Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN TASYRI’

DOSEN PENGAMPUH :
Drs. Sudianto, MA

DISUSUN OLEH:
Aisha Putri Ananda 0203222088
Mutiara Azra Lubis 0203222123
Riki Muhammad Kadapi 0203222136

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim , Assalamu‟alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt. yang memberikan hikmah, hidayah,
kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak yang memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan
penilaian pada mata kuliah Tarikh Tasyri‟. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah berkontribusi baik berupa pikiran ataupun materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman bagi pembaca serta dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Wassalamu‟alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Medan, 10 Oktober 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 5
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
A. Faktor Pendorong Perkembangan Tasyri' .......................................................................... 6
B. Faham dan metode Tasyri‟ Ahl Al Hadits dan Ahl Al Rayi‟ ............................................ 7
C. Pengaruh Golongan Politik Terhadap Tasyri‟ (Khawarij , Syiah dan Jumhur serta faham
Tasyri‟ masing masing) ........................................................................................................ 10
BAB III..................................................................................................................................... 14
PENUTUP ................................................................................................................................ 14
Kesimpulan ........................................................................................................................... 14
Saran ..................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tabiin atau Tabi'in (bahasa Arab: ‫ال تاب عون‬, har. 'pengikut'), adalah orang Islam awal
yang masa hidupnya ketika atau setelah masa hidup Nabi Muhammad namun tidak
mengalami bertemu dengan Nabi Muhammad.1

Tabi'in artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah Para
sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup di masa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam. Generasi Tabi'in mengambil dan penerimaan pelajaran dari sahabat mengenai
tafsir Al-Qur'an, hadis, fatwa-fatwa mereka dan lebih khususnya pengetahuan penetapan
hukum serta metode- metode penetapan-penetapan hukum.['] Keberadaan Tabi'iin ini
diisyaratkan dalam Al- Qur'an surat (At-Taubah 100).

‫و´نوا‬ệ ‫س ¸ ´ ´ لوو´نال‬ ‫´ووا ´ ا ¸ ازل‬ ´‫ ال¸ر‬ę ‫´ز¸ ´ ´˚ ¸ ̧ب¸ ا ´ عو‬ ę̊ ´ ‫ وأ د نه وز وا‬ę ‫سي ذل ك ل‬
‫أ ص ح تا‬ ‫ وش ذل ك أب دا ف ا خ لد‬ę ‫ عظ‬۱۰۰

Artinya: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di
dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (At- Taubah: 100).

Keberadaan Tabi'in juga dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam
sabdanya:

Artinya : "Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu generasi sahabat), kemudian orang-
orang yang mengiringinya (yaitu generasi tabi'in), kemudian orang-orang yang
mengiringinya (yaitu generasi tabi'uttabi'in). "[Diriwayatkanoleh Al- Bukhaariy no. 3650.
Diriwayatkan pula oleh Muslim no. 2535, An-Nasaa'iy 7/17, Ahmad 4/426-427, dan Abu
Dawud no. 4657.].

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: "Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam


memberitakan, sesungguhnya sebaik- baik generasi adalah generasi Beliau secara mutlak. Itu
mengharuskan (untuk) mendahulukan mereka dalam seluruh masalah (berkaitan dengan)
masalah- masalah kebaikan"

1Abdul wahab Khallaf, Sejarah Pembentukan dan perkembangan Hukum Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo),
2002, h.74.

4
Tasyri‟ samawi diturunkan dari Allah Swt., kepada para rasul-Nya untuk
memperbaiki umat dibidang akidah, ibadah dan mu‟amalah. Oleh karena akidah semua
ajaran samawi itu satu dan tidak mengalami perubahan karena ditegakkan atas tauhid
uluhiyah dan rububiyah maka dakwah atau seruan para rasul kepada akidah yang satu itu
semuanya sama. Prinsip dasar ibadah dan mu‟amalah umumnya adalah sama, yaitu bertujuan
untuk membersihkan jiwa dan memelihara keselamatan dan kemaslahatan masyarakat.2

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor faktor perkembangan Tasyri‟

2. Bagaimana faham dan metode Tasyri‟ Ahl Hadits dan Ahl al Rayi‟

3. Apa saja pengaruh golongan politik terhadap Tasyri‟ ( Khawarij, Syi‟ah, dan Jumhur )

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa saja faktor faktor perkembangan Tasyri‟

2. Untuk mengetahui bagaimana faham dan metode Tasyri‟ Ahl Hadits dan Ahl al Rayi‟

3. Untuk mengetahui apa saja pengaruh golongan politik terhadap Tasyri‟ ( Khawarij, Syi‟ah,
dan Jumhur )

2Mannā‟ Khalil Al-Qaththan (selanjutnya disebut Al-Qaththan), Studi Ilmu-ilmu AlQur‟an/Mabāhis Fî Ulûm
Alquran, terj. Mudzakir AS, cet. 17 (Bogor: Litera Antar Nusa, 2016),
325.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Pendorong Perkembangan Tasyri'


Dinamika hukum islam mencapai masa keemasan setelah runtuhnya daulah Umayah.
Naiknya Daulah Bani Abbas memberikan angin segar bagi perkembangan hukum islam.
Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum islam adalah berkembangnya ilmu
pengetahuan didunia islam.3

Masa ini adalah masa kecemerlangan hukum islam (fiqh). Pada masa ini fiqh, telah
berkembang dan menjadi ilmu yang mandiri. Masa ini juga ditandai dengan mulai dirintisnya
ilmu ushul fiqh, perumusan metodologi serta kaidah-kaidah ijtihad yang dipakai para
mujtahid dalam mengambil hukum. Para imam mazhab datang dengan tawaran metodologis
yang matang.

Faktor Pendorongnya antara lain;

1. Luasnya wilayah

Sebagian orang yang daerahnya dikuasai umat islam menjadi penganut islam.
Kemudian mereka belajar agama islam dibawah bimbingan para imam. Di antara ulama yang
menjadi guru adalah penghafal hadits, Alqur‟an, penafsir alqur‟an, dan penjelas Al – sunnah.
Mereka mulai memasuki persaingan dalam pengembangan ilmu, diantaranya ilmu
kedokteran, ilmu logika karya Aristoteles dan sebagainya.

2. Luasnya ilmu pengetahuan

Dalam bidang ilmu kalam terjadi berbagai perdebatan : setiap kelompok memiliki
cara berpikir tersendiri dalam memahami akidah islam. Selain itu, saat terjadi pula
pertarungan pemikiran antara mutakallimin, muhaditsin, dan fuqoha.

3. Adanya upaya umat islam untuk melestarikan Alqur’an

Baik yang dicatat, termasuk yang dikumpulkan dalam satu mushaf, maupun yang
dihafal. Pelestarian alqur‟an melalui hafalan dilakukan dengan mengembangkan cara
membacanya, sehingga saat ini dikenal corak – corak bacaan alqur‟an.

4. Penulisan ilmu dan penerjemahan kitab

Pada masa dinasti Abbasiyyah yang merupaka zaman dibentuknya mazhab-mazhab


fiqh, penulisan ilmu pengetahuan lebih banyak lagi, selain karena karunia Allah juga karena
keadaan yang kondusif bagi lahirnya kebangkian ilmu. Kitab-kitab sunnah dan fiqh sudah
banyak yang ditulis dan Imam Asy-Syafi'I mempunyai adail yang besar dalam menulis ilmu
ushul fiqh. Penulisan ilmu pengetahuan tidak hanya terbatas pada apa yang sudah disebutkan
diatas, tetapi juga meluas pada bidang ilmu tafsir, bahasa, dan adab.
3 Supiana, Materi pendidikan Agama islam,( Bandung: remaja Rosdakarya2000), h.300

6
Ketika islam mengikat dan melunakkan hati mereka dalam satu barisan politk serta
menghilangkan segala perbedaan yang ada mereka pun saling bertukar adat istiadat, ilmu, dan
pengalam hidup. Sudah tentu hal ini akan memberikan pengaruh terhadap kematangan
berpikir dan pengembangan intelektulitas, ditambah lagi dengan kerapnya komunikasi ilmiah
dan sosial diantara mereka, kitab-kitab ilmu diterjemahkan kedalam bahasa Arab seperti
kedokteran, kimia, filsafat, dan mantiq.4

B. Faham dan metode Tasyri’ Ahl Al Hadits dan Ahl Al Rayi’


1. Metode Tasyri’ Ahl Al Hadits

Munculnya Ahl Hadits tidak lepas dari pengaruh pemikiran sahabat yang tinggal dan
menetap di wilayah Hijaz yang notebene nya merupakan guru dari para tabi'in yang
berdomisili di Hijaz. Diantara shahabat yang menjadi pionir dalam metode tasyri yang
dipegang oleh Ahl Hadits adalah Ibn 'Abbas, Zaid bin Tsabit, Ummul Mu'minin A'isyah, dan
Abdullah bin 'Umar. Corak pemikiran atau metode yang dipegang oleh para shahabat tersebut
diwariskan oleh para murid mereka dari generasi Tabi'in, diantaranya adalah:

Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah, 'Urwah bin Zubair, Qasim bin Muhammad bin
Abi Bakr, Sa'id bin al-Musayyab, Sulaiman bin Yasar, Kharijazh bin Zaid bin Tsabit, dan
Salim bin Abdullah bin 'Umar, tujuh tokoh tabi'in ini terkenal dengan sebutan al-fuqaha al-
sab'ah.

Corak pemikiran yang dipegang para tabi'in di atas, kemudian dilanjutkan oleh Imam
Malik bin Annas, sebagai tokoh sentral dari Madzhab ahl Hadits pada zamannya.

a. Faktor Munculnya Madzhab Ahl Haditz

1. Penduduk Hijaz mewarisi kekayaan hadits dan atsar para shahabat yang banyak tinggal di
tanah Hijaz;

2. Negeri Hijaz secara geografis berada dipedalaman semenanjung Arab, yang relatif tidak
menemukan banyak dinamika perubahan;

3. Banyaknya hadits dan atsar yang mereka terima serta ditunjang oleh dinamika sosial yang
lebih statis menyebabkan mereka kurang menggunakan daya analisis mereka;

4. Pengaruh corak pemikiran guru mereka;

5. Sedikitnya persoalan yang muncul, terlebih syari'at yang turun selama 23 tahun di Hijaz
memberikan corak Islam yang murni.

b. Corak Fikih Pada Madrasah Ahl al-Hadits

4 Rasyad Hasan Khalil, THARIKH TASYRI', (Jakarta: AMZAH, 2009). Hal.102-104

7
1. Ulama ahl al-hadis lebih mengutamakan sunah daripada logika. Mereka tidak
menggunakan rakyu kecuali dalam masalah yang tidak ada nas-nya dalam al-Qur'an, sunah,
Ijmak, ataupun pendapat sahabat.

2. Para pengikut aliran ini sangat komitmen dalam melaksanakan nas zahir dan tidak begitu
mempertimbangkan illat dan hikmah pensyariatan sebuah hukum.

3. Menfatwakan hukum hanya pada persoalan realistis dan faktual, tanpa berani melangkah
ke persoalan spekulatif dan asumtif.

4. Tidak memberikan persyaratan yang cukup ketat dalam penerimaan hadits; 5. Hadits adad
dapat dijadikan sebagai argumentasi dan tendensi hukum.

c. Prinsip Ahl al-Hadits

1. Dalam menghadapi permasalahan tertentu, apabila jawaban hukumnya termaktub didalam


al-Qur'an, atau Hadits, maupun ijma', maka dengan nash itulah hukum difatwakan.

2. Memilih diam, pada saat suatu persoalan tidak terdapat jawaban hukumnya dalam nash,
terkecuali apabila keadaan menuntut mereka untuk menggunakan ro'yu;

3. Memahami nash dengan pendekatan literal (dhahir);

4. Mengamalkan teks nash yang umum ('am), global atau belum jelas maknanya (mujmal),
dan apabila tidak ditemukan penjelasannya baik dalam hadits maupun atsar.

2. Metode Tasyri’ Ahl Al Rayi’

Madzhab ahl Ra'yi merupakan aliran fiqh yang dalam metode ijtihadnya banyak
dipengaruhi oleh metode berpikir Shahabat 'Umar bin Khathab dan Abdullah bin Mas'ud,
keduanya merupakan shahabat yang terkenal banyak menggunakan ra'yu sebagai dasar
penentuan hukum syari'at berkat jasa dari para sahabat yang tinggal di Kufah sebagian
penduduk negeri itu berhasil dibina menjadi ulama dan meneruskan gagasan aliran rakyu. Di
antara mereka yang termasuk tabaqah pertama madrasah Kufah adalah: Alqamah bin Qais al-
Nakha'i, al-Aswad bin Yazid al-Nakha'i, Abu Maisarah 'Amr bin Syarahil al-Hamdani,
Masyruq bin al-Ajda' al-Hamdani, Ubaidah al-Salmani, dan Syuraih bin al-Harits al-Kindi.

a. Faktor Penyebab Kemunculan Aliran Ahl al-Ra'yi

1. Para Sahabat Nabi yang tinggal di Kufah tidak sebanyak yang tinggal di Hijaz, sehingga
kekayaan hadis dan atsar yang mereka terima tidak sebanyak yang diterima penduduk Hijaz

2. Di Kufah mulai marak para pemalsu hadis, terutama dari kelompok Syiah Rafidah,
sehingga ulama Kufah lebih hati-hati dan lebih selektif dalam menerima hadis.

3. Kufah adalah kota yang lebih ramai dibanding Hijaz, berdekatan dengan wilayah Persia
yang sebelum memeluk agama Islam, penduduknya sudah mempunyai peradaban dan cara

8
berpikir yang maju (rasional). Di samping itu di Kufah merupakan pusat pergerakan kaum
Syiah dan Khawarij. Jadi di Kufah mengalami dinamika perubahan sosial yang lebih tinggi
yang menuntut pemikiran daripada sekadar mengandalkan teks hadis.

4. Menurut ulama Kufah, hukum syariah memiliki makna logis (maqul al-ma'na) sehingga
mereka berusaha meneliti alasan-alasan dari setiap penetapan hukum dan menggali hikmah
yang terkandung di dalamnya.

5. Ulama Kufah mengikuti metode ijtihad guru mereka dari sahabat Nabi Abdullah bin
Mas'ud yang dikenal mengikuti Umar bin Khattab yang banyak menggunakan daya analitis
memperhatikan karinah, maqasid al- syari'ah dan pertimbangan kemaslahatan.

b. Corak Fikih Aliran Ahli al-Ra'yu

1. Para ulama ahl ra'yu memberikan perhatian khusus terhadap pencarian 'illat al-hukm (ilat
hukum) dan hikmah al-tasyri' (hikmah pensyariatan). Hal ini karena mereka menganggap
bahwa syariat Islam adalah syariat yang ma'qul al-ma'no, ia datang untuk mewujudkan
kemaslahatan hamba sehingga perlu dicari rahasia apa yang tersimpan dalam nash yaitu
berupa illat diterapkannya syariah.

2. Mereka sangat selektif dalam menerima hadis ahad. Karena kelihatan mereka dalam
menalar suatu permasalahan, fukaha Irak tidaklah takut berbicara dengan pendapat pribadi
karena mereka menguasainya, terutama di Irak ditemukan banyak hadis palsu yang
mengharuskan para ulama untuk lebih selektif dalam menyaring sunah.

3. Penggunaan rakyu tidak hanya terbatas pada masalah-masalah yang sudah terjadi, akan
tetapi juga terhadap berbagai permasalahan iftiradhiyah (pengandaian) yang belum terjadi
atau justru mustahil terjadi dan mereka sudah menuangkan logika (rakyu) di dalamnya;

4. Ijtihad yang dilakukan tidak hanya terbatas kepada permasalahan realistis dan faktual,
namun juga menyentuh kepada permasalahan yang asumtif atau imajinatif.

TITIK TEMU AHL AL-HADITS DAN AHL AL-RA'YU

1. Tidak ada perbedaan antara dua mazhab fikih tersebut seputar al-Qur'an dan sunah kecuali
dalam sebagian masalah di luar kerangka penggunaan al-Qur'an dan sunah sebagai hujjah,
seperti dalam cara menafsirkan atau mentakwilkan al-Qur'an dan mengeluarkan pendapat
tentangnya. Sunnah juga telah disepakati oleh kedua mazhab fikih sebagai hujjah baik itu
berupa sunah yang mutawattir, masyhur ataupun ahad.

2. Perbedaan antara keduanya terletak pada penggunaan rayu, mazhab ahl al-hadis sedikit
menggunakannya dan menganggapnya sebagai salah satu dasar menetapkan hukum Islam,
berbeda dengan ahl al-ra'yu.

9
C. Pengaruh Golongan Politik Terhadap Tasyri’ (Khawarij , Syiah dan Jumhur serta
faham Tasyri’ masing masing)
Konsep politik tradisional dalam Islam mencakup kepemimpinan dengan penerus
Nabi dikenal sebagai khalifah,pentingnya mengikuti hukum Islam atau Syariah tugas
penguasa untuk mencari Syura atau konsultasi dari mata pelajaran mereka, dan pentingnya
menegur adil penguasa tetapi tidak mendorong pemberontakan terhadap mereka.5

a. Khawarij

Kaum Khawarij menyebut diri mereka Syurah, yang berasal dari kata Yasyriy yang
artinya menjual atau mengorbankan diri kepada Allah.6 Khawarij awalnya adalah kelompok
yang loyal terhadap Ali bin Abi Thalib namun kemudian berbalik arah, mereka kebanyakan
berasal dari Orang-orang Badui yang berfikir lurus dan keras, Ali dianggap bekas
pengikutnya ini telah salah, karena menghentikan peperangan, sedangkan Muawiyah adalah
gubernur pemberontak terhadap pemerintahan yang syah. Dalam pandangan kelompok ini,
kedua kubu politik yang disebutkan diatas adalah salah dan sesat. Khawarij juga melahirkan
beberapa sekte, diantaranya Muhakkimah, Azzariqoh, Najdah, dan Ajaridah. Adapun
pemikiran fiqihnya antara lain:

1. Khalifah tidak harus orang Quraisy, tapi siapa saja yang mampu memimpin. Berbeda
dengan Sunni yang mengharuskan pemimpin dari suku Quraisy. Selain itu, orang yang
melakukan dosa besar, seperti halnya Utsman, Ali, Abu Musa, Muawiyah, dan Amru bin Ash
tergolong kafir. Mereka pun berpendapat bahwa wajib hhukumnya untuk menentang
pemerintahan dzalim, termasuk Ali dan Muawiyah.

2. Amalan ibadah berupa shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya termasuk dalam rukum
iman, sehingga iman tidak cukup dengan penetapan didalam hati dan ikrar dilisan saja.

3. Hukuman zinah cukkup dipukul 100 kali sesuai dengan ajaran Al-Qur'an, sedang rajam
adalah ajaran hadits sebagai tambahan dari Al-Qur'an.

4. Ayat "Banatukum" dalam ayat larangan nikah, cukup diartikan anak perempuan, jadi cucu
boleh dinikahi oleh kakeknya.

5. Selain kelompok Khawarij adalah kafir, dan kafir haram dinikahi.

6. Yang disebut Ghanimah adalah senjata, kuda dan perlengkapan lainnya, yang selain itu
bukanlah disebut Ghanimah.

7. Ayat "Laa Washiyata Li warisin" tidak berlaku. Sehingga ahli waris boleh mendapatkan
warisan.

8. "Radho'ah" tidak menghalangi perkawinan sehingga saudara satu susu boleh dinikahi.

5Prof. H.A. Djazuli. Fiqih Siyasah. Hlm 25-26


6Yayan Sopyan, Tarikh Tasyri (Sejarah Pembentukan Hukum Islam), (Depok: Gramata Publishing, 2010), hal.
100

10
9. Thaharah adalah suci lahir dan bathin, konseksuensi logisnya adalah apabila ketika akan
shalat atau dalam shalat berpikir sesuatu yang kotor dan membuat bathin kotor maka shalat
itu batal.

Pengaruh Khawarij terhadap Tasyri’ :

Sebagaimana disebutkan oleh Manna Al-Qatthan, kaum Khawarij salah satu


kelompok Islam yang paling ekstrim dalam melihat sesuatu, baik itu dalam iman atau
kekafiran. Khawarij hanya mengakui Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber Tasyri sehingga
mereka tak mengakui adanya sunnah, ijma atau yang lainnya. Akibatnya adalah mereka
selalu menentang dan tidak sependapat ketika salah satu paham berbeda dengan Al-Qur'an.
Hal ini terlihat ketika mereka menilai bagaimana para sahabat atau tabi'in menggunakan
sunnah dan ijma".7

b. Syiah

Syiah berasal dari bahasa Arab, artinya pengikut atau golongan. Kata jamaknya
adalah Syiya'un. Syiah adalah kelompok muslim yang setia kepada Ali r.a dan keluarga serta
keturunannya. Mereka berpendapat bahwa khalifah itu sebenarnya hak Ali sebagai penerima
wasiat langsung dari Rasulullah saw untuk menggantikan kepemimpinan beliau.

Syi'ah adalah segolongan dari umat Islam yang sangat mencintai Ali bin Abi Thalib
dan keturunannya secara berlebih-lebihan. Golongan syi'ah berpendapat bahwa yang paling
berhak memangku jabatan khalifah adalah Ali bin Abi Thalib dan keturunannya, sebab dialah
yang diwasiatkan oleh Nabi SAW untuk menjadi khalifah setelah beliau wafat.

Syi'ah ini dalam kaitannya dengan masalah pewaris jabatan khalifah, terbagi- bagi
dalam berbagai sekte, ada Syi'ah Kaisaniyah, Syi'ah Zaidiyah, Syi'ah Ismailiyah, dan Syi'ah
Ja'fariyah. Masing-masnig sekte tersebut menjadikan hak jabatan khalifah pada bagian
tertentu dari keturunan Ali bin Abi Thalib.8

Dalam refrensi lain bahwa Syi'ah dalam perkembangannya mereka mengkultuskan


Ali dan keluarganya, sehingga mereka pun percaya bahwa Ali dan keluarganya adalah
maksum. Sementara aliran fiqih dalam Syi'ah ada dua, yakni Ushuli dan Akhbari.

Seperti halnya dengan Khawarij, Syi'ah tidak mengakui adanya ijma' atau qiyas.
Qiyas ditolak karena berdasarkan pada akal, bukan nash. Syi'ah hanya mengakui Allah,
Rasul-Nya dan Imam sebagai sumber otoritas pembentukan hukum Islam, sehingga pendapat
kelompok ini banyak berbeda dengan pendapat Sunni, baik dalam Ushul atau Furu'. Dalam
Ushul misalnya, mereka menolak adanya nasakh dan mansukh, sehingga mereka
membolehkan adanya nikah mut'ah sampai hari kiamat kelak.

7 Yayan Sopyan. Tarikh Tasyri (Sejarah Pembentukan Hukum Islam), h. 104-105.


8 Abdul Wahab Khallaf, Sejarah Pembentukan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), h. 61

11
Pengaruh Syi’ah terhadap Tasyri’ :

Lantaran kesendirian Syi'ah dalam kehendak dan buruk sangkanya terhadap orang
yang berbeda dengannya, itu membawa pengaruh dalam terhadap fikih Islam di antara
mereka. Dan hal itu terjadi karena fikih menurut mereka, meskipun bersandar pada Al-Qur'an
dan Sunnah, tetap saja menyalahi fikih ahli sunnah dalam beberapa segi.

Pertama. Syi'ah menafsirkan Al-Qur'an dengan penafsiran yang sesuai prinsip yang
dianutnya dan tidak menerima tafsir dan tidak menerima tafsir yang bersandar pada hadis
yang bukan dari imamnya.

Kedua, mereka tidak menerima berbagai hadis, kaidah-kaidah dasar fikih dan masalah
furu, yang berasal dari Ahli Sunnah apapun jua tingkat keshahihhannya.

Ketiga, mereka tidak mengakui Ijma' seperti pokok-pokok syara' dan mereka juga
tidak menerima Qiyas (analogi).

Dari penjelasan ini, terlihat bahwa sikap mereka dalam lingkaran isi terlalu sempit
hingga membuat fiqih itu kaku tidak lentur karena banyak permasalahan yang berjalan
bersama dalil-dalil bukan dari mereka dan banyak hadis-hadis kuat dan pendapat-pendapat
yang benar. Perbedaan mereka dalam masalah pokok ini berpengaruh terhadap perbedaan
dalam furu' cabang diantaranya:

a. Mereka berpendapat bahwa nikah mut'ah (kawin kontrak) itu boleh sampai hari kiamat,
bahkan mereka memandangnya sebagai ibadah kepada Allah. Dalam hal ini mereka
bersandar dengan ayat: "Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara
mereka, berikanlah kepada mereka maharnya. "(An-Nisa: 24). Dan sebagian imam mereka
berkata : tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghalalkan mut'ah kami.

b. Syi'ah tidak memperbolehkan seorang muslim menikah dengan ahli kitab baik Yahudi
maupun Nasrani. Dengan bersandarkan pada ayat: "Dan janganlah kamu berpegang pada tali
(perkawinan) denagan perempuan- perempuan kafir. "(Al-Mumtahnah: 10)

c. Syi'ah banyak berbeda dalam masalah waris. Mereka tidak memberi waris kepada kaum
wanita baik tanah maupun benda tak bergerak, tetapi hanya mendapat benda bergerak saja,
dan mereka melihat bahwa para nabi memberikan waris dan mereka juga mendahulukan anak
paman sekandung dari pada paman sebapak.9

Pemahaman Khawarij ini berimlpikasi terhadap pemahaman fiqih. Beberapa pendapat


mereka yang dapat dikemukakan diantaranya adalah masalah thaharah.

c. Pemikiran Hukum Jumhur

Jumhur yang dimaksud adalah jumhur ulama, yaitu ulama pada umumnya.

9 Muahammad Ali As-Sayis, Sejarah Fikih Islam, h. 101-103.

12
Pengaruh Hukum Jumhur terhadap Tasyri’ :

Berikut ini adalah beberapa pemikiran hukum islam jumhur, antara lain:

a. Penolakan terhadap keabsahan nikah mut‟ah. Bagi jumhur nikah mut‟ah haram dilakukan.
Dalam hal ini, pendapat jumhur sejalan dengan pendapat Umar ibn Khattab r.a.

b. Jumhur menggunakan konsep „aul dalam pembagian harta pusaka.

c. Nabi Muhammad SAW tidak dapat mewariskan harta, karena terdapat sebuah hadis yang
menyatakan bahwa beliau bersabda:

“Kami seluruh para nabi tidak mewariskan (harta); harta yang kutinggalkan adalah shadaqah”

d. Jumlah perempuan yang boleh dipoligami dalam satu periode adalah 4 orang ( penafsiran
QS An-Nisa ayat 3).

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Tabi'in artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah Para
sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup di masa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam. Generasi Tabi'in mengambil dan penerimaan pelajaran dari sahabat mengenai
tafsir Al-Qur'an, hadis, fatwa-fatwa mereka dan lebih khususnya pengetahuan penetapan
hukum serta metode- metode penetapan-penetapan hukum.

Ketika islam mengikat dan melunakkan hati mereka dalam satu barisan politk serta
menghilangkan segala perbedaan yang ada mereka pun saling bertukar adat istiadat, ilmu, dan
pengalam hidup. Sudah tentu hal ini akan memberikan pengaruh terhadap kematangan
berpikir dan pengembangan intelektulitas, ditambah lagi dengan kerapnya komunikasi ilmiah
dan sosial diantara mereka, kitab-kitab ilmu diterjemahkan kedalam bahasa Arab seperti
kedokteran, kimia, filsafat, dan mantiq.

Munculnya Ahl Hadits tidak lepas dari pengaruh pemikiran sahabat yang tinggal dan
menetap di wilayah Hijaz yang notebene nya merupakan guru dari para tabi'in yang
berdomisili di Hijaz.

Tidak ada perbedaan antara dua mazhab fikih tersebut seputar al-Qur'an dan sunah
kecuali dalam sebagian masalah di luar kerangka penggunaan al-Qur'an dan sunah sebagai
hujjah, seperti dalam cara menafsirkan atau mentakwilkan al-Qur'an dan mengeluarkan
pendapat tentangnya. Sunnah juga telah disepakati oleh kedua mazhab fikih sebagai hujjah
baik itu berupa sunah yang mutawattir, masyhur ataupun ahad.

Perbedaan antara keduanya terletak pada penggunaan rayu, mazhab ahl al-hadis
sedikit menggunakannya dan menganggapnya sebagai salah satu dasar menetapkan hukum
Islam, berbeda dengan ahl al-ra'yu.

Konsep politik tradisional dalam Islam mencakup kepemimpinan dengan penerus


Nabi dikenal sebagai khalifah,pentingnya mengikuti hukum Islam atau Syariah tugas
penguasa untuk mencari Syura atau konsultasi dari mata pelajaran mereka, dan pentingnya
menegur adil penguasa tetapi tidak mendorong pemberontakan terhadap mereka.

Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, apabila ada kesalahan baik dalam penulisan
ataupun pembahasan serta penjelasan kurang jelas, kami mohon maaf. Karena kami hanyalah
manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian
dan pastisipasinya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Khallaf, Abdul Wahab, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hukum Islam, Jakarta:

PT. Raja Grafindo, 2002)

Khalil, Rasyad Hasan Tarikh Tasyi (Sejarah Legsilasi Hukum Islam). Jakarta:Sinar Grafika

Offset, 2009

Sopyan, Yayan, Tarikh Tasyri (Sejarah Pembentukan Hukum Islam). Depok: Gramata

Publishing, 2010

Prof. H.A. Djazuli. Fiqih Siyasah

15

Anda mungkin juga menyukai