Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


AKIDAH ISLAM

DISUSUN OLEH :

ARFIN KUSUMO WICAKSONO

NPM : 23150220003

DOSEN PENGAMPU : MUHISOM ,M.Pd I

FAKULTAS TEKNIK

TEKNOLOGI REKAYASA OTOMOTIF

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat allah SWT.yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kami bias menyelesaikan makalha ini yang bertujuan untuk memenuhi
tugass mata pelajaran “Pendidikan agama islam” yaitu ‘tentang akidah islam’

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan dan selesainya makalah ini
masih banyak sekali kekurangan baik dalam segi susunan kalimat,tata
bahasa,ataupun materi.Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis sangat
menerima segala kritik dan sumbang sarannya kepada pembaca guna memperbaiki
isi dalam makalah ini.

Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat sama sama menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan,dan terakhir kami ucapkan mohon maaf apabila masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini.

UNIVERSITAS LAMPUNG 30-AGUSTUS-2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………….
LATAR BELAKANG………………………………………………..
1,AKIDAH ISLAM…………………………………………………..
BAB 2 POKOK PEMBAHASAAN………………………………...
1.1 PENGERTIAN AKIDAH……………………………………….
1.2 SEJARAH PERKEMBANGAN………………………………..
1.3 KONSEP BERTUHAN DALAM ISLAM……………………..
1.4 BERIMAN DAN BERTAKWA
BAB 3 ………………………………………………………………
KESIMPULAN……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan

tentang wujud Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya,

baik dalam zat, sifat-sifat maupun perbuatannya (Basyri, 1988: 43). Akhlak

mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya sudah baik maka dengan

sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Iman yang teguh pasti tidak ada

keraguan dalam hatinya dan tidak tercampuri oleh kebimbangan. Beriman

kepada Allah pasti akan melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi

larangannya. Beriman kepada Allah juga harus beriman kepada malaikat,

Nabi, kitab, hari akhir, qada dan qadar Allah.


BAB 2
PEMBAHASAN
1.1Tentang akidah islam
Akidah Islam adalah istilah yang merujuk pada keyakinan dan kepercayaan yang
ada dalam agama Islam. Akidah ini merupakan aspek yang sangat penting dalam
agama Islam karena menentukan pandangan dan sikap seseorang terhadap Allah,
Nabi Muhammad, kitab-kitab suci Islam, malaikat, hari kiamat, qada dan qadar, serta
perkara-perkara lain yang berkaitan dengan keyakinan agama.

Istilah “Aqidah” atau sering dieja “akidah” berasal dari kata bahasa Arab: al-‘aqdu
(‫ )اْﻟَﻌْﻘُﺪ‬yang berarti “ikatan”, at-tautsiiqu (‫ﻖ‬ُ ‫ )اﻟَّﺘْﻮِﺛْﻴ‬yang berarti “kepercayaan atau
keyakinan yang kuat”, al-ihkaamu (‫ﺣَﻜﺎُم‬ ْ ِ ‫ )ْاﻹ‬yang artinya “mengokohkan” atau
“menetapkan”, dan ar-rabthu biquw-wah (‫ﻂ‬ ُ ‫ )ِﺑُﻘَّﻮٍة اﻟَّﺮْﺑ‬yang berarti “mengikat dengan
kuat”.

Sebagian besar umat Islam tentu sudah tidak asing lagi dengan kata “Aqidah”.
Karena Istilah ini selalu muncul dalam pelajaran agama Islam. Namun, tidak semua
orang memahami dengan benar apa itu Aqidah dan fungsinya dalam kehidupan.
Secara umum, pengertian aqidah adalah ikatan atau keyakinan yang kuat pada
seseorang terhadap apa yang diyakininya.

Dalam Islam, Aqidah mencakup iman kepada Allah SWT dan sifat-sifat-Nya. Secara
bahasa, Aqidah dapat diartikan sebagai ikatan atau kepercayaan. Sedangkan dari
segi aqidah adalah keyakinan yang kuat terhadap suatu zat tanpa ada keraguan
sedikit pun.

Secara garis besar Aqidah Islam mencakup semua rukun iman, yaitu iman kepada
Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Kiamat dan iman kepada Qada dan Qadar. Pada
hakekatnya, pengertian Aqidah adalah suatu keyakinan tertentu tanpa ada keraguan
sedikit pun. Oleh karena itu, berpegang pada Aqidah yang benar merupakan
kewajiban bagi umat Islam.
Adapun menurut istilah, akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus
dipegang oleh orang yang mempercayainya. Sehingga, pengertian akidah Islam
adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap
muslim dengan bersandar pada dalil-dalil naqli dan aqli.

1.2Sejarah dan Perkembangan

Sejarah dan perkembangan akidah Islam bisa ditelusuri dari masa awal
penyebaran Islam, saat Nabi Muhammad saw. mulai menyebarkan ajaran Islam di
Mekah dan Madinah pada abad ke-7. Pada saat itu, kepercayaan masyarakat Arab
pada berhala dan berbagai macam dewa-dewi masih sangat kuat. Nabi Muhammad
saw. mengajarkan adanya satu Tuhan yang Mahaesa dan mengajak umatnya untuk
meninggalkan penyembahan berhala dan menyembah hanya kepada Allah.

Dalam perkembangannya, akidah Islam mengalami penyempurnaan melalui proses


interpretasi dan diskusi di kalangan ulama dan cendekiawan Muslim. Hasil dari
pendalaman dan pemahaman terhadap Al-Quran dan hadis Nabi menjadi acuan
utama dalam menentukan keyakinan dan ajaran agama Islam. Para ulama Islam
seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hanbal, dan
para ulama lainnya memainkan peran penting dalam menyusun prinsip-prinsip
akidah Islam.

Islam mulai disiarkan sekitar tahun 612 di Makkah. Dikarenakan penyebaran agama
baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad kemudian pindah
(hijrah) ke Madinah pada 622 M. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.

Sekalipun dakwah Muhammad pada periode Makkah bisa dibilang berat dan gagal
secara politis atau paling tidak belum menemukan hasil yang setimpal, tetapi dia
telah berhasil menancapkan kekuatan dan tonggak iman kepada sedikit pengikutnya
yang kelak menjadi penyebar ajaran-ajaran tauhid, bahkan ekspansi kekuasaan ke
berbagai belahan dunia.Agama ini dapat berkembang dengan cepat karena Islam
mengatur hubungan manusia dan Tuhan. Islam disebarluaskan tanpa paksaan
kepada setiap orang untuk memeluknya

Sejauh menyangkut kedatangan Islam di Nusantara, muncul diskusi dan perdebatan


panjang di antara para ahli. Biasanya perdebatan mereka berkisar kepada tiga topik,
yaitu tempat asal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya.
Dalam hal masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan berbagai teori.

Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia,


banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada
abad ke-7 berdasarkan Berita Tionghoa zaman Dinasti Tang. Berita itu mencatat
bahwa pada abad ke-7 terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa
Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.

Adapun pendapat yang menyatakan Islam masuk Nusantara pada abad ke-13
Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya
kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan
Marco Polo yang menerangkan bahwa dia pernah singgah di Perlak pada 1292 dan
berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam.

Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam Raja
Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297 M. Jika diurutkan
dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini
menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut
perdagangan internasional dari barat ke timur, dan berikutnya ialah Kerajaan
Samudra Pasai.
1.3Konsep Bertuhan Dalam Islam

Konsep bertuhan dalam Islam didasarkan pada keyakinan akan keesaan Allah
dan adanya keteraturan dan keadilan dalam penciptaan-Nya. Pewujudan konsep ini
ditunjukkan melalui pengabdian dan penyembahan yang tulus kepada Allah, serta
menghormati dan mematuhi segala perintah dan larangan-Nya. Dalam Islam, Allah
adalah sumber kehidupan, kekuatan, dan petunjuk bagi umat-Nya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Ketuhanan yaitu segala sesuatu yang
berhubungan dengan sifat keadaan Tuhan atau segala sesuatu yang berhubungan
dengan Tuhan. Sedangkan Tuhan dalam bahasa arab disebut ilaah yang berarti
dalam "Ma'bud" (yang disembah). Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan "Tuhan",
dalam Al-Qur'an dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau
dipentingkan manusia.

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (Bahasa arab: ) dan diyakini sebagai Maha
Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi,
Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam. Islam menitikberatkan
konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid). Agama
Islam yang diturunkan Allah ta'ala kepada manusia melalui rasul-rasul-Nya, berisi
hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah ta'ala, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta.
Agama islam adalah agama yang sangat menekankan tentang keesaan Tuhan.
Tuhan yang maha esa yang di maksudkan dalam agama islam ialah Allah Swt. Hal
ini sudah terbukti dengan tertulis di dalam ayat alquran dan hadits. Ada beberapa
surah dan hadist diantaranya sebagai berikut :

QS Al-Ikhlas : 1 – 4
Artinya : 1. Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
2. Allah tempat meminta segala sesuatu.
3. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan
4. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”

QS Al – An’am : 1
Artinya : 1. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan
menjadikan gelap dan terang, namun demikian orang-orang kafir masih
mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu.
QS Ash-Shad : 65
Artinya: Katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada kaum musyrik, "Sesungguhnya
aku hanya seorang pemberi peringatan. Adalah tugasku untuk menyampaikan
kepadamu ancaman-Nya yang pedih bagi orang-orang yang mengingkari-Nya. Karena
itu, yakinilah bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.
Konsep Tuhan sebenarnya adalah suatu hal yang dipentingkan oleh setiap makhluk,
Perkataan dipentingkan dapat diartikan untuk setiap makhluk menyerahkan diri untuk
dikuasai (memuja, mecintai serta mengagungkan) oleh Tuhan itu sendiri.
 Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
Konsep ketuhanan dalam islam sebenarnya belum terlalu dipercayai oleh setiap
manusia atau yang masih belum percaya dengan adanya Tuhan. Konsep barat
mengenai ketuhanan adalah suatu pemikiran manusia yang didasarkan atas hasil
pemikiran baik itu sifatnya pengalaman lahiriah maupun pengalaman bathiniyah.
Sejauh ini konsep Barat masih meyakini jika teori evolusionalisme masih di anggap
paling benar. Adanya proses dari kepercayaan yang aman sederhana kemungkinan
menjadi sempurnaMengenai Sejarah Konsep Ketuhanan Menurut Pemikiran Manusia
maka kita ada pada proses perjalanan mengenai sejarah. Apabila teori yang di
munculkan adalah teori evolusionalisme, maka yang akan dikemukakan adalah proses
dari pemikiran sederhana manusia hingga ke yang paling sempurna.

Ini ada beberapa teori tentang evolusionalisme antara lain

- Percaya Kepada Benda

- Percaya Kepada Roh

- Percaya Kepada Dewa

- Percaya 1 Bangsa 1 Tuhan


- Tuhan Untuk Seluruh Bangsa

istilah tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi serta dipatuhi oleh manusia.
Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). istilah ilaah (tuhan) di dalam Al-
Quran konotasinya terdapat 2 kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif
(hawa nafsu) bisa sebagai ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, hewan,
dan lain-lain dapat juga berperan menjadi ilah. Demikianlah seperti dikemukakan
pada surat Al-Baqarah (dua) : 165, sebagai berikut:

Diantara manusia terdapat yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana menyayangi Allahz

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid
(monoteisme). Allah sebagai tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-
ungkapan yang mereka cetuskan, baik pada do'a juga acara-acara ritual. Abu Thalib,
ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (lebih kurang
15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah.
(Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) sudah lazim
digunakan pada kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan
akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah serta lain-lain, sudah
mantap. dari kenyataan tersebut muncul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang
dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam
mendakwahkan konsep ilahiyah menerima tantangan keras dari kalangan
masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep
ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan


dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;
Jika kepada mereka ditanyakan, "Siapa yg membentuk lagit serta bumi, serta
menundukkan mentari dan bulan?" Mereka pasti akan menjawab Allah.
dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa pada-Nya. seseorang baru laik dinyatakan bertuhan
pada Allah Bila dia telah memenuhi segala yg dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti
konsep ketuhanan yang Maha Esa dalam Islam ialah memerankan ajaran Allah yaitu
Al-Quran pada kehidupan sehari-hari. tuhan berperan bukan sekedar Pencipta,
melainkan juga pengatur alam semesta.

Pernyataan lugas serta sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana


dinyatakan pada surat Al-ikhlas. Kalimat syahadat ialah pernyataan lain sebagai
jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-ikhlas tersebut. Ringkasnya Jika
Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah ialah
disamping Allah menjadi Zat, juga Al-Quran menjadi ajaran dan Rasullullah menjadi
Uswah hasanah.

1.4 Beriman dan Bertakwa

. Beriman dan bertakwa adalah dua konsep penting dalam akidah Islam. Beriman
adalah keyakinan dan kepercayaan atas semua ajaran dan pokok-pokok agama
Islam yang diwahyukan oleh Allah melalui Nabi Muhammad saw., termasuk
keyakinan akan hari kiamat dan kehidupan di akhirat. Bertakwa berarti menjauhi
segala perbuatan dosa dan melaksanakan semua perintah Allah dengan penuh
ketaatan. Bertakwa juga berarti memiliki kesadaran akan kehadiran Allah dan
berusaha untuk senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan-Nya.

angsa Indonesia adalah bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sesuai dengan sila pertama Pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Makna Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah Takwa
berarti menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya

Terdapat sebuah hadits menjelaskan bahwa seseorang bisa beriman pada pagi,
namun sorenya menjadi kafir, sebaliknya sore hari beriman, menjadi kafir pada pagi
hari. Waktu yang berubah sangat cepat dalam jangka waktu tidak sampai sehari.
Bisa jadi paginya ia masih beriman adanya Rabb pencipta Alam, sorenya ia sudah
kafir/mengingkari mengenai ada Rabb pencipta di dunia. Apakah benar bisa
demikian?

bisa saja, terlebih di zaman ini di mana syubhat (kerancuan) sangat cepat menyebar
melalui internet dan media sosial. Ternyata banyak menyebar tulisan, video dan
materi yang bisa menyebabkan orang ragu akan keimanannya dan akhirnya
mengingkari (kafir). Tulisan tentang orang yang tidak percaya akan adanya Rabb
pencipta (atheis) sangat banyak menyebar. Demikian juga keyakinan bahwa semua
agama itu sama saja yang penting menjalani hidup. Bisa saja pagi harinya dia
beriman, tetapi sore harinya dia sudah kafir sebagaimana hadits berikut

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ل َﺑﺎِدُروا‬ِ ‫ﻋَﻤا‬ْ َ ‫ﻄِﻊ ِﻓَﺘًﻨﺎ ِﺑاﻷ‬ َ ‫ﻞ َﻛِﻘ‬


ِ ‫ﻢ اﻟَّﻠْﻴ‬
ِ ‫ﻈِﻠ‬
ْ ‫ﺢ اْﻟُﻤ‬
ُ ‫ﺼِﺒ‬
ْ ‫ﻞ ُﻳ‬
ُ ‫ﺟ‬
ُ ‫ﺴﻰ ُﻣْﺆِﻣًﻨﺎ اﻟَّﺮ‬
ِ ‫ﺴﻰ َأْو َﻛﺎِﻓًﺮا َوُﻳْﻤ‬
ِ ‫ﺢ ُﻣْﺆِﻣًﻨﺎ ُﻳْﻤ‬
ُ ‫ﺼِﺒ‬
ْ ‫َﻛﺎِﻓًﺮا َوُﻳ‬
ُ‫ض ِدﻳَﻨُﻪ َﻳِﺒﻴﻊ‬
ٍ ‫ﻦ ِﺑَﻌَﺮ‬
َ ‫اﻟُّﺪْﻧَﻴﺎ ِﻣ‬

“Bersegeralah melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti


potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan
beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam
keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena
sedikit dari keuntungan dunia” [HR. Muslim]

Maksud dari kafir di sini bukanlah makna kiasan, tetapi makna sesungguhnya yaitu
lawan dari iman atau tidak beriman lagi dengan agamanya. Al-Qurthubi menjelaskan
hal ini, beliau berkata

‫ ﻋﻠﻰ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻫﺬا ﺣﻤﻞ ﻓﻲ ﺑﻌﺪ وﻻ إﺣﺎﻟﺔ وﻻ‬،‫أﻓﺴﺪﺗﻬﺎ اﻟﻘﻠﻮب ﻋﻠﻰ ﺗﻮاﻟﺖ إذا واﻟﺸﺪاﺋﺪ اﻟﻤﺤﻦ ﻷن ﻇﺎﻫﺮه‬
‫ ﺑﻐﻠﺒﺘﻬﺎ‬،‫اﻟﺸﻘﻮة ﺳﺒﺐ ﻫﻲ اﻟﺘﻲ اﻟﻐﻔﻠﺔ و اﻟﻘﺴﻮة ﻣﻦ ﻓﻴﻬﺎ ﺗﺆﺛﺮ وﺑﻤﺎ ﻋﻠﻴﻬﺎ‬

“Bukan tidak mungkin untuk memaknai hadits ini dengan makna dzahirnya (benar-
benar kafir), karena ujian dan fitnah apabila datang berturut-turut akan merusak hati
dan mengalahkannya. Akan memberikan pengaruh/dampak berupa kerasnya hati,
kelalaian yang merupakan sebab kebinasaan.” [Al-Mufhim 1/326]

Hadits di atas juga memotivasi kita agar bersegera untuk beramal sebelum datang
waktu di mana kita tidak mampu beramal lagi seperti sakit parah mendadak atau
kematian mendadak yang cukup banyak terjadi di zaman ini. Inilah yang ditekankan
oleh syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, beliau berkata:
‫ ﻳﺒﺎدر اﻟﻤﺆﻣﻦ‬،‫ ﺑﺎﻟﻤﻮت ﻳﺒﺘﻠﻰ ﻗﺪ ﻳﺤﺬر ﺑﺎﻷﻋﻤﺎل‬،‫ ﻣﻮت اﻟﻌﺎﺟﻞ‬،‫ ﻋﻠﻴﻪ ﻳﻔﺴﺪ ﺑﻤﺮض ﻳﺒﺘﻠﻰ ﻗﺪ اﻟﻔﺠﺄة‬،‫ﻓﻼ ﻗﻮﺗﻪ‬
‫ ﻳﺴﺘﻄﻴﻊ‬،‫ ﻳﺒﺘﻠﻰ اﻟﻌﻤﻞ‬،‫أﺧﺮى ﺑﺄﺷﻴﺎء ﻳﺒﺘﻠﻰ ﺑﻬﺮم‬

“Seorang mukmin hendaknya segera beramal dan berhati-hati apabila diuji dengan
kematian yang disegerakan atau kematian mendadak, demikian juga diuji dengan
penyakit yang melumpuhkan kekuatannya atau diuji dengan ketuaan yang lemah
atau diuji dengan hal lainnya.”

Para ulama memperingatkan kita bahwa zaman ini adalah zamannya fitnah dan
ujian serta sibuknya manusia dengan urusan duniannya yang melalaikan. Dua
sumber utama fitnah yaitu syubhat dan syahwat sangat mudah menyambar
manusia di era internet dan sosial media saat ini. Fitnah tersebut perlahan-lahan
akan mengeraskan hati sebagaimana tikat yang dianyam,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ ‫ﻦ ُﺗْﻌَﺮ‬
‫ض‬ ُ ‫ﻋَﻠﻰ اْﻟِﻔَﺘ‬
َ ‫ب‬
ِ ‫ﺼﻴِﺮ اْﻟُﻘُﻠﻮ‬
ِ ‫ﺤ‬
َ ‫ﻋﻮًدا َﻛاْﻟ‬
ُ ‫ﻋﻮًدا‬
ُ

“Fitnah-fitnah akan mendatangi hati bagaikan anyaman tikar yang tersusun seutas
demi seutas”. [ HR.Muslim ]

BAB 3
KESIMPULAN
Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina
setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan
kaca mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang
merefleksikan persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta
menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni dalam dirinya.

Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang mampu
menciptakan mu’jizat dan merealisasikan kemenangan-kemenangan besar di zaman
permulaan Islam.

Demi membina setiap individu muslim, perlu kiranya kita mengingatkannya tentang
sumbangsih-sumbangsih akidah yang telah dimiliki oleh orang-orang sebelumnya
dan meyakinkannya akan validitas akidah itu dalam setiap zaman dan
keselarasannya dengan segala era.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Kaf, Ahmad Hafizh (penj.). Pendidikan Anak Menurut Ajaran Islam.


www.alshia.org

al-Qur’ān al-Karim dan Terjemahanya. Zekr versi 4.1, Terjemahan Bahasa Indonesia oleh
Muhammad Quraish Shihab.

Ali, M. Nashir. 1985. Dasar-dasar Ilmu Mendidik (100 Soal Pokok Pendidikan). Jakarta:
Mutiara Sumber Widya.

Amini, Ibrahim. 2006. Anakmu Amanatnya. Jakarta: al-Huda. _____ . 2006. Agar Tak
Salah Mendidik Anak. Jakarta: al-Huda.

Anies, Muhammad., “Anak Dalam Perspe ktif Al-Qur’ān (Kajian dari Segi Pendidikan),”
Jurnal Al-Jami’ah, UIN Sunan Kalijaga. t. Thn. at-Thabrani,

Azwary, Bayu., “Peran Paramedis dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Masyrakat


di Puskesmas Pembantu Kampung Kasai Kecamatan Pulau Derawan Kabupaten
Berau,” Ejournal Ilmu Pemerintahan., Vol. 1, No. 1, 2013.

Baharun, Hasan., “Pendidikan Anak dalam Keluarga: Telaah Epistimologis,” Pedagogik


Jurnal Pendidikan., Vol. 3. No. 2. Januari-Juni 2016.
Bungin, Burhan. 2006. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. Chatif, Munif. 2012. Orangtuanya Manusia: Melejitkan Potensi dan
Kecerdasan dengan Menghargai Fitrah Setiap Anak. Bandung:

Anda mungkin juga menyukai