Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK

MENJELASKAN KESATUAN AKIDAH SEMENJAK NABI ADAM as. SAMPAI


KEPADA NABI MUHAMMAD SAW, JALAN YANG DITEMPUH PARA
RASUL DALAM MENANAMKAN AKIDAH, KERAGAMAN AKIDAH DALAM
ISLAM

DOSEN PENGAMPU : Arif Rahman S.H.i M.H.i

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I

Athallah Risar (11000123097)

Selfi Silfani (11000123103)

Deana Syahrawani (11000123099)


KATA PENGANTAR

Segenap puji kami dan syukur kepada Allah SWT Yang telah
memberikan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan tema kesatuan dan
keberagaman akidah dalam islam sebagai tugas mata kuliah
akidah akhlak, Untaian-untaian sholawat serta salam kami
limpahkan keharibaan nabi besar Muhammad SAW nabi yang
membawa risalah yang tak pernah salah, dan mengemban
amanah yang tak pernah khianat sehingga berkat perjuangan
beliaulah sehingga alam ini menjadi tentram, aman, dan
sejahtera. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada semua
pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan
terbentuknya makalah ini, sebagai manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan tentunya makalah yang kami buat ini jauh dari
kesempurnaan,

Samata, 26 September 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................2
A. Kesatuan Akidah semenjak Nabi adam a.s hingga nabi Muhammad SAW........................................2
B. Jalan yang Ditempuh Para rasul dalam Menanamkan Akidah...........................................................4
C. Keragaman Akidah dalam Islam dan permasalahannya.......................................................................5
BAB III..........................................................................................................................................................7
PENUTUP.....................................................................................................................................................7
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepanjang sejarah, Tauhid digunakan untuk
menetapkan dan menerangkan segala apa yang diwahyukan
Allah kepada RasulNya. Perkembangan Tauhid mengalami
beberapa tahapan sesuai dengan dengan perkembangan
manusia, yang dimulai pada masa nabi Adam, Rasulullah SAW,
masa Khullafaurrasyidun, sampai sekarang, walaupun demikian
dari nabi Adam hingga sekarang aqidah dalam islam tetap satu
yaitu mengesakan Tuhan.
.

B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana kesatuan aqidah islam semenjak nabi
Adam hingga nabi Muhammad SAW.?
b) jalan apa yang ditempuh para Rasul dalam menanamkan
akidah islam?
c) Bagaimana keberagaman akidah dalam islam dan
permasalahannya?
C. Tujuan
a) Mengetahui kesatuan aqidah islam semenjak nabi Adam
hingga nabi Muhammad SAW
b) Mengetahui jalan yang ditempuh para Rasul dalam
menanamkan akidah islam?
c) Mengetahui keberagaman akidah dalam islam dan
permasalahannya?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesatuan Akidah semenjak Nabi adam a.s hingga nabi Muhammad SAW.

Allah mengutus seorang rasul dengan membawa ajaran yang


sama, akidah ketauhidan. Begitulah seterusnya, nabi dan rasul silih
berganti datang dan pergi, nabi Adam wafat, tampil nabi Idris, nabi
Idris wafat, datang nabi Nuh, nabi Nuh wafat, diutus pula nabi Shalih
dan seterusnya bersambung panjang membentuk garis vertikal dari
nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad SAW. Adapun
anak cucu adam yang menyimpang dari akidah yang benar,
membentuk cabang dan ranting-ranting yang terus berkembang
menjadi beribu-ribu agama dan kepercayaan yang sesat

Tidak semua rasul yang diutus Allah itu mendapat sambutan


yang baik dari ummatnya. Hampir seluruhnya mendapat tantang dari
ummatnya, dan bahkan adapula yang diusir dari negerinya, disiksa,
dan dibunuh. Sekalipun demikian, selalu ada pengikutnya yang
melanjutkan ajaran para rasul itu.

Dengan demikian, hakikatnya akidah tauhid merupakan akidah


yang satu yang merentang panjang dari Adam hingga nabi Muhammad,
itulah yang dimaksud dengan kesatuan akidah dalam sejarah ummat
manusia ini. Adapun ajaran-ajaran agama yang tidak mencerminkan
ketauhidan, hanyalah merupakan penyimpangan dari akidah
ketauhidan yang satu itu. Adanya kepercayaan terhadap zat yang
maha tinggi dikalangan berbagai bangsa primitif seperti yang selama
ini dibuktikan oleh para ahli,selain menjadi bukti bahwa beragama itu

2
merupakan naluri manusia sekaligus bisa dinyatakan sebagai sisa-sisa
akidah tauhid yang dibawa oleh para nabi terdahulu serta membantah
kebenaran teori evolusi dalam kepercayaan ummat manusia. Kalaupun
ada yang bisa disebut evolusi hal itu terdapat pada peningkatan dan
penyempurnaan syariat yang ditetepakan Allah utnuk mengatur
kehidupan mansuia. Syariat itu dimaksudkan untuk mengatur
kehidupan manusia, sedangkan kehidupan it uterus berkembang dari
waktu kewaktu maka syariat yang ditetapkan oleh Allah terlihat
mengalami peningkatan dan penyempurnaan, pada masa nabi Adam,
ketika jumlah manusia masih bisa dihitung dengan jari, syariat Allah
membenarkan pernikahan antara saudara kandung sendiri. Akan
tetapi, pada saat manusia sudah berkembang menjadi ummat yang
besar syariat Allah yang berkaitan hal ini kemudia disempurnakan.
Demikian pula syariat yang berkenaan dengan aspek kehidupan lain
yang mencapai puncak kesempurnaannya pada saat kerasulan nabi
Muhammad SAW. Itulah makna firman Allah SWT dalam surah Al-
Baqarah Ayat 213 yang artinya “ manusia itu adalah ummat yang satu
(setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus para nabi sebagai
pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama meerka kitab dengan benar untuk member keputusan
diantara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Tidaklah berselisih tentang kitab itu, melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka kitab,yaitu setelahg datang kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki anatra
mereka sendiri. Maka Allah member petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal-hal yang mereka perselisihkan
itu dengan kehendaknya. Alllah selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendakinya kepada jalan yang lurus”

Apa yang biasa ditarik dari ayat diatas, dan juga berbagi ayat lain
yang sejenis adalah para nabi itu semuanya menyerukan ajaran yang
sama yakni Tauhid.

3
B. Jalan yang Ditempuh Para rasul dalam Menanamkan Akidah
Telah disebutkan di muka bahwa para rasul diutus oleh Allah
untuk memurnikan akidah umat manusia. Ajaran akidah yang mereka
bawa bisa dibilang ringan dan mudah. Di samping itu, ajaran-ajaran
yang mereka bawa itu mudah dimengerti, dipahami, dan diterima
dengan akal sehat, Para rasul tersebut menyuruh umatnya
mengarahkan pandangannya untuk memikirkan tanda-tanda
kekuasaan Tuhan.

Seperti rasul-rasul terdahulu, Nabi Muhammad SAW. Pun


menanamkan akidah itu dalam hati dan jiwa umatnya. Beliau
menyuruh umatnya agar pandangan dan pemikiran mereka diarahkan
dan ditujukan kejurusan ini. Akal mereka digerakkan dan fitrah mereka
dibangunkan sambil mengusahakan penanaman akidah itu dengan
memberikan didikan, lalu disuburkan dan dikokohkan, sehingga dapat
mencapai puncak kebahagiaan yang dicita-citakan.

Rasulullah SAW. Dapat mengubah umatnya yang semula


menyembah berhala dan patung, melakukan syirik dan kufur, menjadi
umat yang berakidah tauhid, mengesakan Tuhan seru sekalian alam.
Hati mereka dipompa dengan keimanan dan keyakinan. Beliau dapat
pula membentuk sahabat-sahabatnya menjadi pemimpin yang harus
diikuti dalam hal perbaikan akhlak dan budi bahkan menjadi
pembimbing kebaikan dan keutamaan. Lebih dari itu lagi, beliau telah
membentuk generasi dari umatnya sebagai suatu bangsa yang menjadi
mulia dengan sebab adanya keimanan dalam dada mereka , berpegang
teguh pada hak dan kebenaran. Pada saat itu umat yang berada
dibawah pimpinannya, bagaikan matahari dunia, dan mengajak
kesejahteraan dan keselamatan pada seluruh umat manusia.

Allah SWT. Membuat kesaksian pada generasi itu bahwa mereka


benar-benar memperoleh ketinggian dan keistimewaan yang khusus,
sebagaimana firman-Nya yang artinya:

4
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’aruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan
beriman kepada Allah,”

(Q.S Ali –Imran [3]: 110)

Keimanan yang dimiliki oleh sebagian sahabt Nabi SAW. Itu


mencapai tingkat yang dapat dikatakan, “Andaikata tabir pun
disingkapkan, tidaklah

C. Keragaman Akidah dalam Islam dan permasalahannya

bertambah keyakinanku”. Maksudnya ialah sudah penuh dan


berada di puncak yang tertinggi, sekalipu tabir kegaiban terbuka,
keyakinan itu tidak ditambah lagi.

Semenjak kadaulatan Negara Tauhid berdiri di bawah pimpinan


Rasul Allah yang terakhir yakni, Nabi Muhammad SAW, keadaan
akidah tetap dalam kesuciaannya yang berasal dari wahyu ilahi dan
ajaran-ajaran yang diberikan dari langit. Dasar utamanya yang
digunakan sebagai pedoman adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis. Pada
tingkat permulaan, yang dituju ialah memberikan didikan dalam watak
dan tabiat, meluhurkan sifat-sifat yang bersangkutan dengan gharizah
qalbu dan cara didikan yang harus dilalui dan ditempuh. Maksudnya
ialah setiap manusia dari kalangan masyarakat itu dapat memperoleh
keluhuran yang yang sesuai dengan kehormatan dan kemuliaan dirinya
sehingga tumbuhlah suatu kekuatan secara otomatis yang amat kokoh
dalam kehidupan.

Selanjutnya, setelah datang masa pertikaian yang banyak


berdasarkan siasat dan politik, apalagi setelah adanya hubungan
dengan pemikiran-pemikiran filsafat dan ajaran-ajaran agama lain,

5
kemudian memaksa otak manusia untuk menyelami sesuatu yang
tidak kuasa dicapainya, itulah yang menjadi sebab pokok terjadinya
pergantian atau penyelewengan dari jalan yang ditempuh oleh para
nabi dan rasul. Ini pula yang merupakan sebab utama keimanan yang
asalnya cukup luas dan mudah diterima, serta amat tinggi nilainya
lalu menjadi berbagai macam pemikiran yang berisikan atau menjadi
bahan kiasan yang banyak diperselisihkan menurut ketentuan mantik
atau ilmu bahasanya, juga menjadi pokok perdebatan dan perselisihan
pendapat yang tidak berujung dan berpangkal sama sekali.

Ajaran keimanan yang sudah berubah itu, akhirnya tidak lagi


mencerminkan keimanan yang dapat menjadikan jiwa kembali suci,
amal perbuatan menjadi mulia dan baik, atau memberi semangat gerak
pada perseorangan dapat memberi daya hidup pada umat dan bangsa.

Sebagai akibat dari perselisihan dalam berbagai persoalan siasat


dan politik, terjadi penyelewengan ajaran-ajaran tauhid yang dibawa
oleh para rasul, dan paham pemikiran madzhab-madzhab itu berpecah-
belah menjadi beberapa golongan. Para tokohnya, kemudian
memberikan pengajaran yang berlainan, berbeda antara satu dan
lainnya.

Setiap ajaran mencerminkan corak tersendiri dari cara pemikiran


tertentu. Masing-masing pihak menganggap bahwa apa yang mereka
miliki dan mereka pegang sajalah yang benar, sedangkan yang lain,
yang tidak sepaham dengannya, adalah salah. Demikianlah, anggapan
setiap golongan. Bahkan, ada anggapan yang lebih ekstrem lagi, yakni
siapa saja yang tidak masuk ke dalam golongan kelompoknya
dianggap ke luar dari Islam (kafir).

Umat islam tidak lagi menetapi sebagaimana yang dikehendaki


oleh Allah SWT. Menjadi pribadi yang cukup cakap untuk menjadi
pemimpin umat serta pemberi petunjuk kepada seluruh bangsa di
dunia. Ini merupakan akibat dari kelemahan yang datang bertubi-
tubi sebagimana diuraikan di atas.

6
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketauhidan telah muncul sejak diciptanya Adam AS oleh Allah
SWT. Adam diperintahkan untuk mengajarkan Tauhid kepada anak
cucunya. Akan tetapi semenjak nabi Adam wafat, mulai terjadilah
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh bani Adam ini,
sehingga Allah mengutus nabi Nuh AS sebagai Nabi dan nenek moyang
ke-2 bagi umat manusia.

Pada zaman nabi Muhammad adalah masa penyusunan


peraturan-peraturan, penetapan pokok-pokok akidah dan penyatuan
umat Islam serta masa untuk mebangun kedaulatan Islam. Pada masa
ini orang-orang Islam langsung tertuju kepada Rosulullah SAW untuk
mengetahui dasar-dasar agama dan hukum-hukum syariah. Disamping
itu mereka juga disinari oleh nur wahyu dan petunjuk-petunjuk Al-
qur’an.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://prezi.com/p/5xxiz044vbpe/kesatuan-dan-keragaman-
akidah-islam-by-kuteb/
Mujib,Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2006
Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam,(Yogyakarta: LPPI
Universitas Muhammadiyah, 2006
http://ambarafifah.blogspot.com/2017/11/akidah-islam-1_24.html

Anda mungkin juga menyukai