Anda di halaman 1dari 14

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

1. Judul Modul : Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa


Khulafaurrasyidin
2. Kegiatan Belajar : KB1 (KB 1/2/3/4)

3. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


A. Perkembangan kebudayaan Islam pada masa Abu
Bakar Ash-Shiddiq.
1. Biografi Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq nama lengkapnya adalah
Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin
Ka`ab bin Sa`ad bin Tayim bin Murrah bin Ka'ab
bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik al-Qurasy
al-Taimy. Abu Bakar as-Shiddiq dilahirkan di
Makkah pada tahun 573 M. Ibu Abu Bakar Ash-
Shiddiq bernama Salma binti Sakhar bin Amir bin
Ka`ab bin Sa`ad bin Tayim bin Murrah. Ia digelari
dengan Ummu alKhair. Sedangkan bapaknya
adalah Utsman Abu Quhafa (panggilan Abu
Quhafa) yang masuk Islam pada peristiwa Fathu
Makkah (Penaklukan kota Makkah).
Konsep (Beberapa istilah
1 Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar
dan definisi) di KB
menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun
632 hingga tahun 634 Masehi.
Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2 tahun, 2
bulan, dan 14 hari. Pada Jumadil Akhir tahun 13
Hijriyah, Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat. Abu
Bakar wafat pada usia ke-63 tahun.
Assabiqunal Awwalun (orang-orang pertama
masuk Islam) :
a. Kalangan laki-laki dewasa : Abu Bakar
b. Kalangan wanita dewasa : Khadijah
c. Kalangan budak : Zaid bin Haritsah
d. Kalangan anak kecil : Ali bin Abi Thalib
2. Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Selama kurang lebih dua tahun, yaitu dari 11-
13H/ 632-634M Abu bakar AshShiddiq
memimpin menggantikan Nabi Muhammad Saw
setelah wafat.
Masalah yang timbul pada Kekhalifahan Abu
Bakar:
1) Suku-suku Arab yang tidak mau tunduk lagi
kepada pemerintahan di Madinah sepeninggal
Nabi Saw. Mereka itulah yang dikenal dengan
orang-orang murtad, maka Abu Bakar Ash-
Shiddiq menyelesaikan masalah tersebut
dengan perang yang disebut dengan perang
riddah (perang melawan kemurtadan).
2) Masalah pemegang pucuk kekhalifahan
menjadi pemicu munculnya fanatisme
kesukuan.
3) Tampilnya di antara suku-suku bangsa Arab
yang mengaku dirinya sebagai Nabi, karena
ketidakpuasan suku bangsa terhadap
kehidupan sosial-politik yang selama ini
mereka pendam.
4) Ada seseorang yang bernama Fuja’ah telah
mengkhianati amanah, menipu Abu Bakar
Ash-Shiddiq dan kaum muslimin serta
membunuh orang-orang yang tidak bersalah.
Fuja’ah datang kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq
meminta sejumlah senjata untuk memerangi
kaum murtad. Dengan senjata itu ia
menyerang kaum muslimin yang tidak
bersalah dan mengacau di sepanjang jalan
dengan merampok, merampas dan
menumpahkan darah. Ketika ia tertawan,
maka Abu Bakar Ash-Shiddiq
melemparkannya ke dalam api.
3. Strategi/Metode Dakwah
a. Dakwah bil lisan (pidato)
: “Amma ba’du, hai sekalian manusia
sesungguhnya aku telah dipilih sebagai
pimpinan atas kalian dan aku bukanlah yang
terbaik, maka jika aku berbuat kebaikan,
bantulah aku, dan jika aku bertindak keliru,
maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah
amanah, sementara dusta adalah suatu
pengkhianatan. Orang yang lemah di antara
kalian sesungguhnya kuat di sisiku hingga
aku dapat mengembalikan haknya
kepadanya insya Allah. Sebaliknya siapa
yang kuat di antara kalian, maka dialah yang
lemah di sisiku hingga aku akan mengambil
darinya hak milik orang lain yang
diambilnya. Tidaklah suatu kaum
meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali aku
timpakan kepada mereka kehinaan, dan
tidaklah suatu kekejian tersebar di tengah
suatu kaum kecuali azab Allah akan
ditimpakan kepada seluruh kaum tersebut.
Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah
dan Rasul-Nya. Tetapi jika aku tidak
mematuhi keduanya, maka tiada kewajiban
taat atas kalian terhadapku. Sekarang
berdirilah kalian melaksanakan shalat,
semoga Allah merahmati kalian.’’
b. Dakwah bit tadwin (pengumpulan al-Qur’an)
 Dalam perang Yamamah sahabat
penghafal Qur’an gugur menjadi
syuhada’, Umar bin Khattab khawatir
dan mengusulkan pengumpulan ayat-
ayat al-Qur’an yang tertulis di berbagai
media.
 Abu Bakar menugaskan kepada Zaid bin
Sabit, penulis wahyu pada masa Nabi
Muhammad SAW, untuk mengerjakan
tugas pengumpulan itu.
 Upaya pengumpulan Al-Qur’an ini kelak
melahirkan mushaf Usmani
 Melahirkan strategi dakwah baru yaitu
dakwah melalui tulisan seperti
menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah,
surat kabar, internet, dan tulisan-tulisan
lain yang mengandung pesan dakwah.
c. Dakwah bil yadd (dengan tangan)
 Kata tangan dapat diartikan sebagai
kekuatan kekuasaan.
 Khalifah Abu Bakar menggunakan
kekuatan kekuasaan sebagai strategi
dakwah kepada orang-orang yang
membangkang, yakni orang yang ingkar
membayar zakat.
 Abu Bakar berkata : “Demi Allah aku
akan memerangi siapapun yang
memisahkan shalat dengan zakat. Zakat
adalah harta dikatakan kecuali dengan
alasan”
 Abu Bakar juga menggunakan kekuatan
kekuasaan untuk menumpas nabi palsu,
kaum murtad dari agama Islam, dan
dakwah ke wilayah Irak dan Syria.
d. Dakwah bil hal (kelembagaan)
 Dibentuk Baitul Mal (dikelola oleh Abu
Ubaidah al-Jarah)
 Dibentuk lembaga peradilan (Kementrian
atau Departemen Kehakiman) dibantu
Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris,
terkadang Ali bin Abi Thalib atau Utsman
bin Affan
 Dibentuk lembaga Pertahanan dan
Keamanan dengan panglimanya Khalid
bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr
bin Ash, dan Zaid bin Sufyan.
e. Uswatun Hasanah (keteladanan)
 Dalam Bahasa Arab “keteladanan”
diungkapkan dengan kata uswah dan
qudwah.
 Abu Bakar ash-Shiddiq terkenal sopan,
santun, tawadhu dan rendah hati. Ia
seorang pekerja keras sejak dahulu.
Sebagai pengusaha sukses sejak sebelum
Islam datang dan meninggalkan
usahanya demi perjuangan.
 Tidak dijumpai pada diri Abu Bakar rasa
gengsi, ingin dihormati sebagai
pemimpin, serta rasa ingin didengar dan
dipuji. Abu Bakar menerima jasa sebagai
pemerah susu atau pemasak gandum
bagi orang-orang miskin dan janda yang
tidak mampu.
4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
a. Lembaga pendidikan Kuttab
 Kemajuan lembaga kuttab ini terjadi
ketika masyarakat Muslim telah
menaklukan beberapa daerah dan
menjalin kontak dengan bangsa-bangsa
yang telah maju.
 Materi yang diajarkan : belajar membaca
dan menulis, membaca Al-Qur’an dan
menghafalnya, dan belajar pokok-pokok
agama seperti, seperti cara wudlu, sholat,
puasa dan sebagainya.
b. Masjid
 Tingkat menengah : Gurunya belum
mencapai status Ulama Besar
 Tingkat Tinggi : Para pengajarnya adalah
ulama yang memiliki pengetahuan yang
mendalam dan integritas kesalehan dan
kealiman yang diakui masyarakat.
 Materi yang diajarkan : Al-Qur’an dan
tafsirnya, Hadis dan mengumpulkannya,
dan Fiqih.

B. Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Umar bin


Khattab
Umar bin al-Khattab lahir di Mekah dari Bani Adi
yang masih satu rumpun dari suku Quraisy dengan
nama lengkap Umar bin al-Khattab bin Abdul Uzza.
Keluarganya tergolong kelas menengah, ia bisa
membaca dan menulis. Beliau memiliki watak yang
keras hingga dijuluki sebagai “Singa Padang Pasir”.
Sebelum masuk Islam, Umar bereaksi sangat antipati
terhadap Nabi dan ajaran Islam yang dibawa beliau.
Pada puncak kebenciannya ia memutuskan
membunuh Nabi. Dalam perjalanan ia bertemu
dengan Nu’aim bin Abdullah yang memberi kabar
saudara perempuan Umar masuk Islam. Umar
kembali pulang dan bermaksud menghukum
adiknya. Adiknya yang sedang membaca surat
Thoha: 1-8 dipukul oleh Umar. Umar iba melihat
adiknya berdarah dan meminta agar ia melihat
bacaan tersebut. Beliau menjadi sangat terguncang
oleh isi Al-Qur’an, dan beberapa waktu setelah
kejadian itu Umar menyatakan memeluk agama
Islam. Keputusan tersebut membuat hampir seisi
Mekah terkejut karena seorang yang terkenal
memiliki watak yang keras dan paling banyak
menyiksa pengikut Nabi Muhammad SAW kemudian
memeluk ajaran yang sangat dibencinya. Akibatnya,
Umar dikucilkan dari pergaulan Mekah dan ia tidak
lagi dihormati oleh para petinggi Quraisy.
 Kekuasaan Islam tumbuh sangat pesat. Islam
mengambil alih Mesopotamia dan Persia dari
tangan dinasti Sassanid, serta mengambil alih
Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia
dari ke Kaisaran Romawi (Byzantium). Termasuk
Persia dan Romawi.
 Banyak reformasi secara administratif dan
mengontrol dari dekat kebijakan publik
 Sistem administrasi untuk daerah yang baru
ditaklukkan, termasuk diselenggarakannya
sensus.
 Renovasi Masjidil Haram (Mekkah) dan Masjid
Nabawi (Madinah)
 Tahun ke 17 H dikeluarkan keputusan bahwa
penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung
saat peristiwa Hijriah

1. Dinamika Kepemimpinan Umar bin Khattab


a. Agama
Masyarakat saat itu adalah masyarakat
majemuk yang terdiri dari berbagai agama.
Hal ini berpengaruh tehadap masyarakat
Islam, mereka mengenal ajaran-ajaran selain
Islam, seperti: Nasrani, Yahudi, dan Majusi
Shabiah. Masyarakat Muslim otomatis akan
belajar toleransi terhadap pemeluk agama
lainnya hingga terjadilah kemajemukan
beragama.
b. Sosial
Masyarakat kepada dua kelas, yaitu: kelas
wajib pajak: buruh, petani dan pedagang, dan
kelas pemungut pajak: pegawai pemerintah,
tentara dan elit masyarakat.
Pada masa Umar hak atas properti rampasan
perang, posisi-posisi istimewa diberikan
kepada pembesar-pembesar penakluk.
Perkotaan padat penduduk, mobilitas sosial
dan ekonomi tinggi. Pembangunan
infrastruktur berkisar pada jalan raya, irigasi,
bendungan, masjid dan benteng.
c. Ekonomi
 Perdagangan, Industri dan Pertanian
Banyak daerah-daerah taklukan menjadi
tujuan para pedagang Arab maupun non
Arab, muslim maupun non muslim.
Industri saat itu ada yang dimiliki oleh
perorangan maupun negara atau daerah
untuk kepentingan negara, seperti:
industri rumah tangga yang mengolah
logam, industri pertanian, pertambangan
dan pekerjaan-pekerjaan umum
pemerintah (jalan dan irigasi).
Pembangunan irigasi juga sangat
berpengaruh dalam pertanian dan
perkebunan yang menghasilkan.
 Pajak
Pajak yang ditanggung oleh masyarakat
adalah (1) Pajak jiwa, pajak ini
berdasarkan pada jumlah masyarakat dan
dipikul bersama. Yang bertugas
melakukan penghitungan adalah tokoh
masyarakat. (2) Pajak bumi dan
bangunan, tanah wajib pajak adalah
seluas 2400 m2, jumlahnya tergantung
pada kualitas tanah, sumber air, jenis
pertanian, hasil pertanian dan jarak ke
pasar.
d. Politik dan Administrasi
Sistem adaministrasi yang berlaku adalah
kesepakatan antara pemerintah dengan elit
lokal wilayah tersebut. Dengan begitu,
otomatis tidak ada kesamaan administrasi
suatu wilayah dengan wilayah lainnya.
Kebijakan yang dibuat:
1) Ekspansi dan penaklukan
2) Desentralisasi administrasi
3) Pembangunan fasilitas umum
4) Pemusatan kekuatan militer di amshar-
amshar
5) Memusatkan para sahabat di Madinah
6) Aktivitas haji tahunan
7) Membangun kota Kuffah dan Bashrah
8) Baitul Mal sebagai Lembaga
Perbendaharaan Negara
9) Membentuk ahlul halli wal aqdi yang
bertugas untuk memilih pengganti
khalifah.
Selain itu, Umar juga membentuk beberapa
lembaga, yaitu:
1) Diwan al-Kharaj (jawatan pajak) yang
bertugas mengelola administrasi pajak
negara.
2) Diwan al-Ahdats (jawatan kepolisian) yang
bertugas memelihara ketertiban dan
menindak pelaku penganiayaan untuk
kemudian diadili di pengadilan.
3) Nazarat an-Nafi’at (jawatan pekerjaan
umum) yang bertanggung jawab
oelaksanaan pembangunan fasilitas-
fasilitas umum.
4) Diwan al-Jund (jawatan militer) yang
bertanggung jawab atas pengelolaan
administrasi ketentaraan.
e. Intelektual
Pada masa Umar bin Khattab juga tercatat
ijtihad-ijtihad baru yang berkaitan dengan al-
Qur’an dan Sunnah.
1) Keputusan muallaf tidak mendapatkan
zakat
2) Pemotongan tangan bagi pencuri pernah
tidak dilaksanakan karena si pencuri
kelaparan, sebagai gantinya dibebankan
harga dua kali lipat dengan barang curian.
Ijtihad Umar yang berbasis atas keberanian
intelektual, selanjutnya berpengaruh kepada
dua mazhab besar dalam memutuskan
hukum, yakni ahl ra’yi yang berbasis di
Baghdad dan ahl hadis yang berbasis di
Madinah.
Dalam bidang peradilan, Umar bin Khattab
juga terkenal dengan risalah qadhanya, yakni
surat yang berisi hukum acara peradilan,
meski masih sederhana.
2. Strategi/ Metode Dakwah Umar bin Khattab
 Pengembangan Wilayah Islam
Dalam pertempuran di Ajnadin tahun 16
H/636 M, tentara Romawi dapat dikalahkan.
Selanjutnya beberapa kota di pesisir Syiria
dan Pelestina, seperti Jaffa, Gizar, Ramla,
Typus, Uka (Acre), Askalon dan Beirut dapat
ditundukkan pada tahun 18 H/638 M.
Perluasan dan pengembangan wilayah Islam
ke Persia melanjutkan Khalifah Abu Bakar di
bawah pimpinan Saad bin Abi Waqas.
Ditaklukkan beberapa kota yakni Kadisia,
Jalula, Madain, Nahawand.
Perluasan kekuasaan Islam sampai ke Mesir.
Sasaran pertama adalah menghancurkan
pintu gerbang al-Arisy, lalu berturut-turut al-
Farma, Bilbis, Tendonius (Ummu Dunain),
Ain Sams, dan juga berhasil merebut benteng
Babil dan Iskandariyah.
 Mengeluarkan Undang-undang
Diadakan kebijakan peraturan perundangan
mengenai ketertiban pasar, ukuran dalam jual
beli, mengatur kebersihan jalan dan lain-lain.
 Membagi Wilayah Pemerintahan
Yakni pemerintahan pusat dipimpin oleh
khalifah dan pemerintahan daerah dipimpin
oleh gubernur.
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa
Kepemimpinan Umar bin Khattab
Sejak masa ini, telah terjadi mobilitas penuntut
Ilmu dari daerah-daerah jauh menuju Madinah
sebagai pusat ilmu agama Islam. Gairah menuntut
Ilmu tersebut kemudian mendorong lahirnya
sejumlah pembidangan disiplin ilmu keagamaan,
seperti tafsir, Hadits, dan Fiqih. Kemudian
tuntutan belajar bahasa Arab sebagai bahasa
pengantar juga mulai tampak.

C. Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Utsman bin


Affan
Utsman bin Affan dijuluki dzun nurain, karena
menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasulullah
yaitu Ruqayah dan Ummu Kultsum. Terkenal sebagai
ekonom handal, kaya raya dan dermawan.
Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 950 ekor
unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham. Beliau
pernah membeli mata air yang bernama Rumah dari
seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham.
Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat
umum.
Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah
ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih
dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan
Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat
pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan
terstruktur.
1. Sistem Pemerintahan Masa Kepemimpinan
Utsman bin Affan
a. Bidang Politik dalam Negeri
 Pembantu (Wazir/ Muawwin) yang
membantu dalam bidang pemerintahan
(Muawwin Tanfidz) dan bidang
administrasi (Muawwin Tawfidz)
 Pemerintahan daerah/ gubernur
b. Hukum
 Menjaga teks-teks pada masa Nabi dalam
bidang hukum
 Meletakkan sistem baru untuk
memperkuat pondasi Islam
 Mengutus hakim-hakim di beberapa
daerah.
c. Baitul Mal (keuangan)
Tugas Baituk Mal membayar gaji para khalifah
dan gubernur, gaji tentara, gaji para pegawai
di pusat pemerintahan, mengatur pajak,
sarana prasarana.
d. Militer
Utsman bin Affan memilih tokoh-tokoh yang
mampu memimpin kekuatan Islam seperti al-
Walid, Abu Musa al-Asy’ari, dan Said bin al-
Ash. Tokoh militer tersebut sangat berjasa
dalam menumpas pemberontakan yang
terjadi setelah pemerintahan Umar.
e. Majelis Syuro
Majelis syuro dibagi menjadi tiga, yaitu;
dewan penasehat, dewan penasehat umum,
dan dewan penasehat tinggi dan umum.
f. Bidang Politik Luar Negeri
Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin
Affan wilayah taklukkan Islam semakin
bertambah luas dan semakin bertambah
banyak, seperti Azerbaijan, Ar-Ray,
Alexandria, Tunisia, Tabaristan, Cyprus,
Armenia, Tripoli, An-Nubah, Kufah, Fars, dan
Kerman.
g. Bidang Ekonomi
Prinsip –prinsip politik ekonomi:
 Menerapkan politik ekonomi secara Islam.
 Tidak berbuat zhalim terhadap rakyat
dalam menetapkan cukai atau pajak.
 Menetapkan kewajiban harta atas kaum
muslimin untuk diserahkan kepada Baitul
Mal.
 Memberikan hak-hak kaum muslimin dari
Baitul Mal.
 Menetapkan kewajiban harta kepada
kaum kafir dzimmi untuk diserahkan
kepada Baitul Mal dan memberikan hak-
hak mereka serta tidak menzhalimi
mereka.
 Para pegawai cukai wajib menjaga amanat
dan memenuhi janji.
 Mengawasi penyimpangan-
penyimpangan dalam harta benda yang
dapat menghilangkan kesempurnaan
nikmat umat secara umum.
Pemasukan dan pengeluaran di bidang
ekonomi:
 Pemasukan keuangan, berupa: Zakat,
harta rampasan perang (ghanimah), harta
jizyah, harta kharaj (pajak bumi), dan
usyur (sepersepuluh dari barang
dagangan).
 Pengeluaran keuangan, berupa: gaji para
walikota dari kas Baitul Mal, gaji para
tentara dari kas Baitul Mal, kas umum
untuk haji dari Baitul Mal, dana perluasan
masjidil haram dari Baitul Mal, dana
pembuatan armada laut pertama kali,
dana pengalihan pantai dari syuaibah ke
Jeddah, dana pengeboran sumur dari
Baitul Mal, dana untuk para muadzin dari
Baitul Mal, dan dana untuk tujuan-tujuan
mulia islam.
h. Bidang Sosial
Pada masa khalifah Utsman bin Affan telah
memberi kebebasan kepada umatnya untuk
keluar daerah. Kaum muslimin dapat memilih
hidup yang serba mudah daripada di masa
Umar bin Khattab yang dirasakan terlalu
keras dan ketat dalam pemerintahannya.
i. Bidang Agama
 Mengerjakan shalat
 Ibadah haji
 Pembangunan masjid : Masjidil Haram,
Masjid Nabawi, Masjid Quba.
 Pembukuan al-Qur’an
 Penyebaran Agama Islam
2. Strategi Dakwah Utsman bin Affan
a. Perluasan wilayah
Melanjutkan usaha penaklukan Persia.
Kemudian Tabaristan, Azerbaijan dan
Armenia.
b. Standarisasi al-Qur’an
Berawal dari perselisihan perihal cara baca al-
Qur’an (qiraat) Khalifah Utsman bin Affan
memutuskan untuk melakukan
penyeragaman cara baca Al-Qur’an yang
sekarang terkenal dengan nama Mushaf
Utsmani.
c. Pengangkatan Pejabat Negara
Pemerintahan Utsman bin Affan berlangsung
selama 12 tahun. Beberapa kalangan tidak
puas dan kecewa di akhir kekhalifahannya.
Pada pada tahun 35 H/ 655 M, Utsman bin
Affan dibunuh oleh kaum pemberontak yang
terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan kecewa
terhadap kepemimpinan Utsman bin Affan
adalah kebijaksanannya mengangkat keluarga
dalam kedudukan tinggi.
d. Pembangunan Fisik
Utsman bin Affan berjasa membangun
bendungan untuk menjaga arus banjir yang
besar dan mengatur pembagian air ke kota-
kota. Dia juga membangun jalan-jalan,
jembatan-jembatan, masjid-masjid dan
memperluas mesjid Nabi di Madinah.
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa
Kepemimpinan Utsman bin Affan
Pada masa khalifah Utsman bin Affan,
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tidak
berbeda jauh dengan masa sebelumnya. Pada
masa ini pendidikannya melanjutkan apa yang
telah ada.
Usaha kongkrit di bidang Pendidikan Islam belum
dikembangkan oleh Khalifah Utsman bin Affan.
Khalifah merasa sudah cukup dengan pendidikan
yang sudah berjalan. Namun ada satu usaha
cemerlang pada masa ini yakni penyeragaman
qiraat.
D. Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Ali bin Abi
Thalib
1. Biografi Ali bin Abi Thalib
Ali dilahirkan di Mekah, daerah Hejaz, Jazirah
Arab, pada tanggal 13 Rajab. Ali dilahirkan 10
tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad,
sekitar tahun 599 Masehi atau 600 (perkiraan).
Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di
dalam Ka'bah. Dia bernama asli Assad bin Abu
Thalib, bapaknya Assad adalah salah seorang
paman dari Muhammad SAW. Ibunya bernama
Fatimah binti Asad bin Hasyim.
Didikan langsung dari nabi kepada Ali dalam
semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir
(syariah) dan bathin (tasawuf) menjadikan Ali
sebagai seorang pemuda yang sangat cerdas,
berani dan bijak.
2. Masa Transisi Pemerintahan
Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah
'Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di
seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah
membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara.
Pemberontak yang menguasai Madinah tidak
mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib
sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak,
tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin
Ubaidillah memaksa dia, sehingga akhirnya Ali
menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-
satunya Khalifah yang dibai'at secara massal,
karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara
yang berbeda-beda.
Perintah Ali bin Abi Thalib kepada umat Islam:
 Berpegang teguh kepada al-Qur’an dan
Sunnah
 Taat dan bertaqwa kepada Allah, mengabdi
kepada negara dan sesama manusia
 Saling memelihara kehormatan di antara
sesama muslim dan umat lain
 Terpanggil untuk berbuat kebajikan bagi
kepentingan umum
 Taat dan patuh pada pemerintah
Tidak lama setelah dia di bai’at, Ali menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah.
Yang dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta).
Ali berhasil memecat sebagian besar gubernur
yang korupsi dan mengembalikan kebijaksanaan
Umar. Ia juga membenahi dan menyusun arsip
negara. Terjadi perlawanan gubernur di
Damaskus, terjadi perang Shiffin. Perang diakhiri
dengan tahkim (arbitrase), namun tidak
menyelesaikan masalah, bahkan timbul golongan
Khawarij.
3. Wilayah kekuasaan Islam telah sampai Sungai
Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke
Indus. Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan
Abu al-Aswad al-Duali untuk mengarang pokok-
pokok Ilmu Nahwu (Qawaid Nahwiyah). Dengan
adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai
pedoman dasar dalam mempelajari bahasa Al-
Qur'an untuk memudahkan non Arab membaca
dan memahami sumber ajaran Islam.

Daftar materi pada KB


2 Tidak ada
yang sulit dipahami

Umar bin Khattab mengusulkan kepada khalifah Abu


Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
Daftar materi yang sering tertulis di berbagai media seperti pelepah kurma, tulang
3 mengalami miskonsepsi onta, dan lain-lain yang disimpan oleh para sahabat. Pada
dalam pembelajaran awalnya Abu Bakar Ash-Shiddiq agak berat
melaksanakan tugas tersebut, karena belum pernah
dilaksanakan pada masa Nabi Muhammad Saw.

Anda mungkin juga menyukai