Anda di halaman 1dari 14

AHLAK

BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA


Dosen pengampu: Dr. H. Suadi Sa’ad, M. Ag.

Disusun Oleh:
Kelompok 5
M. ITOILLAH AL MUNAWAR (231420189)
AHMAD HAIDZAL FATHI (2314201
SANARA SALSABILA (231420164)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena yang tidak hentinya melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua makhluknya. Atas izin-Nya pulalah kegiatan membuat makalah dengan berjudul “
AHLAK BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA”dapat diselesaikan dengan baik
tanpa adanya kendala dan gangguan apapun dalam membuat makalahnya. Tujuan ditulisnya makalah
ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu Mata Kuliah Ahlak Tasawuf,
makalah ini dibuat berdasarkan informasi yang kami dapat dari Berbagai literatur buku dan
internet.Kami juga meyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kesempurnaan.Untuk itu
kami dengan ikhlas dan dengan hati lapang dada kan menerima saran maupun kritik demi
kesempurnaan makalah ini.Penulis mengharapkan semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita
semua, dan untuk lebih memperdalami ahlak dalam kehidupan sehari hari dan lingkungan sekitar
Aamiin.

Serang, 9 Oktober 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A.Latar belakang....................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C.Tujuan Penulisan.................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................1
PEMBAHASAN........................................................................................................................1
A.Pengertian Ahlak.................................................................................................................1
B. Ahlak Bermasyarakat.........................................................................................................1
C.AHLAK BERBANGSA DAN BERNEGARA..................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A.Kesimpulan.......................................................................................................................10
B.Saran.................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Dalam hal etika, manusia sebagai makhluk yang bermoral dituntut untuk memegang
teguh dan menjaga etika yang baik, serta menjauhi dan meninggalkan etika yang buruk. Etika
adalah aspek berharga dari Syariah Islam. Kualitas keberagaman yang sejati ditentukan oleh
nilai-nilai etika. Jika syariah berbicara dalam arti kerukunan, baik bernilai maupun tidak,
maka akhlak menekankan pada kualitas perbuatan, seperti amal dipandang dengan
keikhlasan, shalat dipandang dengan keikhlasan, perjuangan dipandang dengan keikhlasan.
kesabaran, haji dilihat dari kemakmurannya, ilmu dilihat dari konsistensi dalam bertindak,
kekayaan dilihat dari penampakan tempatnya, dari mana dan cara kerjanya, status dilihat dari
besar kecilnya apa yang diberikan, bukan apa yang diterima.
Oleh karena itu, karena etika merupakan aspek berharga dari Syariah Islam, Islam
sebagai agama dapat dilihat dalam berbagai aspek, seperti keyakinan, ajaran, dan aturan.
Islam sebagai aturan atau hukum bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia. Secara
umum agama atau hukum bertujuan untuk mengatur kehidupan manusia. Agama pada
umumnya memuat perintah dan larangan, ada perintah yang tegas (wajib) dan larangan yang
tegas (haram), ada juga perintah yang dianjurkan (sunat) dan larangan yang dianjurkan
(makruh).
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagai umat yang selalu
berintegrasi dan berinteraksi dengan sesamanya khususnya umat Islam, akhlak mulia yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya diridhoi Allah SWT.
Berperilaku/berakhlak baik terhadap sesama memang perlu dicapai dalam kehidupan sehari-
hari. Sebagai umat yang seagama, kita wajib menjaga keharmonisan persaudaraan
berdasarkan kesetaraan keyakinan. Islam mengajarkan bahwa kita harus selalu menunjukkan
keunggulan moral di antara tetangga kita. Selain itu, kita juga harus menunjukkan akhlak
mulia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
B.Rumusan Masalah
1.apa yang dimaksud dengan ahlak
2. bagaimana cara untuk mengetahui ahlak bermasyarakat
3. bagaimana cara untuk mengetahui ahlak berbangsa
4. bagaimana cara untuk mengetahui ahlak bernegara
C.Tujuan Penulisan
1.untuk mengetahui pengertian ahlak
2. untuk mengetahui dan memperdalami mengenai ahlak bermasyarakat
3. untuk mengetahui dan memperdalami mengenai ahlak berbangsa
4. untuk mengetahui dan memperdalami mengenai ahlak bernegara

1
BAB II

PEMBAHASAN
A.Pengertian Ahlak
Secara etimologis (lugbatan) akhlaq (Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang
berarti budi pekerti, tingkah laku atau budi pekerti. Diambil dari kata khalaqa yang berarti
penciptaan. Mirip dengan kata Khaliq “Pencipta”, makhluk (diciptakan) dan khalq (ciptaan).
Dengan asal usul tersebut maka pengertian etika adalah perilaku seseorang terhadap orang
lain dan lingkungannya.
Etika dalam istilah ini berarti bahwa perilaku seseorang dilatarbelakangi oleh
keinginan sadar untuk melakukan suatu perbuatan baik. Kesamaan asal usul kata di atas
menunjukkan bahwa akhlak mengandung makna terciptanya keselarasan antara kehendak
Sang Khaliq (Tuhan) dan tingkah laku makhluk (manusia). Menurut pengertian ini, moralitas
tidak hanya terdiri dari peraturan/norma perilaku yang mengatur hubungan antar manusia,
tetapi juga mencakup standar yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan
Tuhannya, bahkan dengan alam.
B. Ahlak Bermasyarakat
Akhlaq kepada masarakat adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang
dilakukan secara spontan tanpa pertimbangan terlebih dahulu dalam lingkungan atau
kehidupaan.
Akhlak kepada masyarakat mempelajari tentang bagaimana cara kita bertingkah laku
di masyarakat. Tujuan dari kehidupan bermasyarakat diantaranya ialah menumbuhkan rasa
cinta, perdamaian, tolong-menolong, yang merupakan fondasi dasar dalam masyarakat Islam.
Kita harus memperhatikan saudara (kaum muslim semuanya) dan juga tetangga
kita. Tetangga selalu ada ketika kita membutuhkan bantuan. Seperti yang diriwayatkan dari
Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah beriman seoarang dari kalian hingga ia menyukai saudaranya sebagaimana ia
menyukai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)
Dari hadits shahih bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak masuk sorga orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya” (H.R Muslim).
Bisa disebutkan bahwa apabila salah satu tetangga kita sedang tertimpa suatu masalah
dan sangat membutuhkan bantuan hendaklah membantu jangan hanya berdiam diri padahal
kita tidak sadar sedang melakukan kesalahan-kesalahan. Pastilah Allah SWT sangat tidak
suka terhadap orang yang seperti itu, maka masuklah ke neraka (tidak masuk
sorga).Kehidupan di masyarakat pastilah akan menjumpai kegiatan silaturahim. Orang yang
berakhlak baik biasanya senang dengan bertamu atau silaturahim karena ini dapat
menguatkan hubungan sesama muslim. Beberapa hal kegiatan dalam masyarakat yaitu:

2
1,Kunjungi dan terima tamu
a.Bertamu
Sebelum memasuki rumah, tamu harus meminta izin kepada orang yang ada di dalam rumah
lalu menyapanya. Dalam firman ALLAH SWT:
“Orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan milikmu
sebelum kamu meminta izin dan memberi salam kepada orang-orang yang ada di sana. Itu
lebih baik bagimu maka ingatlah itu (selalu). (QS.An-Nur 24:27)
Nabi SAW bersabda:
“Jika ada di antara kalian yang meminta izin sebanyak tiga kali dan tidak mendapat izin,
maka ia harus kembali.” (JAM. Bukhari Muslim)
Meminta izin kepada pemilik dapat dilakukan hingga tiga kali dengan alasan seperti:
1) Ketukan pertama pertanda ada tamu yang datang.
2) Ketukan kedua memberi Anda waktu untuk menyingkirkan potensi kekacauan dan
menyiapkan semua yang Anda butuhkan.
3) Ketukan ketiga biasanya berarti pemilik rumah siap membukakan pintu. Namun, tidak
menutup kemungkinan pada ketukan kedua, pemilik rumah sudah membukakan pintu,
tergantung situasi dan kondisi pemilik rumah.
Namun, jika Anda mengetuk untuk ketiga kalinya dan pintu tetap tidak terbuka, bisa jadi
pemilik rumah tidak mau menerima tamu atau tidak ada di rumah. Sebutkan firman Allah
SWT:
“Jika Anda tidak menemukan siapa pun di dalam, jangan masuk sampai izin diberikan.
Bagaimana jika kami memberi tahu Anda:
“Kembali” maka kamu harus kembali. Ini lebih cocok bagi Anda dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu yang Anda lakukan. » (QS. An-Nur 24:28)[10]
Etika kunjungan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jangan mengintip ke luar jendela.
Melihat ke luar jendela saat berkunjung merupakan perilaku buruk dan menunjukkan
perilaku kasar, oleh karena itu sebaiknya kita menghindarinya agar pemilik rumah tidak
merasa risih.
2) Bersikap sopan selama kunjungan Anda.
Kesopanan/kebaikan adalah etika umat Islam. Pada saat berkunjung hendaknya mengucapkan
kata-kata yang baik dan bersikap sopan serta ramah agar tuan rumah selalu merasa nyaman.
3) Pilih waktu yang tepat dan jangan menunda terlalu lama.
Usahakan berkunjung pada waktu yang tepat misalnya sore hari, hindari berkunjung pada
saat orang lain sedang istirahat seperti tengah malam, dan jangan menginap terlalu larut, hal

3
ini disarankan karena dikhawatirkan dapat mengganggu kehidupan. aktivitas pemilik rumah.
4) Tidak menimbulkan rasa tidak nyaman.
Bersikap baik kepada tamu adalah salah satu hal terpenting yang diperintahkan Nabi (SAW)
kepada kita. Undang-undang ini mencakup hak-hak umat Islam vis-a-vis umat Islam lainnya.
Termasuk keluhuran akhlaknya, Rasulullah S.a.w bersabda:
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir hendaknya menghormati tamunya
dengan memberi mereka hadiah. Hadiah apakah ini wahai Rasulullah? Jawabnya (makan
malam satu hari satu malam, silaturahmi 3 hari, selebihnya sedekah).
2. Untuk menerima tamu
Salah satu nilai akhlak Islam yang terpuji adalah menerima dan menghormati tamu tanpa
memandang status sosialnya. Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, baik dia berbicara dengan baik
atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, wajib menghormati
sesamanya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hormatilah
tamunya. » (HR. Bukhari dan Islam)
Jika tamu yang tinggal jauh ingin menginap, maka tuan rumah harus menerima dan
menampung tamu tersebut untuk jangka waktu paling lama tiga hari. Jika tamu ingin
menginap lebih dari tiga hari, terserah tuan rumah mau menjamunya atau tidak. Nabi SAW
bersabda:
“Perhotelan hanya tiga hari, wisuda kemarin. Yang dipersembahkan kepada tamu selama tiga
hari itu adalah sedekah. Dan tamu tetap tidak diperbolehkan menginap (lebih dari tiga hari).
Karena akan sangat memberatkan pemilik rumah. (HR.Tirmidzi)
Menurut Rasulullah SAW, menerima tamu lebih dari tiga hari adalah sedekah dan bukan lagi
kewajiban.Hubungan baik dengan tetangga
Menghormati dan berbuat baik terhadap sesama merupakan persoalan yang sangat kuat
dalam hukum Islam, hal ini juga diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya.
“Sembahlah Allah dan jangan bersekutu dengan-Nya. Dan berbuat baiklah kepada orang tua,
sanak saudara, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat dan jauh[1], dan teman sederajat,
Ibnu Sabil[2] dan hambamu. Sesungguhnya Allah dan aku melakukannya tidak seperti orang-
orang yang sombong dan sombong.” (QS.An-Nisa :36)
Sebagai seorang Muslim yang baik, kita harus selalu memperlakukan tetangga kita dengan
perhatian dan menghormati hak-hak mereka. Hak bertetangga dapat digolongkan menjadi 4,
yaitu:
1) Berbuat baik (bersikap sopan) kepada tetangga
Memberikan ihsab kepada tetangga artinya menyampaikan belasungkawa ketika orang
tersebut mendapat musibah, menyapa orang tersebut ketika ia menemukan kebahagiaan,
menjenguk orang tersebut ketika ia sakit, memperlihatkan wajah lemah lembut ketika
bertemu dengan orang tersebut, dan membantu membimbingnya. .Itu mengarah pada hal-hal

4
yang bermanfaat. di dunia lain. Sebagian ulama berpendapat bahwa kesempurnaan dalam
berbuat baik terhadap sesama meliputi empat hal, yaitu:
a) Berbahagialah dan berbahagialah dengan apa yang Anda miliki
b) Jangan serakah untuk mendapatkan apa yang Anda miliki
c) Mencegah gangguan apa pun terhadapnya
d) Bersabarlah menghadapi interupsi
e) Bersabar terhadap gangguan tetangga
2) Jaga tetangga Anda
Imam Ibnu Abi Jamroh mengatakan, dalam menjaga sesama termasuk kesempurnaan iman,
orang-orang jahiliah jaman dulu sungguh peduli, mewujudkan keinginan berbuat baik
tersebut dengan memberikan banyak hal yang berbeda-beda tergantung kemampuannya,
seperti salam dan ungkapan lemah lembut ketika bertemu satu sama lain. , terhadap segala
sebab yang mengganggunya, baik fisik maupun mental.
3) Jangan ganggu tetangga Anda
Hal ini dijelaskan dari tingginya status tetangganya dan hak-hak yang mereka miliki dalam
Islam. Rasulullah SAW sangat memperingatkan terhadap upaya-upaya mengganggu tetangga,
seperti yang beliau sampaikan, khususnya:
“Tidaklah seorangpun akan masuk surga tanpa tetangganya aman dari kejahatannya”
(HR.Muslim).
3.Etika berkomunikasi dengan lawan jenis
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bergaul dengan lawan jenis, antara lain:
A.Selalu melihat ke bawah.
Menurunkan pandangan merupakan hal yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW,
karena sesungguhnya dengan merendahkan pandangan maka akan menjadi alasan Allah ridha
terhadapnya, dan akan senantiasa membawa kedamaian dalam hatinya. Karena matamu
adalah cerminan hatimu. “Suruhlah orang-orang mukmin untuk menjaga mata dan menjaga
kemaluannya, ini akan lebih suci bagi mereka” (An-Nur:30)
Syekhul Islam Ibnu Tamuan mengatakan tentang ayat ini, Allah SWT mengambil
sikap menundukkan pandangan dan menjaga aurat sebagai upaya yang paling kuat untuk
mensucikan jiwa, termasuk lenyapnya segala dosa berupa kesadaran akan perbuatan
kezaliman, kekejaman, kecabulan, kebohongan, dll. “Wahai Ali, janganlah kamu mengikuti
pendapat (pertama) dengan pendapat (kedua) karena kamu mempunyai hak (untuk
diyakinkan tidak bersalah) atas pendapat (pertama) tetapi tidak mempunyai hak atas pendapat
yang kedua lihat” (HR. .Abu Daud, Tirmizi).
B. Tetap berhijab/tidak memakai khalawt
Hal kedua yang harus kita perhatikan ketika berkomunikasi dengan lawan jenis
adalah selalu memakai jilbab dan tidak terlalu banyak bersosialisasi dengan lawan jenis agar

5
selalu terhindar dari fitnah. Selain itu, kita dilarang melakukan hubungan intim atau
berhubungan seks dengan lawan jenis. “Seorang laki-laki tidak boleh berhubungan intim
dengan seorang wanita kecuali dengan mahrom” (HR. Muslim).

Selanjutnya dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Hakim
Rasulullah SAW bersabda: “Ketahuilah bahwa tidak seorang laki-laki berduaan dengan
isterinya yang perempuan, kecuali yang ketiga adalah setan.” Dan dalam hadis lain
disebutkan bahwa “Barangsiapa yang beriman kepada Tuhan dan Hari Akhir, jangan sekali-
kali berduaan dengan wanita lain tanpa ditemani Mahram. Karena di tempat sepi ini ada setan
yang selalu mengajakmu berzina” (al-hadits).
Kita juga dilarang untuk berhubungan dengan lawan jenis karena itulah kita harus
selalu memberikan batasan dalam hubungan kita, menghindari hal-hal yang dapat
menyebabkan kita bergaul dan bersentuhan dengan lawan jenis. Menurut Aisyah, “Rasulullah
S.a.w tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita kecuali tangan miliknya” (HR.
Bukhari).
kecelakaan yang besar, jika kalian anggap remeh, lebih baik salah satu dari kalian
ditusuk dengan jarum besi dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya (HR.
Baihaqi, Ath-Tabrani)
Nabi juga berpesan agar umat manusia selalu berhati-hati dalam berinteraksi dengan
lawan jenis, karena dapat menimbulkan peluang fitnah. “Saya tidak akan menyerahkan fitnah
yang lebih berbahaya kepada laki-laki, tetapi fitnah yang datang dari perempuan.”
(HR.Muttafaqun Alaih)
C. Berkomunikasi hanya tentang hal-hal penting.
Untuk menghindari timbulnya rasa saling mengagumi, sebaiknya batasi kontak
dengan lawan jenis. Komunikasikan saja hal-hal penting dan hindari kebiasaan bercanda
dengan lawan jenis, karena dapat menimbulkan perasaan kagum yang dapat berujung pada
perasaan cinta. Dan kemungkinan besar cinta ini adalah cinta yang hanya didasari oleh nafsu
dan akan menodai kesucian cinta tersebut. Oleh karena itu, kita harus selalu bersikap agresif
saat berkencan dengan lawan jenis.
4.Saudara Muslim
Ukhuwah Islamiyah dapat dipahami sebagai persaudaraan sesama umat Islam, yang
mana persaudaraan sesama umat Islam diibaratkan sebuah bangunan kokoh yang
memperkokoh dirinya sendiri. Sebagai umat Islam, ada hal-hal yang wajib dilakukan di
antara saudara-saudara Muslim, sebagaimana dijelaskan Nabi dalam sabdanya:
“Jika kamu bertemu dengannya, sapalah, jika dia mengajakmu, tanggapilah, jika dia
meminta nasehat, beri nasehat, jika dia bersin dan mengucap Alhamdulillah, ucapkan
Yarhamukallah, jika dia sakit, jenguklah dia, dan jika dia meninggal, antarkanlah.” tubuhnya
kepadanya” (HR. Bukhari Muslim)
C.AHLAK BERBANGSA DAN BERNEGARA

6
Ahlak berbangsa dan bernegara harus kita terapkan sebelum bisa menjadi satu,
semakin peka terhadap permasalahan yang terjadi pada bangsa dan negara kita. Tidak hanya
Situasi ini dipicu oleh kekhawatiran akan menurunnya generasi kita jika tidak dilengkapi
dengan peralatan memiliki pengetahuan yang cukup tentang moralitas untuk menjalani
kehidupan masa depan
Meningkatnya modernisasi menuntut masyarakat untuk memahami moralitas terlebih
dahulu, dalam artian masyarakat tidak hanya memahami moralitas sebagai sikap/perilaku
saja. Sebaliknya, nilai-nilai moral tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kita perlu mewaspadai etika berbangsa agar kita bisa lebih peka terhadap
permasalahan yang timbul dalam berbangsa dan bernegara. Keadaan ini tidak hanya muncul
dari kekhawatiran akan kemunduran generasi kita jika tidak dibekali dengan pengetahuan
moral yang memadai untuk menjalani kehidupan di masa depan.
1.Musyawarah
Kata (‫ )شورى‬Syûrâ diambil dari kata (‫ إستشاورة‬-‫ مشاورة‬-‫ )شاورة‬menjadi (‫ )شورى‬Syûrâ. Kata
Syûrâ berarti mengambil dan mengemukakan pendapat yang terbaik dengan cara
membandingkan pendapat yang satu dengan pendapat yang lain. Lisanul dalam bahasa Arab
artinya diambil dari adonan dan wadahnya. Kata ini diambil dari kalimat (‫ )شرت العسل‬Aku
mengeluarkan madu dari kotaknya.
Artinya menyamakan pendapat yang terbaik dengan madu, dan mempertimbangkan adalah
mengusahakan agar madu itu ditemukan dimanapun ia berada, atau dengan kata lain,
pendapat siapa pun dianggap benar tanpa memandang orang yang menyampaikannya.
Pertimbangkan dapat berarti mengatakan atau menyarankan sesuatu.
Salah satu ayat Alquran yang menyebutkan musyawarah adalah ayat 38 surat Al-Shura:
‫َو اَّلِذيَن اْس َت َج اُبوا ِلَر ِّب ِه ْم َو َأَق اُموا الَّص الَة َو َأْم ُرُه ْم ُشوَر ى َب ْي َن ُهْم َو ِمَّما َر َز ْق َن اُه ْم ُيْن ِفُقوَن‬
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-Syura: 38)

2. Melindungi keadilan
Istilah keadilan berasal dari kata ‘adl (bahasa Arab) yang berarti persamaan dan
keseimbangan. Dalam pengertian pertama, keadilan dapat dipahami sebagai pembagian yang
setara atau pemberian persamaan hak kepada orang atau kelompok. Dengan status yang
sama.
Dalam pengertian yang kedua, keadilan dapat dipahami sebagai pemberian hak yang
seimbang dengan kewajiban atau pemberian kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya.
SATU. Ketertiban yang adil
Dalam Al-Qur'an, ada beberapa ayat yang mengharuskan manusia bertindak adil dan
menjunjung keadilan. Beberapa perintah bersifat umum dan perintah lainnya khusus untuk
domain tertentu. Misalnya hal umum yang terdapat dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 90,
yaitu:

7
“Sesungguhnya Allah memerintahkan (kamu) untuk berbuat adil dan berbuat baik,
bersedekah kepada orang-orang yang kamu kasihi, dan Allah mengharamkan perbuatan-
perbuatan yang keji, munkar, dan penuh kebencian. (QS.An-Nahl 16 :90)

B. Keadilan hukum
Islam mengajarkan bahwa semua orang diperlakukan sama dan setara di hadapan
hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan warna kulit, status sosial, ekonomi,
politik, perlakuan, dan lain-lain. Allah menegaskan:
“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk menyampaikan perintah itu kepada orang-
orang yang berhak menerimanya dan (memerintahkanmu) ketika kamu menentukan hukum di
antara manusia, hendaklah kamu menentukannya dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberimu pelajaran yang terbaik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha
Melihat. » (QS. An-Nisa'4:58).dibandingkan dengan Keadilan dalam segala hal
Selain keadilan hukum, Islam juga memerintahkan umat manusia, khususnya umat
beriman, untuk bersikap adil dalam segala aspek kehidupan, terhadap diri sendiri dan
keluarganya, tak terkecuali orang lain. . Bahkan terhadap musuh, setiap mukmin bisa menjadi
orang yang bertakwa. Mari kita lihat beberapa hasil jepretan ini:
1) Bersikap adil terhadap diri sendiri
2) Keadilan terhadap perempuan dan anak
3) Keadilan dalam penyelesaian sengketa
4) Bersikap adil
3. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
Secara harfiah, amar ma'ruf nahi munkar (al-amru bi 'l-ma'ruf wa 'n-nahyu' an 'l-
munkar) berarti memerintahkan yang shaleh dan mencegah yang mungkar.
Secara etimologis, Ma'ruf berarti yang diketahui, sedangkan munkar berarti yang tidak
diketahui. Ada dua ukuran untuk menilai benar atau salahnya suatu hal: agama dan akal sehat
atau hati nurani. Bisa keduanya atau salah satunya. Apapun yang dilarang oleh agama adalah
ma'ruf, dan sebaliknya, apapun yang dilarang oleh agama adalah buruk. Dalam hal ini Allah
menjelaskan:
“Dan orang-orang beriman, laki-laki dan perempuan, saling tolong-menolong. Mereka
memerintahkan (berbuat) kebaikan, melarang kejahatan, mendirikan shalat, membayar zakat
dan menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberkati oleh Tuhan. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. » (QS. At-Taubah 9:71)
Pada kalimat di atas kita juga dapat melihat bahwa kewajiban amar ma'ruf nahi
munkar tidak hanya ditanggung oleh laki-laki saja, tetapi juga oleh perempuan, meskipun
pemenuhannya sesuai dengan fitrah dan fungsi masing-masing orang. Jika umat Islam ingin

8
mendapat kedudukan yang kuat di muka bumi, maka selain shalat dan menunaikan zakat,
mereka juga harus berbuat baik dan buruk. Allah SWT berfirman:
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami kokohkan kedudukannya di muka bumi, niscaya akan
menunaikan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan berbuat baik dan melarang berbuat
munkar; dan akan menyelesaikan segala urusannya kepada Allah.» (QS. Al-Haji 22:41)

4.Hubungan antara pemimpin dan pemimpin


Al-Qur'an menjelaskan bahwa Allah SWT adalah pemimpin orang-orang yang
beriman:
“Allah adalah Pemimpin orang-orang yang beriman; Dia membawa mereka keluar dari
kegelapan menuju terang. Dan orang-orang kafir akan dipimpin oleh kaum thaghut yang
menuntun mereka dari terang menuju kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka
tinggal di sana. (QS. Al-Baqarah 2:257)
Azh-zhulumat (kegelapan) pada ayat di atas merupakan simbol dari segala bentuk
kekafiran, kemusyrikan, kejahatan dan kemaksiatan. Atau dalam bahasa sekarang, azh-
zhulumat mengacu pada berbagai ideologi dan isme yang bertentangan dengan ajaran Islam
seperti komunisme, sosialisme, kapitalisme, liberalisme, materialisme, hedonisme, dan lain-
lain. Sedangkan an-Nur merupakan lambang tauhid, keimanan, ketaatan dan segala
keutamaan lainnya.
At-thaghut adalah segala sesuatu yang disembah (ketuhanan) selain Allah SWT dan
dia suka diperlakukan seperti Tuhan. Menurut Sayyid Qutub, Thaghut adalah segala sesuatu
yang bertentangan dengan kebenaran dan melanggar batasan yang telah ditetapkan Allah
SWT bagi hamba-Nya. Bisa berupa pandangan terhadap kehidupan, peradaban, dan
pandangan lain yang tidak berdasarkan pada ajaran Allah SWT. Standar bagi para pemimpin
Muslim.
Pemimpin umat disebut waliy dalam ayat di atas dan ayat lainnya (Q.S An-Nisa 4:59)
disebut Ulil Amri yang mengambil alih kepemimpinan Rasulullah SAW setelah wafatnya.
Mereka yang dapat dipilih untuk menggantikannya sebagai pemimpin setidaknya harus
memenuhi empat kriteria sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al-Maidah ayat 55.
1) Beriman kepada Allah SWT. Karena Ulil Amri adalah penerus Rasulullah SAW, dan
Rasulullah sendiri adalah pelaksana Allah SWT, maka tentu yang pertama harus dimiliki
penerusnya adalah keimanan. Tanpa keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, bagaimana bisa
diharapkan seorang pemimpin dapat memimpin manusia di jalan Allah di muka bumi ini?
2) Mendirikan shalat. Sholat merupakan ibadah vertikal langsung kepada Allah SWT.
Seorang pemimpin yang menunaikan shalat harus mempunyai hubungan vertikal yang baik
dengan Allah SWT. Nilai-nilai luhur dan kasih sayang yang terkandung dalam doa
diharapkan dapat tercermin dalam kepemimpinannya.
3) Membayar Zakat. Zakat merupakan ritual ibadah madhdhah, simbol kesucian dan
perlindungan sosial. Seorang penguasa yang mengeluarkan zakat harus selalu berusaha
mensucikan hati dan hartanya. Ia tidak mencari atau menikmati kekayaan melalui cara-cara

9
yang melawan hukum (korupsi, kolusi dan nepotisme). Dan terlebih lagi, dia sangat peduli
terhadap orang miskin dan mustard. Dia akan menjadi pelindung bagi yang lemah.
4) Senantiasa taat kepada Allah SWT. Pada kalimat di atas disebutkan bahwa seorang
pemimpin harus selalu menundukkan kepala. Rukuk merupakan simbol ketaatan mutlak
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, yang diungkapkan secara khusus dalam menjadi seorang
muslim yang kaffah, baik dalam keimanan, ibadah, akhlak dan muamalat. Keyakinannya
benar, ibadahnya tertib dan sebagaimana disyaratkan Nabi, akhlaknya terpuji dan
perbuatannya tidak bertentangan dengan syariat.

BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan
Etika merupakan nilai ideologis yang telah menjadi sikap mental yang mengakar kuat.
dalam jiwa, kemudian muncul dalam bentuk tindakan dan perilaku yang teratur dan wajar,dan
refleks. Jadi, jika nilai-nilai Islam mencakup seluruh bidang kehidupan manusia maka
Perintah berbuat baik mencakup seluruh bidang kehidupan manusia. Etika dalam masyarakat
meliputi berkunjung, menerima tamu, dan menjaga orang hubungan baik dengan tetangga,
adab dalam berkomunikasi dengan lawan jenis dan ukhuwah Islamiyah. Sedangkan moralitas
dalam suatu negara adalah pertimbangan, pemeliharaan keadilan, amar ma'ruf, ilmu tentang
keburukan dan hubungan antara penguasa dengan yang dikuasainya.

B.Saran
Agar hubungan kita dengan sesama khususnya dengan masyarakat dan bangsa tetap
terjaga dengan baik maka kita harus menjaga moralitas dalam masyarakat dan bangsa.
Dengan demikian, terciptalah suasana kerukunan, kedamaian, dan ketenangan tanpa ada
perselisihan antar masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abarokah Nazzhao. 2012. Akhlak Kepada Masyarakat, (Online).


(http://abarokah51.blogspot.com, diakses 17 Maret 2014)

Rahmat. 2012. Akhlak Bernegara, (Online). (http://rahmatzoom.blogspot.com, diakses 17


Maret 2014)

Sanrawijaya. 2013. Akhlak Dalam Masyarakat, (Online). (http://sanrawijaya.wordpress.com,


diakses 17 Maret 2014)

Turrahmi Fauziah. 2013. Akhlak Terhadapa Masyarakat, (Online).


(http://fauziahturr.blogspot.com, diakses 17 Maret 2014)

Wikipedia. 2014. Akhlak, (Online). (http://wikipedia.org, diakses 17 Maret 2014

11

Anda mungkin juga menyukai