Anda di halaman 1dari 13

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)


A. NAMA MAHASISWA : MISNAWANI
B. Judul Modul : SKI
C. Kegiatan Belajar : RESUME PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR
RASYIDIN (KB 1)

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM


PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN
(KB 1)

A. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

1. Biografi Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar Ash-Shiddiq nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin
Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Tayim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin
Malik al-Qurasy al-Taimy. Abu Bakar as-Shiddiq dilahirkan di Makkah pada tahun 573 M. Ibu
Abu Bakar Ash-Shiddiq bernama Salma binti Sakhar bin Amir bin Ka`ab bin Sa`ad bin Tayim bin
Murrah. Ia digelari dengan Ummu alKhair. Sedangkan bapaknya adalah Utsman Abu Quhafa
(panggilan Abu Quhafa) yang masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah (Penaklukan kota
Makkah). Beliau termasuk di antara orang-orang yang paling awal memeluk agama Islam atau
yang dikenal dengan sebutan al-sabiqun al-awwalun. Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar
menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 Masehi. Dia adalah satu
di antara empat khalifah yang diberi gelar Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk.
Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2 tahun, 2 bulan, dan 14 hari.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad Saw. Nama yang sebenarnya
adalah Abdul Ka'bah (hamba Ka’bah), yang kemudian diubah oleh Nabi menjadi Abdullah (hamba
Allah). Nabi memberinya gelar yaitu Ash-Shiddiq (yang berkata benar) setelah Abu Bakar
membenarkan peristiwa Isra Mi'raj yang diceritakan Nabi Muhammad Saw. kepada para
pengikutnya, sehingga ia lebih dikenal dengan nama "Abu Bakar ash-Shiddiq". Abu Bakar
menghabiskan masa kecilnya seperti anak Arab pada zaman itu di antara suku Badui yang
menyebut diri mereka dengan nama Ahli-Ba'eer atau rakyat unta. Pada masa kecilnya, Abu Bakar
sering sekali bermain dengan dengan unta dan kambing, dan kecintaannya terhadap unta inilah
yang memberinya nama "Abu Bakar" yang berarti, bapaknya unta.

2. Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq


Selama kurang lebih dua tahun, yaitu dari 11-13H/ 632-634M Abu bakar AshShiddiq
memimpin menggantikan Nabi Muhammad Saw setelah wafat. Beliau mulai menyebarkan
agama sebagaimana tugas Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Selama menjadi Khalifah,
Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sangat singkat tersebut lebih diprioritaskan untuk menyelesaikan
persoalan dalam negeri, terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku Arab yang tidak
mau tunduk lagi kepada pemerintahan di Madinah sepeninggal Nabi Saw. Mereka beranggapan
bahwa perjanjian yang mereka buat dengan Nabi Saw, dengan sendirinya telah habis dan batal
(berakhir sendirinya) setelah Nabi meninggal dunia. Karenanya, mereka menentang Abu Bakar
Ash-Shiddiq. Mereka itulah yang dikenal dengan orang-orang murtad karena mereka tetap keras
kepala, tidak mau tunduk, bahkan penentangan mereka dipandang dapat membahayakan agama
dan pemerintahan, maka Abu Bakar Ash-hiddiq menyelesaikan masalah tersebut dengan perang
yang disebut dengan perang riddah (perang melawan kemurtadan). Masalah pemegang pucuk
kekhalifahan menjadi pemicu munculnya fanatisme kesukuan. Tampilnya di antara suku-suku
bangsa Arab yang mengaku dirinya sebagai Nabi, merupakan salah satu bentuk ketidakpuasan
suku bangsa terhadap kehidupan sosial-politik yang selama ini mereka pendam.
Sebagai bukti keadilan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah kebijakan meningkatkan
kesejahteraan umum dan perekonomian. Abu Bakar Ash-Shiddiq membentuk lembaga “Baitul
Mal”, semacam kas negara atau lembaga keuangan. Pengelolaannya diserahkan kepada Abu
Ubaidah, sahabat Nabi Muhammad Saw yang digelari “amin al-ummah” (kepercayaan umat). Abu
Bakar Ash-Shiddiq menerapkan prinsip kesamarataan yaitu kebijakan dalam membagi sama rata
hasil rampasan perang (ghanimah). Dalam hal ini ia berbeda pendapat dengan Umar bin Khattab
yang menginginkan embagian dilakukan berdasarkan jasa tiap-tiap sahabat.
Mengenai praktik kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq di bidang pranata ekonomi dan
sosial adalah berusaha mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Untuk kemaslahatan
rakyat ini, beliau mengelola zakat, infaq, dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin, harta
rampasan perang (ghanimah) dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber
pendapatan baitul mal.

3. Metode Dakwah pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq


a. Metode Dakwah Bil-Lisan
Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq dibai’at di Saqifah, pada keesokan harinya beliau duduk di
mimbar sedang Umar berdiri di sampingnya memulai pembicaraan. Umar mulai
mengucapkan pujian terhadap Allah SWT sebagai pemilik segala pujian. Kemudian Umar
berkata, “Wahai saudara-saudara sekalian, aku telah katakan kepada kalian kemarin perkataan yang
tidak kudapati dalam kitabullah, dan tidak pula pernah diberikan Rasulullah padaku. Aku berpikiran
bahwa pastilah Rasulullah Saw aku hidup dan terus mengatur urusan kita maksudnya bahwa
Rasulullah Saw akan wafat belakangan setelah para sahabat wafat dan sesungguhnya Allah SWT telah
meninggalkan untuk kita kitabnya yang membimbing Rasulullah Saw, maka jika kalian berpegang
teguh dengannya, Allah SWT pasti akan membimbing kalian sebagaimana Allah SWT telah
membimbing Nabinya. Dan sesungguhnya Allah telah mengumpulkan seluruh urusan kita di bawah
pimpinan orang yang terbaik dari kalian. Ia adalah sahabat Rasulullah Saw yang kedua ketika ia dan
Rasulullah Saw bersembunyi di dalam gua. Maka berdirilah kalian dan berikanlah bai’at kalian
kepadanya. Maka orang-orang segera membaiat Abu Bakar secara umum setelah sebelumnya dibaiat di
Saqifah.”
b. Metode Dakwah Bil-Tadwin
Dari sekian prestasi yang terukir pada masa kekhalifahan Abu Bakar AshShiddiq, maka jasa
terbesar Abu Bakar yang dapat dinikmati oleh peradaban manusia sekarang adalah usaha
pengumpulan Al-Qur’an. Upaya pengumpulan Al-Qur’an ini kelak melahirkan mushaf
Usmani dan selanjutnya menjadi acuan dasar dalam penyalinan ayat-ayat suci Al-Qur’an
hingga menjadi kitab Al-Qur’an yang menjadi pedoman utama kehidupan umat Islam bahkan
bagi seluruh umat yang ada di permukaan bumi ini. Oleh karena itu, metode dakwah melalui
pengumpulan AlQur’an yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq melahirkan
metode dakwah baru yaitu dakwah melalui tulisan seperti menerbitkan kitab-kitab, buku,
majalah, surat kabar, internet, dan tulisan-tulisan lain yang mengandung pesan
dakwah.
c. Metode Dakwah Bil-Yad
Kata tangan disini bukan kata tangan sebagai tekstual tapi secara kontekstual yang dapat
diartikan sebagai kekuatan kekuasaan. Metode ini efektif bila dilakukan oleh penguasa yang
berjiwa dakwah. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq menggunakan kekuatan kekuasaan sebagai
metode dakwah kepada orang-orang yang membangkang. Abu Bakar Ash-Shiddiq
mengadakan rapat dengan para sahabat untuk meminta saran dalam memerangi mereka yang
tidak mau menunaikan zakat. Abu Bakar juga menggunakan kekuatan kekuasaan untuk
menumpas nabi palsu, kaum murtad dari agama Islam, dan dakwah ke wilayah Irak dan
Syria.
d. Metode Dakwah Bil-Hal
Abu Bakar ash-Shiddiq ingin merealisasikan politik dan kebijakan negara yang telah
digariskan dan menunjuk sejumlah sahabat sebagai para pembantu dalam melaksanakan hal
tersebut.
Adapun realisasi politik dan kebijakan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah:
1. Membentuk Baitul Mal yang dikelola oleh Abu Ubaidah al-Jarah sebagai bendahara
(Menteri Keuangan);
2. Membentuk Lembaga Peradilan (Kementerian/Departemen Kehakiman) yang dijabat oleh
Umar Bin Khattab;
3. Membentuk lembaga pertahanan dan keamanan yang bertugas mengorganisasikan
pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan eksistensi keagamaan dan
pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas di dalam maupun di
luar negeri. Di antara panglima yang ada ialah Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah,
Amr bin Ash, dan Zaid bin Sufyan.
4. di bidang eksekutif Abu Bakar Ash-Shiddiq mendelegasikan tugas-tugas pemerintahan di
Madinah maupun di daerah kepada sahabat lain. Misalnya, untuk pemerintahan pusat ia
menunjuk Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris dan
Abu Ubaidah sebagai bendaharawan. Untuk daerah-daerah kekuasaan Islam, dibentuklah
provinsi-provinsi dan untuk setiap provinsi ditunjuk seorang amir.
e. Metode Uswatun Hasanah
Selain sopan dan santun, Abu Bakar Ash-Shiddiq juga terkenal tawadhu dan rendah hati. Ia
seorang pekerja keras sejak dahulu. Sebagai pengusaha sukses sejak sebelum Islam datang
hingga akhirnya, ia hijrah bersama Nabi Muhammad Saw dan meninggalkan usahanya demi
perjuangan. Sepeninggal Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar Ash-Shiddiq diangkat menjadi
khalifah, tidak tampak sedikitpun bekas-bekas orang kaya pada dirinya. Tidak dijumpai pada
diri Abu Bakar Ash-Shiddiq rasa gengsi, ingin dihormati sebagai pemimpin, serta rasa ingin
didengar dan dipuji. Selama berada di Madinah bersama Nabi Muhammad Saw, Abu Bakar
Ash-Shiddiq menerima jasa sebagai pemerah susu atau pemasak gandum bagi orang-orang
miskin dan janda yang tidak mampu.

4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq


Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, ilmu tidak berkembang maju karena disibukkan
dengan masalah-masalah seperti menumpas nabi palsu, gerakan kaum murtad, gerakan kaum
munafik, dan memerangi yang enggan berzakat. Sekalipun demikian, banyak pula kemajuan
yang dicapai pada masa ini yaitu ; memperbaiki sosial ekonomi, pengumpulan ayat-ayat Al-
Qur’an dan memperluas wilayah Islam sampai ke Irak, Persia dan Suriah.

5. Kontribusi Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Peradaban Islam


a. Memberangkatkan Pasukan Usamah bin Zaid ke Kawasan Syam
b. Mengembalikan Kaum Muslimin pada Ajaran Islam yang Benar dan
Memberantas Para Nabi Palsu
c. Mengumpulkan Al-Qur’an dalam Satu Mushaf
d. Mengirim Pasukan ke Irak dan Syam
B. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Umar bin Khattab
1. Biografi Singkat Umar bin Khattab
Umar bin Khattab lahir di Makkah dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari Suku
Quraisy dengan nama lengkap Umar bin Khattab bin Abdul Uzza. Ayahnya bernama Khattab bin
Nufail dan ibunya bernama Hantamah binti Hasyim. Lalu saudaranya yaitu, Zaid bin Khattab
dan Fatimah binti Al-Khattab. Istrinya bernama, Ummi Kultsum binti Ali dan Atikah binti Zaid.
Memiliki anak yaitu, Abdullah, Hafsah, Asim, Zaid, Ubaydullah, Az-Zubair bin Bakkar, Fatima,
Zainab, Abdurrahman, Iyad, Ruqayyah, Abdul Rahman. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas
menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang sangat
jarang terjadi. Umar bin Khattab dikenal memiliki fisik yang kuat, bahkan ia menjadi juara gulat
di Makkah. Umar bin Khattab tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa
itu. Beliau memiliki watak yang keras hingga dijuluki sebagai “Singa Padang Pasir”. Beliau
termasuk pemuda yang amat keras dalam membela agama tradisional Arab yang saat itu masih
menyembah berhala serta menjaga adat istiadat mereka. Sebelum memeluk Islam beliau dikenal
sebagai peminum berat, namun setelah menjadi Muslim beliau tidak lagi menyentuh alkohol
(khamr) sama sekali, meskipun saat itu belum diturunkan larangan meminum khamr secara tegas.

2. Kepemimpinan Umar bin Khattab


Dalam menjalankan kepemimpinannya, Umar bin Khattab melakukan beberapa hal yang
menjadi ciri kepemimpinan beliau, di antaranya adalah:
a) Musyawarah
b) Kekayaan untuk Rakyat
c) Menjunjung Tinggi Kebebasan
d) Siap Mendengar dan Menerima Kritik
e) Turun Langsung Mengatasi Masalah Rakyat

3. Metode Dakwah pada Masa Umar bin Khattab


Untuk menegakkan dan menyebarkan agama Islam khalifah Umar bin Khattab
menempuh metode dakwah sebagai berikut:
a) Pengembangan Wilayah Islam
 Menaklukkan Ajnadin tahun 16 H/ 636 M
 beberapa kota di pesisir Syiria dan Pelestina, seperti Jaffa, Gizar, Ramla, Typus, Uka
(Acre), Askalon dan Beirut dapat ditundukkan pada tahun 18 H/ 638 M
 Penaklukan daerah Persia yang dipimpin oleh panglima Saad bin Abi Waqas. Dalam
perkembangan berikutnya, berturut-turut dapat ditaklukan beberapa kota, seperti Kadisia
tahun 16 H/ 636M, kota Jalula tahun 17 H/638 M. Madain tahun 18 H/ 639 M dan
Nahawand tahun 21 H/ 642 M.
 Menguasai Mesir. Pada saat itu penduduk Mesir, yaitu suku bangsa Qibti (Qopti) sedang
mengalami penganiayaan dari bangsa Romawi dan sangat mengharapkan bantuan dari
orangorang Islam di bawah pimpinan Amr bin Ash. Sasaran pertama adalah
penghancurkan pintu gerbang al-Arisy, lalu berturut-turut al-Farma, Bilbis, Tendonitis
(Ummu Dunain), Ain Sams, dan juga berhasil merebut benteng Babil dan Iskandariyah.
b) Mengeluarkan Undang-undang
kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran dalam jual beli,
mengatur kebersihan jalan dan lain-lain.
c) Membagi Wilayah Pemerintahan
Khalifah Umar bin Khattab juga membagi daerah menjadi beberapa daerah pemerintahan,
yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah bertindak sebagai pemimpin
pemerintahan pusat, sedangkan di daerah dipegang oleh para gubernur yang membantu
tugas pemerintahan khalifah di daerah-daerah.

4. Perkembangan Pendidikan Masa Umar bin Khattab


Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, pendidikan juga tidak jauh berbeda dengan
pendidikan sebelumnya. Pola pendidikan di masa ini mengalami perkembangan. Khalifah pada
saat itu mengadakan penyuluhan (pendidikan) di kota Madinah. Ia juga menerapkan pendidikan
di masjid dan mengangkat guru dari sahabat-sahabat untuk tiap-tiap daerah ditaklukan. Para
sahabat tersebut bukan hanya bertugas mengajarkan Al-Qur’an tetapi juga Fiqih dan lainnya,
adapun tenaga pengajar sebagian besar para sahabat yang senior antara lain Abdurarrahman bin
Ghanam di (Suriah). Hasan bin Abi Jabalah di (Mesir).

5. Kontribusi Umar bin Khattab dalam Peradaban Islam


 Umar bin Khattab menganggap bahwa tugasnya yangpertama adalah mensukseskan
ekspedisi yang telah dirintis oleh pendahulunya. Di zaman Umar bin Khattab, gelombang
ekspansi (perluasan daerah kekuasaan).
 Membentuk Baitul Mal dan Dewan Perang. Baitul Mal bertugas mengurusi keuangan negara.
Dewan perang bertugas mencatat administrasi ketentaraan.
 Memperkenalkan sistem penggajian bagi pegawai pemerintah.
 Memberikan santunan dari Baitul Mal kepada seluruh rakyatnya.
 Membuat dasar-dasar bagi suatu pemerintahan yang handal untuk melayani masyarakat
baru yang terus berkembang.
 Menata pemerintahan dengan membentuk departemen-departemen (diwan)
 Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, dibentuk jabatan kepolisian dan juga jabatan
pekerjaan umum.
 Mencetuskan kalender Hijriah, yang ditetapkan mulai pada saat Nabi Muhammad Saw
Hijrah dari Makkah ke Madinah.
 meletakkan prinsip-prinsip dasar demokratis dalam pemerintahannya dengan membangun
jaringan pemerintahan sipil yang sempurna, dan menjamin kesamaan hak.

C. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Utsman bin Affan


1. Biografi Singkat Utsman bin Affan
Utsman bin Affan adalah salah seorang sahabat Rasulullah Saw yang termasuk dari
Assabiqunal Awwalun (orang yang pertama masuk Islam). Beliau masuk Islam atas ajakan Abu
Bakar Ash-Shiddiq. Beliau berasal dari suku Quraisy. Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan
bin Abu Al-‘Ash bin Umayyah bin Abdu Shams bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab.
Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada Abdu Manaf bin Qushay. Ibunya bernama Arwa
binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay. Utsman bin
Affan merupakan cucu bibi dari Rasulullah. Karena nenek Utsman bin Affan dari jalur ibunya,
yaitu Ummu Hukaim Al-Baidha’ binti Abdul Muthalib adalah saudara perempuan sekandung
dari Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah.
Utsman bin Affan adalah sahabat Nabi Muhammad Saw yang termasuk Khulafaur
Rasyidin yang ke-3. Beliau dijuluki dzun nurain, yang berarti memiliki dua cahaya. Julukan ini
didapat karena Utsman telah menikahi putri kedua dan ketiga dari Rasulullah yaitu Ruqayah
dan Ummu Kultsum. Beliau juga dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonomi yang handal
namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di
awal dakwah Islam.

2. Kepemimpinan Utsman bin Affan


a) Bidang Politik dalam Negeri
Lembaga pemerintahan dalam negeri pada masa Utsman bin Affan terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu:
 Pembantu (Wazir/ Muawin) adalah pembantu yang diangkat oleh khalifah agar membantu
tugas-tugas serta tanggung jawab kekhalifahan.
 Pemerintahan daerah/gubernur. Awal pemerintahan khalifah Utsman bin Affan para
pemimpin daerah yang telah diangkat oleh Umar bin Khattab telah menyebar ke berbagai
dan kota Islam.
b) Hukum
Pentingnya masa khalifah Utsman bin Affan dalam bidang hukum terlihat dalam dua hal
yang mendasar, antara lain:
 Menjaga teks-teks pada masa Nabi Muhammad dalam bidang hukum, terikat dengan apa
yang ada di dalam teks, mengikuti dan menaati teks yang ada.
 Meletakkan sistem hukum baru untuk memperkuat pondasi negara Islam yang semakin
luas dan menghadapi hal-hal yang baru yang tambah beraneka ragam (Syalabi, 2013: 174-
176).
 Hakim-hakim pada masa khalifah Utsman bin Affan antara lain : Zaid bin Tsabit yang
bertugas di Madinah, Abu Ad-Darda bertugas di Damaskus, Ka’ab bin Sur bertugas di
Bashrah, Syuraih di Kufah, Ya’la ibn Umayyah di Yaman, Tsumamah di Sana’a, dan
Utsman bin Qais bin Abil Ash di Mesir.
c) Baitul Mal (Keuangan)
Baitul Mal adalah tempat yang mengatur masalah keuangan. Bentuk peran Baitul Mal ini
mengurusi semua masalah keuangan negara. Tugas Baitul Mal mulai dari membayar gaji para
khalifah, gaji para pemimpin daerah (gubernur), gaji para tentara, dan gaji para pegawai yang
bekerja di pusat pemerintahan. Baitul Mal juga mengatur semua masalah pajak, dan masalah-
masalah sarana dan prasarana.
d) Militer
Utsman bin Affan memilih tokoh-tokoh yang mampu memimpin kekuatan Islam seperti
al-Walid, Abu Musa al-Asy’ari, dan Said bin al-Ash. Tokoh militer tersebut sangat berjasa
dalam menumpas pemberontakan yang terjadi setelah pemerintahan Umar.
e) Majelis Syuro
Majelis Syuro adalah orang-orang yang mewakili kaum muslimin dalam menyampaikan
pendapat sebagai bahan pertimbangan khalifah. Orang non muslim juga diperbolehkan
menjadi anggota majelis syuro untuk menyampaikan pengaduan tentang kezaliman para
penguasa atau penyimpangan dalam pelaksanaan hukum Islam. Majelis syura dibagi menjadi
tiga, yaitu ; dewan penasehat, dewan penasehat umum, dan dewan penasehat tinggi dan
umum.
f) Bidang Politik Luar Negeri
Utsman bin Affan melaksanakan politik ekspansi untuk menaklukkan daerah-daerah
seperti; Azerbaijan, Ar-Ray, Alexandria, Tunisia, Tabaristan, dan Cyprus adalah wilayah yang
sangat kaya akan sumber daya alamnya, dan hasil bumi yang sangat melimpah. Wilayah
yang ditaklukkan Islam pada masa khalifah Utsman bin Affan bukan hanya ke tujuh wilayah
tersebut. Masih ada wilayah-wilayah yang menjadi taklukkan Islam diantaranya : Armenia,
Tripoli, An-Nubah, Kufah, Fars, dan Kerman. Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin
Affan wilayah taklukkan Islam semakin bertambah luas dan semakin bertambah banyak.

g) Bidang Ekonomi
Pada masa khalifah Utsman bin Affan dalam bidang ekonomi terbukti sangat berkembang
dengan maju dan pesat. Utsman bin Affan menggunakan prinsip-prinsip politik ekonomi
yang dijalankan di pemerintahannya, prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
a) Menerapkan politik ekonomi secara Islam.
b) Tidak berbuat zalim terhadap rakyat dalam menetapkan cukai atau pajak.
c) Menetapkan kewajiban harta atas kaum muslimin untuk diserahkan kepada Baitul Mal.
d) Memberikan hak-hak kaum muslimin dari Baitul Mal.
e) Menetapkan kewajiban harta kepada kaum kafir dzimmi untuk diserahkan kepada Baitul
Mal dan memberikan hak-hak mereka serta tidak menzalimi mereka.
f) Para pegawai cukai wajib menjaga amanat dan memenuhi janji.
g) Mengawasi penyimpangan-penyimpangan dalam harta benda yang dapat menghilangkan
kesempurnaan nikmat umat secara umum.

Eksistensi Utsman bin Affan untuk negara atau pemerintahan adanya pemasukan dan
pengeluaran dalam bidang ekonomi. Pemasukan dan pengeluaran tersebut, antara lain:
a) Pemasukan keuangan, berupa: zakat, harta rampasan perang (ghanimah), harta jizyah, harta
kharaj (pajak bumi), dan usyur (sepersepuluh dari barang dagangan).
b) Pengeluaran keuangan, berupa: gaji para walikota, gaji para tentara, kas umum untuk haji,
dana perluasan masjidil haram, dana pembuatan armada laut pertama kali, dana
pengalihan pantai dari syuaibah ke Jeddah, dana pengeboran sumur, dana untuk para
muadzin semuanya diambil dari Baitul Mal, dan dana untuk tujuan-tujuan mulia Islam.
h) Bidang Sosial
pada masa khalifah Utsman bin Affan telah memberi kebebasan kepada umatnya untuk
keluar daerah. Kaum muslimin dapat memilih hidup yang serba mudah daripada saat masa
Umar bin Khattab yang dirasakan terlalu keras dan ketat dalam pemerintahannya (Amin,
2010: 105-107).
i) Bidang Agama
a) Mengerjakan shalat. Pada tahun 29 H/ 650 M Utsman bin Affan mengerjakan shalat empat
rakaat di Mina secara berjamaah. Shalat yang dilaksanakan oleh Utsman bin Affan ini
membawa kebingungan terhadap para sahabatnya, ketika semua orang mengerjakan
shalat berjamaah sebanyak dua rakaat, maka Utsman bin Affan mengerjakan shalat
sebanyak empat rakaat. Kebijakan yang diambil khalifah Utsman bin Affan dengan
mengerjakan shalat empat rakaat penuh di Mina dan Arafah merupakan bentuk kasih
sayangnya terhadap umat Islam.
b) Ibadah Haji
Khalifah Utsman bin Affan adalah salah satu orang yang mengerti tentang hukum-hukum
ibadah haji. Utsman bin Affan juga melarang umatnya untuk beribadah haji jika tidak
sesuai hukum-hukum haji.
c) Pembangunan Masjid, seperti: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Quba.
d) Pembukuan Al-Qur’an Penyusunan kitab suci Al-Qur’an adalah suatu hasil dari
pemerintahan khalifah Utsman bin Affan. Tujuan penyusunan kitab suci Al-Qur’an ini
untuk mengakhiri perbedaan-perbedaan serius dalam bacaan AlQur’an. Utsman bin Affan
menginginkan saling bersatunya umat islam dalam satu bacaan.
e) Penyebaran Agama Islam Penyebaran agama Islam pada masa khalifah Utsman bin
Affan salah satunya dilakukan dengan cara ekspedisi ke wilayah-wilayah. Ekspedisi yang
dilakukan bukan hanya untuk menaklukan daerah saja, tetapi juga untuk menyebarkan
agama Islam.
3. Metode Dakwah pada Masa Utsman bin Affan
Untuk menegakkan dan menyebarkan agama Islam khalifah Umar bin Khattab
menempuh jalan dan metode dakwah sebagai berikut :
a) Perluasan Wilayah.
Pada masa khalifah Utsman bin Affan terdapat juga beberapa upaya perluasan daerah
kekuasaan Islam di antaranya adalah melanjutkan usaha penaklukan Persia. Kemudian
Tabaristan, Azerbaijan dan Armenia. Usaha perluasan daerah kekuasaan Islam tersebut lebih
lancar lagi setelah dibangunnya armada laut. Satu persatu daerah di seberang laut
ditaklukannya, antara lain wilayah Asia Kecil, pesisir Laut Hitam, pulau Cyprus, Rhodes,
Tunisia dan Nubia. Dalam upaya pemantapan dan stabilitas daerah kekuasaan Islam di luar
kota Madinah, khalifah Usman bin Affan telah melakukan pengamanan terhadap para
pemberontak di daerah Azerbaijan dan Rai, karena mereka enggan membayar pajak, begitu
juga di Iskandariyah dan di Persia.
b) Standarisasi Al-Qur’an.
Pada masa Utsman bin Affan, terjadi perselisihan di tengah kaum muslimin perihal baca
Al-Qur’an (qiraat). Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan
beragam cara membaca. Karena perselisihan ini, hampir saja terjadi perang saudara. Kondisi
ini dilaporkan oleh Hudzaifah al-Yamani kepada halifah Utsman bin Affan. Menanggapi
laporan tersebut, Khalifah Utsman bin Affan memutuskan untuk melakukan penyeragaman
cara baca Al-Qur’an. Cara baca inilah yang akhirnya secara resmi dipakai oleh kaum
muslimin. Dengan demikian, perselisihan dapat diselesaikan dan perpecahan dapat dihindari.
Dalam menyusun cara baca AlQur’an resmi ini, Khalifah Utsman bin Affan melakukannya
berdasarkan cara baca yang dipakai dalam Al-Qur’an yang disusun oleh Abu Bakar. Setelah
pembukuan selesai, dibuatlah beberapa salinannya untuk dikirim ke Mesir, Syam, Yaman,
Kufah, Basrah dan Makkah. Satu mushaf disimpan di Madinah. Mushaf-mushaf inilah yang
kemudian dikenal dengan nama Mushaf Usmani. Khalifah Utsman bin Affan mengharuskan
umat Islam menggunakan AlQur’an hasil salinan yang telah disebarkan tersebut. sementara
mushaf AlQur’an dengan cara baca yang lainnya dibakar.
c) Pembangunan Fisik.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masa Utsman bin Affan tidak ada kegiatan-
kegiatan yang penting. Utsman bin Affan berjasa membangun bendungan untuk menjaga
arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-
jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas mesjid Nabi di Madinah.

4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Utsman bin Affan


Pada masa khalifah Utsman bin Affan, pelaksanaan Pendidikan tidak berbeda
jauh dengan masa sebelumnya. Khalifah merasa sudah cukup dengan pendidikan yang sudah
berjalan. Pendidikan pada masa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada. Hanya sedikit
perubahan yang mewarnai pelaksanaan pendidikan Islam dari apa yang telah ada.

5. Kontribusi Utsman bin Affan dalam Peradaban Islam


a) Pada tahun pertamanya, Utsman melanjutkan kebijakan-kebijakan Umar terutama dalam
perluasan wilayah kekuasaan Islam.
b) Melanjutkan usulan Umar kepada Khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan ayat-
ayat Al-Qur’an, Khalifah Utsman bin Affan memerintahkan agar mushaf yang dikumpulkan
di masa Abu Bakar, disalin oleh Zaid bin Tsabit bersama Abdullah bin Zubair, Zaid bin ‘Ash,
dan Abdurrahman bin Harits.
c) membangun sebuah bendungan yang besar untuk melindungi Madinah dari bahaya banjir
dan mengatur persediaan air untuk kota itu.
d) membangun jalan, jembatan, rumah tamu di berbagai wilayah dan memperluas masjid
Nabawi.
e) kontribusi Utsman bin Affan pada bidang sastra juga berpengaruh.
f) bidang arsitektur dimulai dari tumbuhnya Masjid. Beberapa masjid yang dibangun pada
masa ini
D. Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa Ali bin Abi Thalib
1. Biografi Singkat Ali bin Abi Thalib
Ali dilahirkan di Makkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Ali
dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau
600. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi
Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun,
ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun. Dia bernama asli Assad bin Abu
Thalib, bapaknya Assad adalah salah seorang paman dari Muhammad Saw. Assad yang berarti
singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh
pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekah. Setelah mengetahui anaknya yang
baru lahir diberi nama ssad, Ayahnya memanggil dengan Ali yang berarti tinggi (derajat di sisi
Allah).
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, di mana Asad merupakan anak
dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi Muhammad Saw karena beliau
tidak punya anak laki-laki. Uzur dan fakirnya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi
Nabi Muhammad Saw bersama istri dia Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra
angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh nabi
sejak kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad Saw.
Ketika Nabi Muhammad Saw menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq
menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke-2 yang
percaya setelah Khadijah istri nabi sendiri. Pada saat itu Ali berusia sekitar 10 tahun.

2. Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib


Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib wilayah kekuasaan Islam telah
sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat luasnya wilayah
kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan bangsa Arab,
banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks AlQur'an atau Hadist sebagai sumber hukum
Islam. Khalifah Ali bin Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat fatal, terutama bagi
orang-orang yang mempelajari ajaran Islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab. Kemudian
Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu al-Aswad al-Duali untuk mengarang
pokok-pokok Ilmu Nahwu (Qawaid Nahwiyah). Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan
sebagai pedoman dasar dalam mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orangorang yang bukan
berasal dari masyarakat Arab mendapatkan kemudahan dalam membaca dan memahami sumber
ajaran Islam. Dengan demikian Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai penggagas ilmu Nahwu yang
pertama.

Setelah pasca terbunuhnya Utsman, masyarakat Islam memproklamirkan Ali sebagai


seorang khalifah. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan.
Pemerintahannya nyaris tidak pernah berjalan dengan stabil. Mulailah Ali mengambil sebuah
kebijakan-kebijakan, diantaranya :
a. Memecat Para Gubernur yang Kurang Cakap Ali bin Abi Thalib memecat sebagian besar
gubernur yang diangkat oleh Utsman bin Affan, kemudian menggantinya dengan tokoh-tokoh
lain. Adapun para gubernur yang diangkat khalifah Ali bin Abi Thalib sebagai pengganti
gubernur lama, diantaranya : Sahl bin Hanif sebagai gubernur Syria, Umrah Ibnu Syihab
sebagai gubernur Kufah, Qais bin Sa'ad sebagai gubernur Mesir, Ubaidah Ibnu Abbas sebagai
gubernur Yaman.
b. Menarik Kembali Tanah Milik Negara Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan,
banyak para kerabatnya yang diberikan fasilitas dalam berbagai bidang tanpa prosedur
yang sah. Kemudian memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan Islam

Adapun tipe-tipe kepemimpinan Ali bin Abi Thalib


1) Tipe Demokratis
Mulai berkembangnya paham demokrasi, paham demokrasi ini merupakan paham yang
dikembangkan dan dianut oleh kaum Khawarij. Menurut mereka khalifah atau imam harus
dipilih secara bebas oleh umat Islam secara demokratis. Ali Bin Abi Thalib menerima
kekhalifahan dan mau dibaiat, tetapi bai’at harus dilakukan di Masjid dan di depan
masyarakat banyak dan tidak tersembunyi, atas kerelaan kaum muslimin.
Bai’at berlangsung di Masjid Nabawi, termasuk kaum Muhajirin dan Anshar dan tidak ada
penolakan, termasuk para sahabat besar, kecuali ada tujuh belas sampai dua puluh orang.
2) Tipe Karismatik
Sifat Ali di hari pertama kekuasaannya, Khalifah Ali bin Abi Thalib selalu memperhatikan
dan mencermati keadaan rakyatnya. Berusaha meneliti apa-apa yang mengganggu,
menyakiti, dan menyulitkan hidup mereka. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Khalifah Ali bin Abi Thalib membuat saluran air untuk mengairi lembah-lembah dan
membuat sejumlah tempat pemandian umum di jalan-jalan yang dilintasi kaum
muslim. Ia juga sering berjalan-jalan di pasar seraya memperingatkan para pedagang agar
tidak melakukan pekerjaan mereka tanpa mengetahui fiqih muamalah. Ia berkata,”orang
yang berdagang dan tidak mengetahui fiqih maka ia jatuh dalam riba, kemudian melakukan
riba, dan melakukannya lagi.
3) Tipe Milliteristik
Dalam bidang pemerintahan, Ali bin Abi Thalib berusaha mengembalikan kebijaksanaan
khalifah Umar bin Khattab pada tiap kesempatan yang memungkinkan. Ia melakukan
beberapa hal, yaitu:
a) Membenahi dan menyusun arsip negara dengan tujuan untuk mengamankan dan
menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah;
b) Membentuk kantor hajib (perbendaharaan);
c) Mendirikan kantor shahib al-Shurta (pasukan pengawal);
d) Mendirikan lembaga qadhi al-Mudhalim suatu unsur pengadilan yang kedudukannya lebih
tinggi dari qadhi (memutuskan hukum) atau muhtasib (mengawasi hukum).
Mengenai bidang kemiliteran, kaum muslimin pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib telah
berhasil meluaskan wilayah kekuasaan Islam. Misalnya setelah pemberontakan di Kabul dan
Sistan ditumpas, orang Arab mengandalkan penyerangan laut atas Konkan (pantai Bombay).
Negarawan yang juga ahli perang ini mendirikan pemukiman-pemukiman militer di
perbatasan Syiria. Sambil memperkuat daerah perbatasan negaranya, ia juga membangun
benteng-benteng yang tangguh di Utara perbatasan Parsi.

3. Metode Dakwah pada Masa Ali bin Abi Thalib


Metode dakwah yang dilakukan oleh setiap orang bisa berbeda-beda, begitu juga Ali bin
Abi Thalib diantaranya:
a) Berjalan hilir mudik di beberapa pasar untuk melakukan pengawasan tanpa disertai
pengawal. Di situ beliau memberikan petunjuk-petunjuk, membantu yang lemah,
berbincangbincang dengan para pedagang, serta memerintahkan kepada mereka agar
tawadhu, bergaul dengan baik yang disertai dengan membacakan ayat-ayat Al-Quran. Ali bin
Abi Thalib selalu berada di tengah-tengah orang banyak untuk mengetahui segala kebutuhan
mereka, beliau mengamati timbangan serta barang-barang yang tidak laku di pasar.
b) Mengawasi para gubernurnya, pasukan dan para pegawai serta memerintahkan kepada
mereka agar bersikap lemah lembut dan tawadhu dalam bergaul dengan orang banyak.
Dalam melakukan dakwah,
c) Melakukan dakwah bil hikmah, dakwah mauizatul hasanah dan juga dakwah bi al mujadalah.

4. Perkembangan Pendidikan pada Masa Ali bin Abi Thalib


Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib, penulisan huruf hijaiyyah belum
dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dhammah, tasydid dan lainnya. Hal itu
menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks AlQur’an dan hadis. Untuk menghindari
kesalahan yang fatal dalam bacaan Al-Qur’an dan hadis, khalifah Ali bin Abi Thalib
memerintahkan Abu Aswad Ad-Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu
ilmu yang mempelajari tata Bahasa Arab.
Nilai pendidikan Islam yang bisa kita ambil dari kepemimpinan khalifah Ali bin Abi
Thalib yaitu bertanggung jawab, berani, sederhana, dan adil. Kepemimpinan khalifah Ali Bin Abi
Thalib ini banyak pemberontakan dan tidak stabilnya pemerintahannya. Akan tetapi khalifah Ali
bin Abi Thalib tetap memberikan pendidikan, dikarenakan pendidikan Agama Islam itu
sangatlah penting. Pendidikan Agama Islam pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib tidak jauh
berbeda dengan pada masa khalifah sebelumnya, yakni ; mempelajari Al-Qur’an dan tafsirnya,
Hadits dan pengumpulannya, Fiqh (tasyri’) dan selalu berupaya dalam menerapkan pendidikan
tauhid, akhlak, dan ibadah, karena pendidikan tersebut merupakan dasar ataupun pokok dari
ajaran Agama Islam.

5. Kontribusi Ali bin Abi Thalib dalam Peradaban Islam


Ada beberapa kontribusi Ali bin Abi Thalib dalam peradaban Islam, di antaranya adalah:
a) Perkembangan dalam Bidang Politik Militer
Pada masa muda, khalifah Ali bin Abi Thalib terkenal dengan sikap dan sifat
keberaniannya, baik dalam keadaan damai maupun kritis. Usaha perluasan wilayah Islam
pun terhenti sepenuhnya ketika Ali bin Abi Thalib memangku tampuk pemerintahan. Tidak
ada tentara yang secara teratur dikirimkan untuk melakukan perluasan wilayah sebagaimana
terjadi pada masa pemerintahan Umar bin hattab dan Utsman bin Affan. Melihat kenyataan
bahwa terdapat banyak penentangan pada masa pemerintahannya, menyebabkan Ali bin Abi
Thalib akhirnya membentuk pusat pusat militer di setiap sudut wilayah Islam.
b) Perkembangan di Bidang Pembangunan
Era pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib terdapat usaha positif yang dilaksanakannya
terutama masalah tata kota. Kufah merupakan salah satu kota yang dibangun pada masa
pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib. Pembangunan kota Kufah awalnya bertujuan
untuk dijadikan basis atau markas kekuatan dari berbagai desakan para pembangkang.
Seiring berjalannya waktu kota Kuffah kemudian berkembang menjadi sebuah kota yang
sangat ramai dikunjungi bahkan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan
keagamaan, seperti perkembangan ilmu nahwu, tafsir, hadits, dan sebagainya.
c) Perkembangan di Bidang Fiqih Siyasah
Sistem pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam bidang fiqih siyasah diantaranya:
1) Siyasah Tasyri’iyyah (kebijakan tentang penetapan hukum),
2) Siyasah Dusturiyah (kebijakan tentang peraturan perundangundangan),
3) Siyasah Qadha’iyyah (kebijaksanaan peradilan),
4) Siyasah Maliyah (kebijaksanaan ekonomi dan moneter),
5) Siyasah Idariyyah (kebijaksanaan administrasi Negara),
6) Siyasah Dauliyah (kebijaksanaan hubungan luar negeri atau internasional),
7) Siyasah Tanfidziyah (politik pelaksanaan undang-undang),
8) Siyasah Harbiyyah (politik peperangan).
d) Perkembangan di Bidang Sosial-Ekonomi
Masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib kondisi baitul mal dikembalikan seperti
posisi sebelum Ustman bin Affan. Khalifah Ali bin Abi Thalib menerapkan prinsip
pemerataan dalam masalah pendistribusian harta baitul mal serta memberikan santunan yang
sama kepada setiap orang tanpa memandang status sosial atau kedudukannya dalam Islam.
Khalifah Ali bin Abi Thalib juga melakukan penyitaan harta pejabat yang diperoleh secara
tidak sah. Harta tersebut kemudian disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk
kesejahteraan rakyat. Dalam masalah zakat berbeda dengan harta yang lainnya, dari segi
perolehannya serta berapa kadar yang harus dikumpulkan atau dibayarkan. Jizyah
merupakan iuran wajib atas seseorang yang berstatus dzimmi atau non muslim yang berada
di wilayah muslim. Jizyah yang harus dibayarkan disesuaikan dengan keuangan mereka.
Selama pemerintahannya Ali bin Abi Thalib juga menetapkan pajak terhadap hasil hutan dan
sayur-sayuran

D. Refleksi:

Setelah membaca dan mempelajari materi Kegiatan Belajar (KB 1) Modul SKI ini banyak
pengetahuan dan sangat menambah wawasan baru yang saya dapatkan. Pada Kegiatan Belajar
(KB 1) ini menyajikan tentang Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin
yang berisi empat Khalifah Islam mulai dari Biografi, Kepemimpinan, Metode Dakwah,
Perkembangan Pendidikan, dan Kontribusi dari keempat Khalifah itu. Masing-masing Khalifah
memiliki kelebihan yang patut dijadikan suri tauladan bagi umat muslim khususnya dan manusia
umumnya setelah berakhirnya masa Nabi Muhammad SAW. Saya sebagai Mahasiswa merasa
Modul ini bisa menjadi salah satu rujukan dalam memahami sejarah Islam masa Khulafaur Rasyidin.
Semoga Allah swt membalas pahala bagi penulis dan pembacanya, Amin.
BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI

PETA KONSEP

Perkembangan Kebudayaan Islam Pada Masa


Khulafaur Rasyidin

Abu Bakar Ash- Umar Bin Usman Bin Ali Bin Abi
Shiddiq Khattab Affan Thalib

Biografi Singkat
Biografi Singkat Biografi Singkat Biografi Singkat
Abu Bakar Ash-
Umar Bin Khattab Usman Bin Affan Ali Bin Abi Thalib
Shiddiq

Peta Konsep Kepemimpinan


Kepemimpinan Kepemimpinan Kepemimpinan
(Beberapa Abu Bakar Ash-
1 Umar Bin Khattab Usman Bin Affan Ali Bin Abi Thalib
istilah dan Shiddiq
definisi) di KB
Metode Dakwah
Metode Dakwah Metode Dakwah Metode Dakwah
pada Masa Abu
pada Masa Umar pada Masa pada Masa Ali Bin
Bakar Ash-
Bin Khattab Usman Bin Affan Abi Thalib
Shiddiq

Perkembangan Perkembangan Perkembangan Perkembangan


Pendidikan pada Pendidikan pada Pendidikan pada Pendidikan pada
Masa Abu Bakar Masa Umar Bin Masa Usman Bin Masa Ali Bin Abi
Ash-Shiddiq Khattab Affan Thalib

Kontribusi Abu Kontribusi Umar


Bakar Ash- Kontribusi Usman Kontribusi Ali Bin
Bin Khattab
Shiddiq dalam Bin Affandalam Abi Thalibdalam
dalam Peradaban
Peradaban Islam Peradaban Islam Peradaban Islam
Islam

Daftar materi a. Istilah kepemerintahan yang menggunakan bahasa arab


pada KB b. Nama-nama daerah dalam Modul yang tidak diketahui tempatnya sebab
2
yang sulit keterbatasan wawasan saya.
dipahami

Daftar materi
yang sering
mengalami
3 a. Membedakan makna khalifah dengan khilafah
miskonsepsi
dalam
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai