Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

TAAT HUKUM DAN FUNGSI PROFETIK AGAMA

OLEH : 1. DWIANA AKBARI SINTA R.

2. LELITA MARIZI

3. NURUL HIDAYATI

4. SALSABILAH HANI RAHMATARI

KELOMPOK :4

GURU PEMBIMBING : FATROYAH ASR HIMSYAH, M.HI

DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “Taat Hukum Dan Fungsi Profetik
Agama” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat beserta salam kami haturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang akan ilmu pengetahuan
seperti saat ini.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengajar mata kuliah


Pendidikan Agama ibu Fatroyah Asr Himsyah, M.Hi yang telah mengamanahi
penugasan makalah ini. Ucapan terimakasih kami sampaikan pula kepada rekan-
rekan satu tim yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas kerjasama,
partisipasi dan dukungannya terhadap pengerjaan makalah ini. Juga kepada rekan-
rekan seperjuangan, kami ucapkan terimakasih atas motivasi yang diberikan.

Kiranya hasil pengerjaan makalah ini tidaklah sampai pada titik


kesempurnan. Masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini.
Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palembang, Oktober 2015

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................2

B. Rumusan Masalah .........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................4

Type chapter title (level 2) ...................................................................................5

BAB III PENUTUP .................................................................................................4

A. Kesimpulan .....................................................................................................5

B. Saran ...............................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................4

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fungsi Profetik Agama

Agama rakyat merupakan keyakinan yang hidup dan berkembang di


dalam masyarakat dan menjadi pendorong serta penggerak terjadinya
perbaikan dan perubahan, yang kadang dipengaruhi faktor kekuasaan. Agama
rakyat itu merupakan agama monoteisme yang melakukan perlawanan
terhadap agama multiteisme. Agama multiteisme meniscayakan dirinya
sebagai pendukung banyak kebenaran yang hakikatnya kebodohan dan
kerusakan. Sebab kebenaran dan keadilan memiliki substansi pada suatu
kausa prima yang teraktualkan oleh manusia melalui sikap dan tingkah
lakunya.
Agama rakyat dalam realitasnya dalam kehidupan masyarakat selalu
memiliki banyak sisi. Artinya realitas sosial selalu dipengaruhi oleh posisi
agama. Olehnya itu, Zainuddin Maliki menuliskan bahwa tesis agama rakyat
dengan melihat fungsi-fungsinya dalam masyarakat, dapat di kemukakan
berikut :
Pertama, Integrasi. Agama rakyat dalam hal ini di posisikan sebagai
kekuatan penyatu dan kekuatan tarik-menarik (kohesi) sosial. Bahwa agama
berfungsi sebagai perekat yang menyatukan dan menjaga harmoni dalam
masyarakat, meskipun menghadapi perubahan sosial dan kekacauan. Dari itu
masyarakat memiliki keyakinan dan kesadaran kolektif yang berfungsi
mempersatukan sistem sosial.
Klaim fungsional ini memang memiliki akibat, tetapi masih
memerlukan kualifikasi tertentu, sebab meski agama rakyat dalam konteks
Indonesia bergerak ke arah integrasi negara, agama rakyat ternyata secara
simultan mengalami disfungsional, sehingga justru memberikan kontribusi
yang kuat bagi timbulnya pengkotakan-pengkotan, yang di situ muncul

2
kelompok tertentu yang menganggap agama rakyat tidak memiliki makna
selain retorika kosong dari elit politik.
Kedua, legitimasi. Di sini agama rakyat di posisikan sebagai kekuatan
legitimasi bagi penguasa dalam menjalankan otoritas dan kekuasaannya di
tengah konflik sosial-politik dan ketidak-pastian. Antara pemimpin dan yang
di pimpin merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan
sistem sosial. Dalam hal ini karakteristik otoritas pemimpin akan menentukan
legitimasi di hadapan yang di pimpin. Karakteristik itu bisa berasal dari
sumber tradisonal, legal rasional dan kharisma pemimpin.
Legitimasi ini tidak hanya dalam hubungan penguasa dan yang
dikuasai, melainkan juga menyangkut proses suatu sistem sosial dalam
memberikan persetujuan masyarakat dan institusi yang ada di dalamnya.
Bahwa agama rakyat merupakan fenomena episodik yang muncul tatkala
keadaan menghadapi krisis, tetapi berubah kembali ketika keadaan telah
normal kembali. Selanjutnya munculnya agama rakyat mirip dengan manuver
kontrol sosial oleh elit politik dan bukan gerakan massa yang mencerminkan
perjuangan rakyat dalam mencoba mencari instrumen makna bagi kehidupan
masyarakat.
Olehnya itu perlu diwaspadai ketika agama itu sekedar dijadikan
sebagai instrumen legitimasi tindakan penguasa yang tidak menggambarkan
realitas sosial yang autentik, dan di pakai tidak secara konsisten melainkan
hanya secara episodik sesuai kebutuhan elit politik ketika harus menghadapi
krisis. Sebaiknya dalam hal ini, pemimpin politik dalam masyarakat
mendasarkan legitimasi kekuasaan dan otoritasnya pada efektifitas dalam
memperjuangan kebutuhan dan kepentingan masyarakat, ketimbang
mengkaitkan dengan agama dan nilai moral.
Ketiga, Profetik. Fungsi profetik agama rakyat sebagai sumber
penilaian profetik bagi sebuah bangsa. Ia memperlihatkan jarak antara potensi
bangsa dan apa yang sedang dicapainya. Sistem keyakinan dalam hal ini
dibutuhkan untuk menjamin moralitas kesatuan dalam suatu negara. Oleh
karena itu diperlukan otoritas untuk menciptakan dan menjalankan hukum

3
yang berlaku bagi semua anggota masyarakat. Moralitas individu yang
dibutuhkan, dengan meninggalkan egoisme dan lebih memberi simpati kepada
semua manusia atas penderitaan dan kenestapaan.
Agama rakyat memposisikan dirinya sebagai medium pembebasan atas
segala kerusakan dan kebobrokan yang menimpa termasuk dilakukan oleh
penguasa. Dalam hal ini jika penguasa merupakan pendukung status quo maka
agama rakyat menjadi pendukung perubahan yang anti kemapanan dengan
orientasi nilai-nilai humanis-transenden. Nilai-nilai profetik keagamaan
menjadi orientasi ideal serta motivasi dalam menghadapi segala tantangan dan
rintangan. Walhasil terjadi di kotomi antara agama rakyat yang pro-perubahan
dengan orientasi nilai-nilai humanis-transenden dengan pendukung realitas
sosial yang rusak dan bobrok.
Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana menuju
kebahagiaan juga memuat peraturan-peraturan yang mengondisikan
terbentuknya batin manusia yang baik, yang berkualitas, yaitu manusia yang
bermoral (agama sebagai sumber moral) .
Kearifan yg menjiwai langkah hukum dengan memberikan sanksi
hukum secara bertahap sehingga membuat orang bisa memperbaiki kesalahan
(bertaubat kepada Tuhan)

B. Kesadaran Taat Hukum


1. Pengertian Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi


tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol , hukum
adalah aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya
kepastian hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu setiap masyarat
berhak untuk mendapat pembelaan didepan hukum sehingga dapat di
artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis

4
maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan
menyediakan sangsi bagi pelanggarnya.

2. Asas Hukum

a. Pengertian Asas Hukum

1) Kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berfikir dan


berpendapat.
2) Kebenaran itu bertujuan dalam penegakan dan pelaksanaan hukum.

b. Asas Hukum Secara Umum

1) Asa kepastian hukum


Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan
hukum dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.
2) Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial,
status ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.

3) Asas kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi
kepentingan negara dan kelangsungan umat manusia.

c. Asas Hukum Secara Islam


1) Asa kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas kekuatan
hukum dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.
Qs. Al-Maidah : 95
ً‫ص ْيدَ َوأَنت ُ ْم ُح ُر ٌم َو َمن قَتَلَهُ ِمن ُكم ُّمتَ َع ِمدا‬َّ ‫َيا أ َ ُّي َها الَّذِينَ آ َمنُواْ الَ تَ ْقتُلُواْ ال‬
‫فَ َجزَ اء ِمثْ ُل َما قَت َ َل ِمنَ النَّعَ ِم يَحْ ُك ُم بِ ِه ذَ َوا َعدْل ِمن ُك ْم َهدْيا ً بَا ِل َغ ْال َك ْعبَ ِة‬
‫صيَاما ً ِليَذُوقَ َوبَا َل أَ ْم ِر ِه َعفَا‬
ِ َ‫ساكِينَ أَو َعدْ ُل ذَلِك‬ َ َّ‫أ َ ْو َكف‬
َ ٌ ‫ارة‬
َ ‫طعَا ُم َم‬
‫يز ذُو ا ْنتِقَام‬
ٌ ‫سلَف َو َم ْن َعادَ فَيَنت َ ِق ُم ّللاُ ِم ْنهُ َوّللاُ َع ِز‬
َ ‫ّللاُ َع َّما‬

5
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang
buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu
membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan
binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut
putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-ya yang dibawa
sampai ke Kabah, atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi
makan orang-orang miskin, atau berpuasa seimbang dengan makanan
yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari
perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan
barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan
menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk)
menyiksa.(QS. al-Mai'dah (5) : 95)

2) Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status sosial,
status ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
Qs. Shad : 26
‫ق َو َال‬ِ ‫اس ِب ْال َح‬
ِ َّ‫ض فَاحْ ُكم َبيْنَ الن‬ ِ ‫َيا دَ ُاوود ُ ِإنَّا َج َع ْلنَاكَ َخ ِليفَةً ِفي ْاْل َ ْر‬
‫ّللاِ لَ ُه ْم‬
َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫عن‬ َ َ‫ضلُّون‬ ِ َ‫ّللاِ إِ َّن الَّذِينَ ي‬
َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫ُضلَّكَ َعن‬ ِ ‫تَتَّبِعِ ْال َه َوى فَي‬
‫ب‬
ِ ‫سا‬ َ ‫سوا يَ ْو َم ْال ِح‬ َ ٌ‫َعذَاب‬
ُ َ‫شدِيدٌ بِ َما ن‬

“Allah memerintahkan para penguasa, penegak hukum sebagai


khalifah di bumi ini menegakan dan menjalankan hukum sabaik-
baiknya tanpa memandang status sosial, status ekonomi dan atribut
lainnya”.
Qs. An-Nisa’ : 135 dan Qs. Al-Maidah : 8
Intinya : “Keadilan adalah asas titik tolak, proses dan sasaran
hukum dalam Islam”
“Siapa yang tidak menetapkan sesuatu dengan hukum yang telah
ditetapkan Allah itulah orang-orang yang aniaya”

6
3) Asa kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi
kepentingan negara dan kelangsungan umat manusia.
Qs. Al-Baqarah : 178
‫ِب آ َمنُواَ الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬
ََ ‫علَي ُك َُم ُكت‬
َ ‫اص‬ َ ‫فَ َمنَ بِاألُنثَى َواألُنثَى بِال َعب َِد بِال ُح ِر َوال َعب َُد ال ُح َُّر القَتلَى فِي ال ِق‬
َُ ‫ص‬
َ‫ِي‬ ُ ُ‫سانَ َوأ َ َداء ِبال َمع ُروفَِ فَاتِبَاعَ شَيءَ أَخِ ي َِه مِ نَ لَ َه‬
َ ‫عف‬ َ ‫ن َو َرح َمةَ َّر ِب ُكمَ مِن ت َخفِيفَ ذَلِكََ ِإلَي ِه ِبإِح‬ َِ ‫فَ َم‬
َ َ‫أَلِيم‬
‫ع َذابَ فَ َل َه ُ َذلِكََ بَع ََد اعت َ َدى‬
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan
orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka
barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi maaf) mambayar (diat) kepada yang memberi
maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Rabb kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampui batas sesudah itu maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS.
2:178)

4) Asa kejujuran dan kesukarelaan


QS. Al-Mudatsir : 38
ٌ‫ت َرهِينَة‬
ْ َ‫ُك ُّل نَ ْفس ِب َما َك َسب‬

“Setip individu terikat dengan apa yang ia kerjakan dan setiap


individu tidak akan memikul dosa orang (individu) lain”.

C. Profetik Agama Dalam Taat Hukum


1. Pengertian Profetik Agama Dalam Taat Hukum
a. Hal-hal yang digambarkan, dan dinyatakan oleh Agama memalui yang
dicontohkan Nabi Muhammad saw.
b. Agama yang diajarkan atau dicontohkan oleh para Nabi/ Rasulullah

7
c. Contoh atau tauladan yang telah digariskan / dicontohkan Rasulullah
saw

2. Fungsi Profetik Agama


a. Dalam Mengatasi Krisis Kebudayaan dan Kemanusiaan
1) Menjelaskan dan mengubah fenomena-fenomena sosial masyarakat
yang salah atau kurang baik seperti :
a) Dalam Deideologisasi yang tidak sehat dan merugikan tatanan
masyarakat (Politik atau paham yang tidak sehat)
b) Dalam keamanan dan kebebasan yang nyaris menabrak rambu-
rambu hukum dan norma serta nilai yang ada
c) Dalam Reduksionisme (penurunan kwalitas ilmu pengetahuan)
Ijazah ilegal dan aspal
d) Dalam Materialisme (kebendaan), pamer, glamour, poya-poya
dsb
e) Dalam Ekologi (lingkungan) ketidakseimbangan kehidupan
dalam masyarakat (Imbalance), baik materi dan non materi,
baik lahir maupun bathin
f) Dalam Kultural (kebudayaan, peradaban) seperti Globalisasi
(Ends of Pluralisme)
Intinya :
a) Dalam berpolitik, seperti :Enthnocenterisme = Pemerintahan
ditangan satu orang
b) Dalam Materialisme, seperti :Ekonomi kapitalisme
c) Dalam Ekologi, seperti :Materialisme, Sekularisme (pemisahan
antara pendidikan umum dan pendidikan moral, memisahkan
pemerintahan negara dengan Agama). Agama terasing dari
persoalan kehidupan manusia
d) Dalam Reduksionisme, seperti :Penurunan nilai, akhlak,
kebenaran, kwalitas ilmu pengetahuan
e) Dalam Kultural atau Budaya, seperti :Hedonisme (hanya
memburu dan mengejar kesenangan dunia)

b. Dalam Mengatasi / Merevitalisasi Keberagaman Dalam Menjalankan


Agama dengan kembali ke Al-Qur’an and Sunnah

8
1) Menjadikan Al-Quran dan Sunnah
a) Sebagai sumber dan payung hukum dalam memahami dan
mengamalkan ajaran Islam
b) Sebagai sumber rujukan dalam menyelesaikan dan
memutuskan suatu hukum -> QS.Al-Maidah : 48 – 49 QS.
An-Nisa’ ; 59 dsb
2) Permasalahan yang ada bila tidak didapatkan dalam QS boleh
melakukan Istimbat hukum dengan tetap merujuk kepada QS.
QS.Isra’ : 15 dan Taqrir yang dikeluarkan Rasulullah saw.
3) Tidak menjadikan paham, mazhab, aliran sebagai keputusan
final yang Undervartable. Paham, aliran, mazhab tidak
termasuk Tasyri’ hanya bayan liat-tasyri’
4) Memperbolehkan Ikhtilaf, namun hanya pada masalah
Ijtihadiyah
5) Tidak memandang hal-hal yang bersifat keduniaan yang tidak
ditentukan oleh QS, namun tetap mengacu pada sifat Basyariah
Rasulullah sebagai syari’at -> “antum a’lamubi umuri
dunyakum”
6) Suatu hukum dari Ijtihad bersifat debatable (yang dapat
dibantah, debat) bukan merupakan keputusan final

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

Robbi Sholi. (2013). Fungsi Profetik Agama Di Dalam Hukum. Diakses pada 21
September 2015.
http://robisevilla.blogspot.co.id/2013/04/fungsi-profetik-agama-di-dalam-
hukum.html
Akrom Urbane. (2010). Fungsi Profetik Agama dalam Hukum. Diakses pada 21
September 2015.
http://axsdv.blogspot.co.id/2010/03/fungsi-profetik-agama-dalam-
hukum.html
Andrilamodji. (2014). Pengertian, Tujuan, Jenis-Jenis Dan Macam-Macam
Pembagian Hukum. Diakses pada 21 September 2015.
https://andrilamodji.wordpress.com/hukum/pengertian-tujuan-jenis-jenis-
dan-macam-macam-pembagian-hukum/
M. Farhan Ismail. (2014). Asas-Asas Hukum Secara Umum. Diakses pada 21
September 2015.
http://www.kompasiana.com/m.farhanismail/asas-asas-hukum-secara
umum_54f81970a3331127658b4b0f

11

Anda mungkin juga menyukai