AKIDAH AKHLAK
OLEH :
AISYAH
NIM: 90400121114
WIWIT DAFINA
NIM: 90400121116
ST. NUR AISYAH
NIM:90400121126
JURUSAN AKUNTANSI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, nikmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikanmakalah ini dengan baik yang berjudul “AKIDAH
Sebelumnya, kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Wahidah Abdullah
selaku dosen pengajar mata kuliah Aqidah akhlak. Dan juga kepada pihak yang
telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami sebagai penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikianlah yang dapat kami sapaikan. Kami telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Namun inilah kemampuan kami. Oleh
karena itu, kami sangat membutuhkan kritik maupun saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan juga semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..............................................................................................iii
A. Latar Belakang...............................................................................................iii
B. Rumusan Masalah..........................................................................................iii
C. Tujuan.............................................................................................................iv
BAB II......................................................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................1
A. Kesatuan Akidah semenjak Nabi adam a.s hingga nabi Muhammad SAW....1
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan.....................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
iii
2. Dapat mengetahui Jalan yang Ditempuh Para rasul dalam Menanamkan
Akidah
3. Memahami Keragaman Akidah dalam Islam dan permasalahannya?
4. Mengetahui Prinsip-prinsip Aqidah Islam
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesatuan Akidah semenjak Nabi adam a.s hingga nabi Muhammad SAW.
Manusia, sejak masa azali, telah dimintai kesaksiannya tentang siapa Tuhan
mereka. Ketika nabi adam a.s diturunkan kedunia, beliau membawa serta akidah
ketauhidan itu. Akidah tauhid ini beliau ajarkan kepada anak cucunya sampai
turun temurun. Ketika nabi adam wafat, diantara cucu-cucu beliau terdapat
beberapa orang yang menyimpang dari akidah ini karena godaan syaitan. Dari
penyimpanan akidah inilah kelak lahir kepercayaan-kepercayaan yang sesat dan
menyimpang dari agama yang benar. Jumlah mereka yang tersesat itu dari hari
kehari semakin bertambah, sedangkang akidahnya pun semakin jauh dari
sumbernya yang asli. Untuk mengembalikan akidah yang sesat itu, Allah
mengutus seorang rasul yang dipilihnya dari kalangan anak cucu adam dengan
membawa akidah tauhid pula. Rasul baru ini lalu menyampaikan ajaran untuk
masuk kembali kedalam agama(islam) yang dulu dibawa oleh nabi Adam. Umat
manusia pun, yang waktu itu jumlahnya belum begitu banyak, sebagian kembali
kepada akidah tauhidnya. Namun adapula yang tetap berpegang pada akidahnya
yang telah sesat itu. Ibarat domba-domba, saat mereka diawasi dan diasuh oleh
pengalamnnya, mereka tenang dan tertib. Namun, begitu penggembalanya
pergi,serta merta, domba-domba itu pun berpencaran, dan tidak jarang menjadi
tersesat dan hilang. Begitulah, pada saat rasul sesudah nabi adam itu dipanggil
menghadap Allah untuk selamanya, sebagian dari ummatnya ada yang
menyimpang dari akidah yang diajarkannya. Sementara itu, jumlah manusia pun
terus bertambah dari waktu kewaktu. Pada saat kesesatan itu sudah demikian
nyata, Allah mengutus lagi seorang rasul untuk mengembalikan anak cucu adam
itu pada akidahnya yang benar. Bila sudah demikian, Allah pun mengutus pula
seorang rasul dengan membawa ajaran yang sama, akidah ketauhidan. Begitulah
seterusnya, nabi dan rasul silih berganti datang dan pergi, nabi Adam wafat,
1
tampil nabi Idris, nabi Idris wafat, datang nabi Nuh, nabi Nuh wafat, diutus pula
nabi Shalih dan seterusnya bersambung panjang membentuk garis vertikal dari
nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW.
Tidak semua rasul yang diutus Allah itu mendapat sambutan yang baik dari
ummatnya. Hampir seluruhnya mendapat tantang dari ummatnya, dan bahkan
adapula yang diusir dari negerinya, disiksa, dan dibunuh. Sekalipun demikian,
selalu ada pengikutnya yang melanjutkan ajaran para rasul itu.
Dengan demikian, hakikatnya akidah tauhid merupakan akidah yang satu yang
merentang panjang dari Adam hingga nabi Muhammad, itulah yang dimaksud
dengan kesatuan akidah dalam sejarah ummat manusia ini. Adapun ajaran-ajaran
agama yang tidak mencerminkan ketauhidan, hanyalah merupakan penyimpangan
dari akidah ketauhidan yang satu itu. Adanya kepercayaan terhadap zat yang maha
tinggi dikalangan berbagai bangsa primitif seperti yang selama ini dibuktikan oleh
para ahli,selain menjadi bukti bahwa beragama itu merupakan naluri manusia
sekaligus bisa dinyatakan sebagai sisa-sisa akidah tauhid yang dibawa oleh para
nabi terdahulu serta membantah kebenaran teori evolusi dalam kepercayaan
ummat manusia. Kalaupun ada yang bisa disebut evolusi hal itu terdapat pada
peningkatan dan penyempurnaan syariat yang ditetepakan Allah utnuk mengatur
kehidupan mansuia. Syariat itu dimaksudkan untuk mengatur kehidupan manusia,
sedangkan kehidupan it uterus berkembang dari waktu kewaktu maka syariat yang
ditetapkan oleh Allah terlihat mengalami peningkatan dan penyempurnaan, pada
masa nabi Adam, ketika jumlah manusia masih bisa dihitung dengan jari, syariat
Allah membenarkan pernikahan antara saudara kandung sendiri. Akan tetapi,
pada saat manusia sudah berkembang menjadi ummat yang besar syariat Allah
yang berkaitan hal ini kemudia disempurnakan. Demikian pula syariat yang
berkenaan dengan aspek kehidupan lain yang mencapai puncak kesempurnaannya
pada saat kerasulan nabi Muhammad SAW. Itulah makna firman Allah SWT
dalam surah Al-Baqarah Ayat 213 yang artinya “ manusia itu adalah ummat yang
satu (setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi
kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama meerka
2
kitab dengan benar untuk member keputusan diantara manusia tentang perkara
yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu, melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka kitab,yaitu setelahg datang kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki anatra mereka sendiri. Maka
Allah member petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal-
hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendaknya. Alllah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendakinya kepada jalan yang lurus”
Allah juga berfirman dalam surah Al-Mu’minun ayat 52-53 yang artinya “
sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu
dan aku adalah Tuhanmu maka bertakwalah kepadaku. Kemudia, mereka
pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi
beberapa pecahan tiap-tiap golongan merasa bangsa dengan apa yang ada pada
sisi mereka (maisng-masing)”.
Begitu juga firman Allah SWT dalam surah An-Nisa ayat 163-164 yang artinya “
sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah
memberikan wahyu pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak
cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman, dan kami berikan Zabur
kepada daud, dan kami telah mengutus rasul-rasul yang sungguh telah kami
kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak kami
kisahkan kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”
Apa yang biasa ditarik dari ketiga ayat tersebut diatas, dan juga berbagi ayat lain
yang sejenis adalah para nabi itu semuanya menyerukan ajaran yang sama yakni
Tauhid.
Telah disebutkan di muka bahwa para rasul diutus oleh Allah untuk
memurnikan akidah umat manusia. Ajaran akidah yang mereka bawa bisa dibilang
ringan dan mudah. Di samping itu, ajaran-ajaran yang mereka bawa itu mudah
3
dimengerti, dipahami, dan diterima dengan akal sehat, Para rasul tersebut
menyuruh umatnya mengarahkan pandangannya untuk memikirkan tanda-tanda
kekuasaan Tuhan.
Allah SWT. Membuat kesaksian pada generasi itu bahwa mereka benar-benar
memperoleh ketinggian dan keistimewaan yang khusus, sebagaimana firman-Nya
yang artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’aruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah,” (Q.S Ali –Imran [3]: 110)
Keimanan yang dimiliki oleh sebagian sahabt Nabi SAW. Itu mencapai tingkat
yang dapat dikatakan, “Andaikata tabir pun disingkapkan, tidaklah bertambah
keyakinanku”. Maksudnya ialah sudah penuh dan berada di puncak yang tertinggi,
sekalipu tabir kegaiban terbuka, keyakinan itu tidak ditambah lagi.
4
C. Keragaman Akidah dalam Islam dan permasalahannya
Semenjak kadaulatan Negara Tauhid berdiri di bawah pimpinan Rasul Allah yang
terakhir yakni, Nabi Muhammad SAW, keadaan akidah tetap dalam kesuciaannya
yang berasal dari wahyu ilahi dan ajaran-ajaran yang diberikan dari langit. Dasar
utamanya yang digunakan sebagai pedoman adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Pada tingkat permulaan, yang dituju ialah memberikan didikan dalam watak dan
tabiat, meluhurkan sifat-sifat yang bersangkutan dengan gharizah qalbu dan cara
didikan yang harus dilalui dan ditempuh. Maksudnya ialah setiap manusia dari
kalangan masyarakat itu dapat memperoleh keluhuran yang yang sesuai dengan
kehormatan dan kemuliaan dirinya sehingga tumbuhlah suatu kekuatan secara
otomatis yang amat kokoh dalam kehidupan.
Selanjutnya, setelah datang masa pertikaian yang banyak berdasarkan siasat dan
politik, apalagi setelah adanya hubungan dengan pemikiran-pemikiran filsafat dan
ajaran-ajaran agama lain, kemudian memaksa otak manusia untuk menyelami
sesuatu yang tidak kuasa dicapainya, itulah yang menjadi sebab pokok terjadinya
pergantian atau penyelewengan dari jalan yang ditempuh oleh para nabi dan rasul.
Ini pula yang merupakan sebab utama keimanan yang asalnya cukup luas dan
mudah diterima, serta amat tinggi nilainya lalu menjadi berbagai macam
pemikiran yang berisikan atau menjadi bahan kiasan yang banyak diperselisihkan
menurut ketentuan mantik atau ilmu bahasanya, juga menjadi pokok perdebatan
dan perselisihan pendapat yang tidak berujung dan berpangkal sama sekali.
Ajaran keimanan yang sudah berubah itu, akhirnya tidak lagi mencerminkan
keimanan yang dapat menjadikan jiwa kembali suci, amal perbuatan menjadi
mulia dan baik, atau memberi semangat gerak pada perseorangan dapat memberi
daya hidup pada umat dan bangsa.
Sebagai akibat dari perselisihan dalam berbagai persoalan siasat dan politik,
terjadi penyelewengan ajaran-ajaran tauhid yang dibawa oleh para rasul, dan
paham pemikiran madzhab-madzhab itu berpecah-belah menjadi beberapa
5
golongan. Para tokohnya, kemudian memberikan pengajaran yang berlainan,
berbeda antara satu dan lainnya.
2. Apakah sifat-sifat Allah SWT. Yang dztiah itu kekal ataukah dapat lenyap
darinya?
4. Apakah wajib atas Allah SWT. Itu mengerjakan yang baik atau yang terbaik
ataukah yang wajib?
5. Apakah baik ataua buruk itu dapat dikenal dengan akal atau dengan syari’at?
6. Apakah Allah SWT. Itu wajib memberi pahala kepada orang yang taat dan
menyiksa kepada orang yang bermaksiat ataukah tidak wajib sedemikian?
7. Apakah Allah SWT. Dapat dilihat di akhirat nanti ataukah hal itu mustahil sama
sekali?
6
8. Bagaimanakah hukum seseorang yang menumpuk-numpuk dosa besar sehingga
matinya tidak bertobat?
Akidah yang semula teguh dan mantap telah menjadi goyah dan goncang dalam
hati. Keimanan pun tidak meresap dalam jiwa sehingga akidah itu tidak lagi dapat
menguasai jalan kehidupan yang harus ditempuh oleh setiap umat muslim dan
kehidupan yang harus ditempuh oleh setiap umat muslim dan bahkan keimanan
itu sendiri tidak dapat lagi menjadi pusat pemerintahan yang menjiwai segala
tindak dan langkahnya orang yang mengaku sebagai pemeluknya.
Umat islam tidak lagi menetapi sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Menjadi pribadi yang cukup cakap untuk menjadi pemimpin umat serta pemberi
petunjuk kepada seluruh bangsa di dunia. Ini merupakan akibat dari kelemahan
yang datang bertubi-tubi sebagimana diuraikan di atas.
Dasar Aqidah Islam sebagai prinsip-prinsip aqidah Islam adalah Iman kepada
Allah, Imankepada para Malaikat-Nya, Iman kepada kitab-kitab-Nya, Iman
kepada para nabi dan rasul-Nya, Iman kepada hari akhir,serta Imanuntuk takdir
yang baik dan buruk,sebagaimana mestinyaditunjukkan dalam Kitabullah dan
SunnahRasul-Nya.
7
2. Berserah diri kepada Allah dengan bertauhid, maksud prinsip ini adalah
beribadah murni kepada Allah semata, tidak pada lainnya.
3. Pengakuan bahwa para nabi telah diangkat dengan sebenarnya oleh Allah SWT
untuk menuntun umatnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketauhidan telah muncul sejak diciptanya Adam AS oleh Allah SWT. Adam
diperintahkan untuk mengajarkan Tauhid kepada anak cucunya. Akan tetapi
semenjak nabi Adam wafat, mulai terjadilah penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan oleh bani Adam ini, sehingga Allah mengutus nabi Nuh AS sebagai
Nabi dan nenek moyang ke-2 bagi umat manusia.
8
Setelah Rosulullah SAW wafat, kepemimpinan diambil oleh Khulafaurrosyidin.
Dalam masa kedua Kholifah pertama, yakni Abu bakar dan Umar, penetapan
pokok-pokok akidah masih seperti kala Rosulullah SAW. Di masa Usman dan Ali
timbullah beberapa golongan dan partai yang diakibatkan akan terjadinya
kekacauan politik yang kemudian masing-masing dari mereka berusaha
mempertahankan pendiriannya dan terbukalah pintu takwil bagi nash-nash
Alqur’an dan hadist, juga terjadi pembuatan periwayatan-periwayatan palsu. Oleh
sebab itu pembahasan mengenai akidah mulai subur dan berkembang selangkah
demi selangkah dan kian hari kian membesar dan meluas.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, kami sebagai penyusun menyadari
bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami sebagai
penyusun memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik
dalam penyusunan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif demi untuk menyempurnakan makalah ini dan berikutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat dan kita bisa mengambil hikmah yang terkandung di
dalamnya. Amiin.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://mutmainnahjudge.blogspot.com/2013/10/kesatuan-dan-keragaman-akidah-
dalam.html?m=1
https://www.coursehero.com/file/53056555/Prinsip-prinsip-Aqidah-Islampptx/
10