3. Refleksi
B. Bani Abbasiyah
1. Sejarah Berdirinya
Bani Abbasiyah lahir tahun 132 H/ 750 M. Nama
Abbasiyah yang dipakai untuk nama bani ini adalah di
ambil dari nama bapak pendiri Abbasiyah yaitu Abas
bin Abdul Muthalib paman Nabi Muhammad Saw.
Proses lahirnya Abbasiyah dimulai dari kemenangan
Abu Abbas Assafah dalam sebuah perang terbuka (al-
Zab) melawan khalifah Bani Umayyah yang terakhir
yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas diberi gelar
Assafah karena dia pemberani dan mampu
memainkan mata pedangnya kepada lawan politiknya.
Bani Abbasiyah eksis selama 505 tahun dan diperintah
oleh 37 khalifah dengan mampu menciptakan
peradaban yang dikenang sepanjang masa, suasana
belajar kondusif, fasilitas belajar disediakan
pemerintah dengan lengkap. Universitas yang terkenal
pada saat itu adalah Nizamiyah yang dibangun oleh
perdana menteri Nizamul Muluk dari khalifah Harun al-
Rasyid.
2. Sistem Pemerintahan
Adapun sistem pemerintahan yang diterapkan Bani
Abbasiyah adalah sistem monarkhi
(Monarchiheridetis), yang mana suksesi
kepemimpinan dilakukan secara turun-temurun.
Khalifah pertamanya Abu Abbas As-Saffah (132-136
H/ 749-754 M) dan khalifah terakhir adalah Abu
Ahmad Abdullah Al-Musta'sim (640-656 H/ 1242-1258
M).
3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tokoh-
tokohnya
a. Ilmu Tafsir
Penafsiran Al-Qur’an pun berkembang tidak hanya
dengan penafsiran makna, tetapi juga penafsiran
“Bil al Ma’tsur dan “Bi al-Ra’yi”. Di antara karya
besar tafsir adalah Al-Farra’, yang merupakan
karya Tafsir pertama yang disesuaikan dengan
sistematika Al-Qur’an. Kemudian muncul At-Tabari
yang menghimpun kumpulan-kumpulan tafsir dari
tokoh sebelumnya. Kemudian muncul golongan
ulama yang menafsirkan Al-Qur’an secara
rasional, seperti Tafsir Al-Jahiz.
Ada beberapa tokoh yang dikenal
mempopulerkan metode ini. Imam at-Thabari
(wafat: 923 M/310 H), karyanya adalah Jami’
al-Bayan fi Ta’wil Ayy Al-Qur’an, yang menjadi
rujukan para ulama pada masa berikutnya,
seperti al-Baghawi, as-Suyuthi, dan Ibnu
Katsir.
Ibnu Katsir (wafat: 1372 M), karyanya adalah
Tafsir al-Qurad al-Azhim. Dikenal juga sebagai
seorang sejarawan dengan karya terkenalnya,
al-Bidayah wa an-Nihayah.
As-Suyuthi (lahir: 1445 M), karyanya adalah
ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma’tsur. Karya
lain dalam bidang Al-Qur’an adalah al-Itqan fi
‘Ulum al-Alquran.
b. Ilmu Hadis
Terbentuknya ilmu-ilmu Jarhi wa Ta’di dan ilmu
Mustalahul Hadis, sehingga para ulama hadis
berhasil mengkodifikasi hadis ke dalam kitab
secara teratur dan sistemik. . Di antara kitab-kitab
Hadis yang berhasil disusun adalah kitab Hadis
“Kutub as-Sittah”, yang disusun oleh enam ulama’
Hadis, Imam Muslim (wafat 261 H), Imam Bukhori
(wafat 256 H), Imam Turmudzi (wafat 279 H), Ibnu
Majjah (wafat 273 H), Imam Nasa’i (wafat 303 H),
Abu Daud (wafat 275 H).
c. Ilmu Kalam
Ilmu kalam tidak semata mengembangkan
pemikiran agama tetapi mengembangkan juga
pemikiran sosial, politik, dan mengembangkan
pemikiran umat agar tidak statis, baik bidang
agama maupun bidang kemasyarakatan. Para
teolog fokus pada bidang aqidah sebagai obyek
bahasan, seperti keesaan Tuhan, sifat-sifat, dan
perbuatan Tuhan. Di antara teolog yang terkenal
ialah Abu Huzail al-Allaf (wafat 235 H), An-Nazzam
(wafat 835 H), Bisri Ibnu Mu’tamir, Abu Ishaq
Ibrahim dan Amru bin Ubaid.
d. Ilmu Fiqh
Empat ulama’ Fiqh yang terkenal pada saat itu
sampai sekarang ini, yaitu Imam Abu Hanifah
(wafat 129 H, Imam Malik (wafat 179 H), Imam
Syafi’i (wafat 204 H) dan Imam Ahmad bin Hambal
(wafat 241 H). Pada masa ini berkembang dua
cara dalam mengambil hukum fiqih, yaitu: Ahl al-
Hadis dan Ahl al-Ra’yi.
e. Ilmu Taswuf
Ilmu ini menyebar di penjuru negeri Islam di
wilayah Abbasiyah yang dibawa oleh para sufi-sufi
terkemuka, seperti: (1) Abu Kasim Abdul Karim bin
Hawzin al Qusairi (wafat 465 H), kitabnya yang
terkenal adalah Ar-Risalah al-Qusyairiyah. (2) Abu
Haffas Umar bin Muhammad Sahabuddin (wafat
11 632 H), kitabnya yang terkenal adalah Awariful
Ma’arif. (3) Imam al Ghazali (wafat 502 H),
kitabnya yang terkenal adalah Ihya ’Ulumuddin.
f. Ilmu Filsafat
Tokoh-tokoh penting dalam bidang filsafat antara
lain:Abu Yusuf bin Ishaq Al Kindi (wafat 873 M),
Ibnu Sina lahir tahun 980 M di Bukhara, Al-Farabi,
lahir di Turkistan tahun 870 M, Ibnu Rusydi (Wafat
594 H)
g. Ilmu Sains dan Teknologi
Ilmu Kedokteran
Berdirinya rumah sakit pada masa Khalifah
Harun Al-Rasyid abad 9 M, hingga
berkembang menjadi 34 RSI.
Dalam ilmu kedokteran, ulama yang terkenal
dengan zaman ini adalah Ar-Razi dan Ibnu
Sina. Kitab Ar-Razi berjudul “Kitab Rahasia”
yang memuat penanggulangan penyakit cacar
dan penyakit campak. Kitab Ibnu Sina berjudul
“As-Sifa”. Sampai saat ini kitab-kitab Ibnu Sina
masih dikaji di Universitas di Eropa
Ilmu Kimia
Dalam bidang ilmu Kimia, ilmuwan yang
terkenal adalah Jabir Ibnu Hayyam, yang
diberi gelar “Bapak Ilmu Kimia Arab”. Dia
banyak mengemukakan teori uap, pelelehan,
dan sublimasi.
Ilmu Astronomi
Ulama yang ahli dalam ilmu astronomi adalah
Al-Khawarizmi (wafat 846). Beliau banyak
membuat tabel-tabel tentang letak negara,
peta dunia, penetapan bujur-bujur panjang
semua tempat di muka bumi ini, sekaligus
mengukur jarak antara negara satu dengan
negara yang lain.
Selain Al-Kawariszimi, ada ulama’ yang
bernama Ibnu Kardabah yang banyak
menemukan teori 13 perbintangan dan ilmu
Falak. Ibnu Kardabah juga banyak menulis
buku tentang Astronomi, diantaranya Al-
Mashalih wal Mawalik, Al-Buldan, Al Jihani dan
Al Muhtasar.
Ilmu Matematika
Dalam ilmu ini orang Arab (Islam) memberikan
sumbangan yang besar sekali bagi peradaban
manusia dengan menemukan “Angka
Arab“.Orang-orang Islam di bawah pimpinan
Ibnu Haitam dan Al-Khawarizmi membuat teori
matematika, di antaranya adalah teori Al-
Jabar, cara menghitung akar kuadrat dan
desimal. Pada perkembangan selanjutnya Ibnu
Haitam berhasil menemukan ilmu untuk
mengukur sudut, yang diberi nama
Trigonometri.
Halaman 52
Seringkali tidak dibahas dalam pendalaman pengetahuan
terkait keadaan keuangan dan sistem kemasyarakatan pada
era bani Umayyah dan Abbasiyah.
Dalam pemerintahan kerajaan imperium Arab yang baru,
kepemimpinan mutlak berada di tangan para panglima Arab.
Sedangkan, pemerintahan sipil berada di tangan penguasa
Daftar materi yang
setempat.
sering mengalami
3 Karena Muslim dibebaskan dari pajak yang dikenakan pada
miskonsepsi dalam
warga taklukan, masuk Islamnya warga non-Muslim
pembelajaran
sebenarnya tidak didorong karena bisa mengurangi
pendapatan. Pos-pos militer tumbuh menjadi kota. Orang
Arab yang jauh dari rumah memperoleh tanah setempat dan
Muslim diizinkan memiliki istri non-Muslim. Proses perataan
ini memiliki efek perluasan. Islam menjadi lebih menarik bagi
orang luar karena kedudukan sosial yang tinggi dan
kebebasan ekonomi yang diberikannya.
Keberagaman yang meningkat pada gilirannya membuat
pengetahuan Arab kian beragam seiring rakyat taklukan
mendidik tuan penguasa mereka. Hal ini berlangsung di setiap
cabang ilmu pengetahuan dan seni.