Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Teknik Pemberian Obat-Obatan dalam Praktek Kebidanan


“ Parental, Inhalasi, Oral, Sublingual ”
Dosen Pengampu: Bd. Sarmauli Franshisca,SST, M.Bmd.

Disusun Oleh:
Kelompok 3 :
Yanti Febyola (102722017)
Aura Azdzikra (102722003)
Gracia Alfa Riani (102722013)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FEKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BATAM
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas izin dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Peyusunan makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah keterampilan dasar praktek kebidanan tentang “ Teknik
Pemberian Obat Melalui Parental, Inhalasi, Oral, Sublingual ”. Selain itu tujuan dari
penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan keterampilan
dasar praktek kebidanan secara meluas dan mendalam.

Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Batam, 23 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
2.1 Pengkajian data fisik dan psikososial.............................................................................................4
2.2 Riwayat kesehatan ibu....................................................................................................................5
2.3 Pemeriksaan fisik.............................................................................................................................6
2.4 Merumuskan masalah diagnosa/masalah potensial....................................................................14
2.5 Merumuskan masalah diagnosa/masalah potensial....................................................................22
BAB III.....................................................................................................................................................28
PENUTUP................................................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................28
3.2 Saran...............................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................29

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tugas terpenting seorang perawat/bidan adalah member obat yang aman dan akurat
kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah.
Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan
klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau
berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai
dengan anjuran yang sebenarnya. Seorang perawat/bidan juga memiliki tanggung jawab dalam
memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan,
memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk
menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan). Farmakologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada system biologis.
Tenaga kesehatan menjalankan aktivitasnya sehari-hari tidak terlepas dari farmakologi.
Farmakologi membantu para tenaga kesehatan untuk memberikan obat-obatan yang benar
kepada klien sehingga tidak terjadi kesalahan. Perawat professional, perlu mempelajari tentang
farmakologi khususnya farmakokinetik dan farmakodinamik untuk membantu kesembuhan
klien.
Perawat professional dimana perawat bukan pesuruh dokter, dapat mengkaji apakah sudah
benar pemberian obat yang diberikan oleh dokter merupakan obat yang benar sesuai dosis dan
lain-lain ataukah tidak. Obat merupakan senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,
mendiagnosis, penyakit atau gangguan, atau menimbulkan suatu kondisi tertentu. Misalnya
membuat seseorang infertil, atau melumpuhkan otot rangka selama pembedahan.
Obat sama dengan racun karena obat selain bermanfaat dalam pengobatan penyakit, juga
merupakan sumber penyakit. Efek samping obat meningkat sejalan dengan jumlah obat yang
diminum. Survei di USA, sekitar 5% pasien masuk rumah sakit akibat obat. Melihat fakta
tersebut, maka pengetahuan akan obat (Farmakologi) menjadi sesuatu yang sangat penting.

4
1.2 Rumusan Masalah.
Adapun tujuan pembuataan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pemberian obat melalui parental dan inhalasi ?
2. Bagaimana cara pemberian obat melalui parental ?
3. Apa saja lokasi tubuh untuk melakukan injeksi/parental ?
4. Bagaimana cara melakukan injeksi/parental ?
5. Kapan harus melakukan injeksi/parental ?
6. Apa saja tujuan pemberian obat melalui parental ?
7. Apa saja alat-alat inhalasi ?
8. Bagaimana prosedur pemberian obat melalui inhalasi ?
9. Bagaimana cara pemberian obat secara oral ?
10. Bagaimana cara pemberian obat secara sublingual?

1.3 Tujuan Masalah.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui arti dari pemberian obat melalui parental.
2. Untuk mengetahui cara pemberian obat melalui parental.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis injeksi/parental.
4. Untuk mengetahui lokasi tubuh untuk melakukan injeksi/parental.
5. Untuk mengetahui waktu yang diharuskan melakukan injeksi/parental.
6. Untuk mengetahui tujuan pemberian obat melalui parental.
7. Untuk mengetahui saja alat-alat inhalasi.
8. Untuk mengetahui prosedur pemberian obat melalui inhalasi.
9. Untuk mengetahui cara pemberian obat secara oral.
10. Untuk mengetahui cara pemberian obat secara sublingual.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembertian Obat Melalui Parental Dan Inhalasi


Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan
obat tersebut ke jaringan tubuh menggunakan spuit.
Inhalasi sederhana yaitu memberikan obat dengan cara dihirup dalam bentuk uap kedalam
saluran pernafasan yang dilakukan dengan bahan dan cara yang sederhana serta dapat dilakukan
dalam lingkungan keluarga.

2.2 Cara Pemberian Obat Melalui Parental


1. Injeksi Intra vena (IV)
Injeksi intravena dilakukan dengan memasukkan cairan ke dalam aliran darah. Metode ini
adalah cara tercepat untuk mendapatkan efek yang diinginkan, karena obat segera berpindah ke
sirkulasi darah dan ke seluruh tubuh. Jenis ini sering dikaitkan dengan penggunaan narkoba.
Sudut penyuntikan 15°- 30°.

2. Injeksi Intra muskular (IM)


Injeksi intramuskular bertujuan untuk mengantarkan suatu zat ke dalam otot agar cepat
diserap oleh pembuluh darah. Sebagian besar vaksin yang tidak aktif, seperti vaksin influenza
diberikan dengan cara suntikan intramuskular ini. Metode ini dilakukan dengan jarum yang
membentuk sudut 90 derajat dalam posisi duduk. Dilakukan dengan sudut 90°.

6
3. Injeksi Sub kutan (SC)
Injeksi subkutan bertujuan untuk mengirimkan cairan ke jaringan antara kulit dan otot.
Metode ini membuat penyerapan obat berjalan lebih lambat ketimbang intramuskular. Jarum
yang digunakan pun cenderung lebih pendek, karena tidak perlu mencapai otot. Pemberiannya
dilakukan di jaringan lemak di belakang lengan. Injeksi insulin adalah yang paling umum
menggunakan metode ini. Selain itu, vaksin tertentu seperti MMR (Campak, Gondok, dan
Rubela), Varisela (Cacar Air), dan Zoster (herpes zoster) juga diberikan secara subkutan. Sudut
penyuntikan 45°.

4. Injeksi Intradermal/ Intra Cutan (IC)


Dalam Injeksi intradermal, obat dikirim langsung ke dalam dermis, yaitu lapisan yang berada
tepat di bawah epidermis kulit. Penyerapan membutuhkan waktu paling lama ketimbang injeksi
intravena, intramuskular, dan subkutan. Sudut penyuntikan 15°- 20°.

Oleh karena itu, jenis intradermal sering digunakan untuk tes sensitivitas, seperti tes
tuberkulin dan alergi, dan tes anestesi lokal. Reaksi yang disebabkan oleh tes ini mudah dilihat
karena lokasi suntikan pada kulit. Bagian tubuh yang sering dijadikan lokasi suntikan
intradermal adalah lengan bawah dan punggung bawah.

7
5. Injeksi Depot
Injeksi depot dilakukan dengan tujuan untuk menyimpan obat dalam massa lokal, kemudian
secara bertahap diserap oleh jaringan di sekitarnya. Senyawa aktif dalam metode ini dilepaskan
secara konsisten dalam jangka waktu lama. Cairan yang dimasukkan berbentuk agak padat atau
berbahan dasar minyak.

2.3 Lokasi Tubuh Untuk Melakukan Injeksi/Parental


Berikut ini lokasi pemberian sesuai dengan jenisnya:
1. Suntikan Intravena
Suntikan intravena dilakukan dengan sebuah tabung plastik kecil yang disebut kateter, yang
dimasukkan ke dalam vena. Kateter ditempatkan di tempat yang mudah diakses dengan aliran
darah terbaik. Ini lokasi umum pemberian suntikan:
a. Lengan bawah.
b. Punggung tangan.
c. Lekukan di bagian dalam sendi siku.
d. Pergelangan kaki.
Penting untuk menghindari area kulit yang terinfeksi dan menempatkan kateter pada sendi
yang dapat menekuk. Pemberian suntikan harus dihindari pada area yang terluka atau sakit, dan
vena yang kaku atau tipis.

2. Suntikan Intramuskular
Suntikan intramuskular dimasukkan ke dalam otot. Ini lokasi umum pemberian suntikan:
a. Otot vastus lateralis antara pinggul dan lutut.
b. Otot ventrogluteal tepat di bawah pinggul di sisi tubuh.

8
c. Otot deltoid antara bagian atas bahu dan lengan.
Lokasi pemberian akan tergantung pada jenis obat yang diterima. Beberapa suntikan perlu
diberikan ke otot yang lebih besar. Berikut ini beberapa poin yang perlu diperhatikan:
a. Jarak aman dari saraf, tulang, dan pembuluh darah besar di sekitarnya.
b. Bukan tempat cedera, abses, atau kulit yang rusak.
c. Bukan otot yang kecil atau atrofi.

3. Suntikan Subkutan
Jenis suntikan ini digunakan untuk memberikan obat-obatan seperti insulin untuk diabetes,
suntikan hormon untuk perawatan kesuburan, dan obat pengencer darah untuk mencegah
pembekuan darah. Ini lokasi umum pemberian injeksi:
a. Perut bagian bawah, kecuali 5 sentimeter di sekitar pusar.
b. Sisi depan atau luar paha.
c. Area atas bokong.
d. Area luar atas lengan.
Suntikan tidak boleh diberikan pada kulit cekung atau tebal. Hindari juga bagian kulit yang
terluka atau rusak.

4. Suntikan Intradermal
Suntikan internal digunakan untuk tes alergi dan tuberkulosis. Berikut lokasi umum
pemberian injeksi:
a. Bagian dalam atau bagian ventral lengan bawah.
b. Punggung atas, di bawah tulang belikat.
Hindari area tubuh dengan tahi lalat, bekas luka, ruam, atau banyak rambut karena dapat
mempersulit interpretasi hasil pengujian. Lesi kulit juga harus dihindari kecuali jika suntikan
diberikan untuk membantu mengobatinya.

9
2.4 Cara Melakukan Injeksi/Parental
Cara melakukan injeksi adalah mengisi jarum suntik dengan cairan yang ingin diberikan.
Lalu, memasukkannya ke bagian tubuh dan mengeluarkan cairan secara perlahan. Setelah
selesai, cabut jarum dan tutup luka suntikan dengan perban kecil. Prosedurnya akan tergantung
jenis injeksi yang diberikan.

2.5 Waktu Yang Harus Untuk Melakukan Injeksi/Parental


Injeksi biasanya dilakukan sesuai saran dokter, atau untuk tujuan tertentu seperti ketika
ingin mendonorkan darah. Disarankan untuk tidak melakukan suntikan di lokasi yang sama,
karena dapat menyebabkan kulit di daerah tersebut menjadi lebih tebal atau cekung ke dalam.
Tips lainnya adalah area yang sama dengan jarak 2,5-5 sentimeter dari tempat suntikan
sebelumnya. Setelah semua area tersebut telah digunakan, kamu bisa berpindah ke area lain.

2.6 Tujuan Pemberian Obat Melalui Parental


1. Mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dgn rute lain.
2. Memperoleh reaksi setempat (pada tes alergi).
3. Membantu menegakkan diagnosa (pada penyuntikan zat kontras)
4. Memberikan zat imunolog.
5. Untuk mengontrol kadar gula darah.

2.7 Alat-Alat Inhalasi


1) MDI (Metered Dose Inhaler)
Dalam Inhaler dosis terukur bahan aktif obat disuspensikan ke dalam kurang lebih 10 ml
cairan pendorong (propelan) yang biasa digunakan adalah kloroflurokarbon (CFC) (Supriyatno
dan Rahajoe, 2008).
Tahapan – tahapan penggunaan MDI Kesalahan umum yang terjadi :
1. Membuka tutup inhaler.
2. Memegang inhaler tegak lurus dan mengocok tabung inhaler.
3. Menghembuskan nafas dengan pelan dan dalam.
4. Meletakkan mouthpiece diantara gigi tanpa menggigitnya dan tutup bibir hingga mouthpiece
tertutup rapat.

10
5. Memulai inhalasi pelan melalui mulut.
6. Melanjutkan inhalasi dengan pelan dan dalam.
7. Menahan nafas sampai sekitar 10 detik.
8. Ketika sedang menahan nafas keluarkan inhaler dari mulut.
9. Ekshalasi dengan pelan dari mulut.
10. Jika dibutuhkan dosis ekstra, tunggu 1 menit dan ulangi langkah 2 sampai 9
11. Menutup kembali inhaler.
Kesalahan umum yang sering terjadi :
1. Kurang koordinasi.
2. Tidak menahan nafas sekitar 10 detik.
3. Posisi inhaler salah.
4. Sulit bagi orang dengan osteoarthritis yang mempengaruhi tangan.

2. MDI dengan spacer


Pada anak-anak dan orang dewasa pemberian bronkodilator dengan MDI yang diberi ruang
antara memberikan efek bronkodilatasi yang lebih bermakna dibanding dengan penggunaan MDI
biasa. Penambahan ruang antara ini meningkatkan jumlah obat yang mencapai paru menjadi 20%
dari dosis (Yunus,1995).
Tahapan – tahapan penggunaan :
1. Membuka tutup inhaler.
2. Memegang inhaler tegak lurus dan mengocok tabung Inhaler.
3. Pasangkan inhaler tegak lurus dengan Spacer
4. Meletakkan mouthpiece diantara gigi tanpa menggigitnya dan tutup bibir hingga mouthpiece
tertutup rapat.

11
5. Menghembuskan nafas dengan pelan dan dalam.
6. Dipertahankan posisi spacer dan tekan canister 1 kali.
7. Menahan nafas sampai sekitar 10 detik sampai selama yang di sanggupi.
8. Mengeluarkan Spacer dari mulut.
9. Ekshalasi dengan pelan dari mulut.
10. Membuka inhaler dari Spacer.
12. Jika dibutuhkan dosis ekstra, tunggu 1 menit dan ulangi langkah 3 sampai 11.
13. Menutup kembali inhaler.
Kesalahan Umum Yang Sering Terjadi :
1. Posisi inhaler salah.
2. Tidak mengocok inhaler.
3. Aktuisi yang salah tanpa mengocok alat.
4. Obat yang berbeda dalam Spacer tidak dihirup secara maksimal.
5. Spacer tidak cocok untuk pasien.

3. DPI (Dry PowderInhaler)


Jenis inhaler ini pada awalnya digunakan untuk delivery serbuk antibiotik. Inhaler jenis ini
tidak mengandung propelan, sehingga mempunyai kelebihan dibanding MDI (Supriyatno dan
Rahajoe, 2008).
Tahapan – tahapan penggunaan :
1. Memutar dan membuka penutupnya.
2. Mengecek isi tempat pengisian obat

12
3. Mempertahankan tetap tegak lurus sambal memutar pangangan dan putar kembali lagi
sampai terdengar bunyi “klik”.
4. Menghembuskan nafas dengan pelan jauh dari mouthpiece.
5. Meletakkan mouthpiece diantara gigi tanpa menggigitnya dan tutup bibir hingga mouthpiece
tertutup rapat.
6. Menarik nafas dengan kuat dan dalam.
7. Mengeluarkan inhaler dari mulut.
8. Ekshalasi dengan pelan dan jauh dari mouthpiece.
9. Jika dibutuhhkan dosis ekstra, ulangi tahap 3 sampai 9.
10. Menutup kembali inhaler.

4. Nebulizer
Nebulizer adalah alat untuk memproduksi aerosol yang mengandung larutan obat (Ikawati,
2007). Alat nebuliser dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus
menerus dengan tenaga yang berasal dan udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik.
Aerosol yang terbentuk dihisap penderita melalui mouthpiece atau sungkup. Dengan nebuliser
Dihasilkan partikel aerosol berukuran antara 2-5 u. Pada orang normal saat istirahat pengendapan
aerosol dalam paru terjadi sebanyak 30–60% dosis yang diberikan. Bronkodilator yang diberikan
dengan nebuliser memberikan efek bronkodilatasi yang bermakna tanpa menimbulkan efek
samping (Yunus, 1995).

13
2.8 Prosedur Inhalasi
1. Selang dan masker yang digunakan pasien harus masing-masing, artinya setiap pasien harus
memiliki sendiri.
2. Ikuti resep yang dianjurkan oleh dokter, jangan memakai resep yang diberikan pada sakit
sebelumnya.
3. Perhatikan obat mana yang dapat digabung atau harus dipisah dalam pemberian terapi
inhalasi.
4. Pada saat mesin dihidupkan, pasien tarik nafas dalam perlahan dengan mulut, tahan 2-3 detik
dan hembuskan kembali. Pada anak-anak cukup dianjurkan bernafas normal.
5. Ajarkan kepada pasien untuk tidak bernafas terlalu cepat, karena ini akan menyebabkan
pusing, gemetardan mual.
6. Terapi dilangsungkan kurang lebih 10-15 menit.

2.9 Cara Pemberian Obat Melalui Oral


Pemberian obat di Indonesia secara oral sudah sangat umum digunakan oleh masyarakat
yang tinggal di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Diantara sediaan beberapa sediaan
farmasi yang ada, sediaan tablet sejauh ini merupakan bentuk sediaan yang terpopuler, juga
merupakan sediaan dengan desain pembuatan yang paling banyak tantangannya (Lachman,
Lieberman ansd Kanig, 1994). Pemberiaan obat secara oral merupakan cara pemberian yang
paling utama untuk memperoleh efek sistemik. Dari obat-obat yang diberikan melalui oral, maka
sediaan padat merupakan bentuk yang lebih disenangi (Ansel, 1989).
Cara pemberian obat yang paling lazim adalah melalui mulut. Obat-obatan oral tersedia
dalam berbagai jenis yaitu pil, tablet, bubuk, syrup dan kapsul. Selama pasien mampu menelan
dan mempertahankan obat dalam perut, pemberian obat peroral menjadi pilihan. Kontra indikasi
pemberian obat peroral adalah bila asien muntah , perlunya tindakan suction , kesadaran
menurun atau kesulitan menelan. Memberikan pengobatan kepada pasien dengan efek sistemis,
lokal atau keduanya.
Prosedur pemberian obat secara oral :
1. Persiapan
a. Alat /Bahan

14
1) Kartuobat, Kardex, atau formula pencatat
2) Baki / trayobat
3) Cangkir obat sekali pakai / gelas pengukur /sendok obat
4) Segelas air putih atau sari buah
5) Sedotan untuk minum

b. Pasien
1) Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2) Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat oral
3) Apakah pasien mengalami kesulitan dalam menelan, mual atau muntah, inflamasi usus atau
penurunan peristaltik, operasi gastrointestinal terakhir, penurunan atau tidak terdengar bising
usus, dan suksion lambung.
Verifikasi kembali kemampuan pasien dalam pemberian obat secara oral :
a. Siapakan peralatan atau kumpulkan peralatan yang disebutkan diatas.
b. Cuci tangan.
c. Ambil obat yang diperlukan, perhatikan dengan seksama.
d. Hitung dosis secara akurat.
e. Recek kembali obat dengan order.
Obat Tablet / Kapsul
a. Untuk memberikan tablet atau kapsul dari botol, tuangkan jumlah yang dibutuhkan kedalam
tutup botol dan dipindahkan ke cangkir obat. Jangan sentuh obat dengan tangan anda. Tablet atau
kapsul yang tersisa dapat dituang kembali ke dalam botol.
b. Untuk menyiapkan dosis unit tablet atau kapsul, letakkan kapsul atau tablet yang telah
dikemas ke dalam cangkir obat. Jangan lepaskan pembukusnya.
c. Semua tablet atau kapsul yang akan diberikan pada pasien pada saat yang bersamaan
diletakkan dalam satu cangkir kecuali yang pemberiannya membutuhkan pengkajian
sebelumnya.
d. Jika Pasien mempunyai kesulitan menelan, haluskan tablet sampai didapat bentuk bubuk.
Campur dalam makanan ringan.

15
Obat Cair/ Liquid
a. Kocok obat secara perlahan sebelum dituangkan.
b. Tuangkan obat dengan cara buka penutupnya dan letakkan pada posisi terbalik.
c. Pegang botol dengan label di telapak tangan ketika menuangkan.
d. Pegang cangkir obat setinggi mata dan isi sampai batas yang dinginkan.
e. Usap bibir botol sebelum menutup botol sehingga obat tidak lengket atau merusak label.
f. Kembalikan obat kedalam almari atau lemari es.

2.10 Pemberian Obat Melalui Sublingual


Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya baik
melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri. Karena tidak
melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan.
Minta klien untuk menempatkan obat dibawah dan biarkan larut sempurna. Ingatkan klien untuk
tidak menelan tablet.
Langkah-langkah :
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Memberikan obat kepada pasien.
d. Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut
seluruhnya.
e. Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat
belum terlarut seluruhnya.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan
menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh menggunakan spuit. Inhalasi sederhana yaitu
memberikan obat dengan cara dihirup dalam bentuk uap kedalam saluran pernafasan yang
dilakukan dengan bahan dan cara yang sederhana serta dapat dilakukan dalam lingkungan
keluarga.

Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya
subkutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang
perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat
tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah. Alat-alat Inhalasi mdi
(Metered Dose Inhaler), mdi dengan spacer, dpi (dry powderInhaler), nebulizer.

3.2 Saran

Setiap obat merupakan racun yang yang dapat memberikan efek samping yang tidak baik
jika kita salah menggunakannya. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kerugian bahkan akibatnya
bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan
sebaik-baiknya tanpa menimbulkan masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri
maupun orang lain.

Jangan menggunakan Alat Nebulizer sembarangan karena Alat ini langsung bekerja ke
PPOK, maka berhati hatilah jika menggunakan alat ini dan ada interaksi pada penyakit tertentu
yang dilarang menggunakan alat obat nebulizer ini.

17
18

Anda mungkin juga menyukai