Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Universitas Muhammadiyah Ponorogo


AKHLAK DAN MUAMALAH
“Akhlak Dan Macam – Macamnya”

Di Susun Oleh Kelompok 3 :

AUWALIN SITI MAISYAROH (20415352)


ILHAM ROKHMAN SAPUTRA (20415369)

FAKULTAS EKONOMI MANAGEMEN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2021

i
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT Sang Pencipta Alam yang telah memberikan nikmat-Nya
kepada kita. Dengan rida dan izin-Nya sehingga dapat menyelesaikan Makalah tentang
AKHLAQ MUAMALAH. Tujuannya adalah sebagai pembelajaran dan kelengkapan tugas pada
mata kuliah Akidah dan Akhlak. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabiyullah
Muhammad SAW. Semoga kelak kita mendapatkan syafaat beliau di akhirat nanti.

Dalam makalah ini akan membahas tentang akhlaq mahmudah dan menjelaskan akhlaq kepada
Allah, Rasul, Al-Qur’an, lingkungan, dan sesama muslim. Dari yang penulis sajikan dapat di
petik pelajaran yang dapat memperbaiki kualitas akhlaq baik pada penulis itu sendiri dan lebih
luasnya kepada para pembaca makalah ini.

Dengan demikian kami harapkan makalah ini sangat bermanfaat bagi semua orang yang
membaca makalah ini, dan juga penulis mengharapkan saran yang dapat membangun untuk lebih
sempurna makalah ini.

Ponorogo, 25 Maret 2021

Penulis

1
2
DAFTAR ISI

MAKALAH.....................................................................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
A. Pengertian Akhlak...........................................................................................................................4
B. Perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika, dan moral..............................................................4
C. Sumber akhlak dalam Islam.............................................................................................................6
D. Akhlak sebagai modal social bagi keberhasilan hidup seseorang....................................................6
E. Akhlak terhadap Allah dan Rasulullah............................................................................................8
F. Akhlak individual dan social.........................................................................................................10
G. Akhlak terhadap lingkungan..........................................................................................................14
H. Akhlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.......................................................................14
BAB III........................................................................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan masyarakat tidak akan tegak tanpa kerjasama antar anggotanya. Kerjasama ini hanya
dapat terjadi jika ada undang-undang yang mengatur hubungan-hubungan antar anggota masyarakat serta
membatasi hak-hak dan kewajibannya. Sesuai dengan pandangan Islam bahwa secara spiritualitas, islam
memiliki dua aspek ia merupakan hubungan pribadi antar manusia dengan Allah, sedangkan terhadap
sesama manusia dan masyarakat ia juga melahirkan hak-hak dan kewajiban sosial[1] seperti tugas dan
kewajiban manusia baik dalam keluarga, negara maupun alam sekitar. Lebih-lebih dalam masyarakat juga
mengikutsertakan ukuran-ukuran kesusilaan timbul dari kebutuhan-kebutuhan masyarakat[2] seperti etika
dalam keluarga, masyarakat, negara dan alam sekitar. Tapi undang-undang ini tetap memerlukan sebuah
kekuatan yang memiliki kewibawaan dan supremasi dalam jiwa manusia dan menjamin terjaganya
mu’amalah dan akhlak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Pengertian Akhlak.
2. Perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika, dan moral.
3. Sumber akhlak dalam Islam.
4. Akhlak sebagai modal social bagi keberhasilan hidup seseorang.
5. Akhlak terhadap Allah dan Rasulullah.
6. Akhlak individual dan social.
7. Akhlak terhadap lingkungan.
8. Akhlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk memahami apa itu akhlak.


2. Untuk menjelaskan perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika, dan moral.
3. Untuk menjelaskan sumber sumber akhlak dalam islam.
4. Untuk memahami akhlak sebagai sebagai modal social bagi keberhasilan hidup seseorang.
5. Untuk menjelaskan Akhlak terhadap Allah dan Rasulullah.
6. Untuk menjelaskan Akhlak terhadap individual dan social.
7. Untuk menjelaskan Akhlak terhadap lingkungan.

4
8. Untuk menjelaskan Akhlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Perkataan ”Akhlaq” berasal dari bahasa arab jama’ dari “khuluqun“ yang menurut logat diartikan
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat ( Ya’kub, 1983 : 11 ). [3] Kita sebagai orang islam
memiliki panutan yang patut untuk di contoh yaitu rasulullah Saw, sebagaimana dalam firmanNya
dalam Q.S Al – Qalam : 4

‫ك لَعلى خلق عظيم‬


َ َّ‫َو ِان‬

“Sesungguhnya Engkau ( ya Muhammad ) mempunyai budi pekerti yang luhur “ Q.S Al – Qalam : 4
Akhlaq bisa juga di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk tingkah laku
manusia, dalam bahasa jawa akhlaq erat kaitannya dengan tindak tanduk manusia.

B. Perbedaan dan persamaan antara akhlak, etika, dan moral

1. Pengertian Akhlaq

Akhlaq atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara
spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak
memerlukan dorongan dari luar.

2. Pengertian Etika

Etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia kepada manusia lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia didalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Sehingga dapat diketahui bahwa etika itu menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapkan
hukum baik atau buruk (Ahmad Amin, 1993).
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia
disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk yang dapat diketahui oleh
akal pikiran manusia. Dengan demikian, pokok persoalan etika ialah segala perbuatan yang timbul dari
orang yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja dan ia mengetahui kapan ia melakukannya.

5
6
3. Pengertian Moral

Moral merupakan nilai dasar yang terdapat dalam suatu masyarakat yang dapat digunakan dalam
memilih antara nilai hidup (moral) serta adat istiadat yang menjadi dasar untuk menunjukkan bagaimana
baik dan buruk. Perbuatan yang mencakup akhlak, etika dan moral yaitu seperti tingkah laku atau tata
krama dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat.

Perbedaan lain antara etika dan moral adalah etika lebih bersifat teori sedang moral lebih bersifat
praktis, etika memandang tingkah laku manusia secara universal (umum) sedangkan moral secara lokal
(khusus), etika menerangkan tetapan ukuran yang digunakan, sedangkan moral merupakan hasil realisasi
dari penetapan ukuran tersebut dalam perbuatan.

Moral merupakan suatu nilai mutlak yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.
Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral ialah suatu perbuatan
seseorang dalam berinteraksi dengan sesama manusia, jika yang dilakukan seseorang tersebut sesuai
dengan nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat tersebut dan dapat diterima serta memuaskan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.
Moral adalah produk dari budaya dan Agama

 Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral

Dari Seginya di bagi menjadi 2 bagian yaitu : 1) berdasarkan tolak ukur dan 2) berdasarkan sifat

- Berdasarkan tolak ukur


1. Akhlak tolak ukurnya al-qur’an dan As Sunnah
2. Etika tolak ukurnya pikiran atau akal
3. Moral tolak ukurnya norma hidup yang ada di masyarakat berupa adat atau aturan tertentu
- Berdasarkan sifat
1. Etika bersifat teori
2. Akhlak dan Moral bersifat praktis

 Persamaan Akhlak, Etika dan Moral


1. akhlak, etika, dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan,
tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
2. akhlak, etika, moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar
martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak,
etika, moral seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas
kemanusiaannya.
3. akhlak, etika, moral seseorang atau sekelompok orang tidak semata-mata merupakan
faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi
positif yang dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi
positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan, serta dukungan
lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat secara tersu
menerus, berkesinambungan, dengan tingkat konsistensi yang tinggi.

7
C. Sumber akhlak dalam Islam

sumber akhlak adalah al-Qur'an dan sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat
sebagaimana pada konsep etika dan moral.

Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah berupa al-Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad Saw. Baik dan buruk dalam akhlak Islam ukurannya adalah baik dan buruk menurut kedua
sumber itu, bukan baik dan buruk menurut ukuran manusia. Sebab jika ukurannya adalah manusia, maka
baik dan buruk itu bisa berbeda-beda. Seseorang mengatakan bahwa sesuatu itu baik, tetapi orang lain
belum tentu menganggapnya baik. Begitu juga sebaliknya, seseorang menyebut sesuatu itu buruk,
padahal yang lain bisa saja menyebutnya baik.

kita dapat memahami bahwa sifat sabar, tawakkal, syukur, pemaaf, dan pemurah termasuk sifat-sifat
yang baik dan mulia. Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat-sifat syirik, kufur, nifaq, ujub,
takabur, dan hasad merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua sumber itu tidak menegaskan mengenai nilai
dari sifat-sifat tersebut, akal manusia mungkin akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Namun
demikian, Islam tidak menafikan adanya standar lain selain al-Quran dan Sunnah untuk menentukan baik
dan buruknya akhlak manusia.

D. Akhlak sebagai modal social bagi keberhasilan hidup seseorang

Sesuatu perbuatan dipandang baik oleh masyarakat umum atau dipandang buruk. Dimana setiap
orang dapat menilai sesuatu perbuatan itu perbuatan baik dan sesuatu perbuatan lainnya itu buruk.
Perasaan terhadap sesuatu perbuatan itu baik atau perbuatan sesuatu itu buruk itu yang disebut moral
sense. Umpamanya ada seseorang yang berbuat kasar terhadap orang tua, orang akan menilai bahwa
perbuatan itu adalah tidak baik. Demikian pula terhadap perbuatan seperti; kikir, sombong, ujub takabur,
aniaya, malas, dsb. Tetapi sebaliknya seumpanya ada seseorang yang bersikap ramah tamah, sabar,
rendah hati, dermawan, adil, jujur, dan sebagainya, orang akan menilai bahwa perbuatan tersebut adalah
perbuatan yang baik dan terpuji.
Akhlak memang merupakan batas pemisah antara yang orang berakhlak dengan orang yang tidak
berakhlak. Akhlak juga merupakan roh Islam yang mana agama tanpa akhlak samalah seperti jasad yang
tidak bernyawa.karena salah satu misi yang dibawa oleh Rasulullah SAW ialah membina kembali akhlak
manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu.
Akhlak merupakan jati diri bagi setiap orang karena setiap orang yang berakhlak jika dibandingkan
dengan orang yang tidak berakhlak tentu akan sangat jauh berbeda. Akhlak tidak dapat dinilai atau
digambarkan dengan mata uang apapun, akhlak merupakan wujud jati diri seseorang didalam pribadi
seorang insan yang merupakan hasil didikan dari kedua orang tua serta pengaruh dari masyarakat
sekeliling mereka.
Allah SWT merupakan sumber kasih sayang dalam setiap manusia dan kebenaran yang memuaskan
jiwa dan rohani. Setiap manusia yang berpegang teguh pada prinsip akhlak yang baik akan
mengupayakan hidupnya dengan bijak. Semua perbuatan dan amalnya diyakini keterarahan kepada
Allah SWT. yang telah menanamkan segala hal yang baik dalam ciptaan. Dengan keseimbangan
jiwanya, ia tidak membiarkan diri hanyut akan hal-hal bersifat material sejauh hal itu bisa menambah
kesempurnaan akhlak.

8
1. Penanaman Pendidikan Akhlak
Ada beberapa perkara yang menguatkan pendidikan akhlak dan meninggikannya. Ialah:
a. Meluaskan lingkungan pikiran, yang telah dinyatakan oleh “Herbert Spencer” akan
kepentingannya yang besar untuk meninggikan akhlak sungguh pikiran yang sempit itu
sumber beberapa keburukan, dan akal yang kacau balau tidak dapat membuahkan akhlak
yang tinggi. Kita melihat takutnya beberapa orang, disebabkan karena khurafat yang
memenuhi otak mereka, dan banyak dari suku bangsa yang biadab, berkeyakinan bahwa
keadilan itu hanya diwajibkan kepada orang-orang suku mereka, adapun kepada lainnya tidak
dikata lain bisa merampas harta mereka atau mengalirkan darah mereka.
b. Berkawan dengan orang yang terpilih. Setengah dari yang dapat mendidik akhlak ialah
berkawan dengan oranag yang terpilih, karena manusia itu suka mencontoh, seperti
mencontoh orang sekelilingnya dalam pakaian mereka, juga mencontoh dalam perbuatan
mereka dan berperangai dengan akhlak mereka. Seorang ahli filsafat menyatakan: “Kabarilah
saya siapa kawanmu, saya beri kabar kepadamu siapa engkau”. Maka berkawan dengan
orang-orang yang berani dapat memberikan ruh keberanian pada jiwanya orang penakut, dan
banyak dari orang pandai pikirannya, sebab cocok memilih kawan atau beberapa kawan yang
mempengaruhi mereka dengan pengaruh yang baik dan membangun kekuatan jiwa mereka
yang dahulu lemah.
c. Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang berpikiran luar biasa. Sungguh
perjalanan hidup mereka tergambar dihadapan pembaca dan memberi semangat unruk
mencontoh dengan mengambil tauladan dari mereka. Suatu bangsa tidak sepi dari pahlawan,
yang kalau dibaca tentu akan menimbulkan ruh yang baru yang dapat menggerakkan jiwa
untuk mendatangkan perbuatan yang besar. Dan banyak orang yang terdorong mengerjakan
perbuatan yang besar, karena membaca hikayatnya orang besar atau kejadian orang besar
yang diceritakan. Dan yang berhubungan dengan semacam ini ialah perumpaan dan hikmah
kiasan, yang banyak mempengaruhi kepada jiwa dan lebih dekat pada pikiran.

2. Konsep 7B dalam Meraih Kesuksesan yang Hakiki


Manusia yang berpegang pada prinsip akhlak akan mengupayakan hidupnya secara bijak. Semua
perbuatannya atau amalnya diyakini terarah kepada Allah yang telah menanamkan segala yang baik
dalam ciptaan-Nya. Kesuksesan yang hakiki akan dapat diraih jika mengikuti konsep 7B, yaitu:
a. Beribadah dengan benar
b. Bertakwa dengan baik
c. Belajar tiada henti
d. Bekerja keras dan ikhlas
e. Bersahaja dalam hidup
f. Bantu sesama dan
g. Bersihkan hati selalu

9
E. Akhlak terhadap Allah dan Rasulullah

1. Akhlak Kepada Allah


Akhlak yang baik kepada Allah adalah ridha terhadap hukum-Nya baik secara syar’i maupun secara
takdir. Ia menerima hal itu dengan lapang dada dan tidak mengeluh. Jika Allah menakdirkan sesuatu
kepada seorang muslim yang tidak disukai oleh muslim itu, dia merasa ridha, menerima, dan bersabar. Ia
berkata dengan lisan dan hatinya: Aku ridha Allah sebagai Rabbku. Jika Allah menetapkan hukum syar’i,
ia pun ridha dan menerima. Ia tunduk kepada syariat Allah Azza Wa Jalla dengan lapang dada dan jiwa
yang tenang.
Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan
oleh manusia sebagai makhluk, kepada Allah sebagai khaliq. Sekurang-kurangnya ada empat alasan
mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT.
Pertama, karena Allah SWT –lah yang menciptakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air
yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang rusuk, hal ini sebagaimana di firmankan Allah ‫ﷻ‬
dalam surat At-Thariq ayat 5-7, sebagai berikut :

ِ ‫ يَ ْخ ُر ُج ِم ْن بَ ْي ِن الصُّ ْل‬,‫ق‬
ِ ِ‫ب َوالتَّ َرآئ‬
‫ب‬ َ ِ‫ ُخل‬,َ‫ فَ ْليَ ْنظُ ِر اإْل ِ ْن َسا نُ ِم َّم ُخلِق‬.
ٍ ِ‫ق ِم ْن َّمآ ٍء دَاف‬

Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?. Dia diciptakan
dari air (mani) yang terpancar. Yang terpancar dari tulang sulbi (punggung) dan tulang dada”. Maka
dari itu kita sebagai umat islam harus tunduk dan patuh atas segala perintah dan larangannya, karna
Allah-lah yang telah menciptakan kita.
Kedua, karena Allah SWT–lah yang telah memperlengkapkan panca indera, berupa pendengaran,
penglihatan, akal fikiran dan hati, serta anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Allah
SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 78 :

َ ‫ َوهَّللا ُ أَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن بُطُوْ ِن أُ َّمهَا تِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُموْ نَ َشيْأ َ َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواأْل َ ْب‬.
َ‫صا َر َواأْل َ ْفئِ َدةَ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬

Artinya : “Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu apapun dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”.
Bersyukurlah kepada Allah karena telah diberikan kenikmatan penglihatan dan pendengaran karna tidak
semua orang diberikan kenikmatan tersebut.
Ketiga, karena Allah SWT–lah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara,
binatang ternak dan lainnya. Firman Allah ‫ ﷻ‬dalam surat Al-Jasiyah ayat 12-13 :

ِ ْ‫ت َو َما فِ ْي اأْل َر‬


‫ض‬ ِ ‫ َو َس َّخ َرلَ ُك ْم َّما فِ ْي ال َّس َما َوا‬, َ‫ك فِ ْي ِه بِأ َ ْم ِر ِهى َولِتَ ْبتَ ُغوْ ا ِم ْن فَضْ لِ ِه َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬
ُ ‫ي ْالفُ ْل‬
َ ‫هَّللا ُ الّ ِذى َس َّخ َرلَ ُك ُم ْالبَحْ َر لِتَجْ ِر‬
َّ ِّ
َ‫ت لقَوْ ٍم يَتَفَكرُوْ ن‬ َ
ٍ ‫ك أَل يَا‬ َ ْ
َ ِ‫ َج ِم ْيعًا ِّمنهُ إِ َّن فِ ْي ذا ل‬.

Artinya : “Allah lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya
dengan perintah-Nya, dan agar kamu bersyukur. Dan Dia menundukan apa yang ada di langit dan apa

10
yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.”
Allah memberikan kenikmatan akal kepada manusia untuk berpikir tentang tanda-tanda kebesaran Allah,
memperhatikan dan merenungkan apa yang diciptakan dilangit dan dibumi.

Keempat, Allah SWT–lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan daratan dan
lautan. Firman Allah ‫ ﷻ‬dalam surat Al-Israa’ ayat 70 :

ِ ‫ت َوفَض َّْلنَا هُ ْم َعلَى َكثِي ٍْر ِّم َّم ْن خَ لَ ْقنَا تَ ْف‬


‫ضيْاَل‬ ِ ‫ َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا َبنِى َءا َد َم َو َح َم ْلنَا هُ ْم فِ ْي ْالبَرِّ َو ْالبَه ِْر َو َرزَ ْقنَا هُ ْم ِّمنَ الطَّيِبَا‬.

Artinya : “(70). Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di
darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas
banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”.

Dari uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak kepada Allah SWT. Karena alasan-alasan di
atas adalah tolak ukur yang tepat dan terdapat perintah Allah di dalamnya bahwa kita sebagai seorang
muslim memang diharuskan untuk berakhlak kepada Sang Pencipta.

Beberapa bentuk akhlak terhadap Allah SWT, diantaranya:

1. Menaati segala perintah-Nya


2. Beribadah kepada Allah
3. Berzikir kepada Allah
4. Berdo’a kepada Allah
5. Tawakal
6. Tawaduk untuk Allah
7. Ridho terhadap ketentuan Allah SWT

Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya
adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia tahu bahwa
hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena ia
tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya.” (HR. Bukhari).
Apalagi terkadang sebagai seorang manusia, pengetahuan atau pandangan kita terhadap sesuatu sangat
terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik, justru buruk, sementara sesuatu yang
dipandang buruk ternyata malah memiliki nilai kebaikan bagi diri kita.

2. Akhlak Kepada Rasulullah SAW

Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim di haruskan untuk
berakhlak kepada Nabi Muhammad SAW. Karena dari beliaulah kita banyak mendapatkan
warisan yang bisa kita wariskan lagi turun-menurun ke anak cucu kita.
Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman. Semua orang Islam
mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran
Rasulullah SAW adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya. Ahlus sunnah mencintai

11
Rasulullah SAW dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau mencintai beliau lebih
dari kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka.

Sebagimana sabda Rasulullah saw, yang artinya, ”Tidak beriman salah seorang diantara
kamu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan
manusia semuanya, (HR. Bukhari Muslim).

Bentuk akhlak terhadap Rasul SAW, diantaranya:

1. Menghidupkan Sunnah
2. Taat
3. Selalu bershalawat
4. Mencintai Keluarga Nabi

Dalam penjelasan hadits (Akhbar Al-Hadits) disebutkan bahwa apabila seseorang membaca
shalawat tidak disertai dengan niat dan perasaan hormat kepada Nabi SAW, maka timbangannya
tidak lebih berat ketimbang selembar sayap. Nabi SAW bersabda : “Sesungguhnya sahnya amal
itu tergantung niatnya”.

F. Akhlak individual dan social

1. Akhlak Pribadi (individaul)

Akhlak menurut kamus Al-munajid Akhlak adalah budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.
Menurut Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. Jadi pengertian akhlak
adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.
Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan
merusak, membinasakan dan menganiaya diri sendiri baik secara jasmani maupun secara rohani.

- Macam akhlak pribadi


a. Shidiq
Shidiq artinya benar atau jujur
Ada lima bentuk shidiq yaitu :
o Benar perkataan ( shidiq al hadist )
o Benar pergaulan ( shidiq al mu’amalah )
o Benar kemauan ( shidiq al-azam )
o Benar Janji ( shidq al-wa’da )
o Benar kenyataan ( sidq al-bal )

bentuk-bentuk dari sifat kebohongan


o Khianat
o Mungkir janji
o Kesaksian palsu

12
o Fitnah
o Gunjing
b. Amanah ( dipercaya )
Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya
kepada pemiliknya dalam bentuk semula.
Bentuk-bentuk amanah :
o Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula.
o Menjaga rahasia
o Tidak menyalahgunakan jabatan
o Menunaikan kewajiban dengan baik.
o Memelihara nikmat yang telah diberikan oleh Allah
c. ISTIQOMAH
Secara epistemologi istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus. Dalam
terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan
keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan.

- Faktor yang berpengaruh terhadap akhlak seseorang


a. Faktor Lingkungan
b. Faktor teman
c. Faktor intern
Yaitu faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri

2. Akhlak Sosial
- Definisi

Manusia sejak lahir membutuhkan orang lain, oleh sebab itu manusia perlu bersosialisasi dengan
orang lain dalam hidup bermasyarakat. Hidup sosial bermasyarakat sering kali membuat kita harus
waspada dan menahan diri. Hal ini karena hidup denganm sejumlah orang lain yang masing-masing
mempunyai keinginan, keyakinan dan pendapatnya berbeda-beda. Tak bisa di pungkiri hidup
bermasyarakat akan senantiasa menemui berbagai gesekan.

Bila ada sebagian anggota masyarakat ada yang menderita, serta merta individu yang lain
menolongnya dengan sekuat tenaga. Begitu pun ketika ada seorang anggota masyarakat yang melakukan
tindak kriminal, serta merta pula individu yang lain menegur dan menasehatinya dan Negara berhak
memberikan sanksi bila itu menyebabkan teraniyanya individu lain.

Masyarakat bukan hanya kumpulan individu semata yang tak memiliki aturan. Yang bebas berbuat
apa saja semau mereka. Jelas hal ini tidak di ajarkan oleh Rosullullah. Ukhuwah yang benar dan baik
justru adalah saling memeberikan nasihat kebaikkan. Terkait dengan hidup social bermasyarakat ini,
ALLAH berfirman :

ِّ ‫صوْ ا بِ ْال َح‬


َ ‫ق َوتَ َوا‬
َّ ‫صوْ ا بِال‬
)3( ‫صب ِْر‬ َ ‫ت َوتَ َوا‬ ٍ ‫) إِ َّن اإْل ِ ْنسَانَ لَفِي ُخس‬1( ‫َو ْال َعصْ ِر‬
ِ ‫) إِاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُواالصَّالِ َحا‬2( ‫ْر‬

13
“ Demi massa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihatti dalam mentaati kebenaraan dan
saling menasihati dalam menetapi kesabaran. “ ( QS.Al ‘Ashr:1-3).

- Delapan Akhlak Sosial Islami Ketentuan Hukum Dan Impelementasi


a. Akhlak Saling Menyayangi

Banyak Peristiwa pada akhir-akhir ini yang menunjukkan semakin hilangnya akhlak saling menyayangi
di antara anggota masyarakat. Perkelahian antar kampung di beberapa propinsi, perampokkan dan
pembunuhan, pembalakan hutan dan penyiksaan hewan, bahkan ada penyiksaan terhadap anak-anak dan
sesama umat islam. Setiap orang yang beriman harus saling menyayangi, tidak hanya sesame teman,
tetapi kasih sayang kepada hal-hal yang bersifat umum, seperti sesama manusia, terhadap manusia yang
berbeda keyakinan, terhadap keluarga dan bahkan terhadap alam. Berikut ini adalah tauladan kasih
sayang yang di sampaikan Rasul.
o Kasih sayang Terhadap sesama muslim

Setiap muslim atau umat manusia di harapkan saling menyayangi. Sesama umat harus saling berbagi dan
menerima dengan niat ikhlas, sehingga dapat mencapai kebahagiaan bersama. Janaganlah kita acuh
terhadap sesama muslim, sehinga muslim lain menderita baik secara lahir maupun batin.

o Kasih sayang terhadap orang musrik

Toleransi terhadap umat beragama, pada saat ini masih merupakan hal penting dalam kehidupan bersosial
di Indonesia, karena di Negara kita banyak perbedaan baik dalam keyakinan , ekonomi, social, maupun
budaya

o Kasih sayang tehadap anak-anak

Anak-anak adalah amanah bagi orang tua dan masyarakat pada umumnya. Terhadap anak-anak tersebut,
haruslah kita berikan kasih sayang yang cukup dan bekal ilmu supaya dapat berkembang secara
maksimal. Tugas orang tua untuk membimbing, dan memeberikan pengawasan yang cukup . Terhadap
kewajiban terhadap anak-anak ini,

- Beramal Sholeh

Amal artinya melakukan/melaksanakan/membuat. Sedangkan soleh artinya ialah kebaikan-kebaikan


yang berbentuk perintah-perintah dan larangan-larangan /halal dan haram yangberhak hanya ditentukan
oleh Allah swt,pencipta manusia kehidupan dan alam semesta

Beramal sholeh dapat di artikan berbuat baik/ kebajikkan, memeberi sumbangan atau bantuan kepada
orang miskin. Amal sholeh juga dapat berati melakukan sesuatu yang baik seprti memeberi nasehat,
bekerja untuk kepentingan masyarakat, dan mengajarkan suatu ilmu. Beramal sholeh merupakan wujud

14
akhlak social dalam rangka mewujudkan kepeduliansosial, sehingga seseorang berbuat baik terhadap
orang lain. Hal demikian sangnat di perlukan, karena kalau kita memebutuhkan bantuan orang lain, maka
kita harus membantu juga orang lain.

Pada saat ini masih banyak umat islam di Indonesia yang miskin, masih banyak pengemis di jalan-
jalan, dan banyaknya bencana seperti di Aceh, Jogyakarta, Dan sulawesi selatan memebuat ribuan anak
yatim dan piatu. Orang-orang demikian ini, memebutuhkan bantuan dari oaring yang mamapu, yaitu
oaring yag memepunyai pendapatan atas kebutuhan yang normal. Kemiskinan memang harus di atasi ,
sebab apabila tidak akan mempunyai dampak social yang tidak baik seperti banyaknya penganguran,
perampokkan dan pencurian dan bentuk kriminilitas lainya, karena mereka memebutuhkan dalam rangka
mempertahankan hidup. Dan seringkali tekanan hidup ini dapat memebuat seseorang lupa ajaran agama
bahkan Tuhanya.

Tekait dengan anjuran agar kita beramal bagi orang yang tidak mampu, Allah berfirman:

َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ ْنفِقُوا ِم َّما َرزَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن قَب ِْل أَ ْن يَأْتِ َي يَوْ ٌم اَل بَ ْي ٌع فِي ِه َواَل ُخلَّةٌ َواَل َشفَا َعةٌ َو ْالكَافِرُونَ هُ ُم الظَّالِ ُمون‬

“ Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah dijalan Allah sebagian rejeki yang telah kami berikan
kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi
persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa’at. Dan Orang-orang kafir itulah orang-orang yang
zalim” (QS Al-Baqarah 254)

- Saling Menghormati

Saling menghormati adalah sikap social yang mendasar dan luas. Sikap social ini lebih banyak tampil
dalam wujud yang kelihatan, dan umumnya bersifat langsung, dalam setiap perjumpaan kita satu sama
lain. Karena masing-masing hanya mengutamakan kepentingannya sendiri dan mengabaikan kepentingan
orang lain.

Wujud-wujud dari tindakan saling menghormati dapat berupa tindakkan spontan dalam kehidupan
sehari-hari, dalam setiap pertemuan dan kebersamaan kita dengan orang lain. Sikap-sikap hormat
diharapkan muncul dari dalam diri sebagai style of life, pembawaan yang sudah terpatri dalam diri kita
dan menjadi citra diri kita, karena merupakan sikap dasar kita yaitu bersikap rendah hati agar kita selalu
saling menghormati dimanapun kita berada, Sebagai contoh: setiap hari, setiap saat kita berharapan
dengan orang, dengan bebagi latar belakang yang berbeda. Secara fisik kita bias berdekatan satu sama
lain seperti di bus, mikrolet, di lift, di rumah makan dan sebagainya.

Sikap saling menghormati dalam kaidah ilmiah di Perguruan Tinnggi, dapat di berikan secara tidak
langsung, sebagsi contoh: kita menyebutkan sumber bahan bacaan yang kita pakai ketika kita membuat
suatu tulisan, demikian pula kita jangn segan menyebutkan nama kepada siapa kita mendapatkan sesuayu
berupa ilmu, nasehat, keteladanan.

- Berlaku Adil

Keadilan dapat di artikan sebagai sikap berpihak pada yang benar, tidak memihak salah satunya, dan
tidak berat sebelah. Dengan kata lain yang dimaksud adil di sini ialah memberi hak kepada yang berhak
tanpa membeda-bedakan antara orang-orang yang berhak itu, dan melakukan tindakan kepada orang yang

15
salah sesuai dengan kejahatannya dan kelalaiannya, tanpa mempersukarnya atau bersikap pilih kasih
kepadanya

Mengapa kita harus adil? Karena dalm kehidupan social, kita suatu saat akan dimintai untuk
mendamaikan dua belah pihak yang berselisih, seperti perselisihan dalam keluarga, masyarakat bahkan
dalam bernegara. Oleh sebab itu, dalm upaya menjadi pendamai, kita harus berbuat adil. Banyak sekali
Ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kita berbuat adil diantaranya adalah :

َ‫َر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬ ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َس‬
ِ ‫ان َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى َويَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ شَا ِء َو ْال ُم ْنك‬
“ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memeberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan, Dia memberi
pengajaran kepada much agar kamu mendapat pelajaran” ( QS An-Nahl:90)

َ‫ت فَاحْ ُك ْ¬م بَ ْينَهُ ْم بِ ْالقِ ْس ِط إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين‬
¬َ ‫َوإِ ْن َح َك ْم‬

“Dan Jika Kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlaha perkara itu di antra mereka
dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orangng-orang yang adil” (QS Al-Maidah:42)

G. Akhlak terhadap lingkungan

Segala sesuatu yang berada di sekitar manusia itulah Lingkungan, baik binatang, tumbuh-tumbuhan,
maupun benda-benda tidak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.

Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT., dan
menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan
seorang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Allah yang seharusnya diperlakukan
secara wajar dan baik, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-An’aam : 38 :

ِ ‫فى ْال ِكت‬ ْ ‫ض والَ طَئِ ٍر ي َِّط ْي ُر بِ َجنَا َح ْي ِه اِالَّ اُ َم ٌم اَ ْمثَالُ ُك ْم ط َمافَ َر‬
َ‫ب ِمن َشي ٍْئ ثُ َّم اِلى َربِّ ِه ْم يُحْ َشرُوْ ن‬ ِ ‫طنَا‬ ِ ْ‫فى ْاالَر‬
ِ ‫و َما ِم ْن دَآ بَّ ٍة‬.
َ

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua
sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami alpakan sesuatupun di dalam Al
Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.(Q.S. Al-An’aam : 38)

H. Akhlak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Akhlak dalam berbangsa / bernegara perlu untuk disadari oleh kita agar kita dapat menjadi
semakinsensitif terhadap persoalan yang terjadi pada bangsa dan negara kita. Bukan hanya Hal ini
didorongdengan kekhawatiran akan bobroknya generasi kita, apabila tidak dibekali dengan
pengetahuantentang akhlak yang cukup, untuk menjalani kehidupan kedepannyaberikut merupakan
akhlak dalam berbangsa:

1. Menegakkan Keadilan

16
Istilah keadilan berasal dari kata „adl (Bahasa Arab), yang mempunyai arti antara lain sama dan
seimbang. Dalam pengertian pertama, keadilan dapat diartikan sebagai membagi sama banyak,atau
memberikan hak yang sama kepada orang-orang atau kelompok. Dengan status yang sama.

Dalam pengertian kedua, keadilan dapat diartikan dengan memberikan hak seimbang dengankewajiban,
atau memberi seseorang sesuai dengan kebutuhannya.

2. Perintah Berlaku Adil

Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya manusia berlaku adildan
menegakkan keadilan. Perintah itu ada yang bersifat umum dan ada yang khusus dalam bidang- bidang
tertentu. Yang bersifat umum misalnya yang terdapat dalam Quran surah An-Nahl ayat 90 yaitu:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaumkerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”. (QS. An-Nahl 16:90)

Sedangkan yang bersifat khusus misalnya bersikap adil dalam menegakkan hukum (QS. An-Nisa‟ 4:
58); adil dalam mendamaikan konflik (QS. Al Hujurat 49:9); adil terhadap musuh (QS. Al-Maidah : 8)
adil dalam rumah tangga (QS. An-Nisa‟ 4:3 dan 129); dan adil dalam berkata (QS. Al-An‟am 6:152)

3. Keadilan Hukum

Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat dalamhukum, tidak
ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status sosial, ekonomi, politik dan lainsebagainya. Allah
menegaskan:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa‟4:58).

4. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Secara harfiah amar ma‟ruf nahi munkar (al-amru bil-ma‟ruf wa, n-nahyu,an l-munkar) berarti
menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar

Ma‟ruf secara etimologis berarti yang dikenal, sebaliknya munkar adalah sesuatu yang tidakdikenal.
Yang menjadi ukuran ma‟ruf atau munkarnya sesuatu ada dua, yaitu agama dan akal sehat atau hati
nurani. Bisa kedua-duanya sekaligus atau salah satunya. Semua yang diperintahkan oleh agama adalah
ma‟ruf, begitu juga sebaliknya, semua yang dilarang oleh agama adalah munkar. Dalam hal ini Allah
menjelaskan: “Dan orang orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma‟ruf, mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka ta‟at kepada Allah dan Rasul -Nya. Mereka
itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-
Taubah 9:71)

17
BAB III

PENUTUP

18

Anda mungkin juga menyukai