1. Judul Modul : Perkembangan Kebudayaan Islam pada Masa
Khulafaurrasyidin 2. Kegiatan Belajar : KB1 (KB 1/2/3/4)
3. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
A. Perkembangan kebudayaan Islam pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq. 1. Biografi Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq Abu Bakar Ash-Shiddiq nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Tayim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik al-Qurasy al-Taimy. Abu Bakar as-Shiddiq dilahirkan di Makkah pada tahun 573 M. Ibu Abu Bakar Ash- Shiddiq bernama Salma binti Sakhar bin Amir bin Ka`ab bin Sa`ad bin Tayim bin Murrah. Ia digelari dengan Ummu alKhair. Sedangkan bapaknya adalah Utsman Abu Quhafa (panggilan Abu Quhafa) yang masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah (Penaklukan kota Makkah). Konsep (Beberapa istilah 1 Setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakar dan definisi) di KB menjadi khalifah Islam yang pertama pada tahun 632 hingga tahun 634 Masehi. Abu Bakar menjadi Khalifah selama 2 tahun, 2 bulan, dan 14 hari. Pada Jumadil Akhir tahun 13 Hijriyah, Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat. Abu Bakar wafat pada usia ke-63 tahun. Assabiqunal Awwalun (orang-orang pertama masuk Islam) : a. Kalangan laki-laki dewasa : Abu Bakar b. Kalangan wanita dewasa : Khadijah c. Kalangan budak : Zaid bin Haritsah d. Kalangan anak kecil : Ali bin Abi Thalib 2. Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq Selama kurang lebih dua tahun, yaitu dari 11- 13H/ 632-634M Abu bakar AshShiddiq memimpin menggantikan Nabi Muhammad Saw setelah wafat. Masalah yang timbul pada Kekhalifahan Abu Bakar: 1) Suku-suku Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan di Madinah sepeninggal Nabi Saw. Mereka itulah yang dikenal dengan orang-orang murtad, maka Abu Bakar Ash- Shiddiq menyelesaikan masalah tersebut dengan perang yang disebut dengan perang riddah (perang melawan kemurtadan). 2) Masalah pemegang pucuk kekhalifahan menjadi pemicu munculnya fanatisme kesukuan. 3) Tampilnya di antara suku-suku bangsa Arab yang mengaku dirinya sebagai Nabi, karena ketidakpuasan suku bangsa terhadap kehidupan sosial-politik yang selama ini mereka pendam. 4) Ada seseorang yang bernama Fuja’ah telah mengkhianati amanah, menipu Abu Bakar Ash-Shiddiq dan kaum muslimin serta membunuh orang-orang yang tidak bersalah. Fuja’ah datang kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq meminta sejumlah senjata untuk memerangi kaum murtad. Dengan senjata itu ia menyerang kaum muslimin yang tidak bersalah dan mengacau di sepanjang jalan dengan merampok, merampas dan menumpahkan darah. Ketika ia tertawan, maka Abu Bakar Ash-Shiddiq melemparkannya ke dalam api. 3. Strategi/Metode Dakwah a. Dakwah bil lisan (pidato) : “Amma ba’du, hai sekalian manusia sesungguhnya aku telah dipilih sebagai pimpinan atas kalian dan aku bukanlah yang terbaik, maka jika aku berbuat kebaikan, bantulah aku, dan jika aku bertindak keliru, maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sementara dusta adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian sesungguhnya kuat di sisiku hingga aku dapat mengembalikan haknya kepadanya insya Allah. Sebaliknya siapa yang kuat di antara kalian, maka dialah yang lemah di sisiku hingga aku akan mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali aku timpakan kepada mereka kehinaan, dan tidaklah suatu kekejian tersebar di tengah suatu kaum kecuali azab Allah akan ditimpakan kepada seluruh kaum tersebut. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika aku tidak mematuhi keduanya, maka tiada kewajiban taat atas kalian terhadapku. Sekarang berdirilah kalian melaksanakan shalat, semoga Allah merahmati kalian.’’ b. Dakwah bit tadwin (pengumpulan al-Qur’an) Dalam perang Yamamah sahabat penghafal Qur’an gugur menjadi syuhada’, Umar bin Khattab khawatir dan mengusulkan pengumpulan ayat- ayat al-Qur’an yang tertulis di berbagai media. Abu Bakar menugaskan kepada Zaid bin Sabit, penulis wahyu pada masa Nabi Muhammad SAW, untuk mengerjakan tugas pengumpulan itu. Upaya pengumpulan Al-Qur’an ini kelak melahirkan mushaf Usmani Melahirkan strategi dakwah baru yaitu dakwah melalui tulisan seperti menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, surat kabar, internet, dan tulisan-tulisan lain yang mengandung pesan dakwah. c. Dakwah bil yadd (dengan tangan) Kata tangan dapat diartikan sebagai kekuatan kekuasaan. Khalifah Abu Bakar menggunakan kekuatan kekuasaan sebagai strategi dakwah kepada orang-orang yang membangkang, yakni orang yang ingkar membayar zakat. Abu Bakar berkata : “Demi Allah aku akan memerangi siapapun yang memisahkan shalat dengan zakat. Zakat adalah harta dikatakan kecuali dengan alasan” Abu Bakar juga menggunakan kekuatan kekuasaan untuk menumpas nabi palsu, kaum murtad dari agama Islam, dan dakwah ke wilayah Irak dan Syria. d. Dakwah bil hal (kelembagaan) Dibentuk Baitul Mal (dikelola oleh Abu Ubaidah al-Jarah) Dibentuk lembaga peradilan (Kementrian atau Departemen Kehakiman) dibantu Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris, terkadang Ali bin Abi Thalib atau Utsman bin Affan Dibentuk lembaga Pertahanan dan Keamanan dengan panglimanya Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin Ash, dan Zaid bin Sufyan. e. Uswatun Hasanah (keteladanan) Dalam Bahasa Arab “keteladanan” diungkapkan dengan kata uswah dan qudwah. Abu Bakar ash-Shiddiq terkenal sopan, santun, tawadhu dan rendah hati. Ia seorang pekerja keras sejak dahulu. Sebagai pengusaha sukses sejak sebelum Islam datang dan meninggalkan usahanya demi perjuangan. Tidak dijumpai pada diri Abu Bakar rasa gengsi, ingin dihormati sebagai pemimpin, serta rasa ingin didengar dan dipuji. Abu Bakar menerima jasa sebagai pemerah susu atau pemasak gandum bagi orang-orang miskin dan janda yang tidak mampu. 4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan a. Lembaga pendidikan Kuttab Kemajuan lembaga kuttab ini terjadi ketika masyarakat Muslim telah menaklukan beberapa daerah dan menjalin kontak dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Materi yang diajarkan : belajar membaca dan menulis, membaca Al-Qur’an dan menghafalnya, dan belajar pokok-pokok agama seperti, seperti cara wudlu, sholat, puasa dan sebagainya. b. Masjid Tingkat menengah : Gurunya belum mencapai status Ulama Besar Tingkat Tinggi : Para pengajarnya adalah ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan integritas kesalehan dan kealiman yang diakui masyarakat. Materi yang diajarkan : Al-Qur’an dan tafsirnya, Hadis dan mengumpulkannya, dan Fiqih.
B. Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Umar bin
Khattab Umar bin al-Khattab lahir di Mekah dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin al-Khattab bin Abdul Uzza. Keluarganya tergolong kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis. Beliau memiliki watak yang keras hingga dijuluki sebagai “Singa Padang Pasir”. Sebelum masuk Islam, Umar bereaksi sangat antipati terhadap Nabi dan ajaran Islam yang dibawa beliau. Pada puncak kebenciannya ia memutuskan membunuh Nabi. Dalam perjalanan ia bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah yang memberi kabar saudara perempuan Umar masuk Islam. Umar kembali pulang dan bermaksud menghukum adiknya. Adiknya yang sedang membaca surat Thoha: 1-8 dipukul oleh Umar. Umar iba melihat adiknya berdarah dan meminta agar ia melihat bacaan tersebut. Beliau menjadi sangat terguncang oleh isi Al-Qur’an, dan beberapa waktu setelah kejadian itu Umar menyatakan memeluk agama Islam. Keputusan tersebut membuat hampir seisi Mekah terkejut karena seorang yang terkenal memiliki watak yang keras dan paling banyak menyiksa pengikut Nabi Muhammad SAW kemudian memeluk ajaran yang sangat dibencinya. Akibatnya, Umar dikucilkan dari pergaulan Mekah dan ia tidak lagi dihormati oleh para petinggi Quraisy. Kekuasaan Islam tumbuh sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan Persia dari tangan dinasti Sassanid, serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari ke Kaisaran Romawi (Byzantium). Termasuk Persia dan Romawi. Banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik Sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan, termasuk diselenggarakannya sensus. Renovasi Masjidil Haram (Mekkah) dan Masjid Nabawi (Madinah) Tahun ke 17 H dikeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa Hijriah
1. Dinamika Kepemimpinan Umar bin Khattab
a. Agama Masyarakat saat itu adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai agama. Hal ini berpengaruh tehadap masyarakat Islam, mereka mengenal ajaran-ajaran selain Islam, seperti: Nasrani, Yahudi, dan Majusi Shabiah. Masyarakat Muslim otomatis akan belajar toleransi terhadap pemeluk agama lainnya hingga terjadilah kemajemukan beragama. b. Sosial Masyarakat kepada dua kelas, yaitu: kelas wajib pajak: buruh, petani dan pedagang, dan kelas pemungut pajak: pegawai pemerintah, tentara dan elit masyarakat. Pada masa Umar hak atas properti rampasan perang, posisi-posisi istimewa diberikan kepada pembesar-pembesar penakluk. Perkotaan padat penduduk, mobilitas sosial dan ekonomi tinggi. Pembangunan infrastruktur berkisar pada jalan raya, irigasi, bendungan, masjid dan benteng. c. Ekonomi Perdagangan, Industri dan Pertanian Banyak daerah-daerah taklukan menjadi tujuan para pedagang Arab maupun non Arab, muslim maupun non muslim. Industri saat itu ada yang dimiliki oleh perorangan maupun negara atau daerah untuk kepentingan negara, seperti: industri rumah tangga yang mengolah logam, industri pertanian, pertambangan dan pekerjaan-pekerjaan umum pemerintah (jalan dan irigasi). Pembangunan irigasi juga sangat berpengaruh dalam pertanian dan perkebunan yang menghasilkan. Pajak Pajak yang ditanggung oleh masyarakat adalah (1) Pajak jiwa, pajak ini berdasarkan pada jumlah masyarakat dan dipikul bersama. Yang bertugas melakukan penghitungan adalah tokoh masyarakat. (2) Pajak bumi dan bangunan, tanah wajib pajak adalah seluas 2400 m2, jumlahnya tergantung pada kualitas tanah, sumber air, jenis pertanian, hasil pertanian dan jarak ke pasar. d. Politik dan Administrasi Sistem adaministrasi yang berlaku adalah kesepakatan antara pemerintah dengan elit lokal wilayah tersebut. Dengan begitu, otomatis tidak ada kesamaan administrasi suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Kebijakan yang dibuat: 1) Ekspansi dan penaklukan 2) Desentralisasi administrasi 3) Pembangunan fasilitas umum 4) Pemusatan kekuatan militer di amshar- amshar 5) Memusatkan para sahabat di Madinah 6) Aktivitas haji tahunan 7) Membangun kota Kuffah dan Bashrah 8) Baitul Mal sebagai Lembaga Perbendaharaan Negara 9) Membentuk ahlul halli wal aqdi yang bertugas untuk memilih pengganti khalifah. Selain itu, Umar juga membentuk beberapa lembaga, yaitu: 1) Diwan al-Kharaj (jawatan pajak) yang bertugas mengelola administrasi pajak negara. 2) Diwan al-Ahdats (jawatan kepolisian) yang bertugas memelihara ketertiban dan menindak pelaku penganiayaan untuk kemudian diadili di pengadilan. 3) Nazarat an-Nafi’at (jawatan pekerjaan umum) yang bertanggung jawab oelaksanaan pembangunan fasilitas- fasilitas umum. 4) Diwan al-Jund (jawatan militer) yang bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi ketentaraan. e. Intelektual Pada masa Umar bin Khattab juga tercatat ijtihad-ijtihad baru yang berkaitan dengan al- Qur’an dan Sunnah. 1) Keputusan muallaf tidak mendapatkan zakat 2) Pemotongan tangan bagi pencuri pernah tidak dilaksanakan karena si pencuri kelaparan, sebagai gantinya dibebankan harga dua kali lipat dengan barang curian. Ijtihad Umar yang berbasis atas keberanian intelektual, selanjutnya berpengaruh kepada dua mazhab besar dalam memutuskan hukum, yakni ahl ra’yi yang berbasis di Baghdad dan ahl hadis yang berbasis di Madinah. Dalam bidang peradilan, Umar bin Khattab juga terkenal dengan risalah qadhanya, yakni surat yang berisi hukum acara peradilan, meski masih sederhana. 2. Strategi/ Metode Dakwah Umar bin Khattab Pengembangan Wilayah Islam Dalam pertempuran di Ajnadin tahun 16 H/636 M, tentara Romawi dapat dikalahkan. Selanjutnya beberapa kota di pesisir Syiria dan Pelestina, seperti Jaffa, Gizar, Ramla, Typus, Uka (Acre), Askalon dan Beirut dapat ditundukkan pada tahun 18 H/638 M. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam ke Persia melanjutkan Khalifah Abu Bakar di bawah pimpinan Saad bin Abi Waqas. Ditaklukkan beberapa kota yakni Kadisia, Jalula, Madain, Nahawand. Perluasan kekuasaan Islam sampai ke Mesir. Sasaran pertama adalah menghancurkan pintu gerbang al-Arisy, lalu berturut-turut al- Farma, Bilbis, Tendonius (Ummu Dunain), Ain Sams, dan juga berhasil merebut benteng Babil dan Iskandariyah. Mengeluarkan Undang-undang Diadakan kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran dalam jual beli, mengatur kebersihan jalan dan lain-lain. Membagi Wilayah Pemerintahan Yakni pemerintahan pusat dipimpin oleh khalifah dan pemerintahan daerah dipimpin oleh gubernur. 3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Kepemimpinan Umar bin Khattab Sejak masa ini, telah terjadi mobilitas penuntut Ilmu dari daerah-daerah jauh menuju Madinah sebagai pusat ilmu agama Islam. Gairah menuntut Ilmu tersebut kemudian mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin ilmu keagamaan, seperti tafsir, Hadits, dan Fiqih. Kemudian tuntutan belajar bahasa Arab sebagai bahasa pengantar juga mulai tampak.
C. Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Utsman bin
Affan Utsman bin Affan dijuluki dzun nurain, karena menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasulullah yaitu Ruqayah dan Ummu Kultsum. Terkenal sebagai ekonom handal, kaya raya dan dermawan. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham. Beliau pernah membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur. 1. Sistem Pemerintahan Masa Kepemimpinan Utsman bin Affan a. Bidang Politik dalam Negeri Pembantu (Wazir/ Muawwin) yang membantu dalam bidang pemerintahan (Muawwin Tanfidz) dan bidang administrasi (Muawwin Tawfidz) Pemerintahan daerah/ gubernur b. Hukum Menjaga teks-teks pada masa Nabi dalam bidang hukum Meletakkan sistem baru untuk memperkuat pondasi Islam Mengutus hakim-hakim di beberapa daerah. c. Baitul Mal (keuangan) Tugas Baituk Mal membayar gaji para khalifah dan gubernur, gaji tentara, gaji para pegawai di pusat pemerintahan, mengatur pajak, sarana prasarana. d. Militer Utsman bin Affan memilih tokoh-tokoh yang mampu memimpin kekuatan Islam seperti al- Walid, Abu Musa al-Asy’ari, dan Said bin al- Ash. Tokoh militer tersebut sangat berjasa dalam menumpas pemberontakan yang terjadi setelah pemerintahan Umar. e. Majelis Syuro Majelis syuro dibagi menjadi tiga, yaitu; dewan penasehat, dewan penasehat umum, dan dewan penasehat tinggi dan umum. f. Bidang Politik Luar Negeri Pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan wilayah taklukkan Islam semakin bertambah luas dan semakin bertambah banyak, seperti Azerbaijan, Ar-Ray, Alexandria, Tunisia, Tabaristan, Cyprus, Armenia, Tripoli, An-Nubah, Kufah, Fars, dan Kerman. g. Bidang Ekonomi Prinsip –prinsip politik ekonomi: Menerapkan politik ekonomi secara Islam. Tidak berbuat zhalim terhadap rakyat dalam menetapkan cukai atau pajak. Menetapkan kewajiban harta atas kaum muslimin untuk diserahkan kepada Baitul Mal. Memberikan hak-hak kaum muslimin dari Baitul Mal. Menetapkan kewajiban harta kepada kaum kafir dzimmi untuk diserahkan kepada Baitul Mal dan memberikan hak- hak mereka serta tidak menzhalimi mereka. Para pegawai cukai wajib menjaga amanat dan memenuhi janji. Mengawasi penyimpangan- penyimpangan dalam harta benda yang dapat menghilangkan kesempurnaan nikmat umat secara umum. Pemasukan dan pengeluaran di bidang ekonomi: Pemasukan keuangan, berupa: Zakat, harta rampasan perang (ghanimah), harta jizyah, harta kharaj (pajak bumi), dan usyur (sepersepuluh dari barang dagangan). Pengeluaran keuangan, berupa: gaji para walikota dari kas Baitul Mal, gaji para tentara dari kas Baitul Mal, kas umum untuk haji dari Baitul Mal, dana perluasan masjidil haram dari Baitul Mal, dana pembuatan armada laut pertama kali, dana pengalihan pantai dari syuaibah ke Jeddah, dana pengeboran sumur dari Baitul Mal, dana untuk para muadzin dari Baitul Mal, dan dana untuk tujuan-tujuan mulia islam. h. Bidang Sosial Pada masa khalifah Utsman bin Affan telah memberi kebebasan kepada umatnya untuk keluar daerah. Kaum muslimin dapat memilih hidup yang serba mudah daripada di masa Umar bin Khattab yang dirasakan terlalu keras dan ketat dalam pemerintahannya. i. Bidang Agama Mengerjakan shalat Ibadah haji Pembangunan masjid : Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid Quba. Pembukuan al-Qur’an Penyebaran Agama Islam 2. Strategi Dakwah Utsman bin Affan a. Perluasan wilayah Melanjutkan usaha penaklukan Persia. Kemudian Tabaristan, Azerbaijan dan Armenia. b. Standarisasi al-Qur’an Berawal dari perselisihan perihal cara baca al- Qur’an (qiraat) Khalifah Utsman bin Affan memutuskan untuk melakukan penyeragaman cara baca Al-Qur’an yang sekarang terkenal dengan nama Mushaf Utsmani. c. Pengangkatan Pejabat Negara Pemerintahan Utsman bin Affan berlangsung selama 12 tahun. Beberapa kalangan tidak puas dan kecewa di akhir kekhalifahannya. Pada pada tahun 35 H/ 655 M, Utsman bin Affan dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu. Salah satu faktor yang menyebabkan kecewa terhadap kepemimpinan Utsman bin Affan adalah kebijaksanannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. d. Pembangunan Fisik Utsman bin Affan berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota- kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas mesjid Nabi di Madinah. 3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Kepemimpinan Utsman bin Affan Pada masa khalifah Utsman bin Affan, pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tidak berbeda jauh dengan masa sebelumnya. Pada masa ini pendidikannya melanjutkan apa yang telah ada. Usaha kongkrit di bidang Pendidikan Islam belum dikembangkan oleh Khalifah Utsman bin Affan. Khalifah merasa sudah cukup dengan pendidikan yang sudah berjalan. Namun ada satu usaha cemerlang pada masa ini yakni penyeragaman qiraat. D. Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Ali bin Abi Thalib 1. Biografi Ali bin Abi Thalib Ali dilahirkan di Mekah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600 (perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Dia bernama asli Assad bin Abu Thalib, bapaknya Assad adalah salah seorang paman dari Muhammad SAW. Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim. Didikan langsung dari nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir (syariah) dan bathin (tasawuf) menjadikan Ali sebagai seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak. 2. Masa Transisi Pemerintahan Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah 'Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa dia, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu- satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda. Perintah Ali bin Abi Thalib kepada umat Islam: Berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah Taat dan bertaqwa kepada Allah, mengabdi kepada negara dan sesama manusia Saling memelihara kehormatan di antara sesama muslim dan umat lain Terpanggil untuk berbuat kebajikan bagi kepentingan umum Taat dan patuh pada pemerintah Tidak lama setelah dia di bai’at, Ali menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Yang dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta). Ali berhasil memecat sebagian besar gubernur yang korupsi dan mengembalikan kebijaksanaan Umar. Ia juga membenahi dan menyusun arsip negara. Terjadi perlawanan gubernur di Damaskus, terjadi perang Shiffin. Perang diakhiri dengan tahkim (arbitrase), namun tidak menyelesaikan masalah, bahkan timbul golongan Khawarij. 3. Wilayah kekuasaan Islam telah sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu al-Aswad al-Duali untuk mengarang pokok- pokok Ilmu Nahwu (Qawaid Nahwiyah). Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam mempelajari bahasa Al- Qur'an untuk memudahkan non Arab membaca dan memahami sumber ajaran Islam.
Daftar materi pada KB
2 Tidak ada yang sulit dipahami
Umar bin Khattab mengusulkan kepada khalifah Abu
Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang Daftar materi yang sering tertulis di berbagai media seperti pelepah kurma, tulang 3 mengalami miskonsepsi onta, dan lain-lain yang disimpan oleh para sahabat. Pada dalam pembelajaran awalnya Abu Bakar Ash-Shiddiq agak berat melaksanakan tugas tersebut, karena belum pernah dilaksanakan pada masa Nabi Muhammad Saw.