Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ayumi Natasya

NPM : 2306167262

Program Studi : Arab

Mata Kuliah/ Kelas : Dinamika Kebudayaan Arab/1C

Dosen Pengampu : Ustadz Suranta, S.S., M.Hum

1. Deskripsikan latar belakang pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah (50 kata)
Jawab :
Ketika rasulullah shollallahu ‘alayhi wa sallam wafat, diadakanlah musyawarah antara kaum
anshar dan kaum muhajirin untuk menentukan siapa yang akan menggantikan rasulullah
shollahu ‘alayhi wa sallam sebagai pemimpin masyarakat sekaligus kepala pemerintahan.
Namun, dalam musyawarah tersebut, terdapat perbedaan pendapat antara kaum Anshar dan
kaum Muhajirin mengenai siapa yang lebih berhak menjadi khalifah rasulullah shollahu ‘alayhi
wa sallam karena semasa hidup beliau shollallahu ‘alayhi wa sallam, beliau tidak pernah
memberi wasiat kepada siapa yang akan menggantikan beliau kelak ketika beliau telah wafat.
Masing-masing golongan baik kaum Anshar maupun Muhajirin menghendaki dari golongannya
yang akan menjadi khalifah. Ketika ditengah musyawarah, salah seorang pemuka dari kaum
Anshar yang bernama Sa’ad berpidato kemudian mengatakan, “Kami adalah Ansharullah
(penolong agama Allah) dan pembela Islam. Sementara, kaum Muhajirin adalah bagian dari kami
karena telah bermukim pada kami”. Mendengar perkataan tersebut, sayyidina Umar bin Khattab
ingin angkat bicara namun ditahan oleh sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq. Lalu, sayyidina Abu
Bakar Ash-Shiddiq pun angkat bicara. Ia awali dengan memuji kaum Anshar dan semua
kebaikannya. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa, “Kalian telah mengetahui bahwa Rasulullah
sholllahu ‘alayhi wa sallam bersabda ‘seandainya orang-orang memilih untuk menempuh suatu
lembah dan kaum Anshar memilih untuk menempuh lembah yang lain niscaya aku menempuh
lembah yang ditempuh kaum Anshar” Wahai Sa’ad anda tentu tahu bahwasanya Rasulullah
bersabda, sedang waktu itu anda duduk, ‘Quraisy adalah pemegang urusan ini (kepemimpinan).
Orang-orang yang baik menjadi pengikut orang-orang Quraisy yang baik dan orang-orang yang
jahat menjadi pengikut orang-orang Quraisy yang jahat.” Kemudian, Sa’ad berkata “Anda benar,
kami adalah para wazir dan kalian adalah para amir”. Setelah itu, sayyidina Abu Bakar Ash-
Shiddiq mengajukan dua tokoh quraisy yakni, Sayyidina Umar bin Khattab dan Ubaidah Al-Jarrah
dan mengatakan bahwa pililah diantara kedua orang ini. Namun, segera sayyidina Umar bin
Khattab berdiri dan mengajukan Abu Bakar sebagai pengganti Nabi karena sayyidina Abu Bakar
jauh lebih tepat dari pada dirinya. Sebab, menurutnya, sayyidina Abu Bakar adalah orang
kepercayaan rasulullah, jika beliau shollallahu ‘alayhi wa sallam uzur menjadi imam shalat, maka
sayyidina Abu Bakar yang diminta untuk menggantikannya. Atas dasar hal tersebut, maka kaum
Anshar dan Muhajirin setuju dan tidak keberatan menerima sayyidina Abu Bakar sebagai
Khalifah. Setelah itu, sayyidina Umar segera membaiat sayyidina Abu Bakar dan menyatakan
kesetiaannya, kemudian diikuti oleh Abu Ubaidah, serta para sahabat lainnya. Dimulai dari
sahabat dari kaum Anshar kemudian sahabat dari kaum Muhajirin. Setelah itu acara pembaitan
secara umum dilakukan di Masjid Nabawi. Pada hari-hari berikutnya maka berbondong-
bondonglah kaum muslimin membaiat sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq sebagai khalifah. Dengan
demikian maka resmilah sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq sebagai khalifah pertama dalam sejarah
kaum muslimin.
Sumber : Ahmad Yani, Jurnal Khulafah Al- Rasyidun: Menelaah Kepemimpinan Abu Bakar Al-
Shiddiq.

2. Apa yang Anda ketahui tentang Kodifikasi Al-Qur'an? (50 kata)


Jawab :
Dalam kajian ulumul quran, kodifikasi Al-Qur’an terdapat dua pengertian yaitu, hafalan di
luar kepala dan ingatan, kemudian penulisan Al-Qur’an huruf demi huruf, kata demi kata,
ayat demi ayat, dan surat ke surat. Kodifikasi Qur’an ini ada yang terjadi ketika masa
rasulullah shollallahu ‘alayhi wa sallam, masa sayyidina Abu Bakar ash-shiddiq dan masa
Sayyidina Umar bin Khattab. Ketika masa rasulullah shollallahu ‘alayhi wa sallam, kodifikasi
Al-Qur’an dilakukan dengan dihafal. Ketika turun wahyu yang disampaikan oleh malaikat
Jibril ‘alayhis salaam, rasulullah shollalahu ‘alayhi wa sallam membacakannya kepada para
sahabat. Kemudian ayat-ayat yang dibacakan oleh beliau tersebut, dihafal dan dipahami
serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh para sahabat. Selain itu, kodifikasi Al-
Qur’an ini juga dilakukan secara ditulis karena kodifikasi dengan cara dihafal sangat rawan
dilupakan. Pada masa ini catatan ayat Al-Qur’an masih terpisah-pisah pada media yang
beragam yang digunakan untuk mrngkodifikasikannya. Ada sahabat yang menulis di
potongan kulit, pelepah kurma, daun lontar, batu, dan sebagainya. Sementara, ketika masa
Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, pengkodifikasian Al-Qur’an dilakukan karena dalam
perang Yamamah, banyak dari penghafal AL-Qur’an yang gugur sehingga dilakukan
pengkodifikasian Al-Qur’an. Sayyidina Abu Bakar ash-shiddiq memerintahkan Zaid bin
Tsabit untuk menggabungkan dengan ditulis ayat-ayat Al-Qur’an yang tertulis di pelepah
kurma, batu, dan sebagainya ke dalam satu mushaf. Kemudian, pada masa sayyidina
Utsman bin Affan pengkodifikasian Al-Qur’an dilakukan karena ada perbedaan pada cara
membaca serta huruf Al-Quran. Hal itu tentu terjadi karena Islam semakin menyebar ke
berbagai penjuru dan di setiap daerah terdapat imam pengajar yang saling menyatakan
bacaannya yang benar sehingga sayyidina Utsman bin Affan membentuk tim pembukuan Al-
Qur’an yang terdiri dari Zid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash, dan Abdurrahman
bin Harits bin Hisyam. Mereka ditugaskan untuk memperbanyak mushaf yang asli dengan
cara diduplikasi menjadi beberapa mushaf agar tidak ada lagi perbedaan baik dalam
membaca maupun huruf-huruf Al-Qur’annya.
Sumber : Artikel kompas, dilansir dari NU Online "Sejarah Kodifikasi Al-
Quran" https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/18/210000779/sejarah-kodifikasi-al-
quran?page=all.

Anda mungkin juga menyukai