Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK

OLEH :
AISYAH
NIM: 90400121114
WIWIT DAFINA
NIM: 90400121116
ST. NUR AISYAH
NIM:90400121126

UNIVERSITAS UIN ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN AKUNTANSI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, nikmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikanmakalah ini dengan baik yang berjudul “AKIDAH
Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Wahidah Abdullah
selaku dosen pengajar mata kuliah Aqidah akhlak. Dan juga kepada pihak yang
telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami sebagai penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikianlah yang dapat kami sapaikan. Kami telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Namun inilah kemampuan kami. Oleh
karena itu, kami sangat membutuhkan kritik maupun saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan juga semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Gowa, 28 Maret 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I......................................................................................................................iii

PENDAHULUAN..............................................................................................iii

A. Latar Belakang...............................................................................................iii

B. Rumusan Masalah..........................................................................................iii

C. Tujuan.............................................................................................................iv

BAB II......................................................................................................................1

PEMBAHASAN......................................................................................................1

A. Kesatuan Akidah semenjak Nabi adam a.s hingga nabi Muhammad SAW....1

B. Jalan yang Ditempuh Para rasul dalam Menanamkan Akidah.......................3

C. Keragaman Akidah dalam Islam dan permasalahannya..................................5

D. Prinsip-prinsip Aqidah Islam...........................................................................7

BAB III....................................................................................................................9

PENUTUP................................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................9

B. Saran..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang


wujud Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam
zat, sifat-sifat maupun perbuatannya. Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika
aqidahnya sudah baik maka dengan sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Iman
yang teguh pasti tidak ada keraguan dalam hatinya dan tidak tercampuri oleh
kebimbangan. Beriman kepada Allah pasti akan melaksanakan segala perintahnya
dan menjauhi larangannya. Beriman kepada Allah juga harus beriman kepada
Malaikat, Nabi, kitab, hari akhir, qada dan qadar Allah. Aqidah memiliki peranan
penting dalam mendidik siswa, ruang lingkup aqidah yang dapat membentuk
akhlak mulia akan mengantarkan manusia Indonesia sebagai manusia yang
mumpuni dalam segala aspek kehidupan. Ruang lingkup dari aqidah yaitu:
Ilahiyat, nubuwat, ruhaniyat, dan sam’iyyat1 . Dari ruang lingkup aqidah yang
dijadikan rujukankan terbentuknya manusia berakhlakul karimah, berarti manusia
dapat menghindari akhlak tercela sebagai manifestasi dari ajaran-ajaran aqidah
Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kesatuan Akidah semenjak Nabi adam a.s hingga nabi


Muhammad SAW?
2. Bagaimana Jalan yang Ditempuh Para rasul dalam Menanamkan Akidah?
3. Bagaimana Keragaman Akidah dalam Islam dan permasalahannya?
4. Apa saja Prinsip-prinsip Aqidah Islam?

C. Tujuan

1. Memahami Kesatuan Akidah semenjak Nabi adam a.s hingga nabi


Muhammad SAW

iii
2. Dapat mengetahui Jalan yang Ditempuh Para rasul dalam Menanamkan
Akidah
3. Memahami Keragaman Akidah dalam Islam dan permasalahannya?
4. Mengetahui Prinsip-prinsip Aqidah Islam

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesatuan Akidah semenjak Nabi adam a.s hingga nabi Muhammad SAW.

Manusia, sejak masa azali, telah dimintai kesaksiannya tentang siapa Tuhan
mereka. Ketika nabi adam a.s diturunkan kedunia, beliau membawa serta akidah
ketauhidan itu. Akidah tauhid ini beliau ajarkan kepada anak cucunya sampai
turun temurun. Ketika nabi adam wafat, diantara cucu-cucu beliau terdapat
beberapa orang yang menyimpang dari akidah ini karena godaan syaitan. Dari
penyimpanan akidah inilah kelak lahir kepercayaan-kepercayaan yang sesat dan
menyimpang dari agama yang benar. Jumlah mereka yang tersesat itu dari hari
kehari semakin bertambah, sedangkang akidahnya pun semakin jauh dari
sumbernya yang asli. Untuk mengembalikan akidah yang sesat itu, Allah
mengutus seorang rasul yang dipilihnya dari kalangan anak cucu adam dengan
membawa akidah tauhid pula. Rasul baru ini lalu menyampaikan ajaran untuk
masuk kembali kedalam agama(islam) yang dulu dibawa oleh nabi Adam. Umat
manusia pun, yang waktu itu jumlahnya belum begitu banyak, sebagian kembali
kepada akidah tauhidnya. Namun adapula yang tetap berpegang pada akidahnya
yang telah sesat itu. Ibarat domba-domba, saat mereka diawasi dan diasuh oleh
pengalamnnya, mereka tenang dan tertib. Namun, begitu penggembalanya
pergi,serta merta, domba-domba itu pun berpencaran, dan tidak jarang menjadi
tersesat dan hilang. Begitulah, pada saat rasul sesudah nabi adam itu dipanggil
menghadap Allah untuk selamanya, sebagian dari ummatnya ada yang
menyimpang dari akidah yang diajarkannya. Sementara itu, jumlah manusia pun
terus bertambah dari waktu kewaktu. Pada saat kesesatan itu sudah demikian
nyata, Allah mengutus lagi seorang rasul untuk mengembalikan anak cucu adam
itu pada akidahnya yang benar. Bila sudah demikian, Allah pun mengutus pula
seorang rasul dengan membawa ajaran yang sama, akidah ketauhidan. Begitulah
seterusnya, nabi dan rasul silih berganti datang dan pergi, nabi Adam wafat,
1
tampil nabi Idris, nabi Idris wafat, datang nabi Nuh, nabi Nuh wafat, diutus pula
nabi Shalih dan seterusnya bersambung panjang membentuk garis vertikal dari
nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW.

Tidak semua rasul yang diutus Allah itu mendapat sambutan yang baik dari
ummatnya. Hampir seluruhnya mendapat tantang dari ummatnya, dan bahkan
adapula yang diusir dari negerinya, disiksa, dan dibunuh. Sekalipun demikian,
selalu ada pengikutnya yang melanjutkan ajaran para rasul itu.

Dengan demikian, hakikatnya akidah tauhid merupakan akidah yang satu yang
merentang panjang dari Adam hingga nabi Muhammad, itulah yang dimaksud
dengan kesatuan akidah dalam sejarah ummat manusia ini. Adapun ajaran-ajaran
agama yang tidak mencerminkan ketauhidan, hanyalah merupakan penyimpangan
dari akidah ketauhidan yang satu itu. Adanya kepercayaan terhadap zat yang maha
tinggi dikalangan berbagai bangsa primitif seperti yang selama ini dibuktikan oleh
para ahli,selain menjadi bukti bahwa beragama itu merupakan naluri manusia
sekaligus bisa dinyatakan sebagai sisa-sisa akidah tauhid yang dibawa oleh para
nabi terdahulu serta membantah kebenaran teori evolusi dalam kepercayaan
ummat manusia. Kalaupun ada yang bisa disebut evolusi hal itu terdapat pada
peningkatan dan penyempurnaan syariat yang ditetepakan Allah utnuk mengatur
kehidupan mansuia. Syariat itu dimaksudkan untuk mengatur kehidupan manusia,
sedangkan kehidupan it uterus berkembang dari waktu kewaktu maka syariat yang
ditetapkan oleh Allah terlihat mengalami peningkatan dan penyempurnaan, pada
masa nabi Adam, ketika jumlah manusia masih bisa dihitung dengan jari, syariat
Allah membenarkan pernikahan antara saudara kandung sendiri. Akan tetapi,
pada saat manusia sudah berkembang menjadi ummat yang besar syariat Allah
yang berkaitan hal ini kemudia disempurnakan. Demikian pula syariat yang
berkenaan dengan aspek kehidupan lain yang mencapai puncak kesempurnaannya
pada saat kerasulan nabi Muhammad SAW. Itulah makna firman Allah SWT
dalam surah Al-Baqarah Ayat 213 yang artinya “ manusia itu adalah ummat yang
satu (setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi
kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama meerka
2
kitab dengan benar untuk member keputusan diantara manusia tentang perkara
yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu, melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka kitab,yaitu setelahg datang kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki anatra mereka sendiri. Maka
Allah member petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal-
hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendaknya. Alllah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendakinya kepada jalan yang lurus”

Allah juga berfirman dalam surah Al-Mu’minun ayat 52-53 yang artinya “
sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu
dan aku adalah Tuhanmu maka bertakwalah kepadaku. Kemudia, mereka
pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi
beberapa pecahan tiap-tiap golongan merasa bangsa dengan apa yang ada pada
sisi mereka (maisng-masing)”.

Begitu juga firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 163-164 yang artinya “
sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah
memberikan wahyu pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak
cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman, dan kami berikan Zabur
kepada daud, dan kami telah mengutus rasul-rasul yang sungguh telah kami
kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak kami
kisahkan kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”

Apa yang biasa ditarik dari ketiga ayat tersebut diatas, dan juga berbagi ayat lain
yang sejenis adalah para nabi itu semuanya menyerukan ajaran yang sama yakni
Tauhid.

B. Jalan yang Ditempuh Para rasul dalam Menanamkan Akidah

Telah disebutkan di muka bahwa para rasul diutus oleh Allah untuk
memurnikan akidah umat manusia. Ajaran akidah yang mereka bawa bisa dibilang
ringan dan mudah. Di samping itu, ajaran-ajaran yang mereka bawa itu mudah

3
dimengerti, dipahami, dan diterima dengan akal sehat, Para rasul tersebut
menyuruh umatnya mengarahkan pandangannya untuk memikirkan tanda-tanda
kekuasaan Tuhan.

Seperti rasul-rasul terdahulu, Nabi Muhammad SAW. Pun menanamkan akidah


itu dalam hati dan jiwa umatnya. Beliau menyuruh umatnya agar pandangan dan
pemikiran mereka diarahkan dan ditujukan kejurusan ini. Akal mereka digerakkan
dan fitrah mereka dibangunkan sambil mengusahakan penanaman akidah itu
dengan memberikan didikan, lalu disuburkan dan dikokohkan, sehingga dapat
mencapai puncak kebahagiaan yang dicita-citakan

Rasulullah SAW. Dapat mengubah umatnya yang semula menyembah berhala


dan patung, melakukan syirik dan kufur, menjadi umat yang berakidah tauhid,
mengesakan Tuhan seru sekalian alam. Hati mereka dipompa dengan keimanan
dan keyakinan. Beliau dapat pula membentuk sahabat-sahabatnya menjadi
pemimpin yang harus diikuti dalam hal perbaikan akhlak dan budi bahkan
menjadi pembimbing kebaikan dan keutamaan. Lebih dari itu lagi, beliau telah
membentuk generasi dari umatnya sebagai suatu bangsa yang menjadi mulia
dengan sebab adanya keimanan dalam dada mereka , berpegang teguh pada hak
dan kebenaran. Pada saat itu umat yang berada dibawah pimpinannya, bagaikan
matahari dunia, dan mengajak kesejahteraan dan keselamatan pada seluruh umat
manusia.

Allah SWT. Membuat kesaksian pada generasi itu bahwa mereka benar-benar
memperoleh ketinggian dan keistimewaan yang khusus, sebagaimana firman-Nya
yang artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’aruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah,” (Q.S Ali –Imran [3]: 110)

Keimanan yang dimiliki oleh sebagian sahabt Nabi SAW. Itu mencapai tingkat
yang dapat dikatakan, “Andaikata tabir pun disingkapkan, tidaklah bertambah
keyakinanku”. Maksudnya ialah sudah penuh dan berada di puncak yang tertinggi,
sekalipu tabir kegaiban terbuka, keyakinan itu tidak ditambah lagi.
4
C. Keragaman Akidah dalam Islam dan permasalahannya

Semenjak kadaulatan Negara Tauhid berdiri di bawah pimpinan Rasul Allah yang
terakhir yakni, Nabi Muhammad SAW, keadaan akidah tetap dalam kesuciaannya
yang berasal dari wahyu ilahi dan ajaran-ajaran yang diberikan dari langit. Dasar
utamanya yang digunakan sebagai pedoman adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Pada tingkat permulaan, yang dituju ialah memberikan didikan dalam watak dan
tabiat, meluhurkan sifat-sifat yang bersangkutan dengan gharizah qalbu dan cara
didikan yang harus dilalui dan ditempuh. Maksudnya ialah setiap manusia dari
kalangan masyarakat itu dapat memperoleh keluhuran yang yang sesuai dengan
kehormatan dan kemuliaan dirinya sehingga tumbuhlah suatu kekuatan secara
otomatis yang amat kokoh dalam kehidupan.

Selanjutnya, setelah datang masa pertikaian yang banyak berdasarkan siasat dan
politik, apalagi setelah adanya hubungan dengan pemikiran-pemikiran filsafat dan
ajaran-ajaran agama lain, kemudian memaksa otak manusia untuk menyelami
sesuatu yang tidak kuasa dicapainya, itulah yang menjadi sebab pokok terjadinya
pergantian atau penyelewengan dari jalan yang ditempuh oleh para nabi dan rasul.
Ini pula yang merupakan sebab utama keimanan yang asalnya cukup luas dan
mudah diterima, serta amat tinggi nilainya lalu menjadi berbagai macam
pemikiran yang berisikan atau menjadi bahan kiasan yang banyak diperselisihkan
menurut ketentuan mantik atau ilmu bahasanya, juga menjadi pokok perdebatan
dan perselisihan pendapat yang tidak berujung dan berpangkal sama sekali.

Ajaran keimanan yang sudah berubah itu, akhirnya tidak lagi mencerminkan
keimanan yang dapat menjadikan jiwa kembali suci, amal perbuatan menjadi
mulia dan baik, atau memberi semangat gerak pada perseorangan dapat memberi
daya hidup pada umat dan bangsa.

Sebagai akibat dari perselisihan dalam berbagai persoalan siasat dan politik,
terjadi penyelewengan ajaran-ajaran tauhid yang dibawa oleh para rasul, dan
paham pemikiran madzhab-madzhab itu berpecah-belah menjadi beberapa

5
golongan. Para tokohnya, kemudian memberikan pengajaran yang berlainan,
berbeda antara satu dan lainnya.

Setiap ajaran mencerminkan corak tersendiri dari cara pemikiran tertentu.


Masing-masing pihak menganggap bahwa apa yang mereka miliki dan mereka
pegang sajalah yang benar, sedangkan yang lain, yang tidak sepaham dengannya,
adalah salah. Demikianlah, anggapan setiap golongan. Bahkan, ada anggapan
yang lebih ekstrem lagi, yakni siapa saja yang tidak masuk ke dalam golongan
kelompoknya dianggap ke luar dari Islam (kafir).

Oleh karena itu, muncullah paham-paham seperti: paham ahli hadis,


paham Asy’ariyah, paham Maturidiah, paham Mu’tazilah, paham Syi’ah, paham
Jahamiah, dan masih banyak lagi paham lainnya. Bahkan, di antara mereka terjadi
perselisihan antara kaum ‘Asy’ariyah dengan kaum Mu’tazilah.

Pokok utama yang menyebabkan timbulnya perselisihan dan perbedaan pendapat


tersebut, berkisar dalam hal-hal:

1. Apakah keimanan itu hanya sebagai kepercayaan saja ataukah kepercayaan


yang ada hubungannya dengan amal perbuatan?

2. Apakah sifat-sifat Allah SWT. Yang dztiah itu kekal ataukah dapat lenyap
darinya?

3. Manusia itu masayyar dan mukhayyat?

4. Apakah wajib atas Allah SWT. Itu mengerjakan yang baik atau yang terbaik
ataukah yang wajib?

5. Apakah baik ataua buruk itu dapat dikenal dengan akal atau dengan syari’at?

6. Apakah Allah SWT. Itu wajib memberi pahala kepada orang yang taat dan
menyiksa kepada orang yang bermaksiat ataukah tidak wajib sedemikian?

7. Apakah Allah SWT. Dapat dilihat di akhirat nanti ataukah hal itu mustahil sama
sekali?
6
8. Bagaimanakah hukum seseorang yang menumpuk-numpuk dosa besar sehingga
matinya tidak bertobat?

Masih banyak lagi persoalan yang merupakan bahan perselisihan pendapat


berbagai golongan kaum mukminin menyebabkan tersobek-sobeknya umat Islam
menjadi berbagai golongan dan partai.

Akidah yang semula teguh dan mantap telah menjadi goyah dan goncang dalam
hati. Keimanan pun tidak meresap dalam jiwa sehingga akidah itu tidak lagi dapat
menguasai jalan kehidupan yang harus ditempuh oleh setiap umat muslim dan
kehidupan yang harus ditempuh oleh setiap umat muslim dan bahkan keimanan
itu sendiri tidak dapat lagi menjadi pusat pemerintahan yang menjiwai segala
tindak dan langkahnya orang yang mengaku sebagai pemeluknya.

Umat islam tidak lagi menetapi sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Menjadi pribadi yang cukup cakap untuk menjadi pemimpin umat serta pemberi
petunjuk kepada seluruh bangsa di dunia. Ini merupakan akibat dari kelemahan
yang datang bertubi-tubi sebagimana diuraikan di atas.

D. Prinsip-prinsip Aqidah Islam

prinsip-prinsip aqidah Islam,yaitu sesuatu yang diwahyukan Allah yang


diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW,untuk diajarkan
kepada ummatnya danterpelihara kemurniaannya sampai hari akhirzaman

Dasar Aqidah Islam sebagai prinsip-prinsip aqidah Islam adalah Iman kepada
Allah, Imankepada para Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman
kepada para nabi dan rasul-Nya, Iman kepada hari akhir,serta Imanuntuk takdir
yang baik dan buruk,sebagaimana mestinyaditunjukkan dalam Kitabullah dan
SunnahRasul-Nya.

Prinsip-prinsip Aqidah Islam secara keseluruhan

1. Pengakuan dan keyakinan bahwa Allah SWT esa

7
2. Berserah diri kepada Allah dengan bertauhid, maksud prinsip ini adalah
beribadah murni kepada Allah semata, tidak pada lainnya.

3. Pengakuan bahwa para nabi telah diangkat dengan sebenarnya oleh Allah SWT
untuk menuntun umatnya

4. Taat kepada Allah dengan melakukan ketaatan

5. Terlepas diri dari syirik dan perilaku syirik

6. Kepercayaan akan adanya hari kebangkitan

7. Berkeyakinan bahwa Allah SWT adalah maha adil

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketauhidan telah muncul sejak diciptanya Adam AS oleh Allah SWT. Adam
diperintahkan untuk mengajarkan Tauhid kepada anak cucunya. Akan tetapi
semenjak nabi Adam wafat, mulai terjadilah penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan oleh bani Adam ini, sehingga Allah mengutus nabi Nuh AS sebagai
Nabi dan nenek moyang ke-2 bagi umat manusia.

Begitulah watak manusia, makin lama makin mengendur ketauhidannya. Allah


mengutus para Rosul-Nya untuk memberi peringatan agar umat manusia kembali
ke jalan-Nya yang lurus hingga nabi terahir, yaitu nabi Muhammad.

Pada zaman nabi Muhammad adalah masa penyusunan peraturan-peraturan,


penetapan pokok-pokok akidah dan penyatuan umat Islam serta masa untuk
mebangun kedaulatan Islam. Pada masa ini orang-orang Islam langsung tertuju
kepada Rosulullah SAW untuk mengetahui dasar-dasar agama dan hukum-hukum
syariah. Disamping itu mereka juga disinari oleh nur wahyu dan petunjuk-
petunjuk Al-qur’an.

8
Setelah Rosulullah SAW wafat, kepemimpinan diambil oleh Khulafaurrosyidin.
Dalam masa kedua Kholifah pertama, yakni Abu bakar dan Umar, penetapan
pokok-pokok akidah masih seperti kala Rosulullah SAW. Di masa Usman dan Ali
timbullah beberapa golongan dan partai yang diakibatkan akan terjadinya
kekacauan politik yang kemudian masing-masing dari mereka berusaha
mempertahankan pendiriannya dan terbukalah pintu takwil bagi nash-nash
Alqur’an dan hadist, juga terjadi pembuatan periwayatan-periwayatan palsu. Oleh
sebab itu pembahasan mengenai akidah mulai subur dan berkembang selangkah
demi selangkah dan kian hari kian membesar dan meluas.

Adapun prinsip-prinsip akidah Islam yaitu Pengakuan dan keyakinan bahwa


Allah SWT esa, Berserah diri kepada Allah dengan bertauhid, maksud prinsip ini
adalah beribadah murni kepada Allah semata, tidak pada lainnya, Pengakuan
bahwa para nabi telah diangkat dengan sebenarnya oleh Allah SWT untuk
menuntun umatnya, Taat kepada Allah dengan melakukan ketaatan, Terlepas diri
dari syirik dan perilaku syirik, Kepercayaan akan adanya hari kebangkitan,
Berkeyakinan bahwa Allah SWT adalah maha Esa.

B. Saran

Demikian makalah yang dapat kami buat, kami sebagai penyusun menyadari
bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami sebagai
penyusun memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik
dalam penyusunan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif demi untuk menyempurnakan makalah ini dan berikutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat dan kita bisa mengambil hikmah yang terkandung di
dalamnya. Amiin.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://mutmainnahjudge.blogspot.com/2013/10/kesatuan-dan-keragaman-akidah-
dalam.html?m=1

https://www.coursehero.com/file/53056555/Prinsip-prinsip-Aqidah-Islampptx/

10

Anda mungkin juga menyukai