit berkata, “ Abu Bakar Ash-shidiq mengirim surat kepadaku tentang orang-
orang yang terbunuh pada perang Yamamah. Ketika aku mendatanginya, kudapati Umar bin
Khatthab berada disampingnya, maka Abu Bakar berkata, „Umar mendatangiku dan berkata,‟
Sesungguhnya banyak para Qurra‟ penghafal alqur‟an yang telah gugur dalam peperangan
Yamamah. Aku takut jika para qorri‟ yang masih hidup kelak terbunuh dalam peperangan, dan
itu akan mengakibatkan hilangnya sebagian besar dari ayat alqur‟an, menurut pendapatku,
engkau harus menginstruksikan untuk segera mengumpulkan dan membukukan alqur‟an.”
(Wahid, 2012).

Aku bertanya kepada Umar,‟ Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah
dilakukan Rasulullah SAW?, Umar menjawab,‟ Demi Allah ini adalah kebaikan! Dan Umar
terus menuntutku hingga Allah melapangkan dadaku untuk segera melaksanakannya, akupun
setuju dengan pendapat Umar. Setelah mengambil keputusan untuk membukukan alqur‟an. Abu
Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan alqur‟an dari berbagai tempat
penulisan. Baik yang ditulis pada kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal oleh kaum
muslimin. Awal penulisan ini terjadi pada tahun 12 H. Zaid bin Tsabit berkata,” Kemudian Abu
Bakar berkata kepadaku,‟Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal dan penuh

3
Ash-Shiddieqy dan Hasbi, Teungku Muhammad. 2000. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Amanah, dan Engkau telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah, maka carilah ayat alqur‟an
yang berserakan dan kumpulkanlah. Zaid berkata,‟ Demi Allah, jika mereka memerintahkan aku
untuk memikul gunung, tentu hal itu lebih ringan bagiku daripada melakukan instruksi Abu
Bakar agar aku mengumpulkan alqur‟an.” Aku bertanya,‟ Bagaimana kalian melakukan sesuatu
perbuatan yang tidak diperbuat oleh Rasulullah? Dia berkata.‟ Demi Allah, ini adalah suatu
kebaikan! Dan Abu Bakar terus berusaha meyakinkan aku hingga Allah melapangkan dadaku
untuk menerimanya sebagaimana Allah melapangkan dada mereka berdua. Kemudian Zaid
mulai mengumpulkan ayat-ayat alqur‟an yang berserakan dan mengumpulkannya menjadi satu
buku. Banyak kendala dihadapi, karena menjaga keaslian ayat al qur‟an sehingga tidak
tercampur dengan perkataan-perkataan yang lain membutuhkan tingkat kecermatan yang tinggi
(Wahid, 2010).

Berbekal hafalan yang telah disampaikan kepada Rasulullah ketika masih hidup, Zaid
dengan teliti mencari potongan-potongan ayat alqur‟an. Termasuk ayat-ayat dari surat At Taubah
hingga surat Al Baro‟ah yang hanya dimiliki oleh Abu Khuzaiman Al Anshory. Di samping itu,
untuk lebih hati-hati, catatancatatan dan tulisan al-Qur‟an tersebut baru benar-benar diakui
berasal dari Nabi Saw bila disaksikan oleh dua orang saksi yang adil (Wahid, 2012).

Imam Bukhori telah berkata,” Ibnu Syihab berkata,‟ Telah berkata kepadaku Kharijah
bin Zaid bin Tsabit, bahwasannya dia mendengar Zaid berkata,‟ Aku tidak mendapatkan satu
ayat dari surat At-Taubah ketika kami menulis alquran dalam satu mushaf. Sementara aku pernah
mendengar Rasulullah membacanya, akhirnya ayat tersebut kami cari dan ternyata ayat tersebut
ada pada Khuzaimah bin Tsabit Al Anshory, maka segera kami sisipkan ke tempatnya di`dalam
mushaf.4

‫َلَقْد َج ٓاَء ُك ْم َر ُسوٌل ِّم ْن َأنُفِس ُك ْم َع ِز يٌز َع َلْيِه َم ا َع ِنُّتْم َح ِر يٌص َع َلْيُك م ِبٱْلُم ْؤ ِمِنيَن َر ُء وٌف َّر ِح يٌم‬
‫َٰل‬
‫َفِإن َتَو َّلْو ۟ا َفُقْل َح ْس ِبَى ٱُهَّلل ٓاَل ِإ َه ِإاَّل ُهَو ۖ َع َلْيِه َتَو َّك ْلُت ۖ َو ُهَو َر ُّب ٱْلَعْر ِش ٱْلَعِظ يِم‬

Artinya: Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
baginya apa yang kamu rasakan, ia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,

4
Wahid, Saad Abdul. 2010. Penghimpunan Al-quran pada Masa Abu Bakar.
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari
keimanan) maka katakanlah: Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-
Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung (At-Taubah: 128-
129).

Zaid bin Tsabit telah melakukan tugasnya dengan sangat teliti, dia tidak mencukupkan
dengan hafalan tanpa disertai dengan tulisan. Dan ucapan beliau dalam hadits di atas:"Dan aku
dapati bahwa akhir dari surat at-Taubah ada pada Abu Khuzaimah al-Anshari, aku tidak
mendapatkannya pada selain dia" tidak menafikan hal ini, dan juga bukan berarti bahwa ayat ini
tidak mutawatir. Akan tetapi maksudnya adalah dia (Zaid) tidak mendapatkannya secara tertulis
di tangan selain dia (Abu Khuzaimah). Zaid sebenarnya menghafal ayat itu, dan banyak juga
Shahabat yang menghafalnya. Ucapan Zaid itu muncul karena dia bersandarkan pada hafalan
sekaligus tulisan, dan ayat ini dihafal oleh banyak Shahabat, dan mereka bersaksi bahwa ayat ini
tertulis, akan tetapi catatannya hanya ada pada Abu Khuzaimah al-Anshari.5

Ibnu Abi Dawud (Abdullah bin Abi Dawud bin Sulaiman al-Asy'ats, anak Abu Dawud)
meriwayatkan dari jalur Yahya bin Abdirrahman bin Hathib berkata:" 'Umar radhiyallahu 'anhu
datang dan berkata:' Barang siapa yang menerima sebagian al-Qur'an dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, hendaklah dia mendatangiku.' Mereka menuliskannya pada lembaran kertas,
papan kayu dan pelepah korma, dan dia Zaid tidak menerima al-Qur'an dari seorang pun hingga
ada dua saksi yang membenarkannya." (Sujono, 2011).

Dan ini menunjukkan bahwa Zaid radhiyallahu 'anhu tidak merasa cukup dengan
keberadaan al-Qur'an itu secara tertulis saja sebelum bersaksi dengannya orang yang
menerimanya lewat pendengaran. Padahal Zaid hafal ayat tersebut. Maka Zaid melakukan hal itu
adalah karena sikap kehati-hatian beliau yang sangat besar (Sujono, 2011).

Diriwayatkan juga dari Ibnu Abi Dawud dari jalur Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya,
bahwa Abu Bakar radhiyallahu 'anhu berkata kepada 'Umar dan zaid radhiyallahu
'anhuma:"Duduklah kalian berdua di pintu masjid, maka siapa yang mendatangi kalian dengan
5
Al- Munawar, Said Agil Husin. 2002. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat
Press.
membawa dua orang saksi yang bersaksi untuk sesuatu (ayat atau surat) dari Kitabullah (al-
Qur'an) maka catatlah." Para perawinya tsiqah sekalipun sanadnya terputus. Ibnu Hajar
rahimahullah berkata:"Sepertinya yang dimaksud dengan dua saksi adalah hafalan dan catatan."
(Sujono, 2011).

As-Sakhawi rahimahullah berkata:"Maksudnya keduanya bersaksi bahwa yang catatan


itu (ayat al-Qur'an) ditulis di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, atau maksudnya
keduanya bersaksi bahwa catatan itu adalah termasuk salah bentuik yang dengannya al-Qur'an
diturunkan." Abu Syamah rahimahullah berkata:" Dan tujuan mereka adalah agar tidak ditulis
kecuali dari sumber asli yang ditulis di hadapan (di zaman) Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, bukan sekedar dari hafalan, dan karena itulah dia berkata tentang akhir surat at-
Taubah:' Aku tidak mendapatkannya pada selain dia.'" Maksudnya aku tidak mendapatkannya
tertulis pada selain dia, karena dia tidak mencukupkan diri dengan hafalan tanpa tulisan (Sujono,
2011).

Kemudian alquran yang telah terkumpul dan menjadi satu buku tersebut diberikan kepada
Abu Bakar dan disimpan hingga Abu bakar wafat. Setelah itu berpindah kepada khalifah Umar
bin Khattab dan akhirnya berpindah kepada Hafshah binti Umar ketika Umar syahid.6

Dari rekaman sejarah di atas, diketahui bahwa Abu Bakar adalah orang pertama yang
memerintahkan penghimpunan al-Qur‟an Dan sekalipun ada mushaf-mushaf pribadi milik
sebagian Shahabat seperti mushaf 'Ali, mushaf Ubay, dan mushaf Ibnu Mas'ud, maka ia tidak
seperti mushaf ini (yang ada pada Abu Bakar). Tulisan mushaf-mushaf itu tidak ditulis dengan
ketelitian dan kecermatan, pengumpulan dan penyusunan, pembatasan pada ayat-ayat yang tidak
dinaskh tilawahnya (dihapus bacaanya) dan kesepakatan atasnya sebagaimana apa yang ada pada
mushaf Abu Bakar. Maka kekhususankekhususan inilah yang mejadikan pengumpulan al-Qur'an
pada zaman Abu Bakar menjadi istimewa dan lain dari yang lain. Umar bin al-Khattab adalah

6
Suyono, Abu Sofyan. 2011. Pengumpulan Al-quran pada Masa Abu Bakar radhiyallahu 'anhu
online. .http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=180.
pelontar idenya serta Zaid bin Tsabit adalah pelaksana pertama yang melakukan kerja besar
penulisan al-Qur‟an secara utuh dan sekaligus menghimpunnya ke dalam satu mushaf.7

Sebagian ulama berpendapat bahwa penamaan al-Qur'an dengan "Mushaf" muncul sejak
saat itu pada zaman Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dikarenakan pemgumpulan ini. Dari 'Ali
radhiyallahu 'anhu dia berkata:"Orang yang paling besar pahalanya dalam masalah mushaf
adalah Abu Bakar, semoga Allah merahmati Abu Bakar dialah yang pertama kali mengumpulkan
al-qur'an."8

Menurut Muchotob Hamzah (2003), dalam masalah pengumpulan alQur‟an ini,


sedikitnya ada tiga pertanyaan yang perlu mendapat perhatian, yaitu:

1. Mengapa Abu Bakar ragu-ragu dalam masalah pengumpulan al-Qur‟an padahal


masalahnya sudah jelas baik dan diwajibkan oleh Islam? Jawaban: Hal ini karena Abu
Bakar khawatir kalau-kalau orang mempermudah terhadap usaha menghayati dan
menghafal al-Qur‟an, dan mencukupkan diri dengan hafalan yang tidak mantap. Dan
dikhawatirkan mereka hanya berpegang dengan apa yang ditulis pada mushaf, sehingga
akhirnya mereka lemah untuk menghafal al-Qur‟an.

2. Mengapa Abu Bakar memilih Zaid bin Tsabit sebagai ketua? Jawaban: Karena Zaid
adalah orang yang betul-betul mempunyai pembawaan dan kemampuan yang tidak
dimiliki sahabat yang lain, dalam hal mengumpulkan al-Qur‟an. Ia adalah sahabat yang
hafidz, ber-IQ tinggi, sekretaris wahyu yang menyaksikan sajian akhir wahyu, wara‟
serta besar tanggung jawabnya, lagi sangat teliti.

3. Apakah maksud kata-kata Zaid bin Tsabit: “Sampai aku menemukan akhir surat at-
Taubah dari Abu Khuzaimah al-Anshari yang tidak ada pada orang lain.” Jawaban: Hal
tersebut tidak berarti bahwa ayat ini tidak ada pada hafalan Zaid dan sahabat-sahabat
yang lain, karena mereka menghafalnya. Akan tetapi, beliau bermaksud hendak

7
Wahid, Saad Abdul. 2010. Penghimpunan Al-quran pada Masa Abu Bakar.

8
Suyono, Abu Sofyan. 2011. Pengumpulan Al-quran pada Masa Abu Bakar radhiyallahu 'anhu
online. .http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=180.
mengkompromikan antara hafalan dan tulisan serta dalam rangka kehati-hatian. Dan
karena langkah lurus itulah, sempurna pulalah al-Qur‟an.9

C. Karakteristik Penulisan Al-Quran pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Menurut Said Agil Husin Al-Munawar (2002), terdapat beberapa karakteristik dalam penulisan
al-quran pada masa Abu Bakar Ash-shiddiq, yaitu sebagai berikut:

1. Seluruh ayat al-Qur‟an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf berdasarkan penelitian
yang cermat dan seksama.

2. Meniadakan ayat-ayat al-Qur‟an yang telah mansukh.

3. Seluruh ayat yang ada telah diakui kemutawatirannya.

4. Dialek Arab yang dipakai dalam pembukuan ini berjumlah 7 (qira‟at) sebagaimana yang
ditulis pada kulit unta pada masa Rasulullah SAW10

9
Hamzah, Muchotob. 2003. Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media Katsir.

10
Al- Munawar, Said Agil Husin. 2002. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat
Press.
DAFTAR PUSTAKA

Al- Munawar, Said Agil Husin. 2002. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat
Press.

Ash-Shiddieqy dan Hasbi, Teungku Muhammad. 2000. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Hamzah, Muchotob. 2003. Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media Katsir.

Hayyi, Abdul. 2012. Perbedaan Antara Pengumpula Al-quran di Masa Abu Bakar Ash-shiddiq dan Utsman
bin Affan. Online. http://mahadulilmi.wordpress.com/2012/09/04/perbedaan-antarapengumpulan-al-
quran-di-masa-abu-bakar-ash-shiddiq-dan-utsman-binaffan/.

Suyono, Abu Sofyan. 2011. Pengumpulan Al-quran pada Masa Abu Bakar radhiyallahu 'anhu
online. .http://alsofwah.or.id/cetakquran.php?id=180.

Wahid, Saad Abdul. 2010. Penghimpunan Al-quran pada Masa Abu Bakar.

Anda mungkin juga menyukai