Anda di halaman 1dari 267

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA

NEGARA
Burhan, S.Pd., M.H., M.Pd

1
Pengertian
 Warga Negara : rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat
tertentu dalam hubungannya dengan negara.
 AS. Hikam : warga negara merupakan terjemahan dari citizenship
yaitu anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu
sendiri.
 Koerniatmanto : mengemukakan warga negara dan anggota negara.
Dimana sebagai anggota negara mempunyai kedudukan yang
khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan
kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya.
 Dalam konteks Indonesia, hak dan kewajiban warga negara sudah
diatur dalam UUD 1945, seperti Pasal, 26, 27,28,29, 30, 31 dan 34.

2
1. Karena Kelahiran : bisa dibuktikan dengan adanya akta
kelahiran.
2. Karena Pengangkatan : adanya kutipan pernyataan sah
Buku Catatan Pengangkatan Anak Asing.
3. Karena dikabulkannya permohonan, yaitu adanya Petikan
Keputusan Presiden tentang permohonan tersebut (tanpa
pengucapan sumpah dan janji setia)
4. Karena Pewargnegaraan : yaitu adanya Petikan Keputusan
Presiden tentang pewarganegaraan tersebut yang diberikan
setelah pemohon mengangkat sumpah dan janji setia.
5. Karena perkawinan
6. Karena turut ayah dan atau ibu
7. Karena pernyataan : adanya srat Edaran Menteri tentang
Memperoleh/kehilangan kewarganegaraan RI dengan
3
pernyataan.
1. Asas Ius-Sanguinis : asas keturunan atau hubungan
darah, artinya kewarganegaraan seseorang ditentukan
oleh orang tuanya.
2. Asas Ius- Soli : asas daerah kelahiran, artinya bahwa
status kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh
tempat kelahirannya di negara tersebut.
3. Asas Bipatride (dwi kewarganegaraan) : timbul apabila
menurut peraturan dari dua negara terkait seseorang
dianggap sebagai warga negara kedua negara itu.
4. Apatride (tanpa kewarganegaraan) : timbul apabila
menurut peraturan kewarganegaraan seseorang tidak
diakui sebagai warga negara dari negara apapun.
4
PENDIDIKAN PENDAHULUAN BELA
NEGARA
• Pembelaan negara atau bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan
warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang
dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta kesadaran hidup
berbangsa dan bernegara.
• Bagi warga negara Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air dan kesadaran berbangsa dan bernegara
Indonesia dengan keyakinan pada Pancasila sebagai dasar negara serta
berpijak pada UUD 1945 sebagai konstitusi negara.
• Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap
warga negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan
kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,
5
keutuhan wilayah Nusantara dan Yuridiksi nasional serta nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945.
Dasar pemikiran yang dijadikan bahan motivasi setiap
warganegara untuk ikut serta membela negara Indonesia :
1)Pengalaman sejarah perjuangan RI
2)Kedudukan wilayah geografis Nusantara yang strategis.
3)Keadaan penduduk (demografis) yang besar.
4)Kekayaan sumber daya alam.
5)Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang
persenjataan.
6)Kemungkinan timbulnya bencana perang.

6
Sifat Ketahanan
Nasional
Ketahanan Nasional
Berlapis
Bela Negara
 Bela Negara adalah, sikap dan tindakan warga
Negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan
berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada
tanah air dan kesadaran hidup berbangsa dan
bernegara
 Bela negara mencakup bela negara secara fisik atau
militer dan bela Negara secara nonfisik atau
nonmiliter dari dalam maupun luar Negeri. Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya bela Negara. Pasal 27 ayat 3 dan Pasal 30 Ayat 1.
PROJECT CITIZEN
LATAR BELAKANG
Landasan Kewarganegaraan
LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
A. Pancasila ditinjau dari Landasan Historis
 Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses yang cukup
panjang sejak kerj. Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai
datangnya bangsa lain yang menjajah Indonesia. Selama
ratusan tahun bangsa Indonesia berjuang menemukan jati
dirinya,yang digunakan sebagai filosofi hidup dan bangsa yang
dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia.
Yang sekarang kita kenal sebagai Pancasila dan tiada lain
sebagai nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
 Pada masa sebelum kemerdekaan sampai dengan kemerdekaan
RI yaitu dalam ketatanegaraan RI dilakukan upaya menyusun
rancangan UU Ketatanegaraan RI dalam sidang BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) digunakan pertama kali istilah Pancasila oleh Ir.
Soekarno dan Moch. Yamin.
 Istilah Pancasila digunakan untuk memberikan nama pada 5
Prinsip dasar kenegaraan Indonesia oleh Soekarno dan Moh.
Yamin.``

 Pada tanggal 18 Agustus 1945 sehari setelah kemerdekaan/


Proklamasi RI. PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
menetapkan dan mensahkan UUD 1945 yang dikenal dengan UUD
1945. Dalam Pembukaan UUD’45 tercantum 5 (lima) dasar
negara yang kini dikenal dengan sebutan Pancasila. Meskipun
istilah Pancasila sendiri tidak tercantum di dalam UUD’45
tersebut.
B. Pancasila Sebagai Landasan Kultural
Pancasila dalam hal ini berkaitan erat dengan
budaya kehidupan bangsa Indonesia dan
menentukan eksistensi bangsa Indonesia.
Selain itu sikap mental, tingkah laku ataupun
amal perbuatan setiap bangsa Indonesia harus
mencerminkan dari sila-sila Pancasila, karena
nilai-nilai budaya Pancasila ada dan tumbuh
sebagai budaya bangsa Indonesia.
C. Pancasila sebagai Landasan Yuridis
Sebagai landasan Yuridis Pancasila tercantum
dalam Pembukaan UUD’45. Pancasila adalah
dasar negara RI, hal ini berarti bahwa Pancasila
dipergunakan sebagai dasar dan pedoman
dalam mengatur pemerintahan dan
penyelenggaraan negara. Isi dan tujuan dari semua
perundang-undangan di Indonesia harus
berdasarkan Pancasila.
D. Pancasila sebagai Landasan Philosofis
Falsafah berasal dari kata Yunani “philosophia”.
• “Philos” berarti “mencintai” atau “mencari”
• “Sophia” berarti “kebijaksanaan”/ “kebenaran” (wisdom).
Secara harfiah falsafah berarti mencintai kebenaran.
Istilah filsafat dalam bahasa arab adalah “falsafah”.
Menurut al-farobi (ahli filsafah Islam) falsafat ialah
ilmu pengetahuan tentang alam maujud
bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Pancasila sebagai
sistem Filsafat
SISTEM FILSAFAT

Sistem adalah : suatu keseluruhan yg bag.²nya memp. hub. saling


kerjasama utk tuj. tertentu & scr keselrhn merup. satu kesat. utuh.

Syarat² suatu Sistem :


1. Merupakan kesatuan dr bagian²
2. Tiap bagian mempunyai fungsi tersendiri
3. Saling berhubungan dan saling bergantung
4. Untuk mencapai tujuan tertentu
5. Terjadi dalam lingkungan yg kompleks.

Pancasila memenuhi syarat sbg Sistem Filsafat, krn :


1. Sila² Pancasila merup. Satu kesat. Yg bulat & utuh
2. Sila² Pancasila bereksistensi dlm keteraturan :
- bersusun hierarkhis & berbentuk piramidal
3. Ada keterkaitan antar Sila² Pancasila
4. Ada kerjasama antar Sila² Pancasila utk mencapai tujuan
5. Ada tujuan bersama (tsb. Alinea IV Pemb. UUD NRI 1945)
Apa itu Filsafat?

Looking for the truth


PENGERTIAN FILSAFAT
 Pengertian Filsafat
 Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan padanan
kata falsafah (Arab) dan philosophy (Inggris) yang
berasal dari bahasa Yunani  (philosophia).
 Kata philosophia merupakan kata majemuk yang
terususun dari kata philos atau philein yang berarti
kekasih, sahabat, mencintai dan kata sophia yang
berarti kebijaksanaan, hikmat, kearifan, pengetahuan.

20
 Dengan demikian philosophia secara harafiah berarti
mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai
pengetahuan.
 Cinta mempunyai pengertian yang luas. Sedangkan
kebijaksanaan mempunyai arti yang bermacam-macam
yang berbeda satu dari yang lainnya.
 Istilah philosophos pertama kali digunakan oleh
Pythagoras.
• Ketika Pythagoras ditanya, apakah engkau
seorang yang bijaksana?
• Dengan rendah hati Pythagoras menjawab, ‘saya
hanyalah philosophos, yakni orang yang
mencintai pengetahuan’.

21
 Ada dua pengertian filsafat, yaitu:
Filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti
produk.
Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai
pandangan hidup
Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti
praktis.
 Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti
produk, sebagai pandangan hidup, dan dalam arti praktis.
 Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan
peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari,
dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi
bangsa Indonesia.

22
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

23
Secara ontologis kajian Pancasila
sebagai filsafat dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengetahui hakekat
dasar dari sila sila Pancasila. Menurut
Notonagoro hakekat dasar ontologis
Pancasila adalah manusia. Karena
manusia merupakan subyek hukum
pokok dari sila sila Pancasila.

24
Dalam kajian epistimologi , Pancasila
sebagai sistem filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mencari hakekat
Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan. Hal ini dimungkinkan
karena epistimologi merupakan bidang
filsafat yang membahas hakekat ilmu
pengetahuan (ilmu tentang ilmu).
Kajian epistimologi Pancasila tidak
dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Oleh karena itu dasar
epistimologis Pancasila sangat berkaitan
erat dengan konsep dasarnya tentang
hakekat manusia.
25
Menurut Titus(1984: 20) terdapat
tiga persoalan yang mendasar
dalam epistimologi yaitu :
tentang sumber pengetahuan
manusia;
tentang teori kebenaran
pengetahuan manusia;
tentang watak pengetahuan
manusia.

07/11/21 26
Karena sila-sila Pancasila sebagai suatu
sistem filsafat memiliki satu kesatuan
dasar aksiologis, sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila pada
hakekatnya juga merupakan suatu
kesatuan. Selanjutnya aksiologi Pancasila
mengandung arti bahwa kita membahas
tentang filsafat nilai Pancasila. Istilah nilai
dalam kajian filsafat dipakai untuk
merujuk pada ungkapan abstrak yang
dapat juga diartikan sebagai
“keberhargaan” (worth) atau “kebaikan”
(goodnes), dan kata kerja yang artinya
sesuatu tindakan kejiwaan tertentu dalam
menilai atau melakukan penilaian
( Frankena, 229).
27
Dinamika Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat
Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem
filsafat dikenal dengan istilah “Philosofische Grondslag”.
Gagasan tersebut merupakan perenungan filosofis
Soekarno atas rencananya berdirinya negara Indonesia
merdeka. Ide tersebut dimaksudkan sebagai dasar
kerohanian bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Ide tersebut ternyata mendapat sambutan yang positif dari
berbagai kalangan, terutama dalam sidang BPUPKI
pertama, persisnya pada 1 Juni 1945. Namun, ide tentang
Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci, lebih
merupakan adagium politik untuk menarik perhatian
anggota sidang, dan bersifat teoritis.

28
Dinamika Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat
Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan bahwa
Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat
dari akulturasi budaya bangsa Indonesia.
Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem
filsafat berkembang ke arah yang lebih praktis (dalam hal
ini istilah yang lebih tepat adalah weltanschauung).
Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya bertujuan mencari
kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar inilah,
Soeharto mengembangkan sistem filsafat.

29
Tantangan Pancasila sebagai Sistem
Filsafat
Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini
bahwa kebebasan individual pemilik modal untuk
mengembangkan usahanya dalam rangka meraih
keuntungan sebesar-besarnya merupakan upaya
untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu
bentuk tantangan kapitalisme terhadap Pancasila
sebagai sistem filsafat ialah meletakkan kebebasan
individual secara berlebihan sehingga dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti
monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain.
30
Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang
muncul sebagai reaksi atas perkembangan
kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal.
Komunisme merupakan aliran yang meyakini bahwa
kepemilikan modal dikuasai oleh negara untuk
kemakmuran rakyat secara merata. Salah satu
bentuk tantangan komunisme terhadap Pancasila
sebagai sistem filsafat ialah dominasi negara yang
berlebihan sehingga dapat menghilangkan peran
rakyat dalam kehidupan bernegara.

31
Pancasila Sebagai Berfikir
Secara Ilmiah Filsafah
Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah-filosofis dapat
dipahami dari :
1. Verbalis = melalui aspek rangkaian kata-kata yg
diucapkan ( misal : Pidato, upacara dsb )
2. Konotatif = melalui ratio. ( Pancasila dipahami,
ditafsirkan dan dimaknai berdasarkanmetode ilmiah
3. Denotatif = melalui fakta, realita yang menunjukkan
adanya perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan.

32
KEBENARAN ILMIAH DALAM
PANCASILA
Pengetahuan yang dikejar manusia identik dengan
pengejaran kebenaran, maka apabila pengetahuan
diperolehnya adalah benar.
Pengetahuan manusia diperoleh melalui proses yg
dimulai dari awal-tengah-akhir.
Akhir proses pengetahuan manusia diungkapkan
melalui pernyataan-pernyataan yang benar.

33
Ciri Berpikir Ilmiah-Filsafat Dalam
Pembahasan Pancasila
Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan usaha
manusia untuk memahami kenyataan berdasarkan
pengalaman secara empirik dan reflektif Syarat
Pengetahuan dikatakan sebagai ilmu :
1. Berobyek
2. Bermetode
3. Bersistem
4. Bersifat umum/universal

34
Ciri Berpikir Ilmiah-Filsafat Dalam
Pembahasan Pancasila
Obyek Material / sasaran kajian : bahan kajian dalam
pencarian kebenaran ilmiah.
Obyek material dalam membahas Pancasila sebagai
kajian ilmiah dapat bersifat empiris dan non empiris.
Obyek tersebut dapat berupa pernyataan-pernyataan,
pemikiran, ide-ide, kenyataan sosialkultural yang
terwujud dalam hukum, teks sejarah, adat-istiadat,
karakter, kepribadian manusia sejak dahulu hingga
sekarang.

35
Lingkup Kajian Ilmiah Pancasila Dapat
Diketahui Melalui Beberapa Kata Tanya :
Bagaimana : Menghasilkan jawaban ilmiah berupa
Pengetahuan Deskriptif .
Mengapa : diperoleh jawaban berupa pengetahuan
Kausal ( sebab dan Akibat )
Proses terjadinya Pancasila meliputi empat kausa :
Causa Materialis, Causa Formalis, Causa Effisiens
dan Causa Finalis

36
Causa Materialis Pancasila : sebab yg menjadikan
Pancasila ada ( Sistem Nilai dan Budaya Masyarakat )
Causa Formalis : sebab bentuk yang menyebabkan
Pancasila ada ( Rumusan Pancasila berurutan dari Sila
pertama sampai dengan Sila Kelima)
Causa Effisiens : sebab proses kerja yang
menyebabkan Pancasila ada ( Sidang BPUPKI dan
PPKI )
Causa Finalis : sebab tujuan diadakannya Pancasila
( Pancasila sebagai dasar Negara RI )

37
Ke Mana : diperoleh jawaban Pengetahuan
Normatif. Berkaiatan dengan Ukuran , Standar,
Norma
Melalui kajian normatif ini dapat dibedakan
secara normatif realisasi yang seharusnya dan
realisasi dalam kenyataannya ( Das Sollen dan Das
Sein ).
APA : diperoleh jawaban yang bersifat Esensial
( pengetahuan yg terdalam/hakekat segala
sesuatu/ Intisari

38
Sistematis : Sistem merupakan satu kesatuan yang
utuh dan bulat yang bagian-bagiannya saling
berhubungan dan ketergantungan. • Pemahaman
Pancasila harus merupakan satu kesatuan dan
keutuhan • Sila-sila Pancasila disusun secara logis
sehingga membentuk pemikiran yang sistematis.
Universal : Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah
relatif berlaku secara universal ( Tidak terbatas
ruang dan waktu ). Kajian terhadap Pancasila
dapat ditemukan nilai-nilai yang terdalam pada
sila-sila Pancasila

39
Pancasila Sebgai
Suatu Kesatuan
Sistem

40
Bentuk dan Susunan Pancasila
Bentuk Pancasila dlm arti rumusan Pancasila dlm
alinea IV Pembukaan UUD 1945 • Pancasila sbg suatu
sistem nilai mempunyai ciri :
1. Merupakan satu kesatuan yg utuh.
2. Setiap unsur pembentuk Pancasila merupa kan unsur
yg mutlak dlm membentuk kesatuan, bukan
komplementer.
3. Unsur Pancasila tidak dapat ditambah atau dikurangi.

41
Susunan Pancasila
Pancasila sbg sistem nilai disusun berdasarkan urutan
yang logis :
1. Ketuhanan YME
2. Kemunusiaan yg adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dlm permusyawaratan / perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

42
PANCASILA
Pancasila
(Asal Mula )

Langsung Tak Langsung

Bgs Indons sbagi


Kausa Materialis kausa materialis

Nilai2 Pancasila sdh ada dan


Kausa Formalis tercermin dalam kehidupan
sehari-hari bangs Indonesia
sebelum membentuk negara dan
ditetapkan sbg dasar negara .
Ex;nilai dalam adat,
Kausa Effisien kebudayaan, nilai religius dalm
hidup sehari-hari.

Kausa Finalis
BENTUK SUSUNAN PANCASILA
( Hierarkis Piramidal )
Sila V
Sila 5 dijiwai sila 1,2,3,4

Sila IV Sila 4 dijiwai sila 1,2,3 dan menjiwai sila 5

Sila III Sila 3 dijiwai sila 1,2 dan menjiwai sila 4 & 5

Sila 2 dijiwai sila 1 dan menjiwai sila 3,4 & 5


Sila II
Sila 1 menjiwai sila 2,3,4,&5
Sila I
Sila yang Sila dibelakang sila lainya itu
di depan mendasari, meliputi dan menjiwai sila- adalah pengjelmaan /
sila dibelakangnya atau sila dibelakang didasari, pengkususan sila-sila dimukanya
diliputi, dan dijiwai sila didepannya Lebih sempit “luasnya” tapi lebih
luasa “sifatnya”
BENTUK SUSUNAN PANCASILA
( Kesatuan Majemuk Tunggal Bersifat Organis )
Masing-masing sila tidak terpisahkan
satu sama lain dalam hal kesatuannya

Masing-masing sila mempunyai


kedudukan dan fungsi sendiri-sendiri

Masing-masing sila berbeda namun tidak Kesatuan organis dari


bertentangani kemajemukan akan
menghidupkan
Masing-masing sila atau bagian saling
keduduakn dan fungsi-
melengkapi
fungsi sila dalam satu
Masing-masing sila atau bagian tidak kesatuanyang utuh
boleh dilepas-pisahkan satu sama lain

Masing-masing sila atau bagian bersatu


untuk terwujudnya keseluruhan dan
keseluruhan membina bagian2
Fungsi Sila-Sila
FUNDAMEN
Sila 1 sbg MORAL NEGARA MORAL
NEGARA
Sila 2 sbg MORAL NEGARA (FMN)

Sila 3 sbg DASAR NEGARA


FUNDAMEN
Sila 4 sbg SISTEM NEGARA POLITIK
NEGARA
(FPN)
Sila 5 sbg TUJUAN NEGARA

Sila 1 Sila 4
Sila 2
Sila 3 Sila 5

Fundamen Moral Negara (FMN) menjiwai


Fundamen Politik Negara (FPN)
Hubungan FMN & FPN
Ketuhanan Yang Maha Esa Fundamen Moral
Kemanusiaan Yang Adil & Beradab
Negara/FMN
( Terkandung 3 Hukum: Hk Tuhan, Hk
Kodrat, Hk Etik )

Menjiwai
(4)

Fundamen Politik Negara/FPN

Pokok Pikiran
Persatuan (1) Kerakyatan,Permusyawarat Pokok Pikiran
(Sila 3) an Perwakilan (3) Keadilan Sosial (2)
(Sila 4) (Sila 5)

Sebagai Dasar Sebagai Sistem Sebagai Tujuan


Negara Negara Negara
BENTUK SUSUNAN PANCASILA
( Saling Mengkualifikasi/Mengisi )

Mengandung 4 sila lainnya


Masing-Masing Sila

Dikualifikasi oleh 4 sila lainnya

Sila 1 juga mengandung sila 2,3,4,5

Sila 2 juga mengandung sila 1,3,4,5

Sila 3 juga mengandung sila 1,2,4,5

Sila 4 juga mengandung sila 1,2,3,5

Sila 5 juga mengandung sila 1,2,3,4


Syarat Sistem

Merupakan tata yang konsiten &


Merupakan satu kesatuan
Koheren tidak mengandung kontradiksi

SISTEM
Segala sesuatunya mengarah Ada kaitan antara bagian
Pada tujuan yang satu dan sama Yang satu dengan lainnya

Ada kerja sama yang


Serasi dan seimbang
Landasan Antropologi Pancasila
Unsur Anorganis
Jasmani/
Tubuh Unsur Vegetatif

Susunan Unsur Animal


Kodrat Monodualis
Akal
Jiwa M
Rasa O
N
Karsa O

Makhluk P
Hakikat Individu
Manusia Sifat L
Kodrat Monodualis U
R
Makhluk
A
Sosial
L
I
S
Makhluk
Otonom
Kedudukan
Kodrat Monodualis
Makhluk
Tuhan
Kata Kunci
Manusia seutuhnya digunakan untuk
memahami arti makna Pancasila sebagai
ideologi pembangunan serta tujuan
jangka panjang yang hendak dicapai
bersama. Ideologi pembangunan
bercorak “ antroposentrik” dalam arti
manusia yang berada pada tempat yang
sentral sebagai subjek dan sekaligus
objek pembangunan
ISI ARTI
PANCASILA

Abstrak Khusus
Umum Singular &
Universal Umum Kongkrit
Kolektif
Wujud pelaksanaan
Isi arti yang tidak secara kongkret dlm
terbatas Wujud pelaksanaan bid khusus namun
ruang,waktu,keadaan, secara kongkret nyata seperti,
situasi,kondisi dalam hidup epoleksusbud,
maupun jumlah. kenegaraan organisasi,pendidikan .
Meunjuk pada makna Indonesia. Mrpkn Bisa berkembang dan
esensial: Tuhan, pedoman normatif dinamis . Ex. UU Politik
manusia,satu,rakyat, dalam perundangan. 85 mjd 99 no 2,3,4 .
adil Ex. Sila 1: Pendidikan, BUMN dll
Pembukaan UUD45
Al 4, Psl 29 ayat 2.
Sila 2:Ps 27,28
.
Negara
Pancasila

rakyat
pemerintah
Paham Negara
Integralistik

wilayah
Paham MENGATASI
Negara SEMUA GOL,
Kebangsaan TIDAK MEMIHAK
DAN
Paham
MELINDUNGI
Negara
Persatuan
PERSEKUTUAN
HIDUP SOSIAL
MASYARAKAT
KESATUAN INDONESIA
BANGSA,PULAU,
BUDAYA,
GOLONGAN &
AGAMA
Merupakan sumber tertib hukum tertinggi
Terdiri atas 4 alinea. Pernyataan Kemerdekaan

Alinea 1 Alinea 2 Alinea 3 Alinea 4


Bahwa Dan perjuangan Atas berkat rakhmat Kemudian dari pada itu
sesungguhnya pergerakan Allah Yang Maha untuk membentuk suatu
kemerdekaan adalah kemerdekaan Indonesia Kuasa dan dengan Pemerintahan neg
hak segala bangsa telah sampailah kepada didorong oleh Indonesia ang melindungi
dan oleh sebab itu, saat yang berbahagia keinginan luhur, segenap bangsa
maka penjajahan di dengan selamat supaya berkehidupan Indonesia dan seluruh
atasdunia harus sentausa mengantarkan kebangsaan yang tumpah darah Indonesia
dihapuskan, karena rakyat Indonesia ke bebas,maka rakyat dan untuk memajukan
tidak sesuai dengan depan pintu gerbang Indonesia kesejahteraan umum
perikemanusiaan & kemerdekaan Negara menyatakan dengan mencerdaskan kehidupan
perikeadilan Indonesia yang ini kemerdekaannya. bangsa…..keadilan sos
merdeka,bersatu, bagi seluruh rakyat
berdaulat adil dan Indonesia
makmur

Pernyatana tidak memiliki hubungan Memiliki hubungan kausal dengan pasal-


kausal organis dengan pasal-pasalnya pasalnya, dalam sudut:
( penjelasan atasperistiwa/keadaan
yang mendahului terbentuknya negara 1, UUD ditentukan akan ada
RI 2, Yang diatur dlm UUD adalah tentang pembentukan
pemerintahan neg yang memenuhi berbagai syarat
3, Negara Inodnesia adalah berbentuk Republik yang
berkedaulatan Rakyat
4, Ditetapkannya Pancasila sebagai dasar filsafat negara
Pernyataan kemerde-
Kaan yang terinci

Sbg fakta sejarah


yg tak dapat Mengandung cita-cita
terulang luhur Proklamasi

Pembukaan
UUD 1945

Berkedudukan
tetap Memuat sifat-sifat
dan tidak dapat Fundamental & asasi
diubah bagi negara
Hakikat Sebagai Pokok Kaidah Negara
Pembukaan UUD 1945 Yg Fundamental .
(staatsfundamentalnorm)
Dari segi terjadinya:
Sbg kehendak
bersama
Sebagai Tertib Hukum Tertinggi
-sumber hukum positif Dari segi isinya:
pokok2 pikiran meliputi suasana -Dasar tujuan negara (umum dan
kebatinan, mewujudkan cta-cita hukum, khusus)
menguasai hukum dasar tertulis (UUD) -Ketentuan diadakanya UUD ( maka
dan tak tertulis/konvensi disusnlah kemerdekan…
-pokok pikiran terkongkritisasi dalam pasl2 -Bentuk negara (susunan neg
-pasal-pasal dijabarkan dalam hukum berkedaulantan rakyat)
positif dibawahnya -dasar Filsf. Neg. (dengan berdasar
pada ketuhanan…sosial

Memenuhi Syarat Adanya Tertib


Hukum Indonesia Tetap terlekat pada
kelangsungan hidup negara

Adanya Kesatuan Subjek; Adanya Kesatuan Daerah Tak dapat diubah


penguasa atasperaturan :seluru tumpah darah, Al. oleh siapapun
hukum ( Al:4) 4 Sebagai
pengejawantahan
Adanya Kesatuan asaa Adanya Kesatuan waktu, Proklamasi
kerokhanian; dasar dari dimana perat. Hkm
Sbg tertib hukum
keseluruhan perat berlaku. (maka
tertinggiyang tetap &
hukum, sbg sumber disusunlah kemerdekaan
dapat diubah
segala hukum . Al. 4 kebangsaan..
Pengertian Isi
Pembukaan UUD 1945

Hak Kodrat
Alinea 1
Realisasi perjuangan dan cita-cita
Alinea 2
Nilai religius, moral, pernyataan
Alinea 3 ulang Proklamasi

Alinea 4 Tujuan Negara

Ketentuaan Diadakannya UUD


Negara

Bentuk Negara
Dasar Filsafat Negara
Alinea I Alinea II
Pertanggung jawaban atas pernyataan Penetapan cita-cita bangsa yang ingin
kemerdekaan yang sudah selayaknya, dicapai dengan kemerdekaan ;
berdasar hak kodrat yang mutlak dari terpeliharanya kemerdekaan, kedaulatan
moral bangsa untuk merdeka negara,kesatuan bangsa,neg &daerah
atasdasar hukum dan moral, untuk
kemakmuran bersama yang berkeadilan

Tujuan
Pembukaan
UUD 1945

Alinea III Alinea IV


Penegasan bahwa proklamasi menjadi Penegasan bahwa untuk melaksanakan
permulaan dan dasar hidup kebangsaan segala hal dalam perwujudan hal-hal
dan kenagaraan yang luhur dan suci tertentu dalam alien 4, sebagai pedoman
dalam lindungan Tuhan dan peganagan yang tetap dan praktis
dalam realisasi hidup bernegara berdasar
Pancasila
Makna Alinea 1

Dalil Objektif Dasar hukum dari pembentukan negara


Republik Indonesia
-Bahwa penjajahan tidak sesuai dengan
perikemanusisaan dan perikeadilan
- Bahwa semua bangsa di dunia harus dapat
menjalankan hak asasinya yaitu hak untuk Bahwa berdasarkan hukum alam adalah
merdeka hak asasi setiap bangsa untuk
memperoleh kemerdekaan
Pernyataan Subjektif

Aspirasi bangsa Indonesia untuk


membebaskan diri dari penjajahan

Landasan Pokok Politik Luar Negeri

-Melawan setiap bentuk penjajahan, mendukung


kemerdekaan setiap bangsa
-menentang setiap hal atau sifat yang tidak
sesuai dengan perikemanusiaan & perikeadilan
Makna Alinea 2

Alinea ini menunjukkan ketajaman penilaian Alinea ini menunjukkan unsur-unsur


: negara merdeka, menurut anggapan
bangs aIndonesia , yaitu :
-Bahwa perjuangan pergerakan Indonesia
telah sampai pada tingkat yang menentukan
MERDEKA
--Bahwa momentum yang telah dicapai
tersebut harus dimanfaatkan untuk
menyetakan kemerdekaan BERSATU

--Bahwa kemerdekaan tersebut bukanlah BERDAULAT


tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan
mewujudkan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu ,berdaulat, adil dan ADIL
makmur

MAKMUR
Makna Alinea 3

Pengukuhan dari Proklamasi kemerdekaan Menunjukkan adanya perjanjian


masyarakat atau perjanjian membentuk
negara

Membuat motivasi spiritual yang luhur, Berbeda dengan teori Thomas Hobbes,
suatu kehidupan yang seimbang material John Locke, Rousseau, sehingga
dan spiritual didunia dan akhirat perjanjian ini merupakan :

Berkat rahmat Tuhan


Yang Maha Kuasa

Menunjukkan ketagwaan bangsa Indonesia


terhadap Tuhan YME. Berkat ridhoNya bangsa Didorong oleh
Indonesia berhasil dalam perjuangan mencapai keinginanyang suapya
kemerdekaannya. berkehidupan kebangsaan
yang bebas.
Makna Alinea 4

Tujuan perjuangan : Dirumuskan adanya:


Negera Indonesia mempnyai fungsi yang
sekaligus menjadi tujuan yaitu : Unsur-unsur Negara ( teori Klasik):
Pemerintah, Bangsa, Wilayah
-Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan Tujuan negara Indonesia:
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
-Nasional
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial -- International

Sistem Hukum dasar kita :


Prinsip Dasar: UUD 1945 ( Hukum Dasar Tertulis)
Menyusun kemerdekaan kebangsaan
Indonesia dalam satu UUD Negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu Bentuk negara : REPUBLIK
susunan negara yang berkedaulan rakyat
Kekuasaan tertinggi : KEDAULATAN
RAKYAT
Dasar Falsafah Negara :
PANCASILA
Dasar Negara: PANCASILA
Pokok Pikiran I
“PERSATUAN”

Pokok Pikiran II Fundamen


“KEADILAN SOSIAL” Politik
Negara
Pokok-Pokok Pikiran
Pembukaan UUD 45

Pokok Pikiran III


“KEDAULATAN RAKYAT”

Fundamen Moral
Pokok Pikiran IV Negara
“KETUHANAN &
(juga landasan
KEMANUSIAAN”
kejiawaan hukum dasar
negara & khdpn bgsa
Kedudukan
Pembukaan UUD 45

-Sbg pernyataan kemerdekaan yang terperinci


-Mengandung dasar,rangka dan suasana bagi negara dan hukum Indonesia
-Memuat sendi-sendi mutlak bagi kehidupan negara
-Mengandung pengakuan atas adanya macam-macam hukum : nilia hukum
Tuhan, hukum kodrat,hukum etis,hukum filosofis

Alinea I Hukum Kodrat


Hukum Etis

Alinea II Cita-Cita
Kemerdekaan

Alinea III Hukum Tuhan


Hukum Etis

Alinea IV Hukum Tuhan


Hukum Etis

Pelaksanaan Negara Hukum Tuhan


Indonesia Hukum Etis
65
PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

1. Perjuangan sebelum abad XX.


2. Pergerakan Nasional (1908-1945)
a. Kebangkitan Nasional ditandai
Budi Utomo (20 Mei 1908)
b. Sumpah Pemuda (28 Oktober
1928)
c. Penjajahan jepang (1942-1945).

66
1. PERJUANGAN SEBELUM ABAD XX

Runtuhnya Majapahit → berkembangnya kerajaan


Islam dengan raja yang disebut sultan → Kesultanan

Bersamaan datangnya bangsa barat :


 Portugis (1496) → Maluku 1512 – 1605
 Belanda (1596) → 1602 – 1942

Tujuan utama dagang → penjajah



VOC → Kompeni
(Verenigging de Oost Indische Companie)

67
• Perlawanan dari Mataram (1613 – 1645) Sultan Agung → 2x penyerangan
Gubernur JP Coen tewas (1629)
• Perlawanan Sultan Hasanudin (1667)
• Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten.
• Perlawanan Maluku (1817) → Patimura
• Perlawanan Palembang (1819) → Badarudin
• Perlawanan Minangkabau (1821 – 1837) → T. Imam Bonjol
• Perlawanan Diponegoro (1825 – 1830) → Jawa Tengah
• Perlawanan Aceh (1880) → Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar
• Perlawanan Lombok (1894 – 1895) → Anak Agung Made
• Perlawanan Batak (1900) → Sisingamangaraja
• Puncak penghisapan oleh Belanda → Ekonomi Monopoli dan tanam paksa
(1830 – 1870)
• Jatuhnya kesultanan ke VOC → penjajah India Belanda → terbentuk kesatuan
Indonesia di bawah belanda disebut Pax Neerlandica (perdamaian
Neerlandica) Gubernur Jend.JB Van Heuts2 (1904 – 1909)
68
2. PERGERAKAN NASIONAL (1908 – 1945)
a. KEBANGKITAN NSIONAL
Ditandai Budi Utomo (20 Mei 1908)

KEBANGKITAN DUNIA TIMUR


• Philipina (1898) → Jose Rizal
• Jepang atas Rusia → Di Tsunia (1905)
• Sut Yan Sen dengan rakyat Cina → (1911)
• Budi Utomo (Indonesia) 1908 → 20 Mei 1908
Cita-cita dari dr.Wahidin Sudirohusodo & yayasan Beasiswa
“Studie Fonds” → Yogyakarta yang digerakkan oleh Pemuda
Pelajar Sekolah Kedokteran di Batavia (Sutomo, Gunawan,
Saraji)
Budi ingkang utami Vandeventer → “India Negeri Cantik Jelita
yang selama ini tidur sudah bangkit”
Komen pers:
“Java Vooruit” (Jawa Maju)
69
“Java On Waakt” (Jawa Bangkit)
Nama India sebelum 1922 → Indonesia
Budi Utomo :
• Pelopor berdirinya perkumpulan modern
• Pergerakan penantang penjajah sejak awal

Asal mula anggotanya Elit Jawa (Jawa & Madura) → menasional


• Pelajar / mahasiswa
• Pegawai

Karena pasal 11 regenings regiement melarang

Setelah Budi Utomo diikuti :


• SDI (sarekat Dagang Islam) 1911 – 1912. Perkumpulan
Pedagang Batik Surakarta → H.Samahudi
• Perhimpunan Indonesia (PI) 1908
• Di Belanda → Indische Vereniging. Pada 1922 → M.Hatta ;
Sunario ; Subarjo ; Ali Sastroamijoyo diubah → PI
70
Dengan tujuan Indonesia merdeka
• SI (sarekat Islam) 1912 → kelanjutan SDI ; HOS Cokroaminoto,
Tirto Adi Suryo
• Muhammadiyah (1912) → KH.Ahmad Dahlan
• Indische Party (IP) 1912 → Politik murni Douwes Dekker ; Dr.Cipto
M; RM Suryadi Suryaningrat → (Ki Hajar Dewantoro). Tujuannya :
- Mempersatukan Indonesia
- Indonesia Merdeka
• ISDV (Indische Sosial Democratische Vereniging) 1914 → Hendriek
Sneevliet → di Semarang Marxistis → Perintis PKI. Revolusi
Oktober 1917 di Rusia → Sneevliet diusir dari Indonesia
• ISDP = Indische Social Democratische Party. Tidak Komunis, di
Belanda SDAP (Social Demogratisce Albeiders Party)

71
• Perserikatan komunis India (PKI) 1920. Kelanjutan ISDV →
cepat berkembang karena propaganda yang menarik
• PNI (Partai Nasional Indonesia) → Bandung, 4 Juli 1927.
Pendiri :
- Sukarno - Sartono
- Cipto Mangunkusumo - Samsi
- Iskak Cokroadisuryo
• Asal dari Algemene Studie club berkembang cepat →
menarik dasar PNI : Marhaenisme (Sosio Nasionalisme
Sosio Demokrasi) Tujuan: Indonesia Merdeka. Menurut
Belanda, PNI berbahaya sehingga diawasi setiap geraknya
- Partindo → Sartono
- PNI Baru → M.Hatta & Syahrir
72
Bagaimana dengan penggerak Wanita ?
• Dipelopori : RA.Kartini
• Dewi Sartika, dll seperti perkumpulan :
• Putri Mardika Jakarta 1912
• Wanita Adi Jepara 1915
• Pawiyatan Wanita di Magelang 1915
• Wanita Susilo di Pemalang 1918
• Wanita Ulama
• Wanita Mulya
• Wanita Katolik
• Aisiyah
• Pemudi Islam di Luar Jawa, dll
73
b. SUMPAH PEMUDA
 Pada awalnya berdiri perkumpulan lokal seperti Jong
Java → Anak Budi Utomo (Tri Koro Darmo) → 7 Maret
1915
 8 Desember 1917 → Jong Sumantrenan Bond (Aktif di
Jawa)
 1918 → Jong Minahasa Jong Celebes (Sulawesi)

Jong Ambon Jong Borneo (Kalimantan)


 Bergerak maju menuju persatuan Indonesia
 1920 → Jong Java (1926) → Semi Politik → Indonesia
Merdeka pengembangnya salah satunya adalah RT
Jaksodipuro (RT Wongsonegoro) pimpinan PPPI
(Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) 74
 Perasaan Satu Bangsa terus berkembang
 1927 → Pemuda-pemuda Indonesia di Bandung Jong Indonesia →
Pemuda Indonesia.
 1926 → Perkumpulan Pemuda dari berbagai daerah bertekad
mempersatukan diri maka 30 April sampai dengan 2 mei di Jakarta
diadakan kongres pemuda Indonesia yang pertama dengan tema
Indonesia bersatu
 Kongres Pemuda II di Jakarta 26 – 28 Oktober 1928 → Sumpah
Pemuda (3 Poin) :
Satu Tanah Indonesia
Bahasa Persatuan Indonesia
Berbangsa satu Indonesia

- Tanah Air
- Bangsa Indonesia
- Bahasa
 Lagu Indonesia Raya ciptaan WR.Supratman diterima sebagai lagu
Kebangsaan dan Bendera Merah Putih sebagai Bendera
75
Bangsa
C. PENJAJAHAN JEPANG (1942 – 1945)

Belanda menyerah pada Jepang 9 Maret, pada awalnya


senang karena propaganda Jepang :
 Kebebasan rakyat : berserikat dan berkumpul
mengeluarkan suara terutama membicarakan
kemerdekaan → dilarang Jepang
 Masa 1942 – 1945 Pendek tapi rakyat menderita
lahir batin. Namun bangsa Indonesia lebih
bersemangat untuk mengusir penjajah dari bumi
pertiwi yang tercinta ini

76
2. PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945
a. Makna Kemerdekaan dan berdirinya NKRI

 Sejak bangsa Indonesia dijajah maka sejak saat itu


pula lahir perjuangan menentang penjajahan guna
merebut kembali kemerdekaan.
 Merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia.
 Berdirinya negara Republik Indonesia.
 Sarana mencapai tujuan nasional.
 Ikut membentuk “dunia baru” yang damai dan abadi

77
b. PERUMUSAN PANCASILA & UUD 1945
1. Tgl. 7 September 1944 janji kemerdekaan.
2. Tgl. 29 April 1945 dibentuk BPUPKI
3. Tgl. 28 Mei 1945 BPUPKI dilantik.
4. Tgl. 29 Mei – 1 Juni 1945 sidang I BPUPKI: Rancangan
Dasar Negara.
5. Tgl. 22 Juni 1945 perumusan Pancasila tertuang dalam
“Piagam Jakarta”
6. Tgl. 10-16 Juli 1945 sidang II BPUPKI: Rancangan
Hukum Dasar
7. Tgl. 9 Agustus 1945 PPKI dibentuk.
8. Tgl. 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan RI
9. Tgl. 18 Agustus 1945 PPKI Mengesahkan UUD 1945.

78
PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH
BANGSA INDONESIA

 Presiden I Indonesia Soekarno : “Jangan sekali-kali


meninggalkan sejarah” mempunyai makna ; al.
- Sejarah memberikan kearifan (Cicero seorang filsuf Yunani)
- Sejarah merupakan guru kehidupan
Arus sejarah memperlihatkan kegiatan bahwa : semua bangsa
memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita pentingnya cita-cita
ideal sebagai landasan moralitas bagi bangsa (John Gardner
dalam Latif 2011) → Tak ada bangsa yang dapat mencapai
kebebasan kecuali jika bangsa itu memiliki dimensi-dimensi
moral

79
 Abdul Gani 1979 “Pancasila adalah identitas bangsa Indonesia
sepanjang masa. Sejak digali dan dilahirkan menjadi dasar dan
Ideologi Negara, maka ia membangunkan dan membangkitkan
identitas yang dormant (tertidur) dan terbiusselama
kolonialisme. Begitu kuat dan mengakarnya Pancasila dalam
jiwa bangsa Indonesia menjadikan Pancasila terus berjaya
sepanjang masa

80
A. PANCASILA PRA KEMERDEKAAN

Dr.Radjiman Wediodiningrat selaku ketua Badan Penyelidik


Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Dalam sidang 29
Mei s/d 1 Juni 1945 mengemukakan permintaan Dasar Negara
Indonesia merdeka.

Muncullah figure-figure negarawan Indonesia berfikir keras


untuk menemukan kembali jatidiri bangsanya.

a. Mr. Muhammad Yamin tanggal 29 Mei rumusan dasar


negaranya
1. Peri Kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

81
b. Prof.Dr.Soepomo tanggal 30 Mei 194 yang mengemukakan
teori-teori Negara
1. Teori Negara perseorangan (Indivividualisme)
2. Paham Negara Kelas
3. Paham Negara Integralistik

c. Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945 yang mengusulkan lima


dasar Negara.
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Manfaat (Demokrasi)
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (Berkebudayaan

82
Pancasila merupakan khasanah budaya Indonesia karena
nilai-nilainya hidup dalam sejarah Indonesia antara lain dalam
beberapa kerjaan.

1. Kerajaan Kutai, merupakan khasanah budaya zaman sejarah


Indonesia untuk 1 x karena telah menampilkan nilai social dan
ketuhanan dalam bentuk kerjaan, kenduri, sedekah para Brahmana

2. Kerjaan Sriwijaya, oleh Mr.Moh Yamin sebagai Negara Indonesia


Pertama, Ditemukan nilai Pancasila yang berkaitan satu sama lain
seperti persatuan dengan nilai ke Tuhanan yang tampak pada raja
sebagai pusat kekua. Nilai Religius, ssaan dengan kekuatan
religious, nilai kemasyarakatan dan ekonomi.

3. Kerajaan Majapahit raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada


yang telah mengintegrasikan Nusantara. Ikatan Sosial kekeluargaan
antara kerajan-kerajan dijawa dengan sang Parabu. Nilai-nilai
Religius, Sosial dan politik yang merupakan materi-materi Pancasila
sudah muncul (Suwarno, 1993)
83
Istilah Pancasila dikenali terdapat dalam buku Negarakertagama
karangan Prapanca dan Sotasoma karangan Empu Tantular yang
artinya Pancasila “ Berbatu Sendiri Yang Lima” dan pelaksanaan
kesusilaan yang lima

a.Tidak boleh melakukan kekerasaan


b.Tidak boleh mencuri
c.Tidak boleh dengki
d.Tidak boleh berbohong
e.Tidak boleh mabok

Kerjaan Sriwijaya & Majapahit merupakan Negara-Negara yang


berdaulat, bersatu dan mempunyai wilayah seluruh nusantara

Sebagai salah satu tonggak sejarah yang merefleksikan dinamika


kehidupan kebangsaan yang dijiwai nilai-nilai Pancasila adalah
dalam sumpah pemuda, 20 Oktober 1928, Satu Tanah Air, Satu
Bangsa dan Satu Bahasa ya Indonesia 84
Dalam siding BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Sukarno telah
mengajukan lima sila dasar Negara, beliau juga menawarkan
alternative yang diperas jadi TRI SILA yaitu SOCIO
NATIONALISME, SOCIO DEMOCRATIVE dan KETUHANAN,
sedangkan EKA SILA dijelaskan yaitu Gotong Royong (Latif 2011)

85
B. PANCASILA ERA KEMERDEKAAN

Pada Agustus 1945, Bom Atom I dijatuhkan di Hirosima oleh


Amerika Serikat, Bom Atom ke II di Nagasaki sehingga Jepang
menyerah kepada Amerika dan sekutunya, peristiwa ini
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk bertekad memproklamasikan
kemedekannya.

Untuk merealisasikan tekat, tanggal 16 agustus 1945 terjadi


perundingan antara golongan tua dengan golongan muda dalam
menyusun teks proklamasi.
Konsepnya sendiri ditulis oleh Ir. Soekarno sebagai golongan tua
dan Sukarni dari golongan muda mengusulkan agar yang
menandatangani teks adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moch. Hatta
atas nama Bangsa Indonesia, kemudian teks proklamasi diketik
oleh Sayuti Melik.

86
Awal decade 1950, mu dasar argumentasinya adalah fakta ncul
inisiatif dari sejumlah tokoh yang melakukan interpretasi ulang
terhadap Pancasila, saat itu ada 2 kubu
Tokoh yang berusaha menempatkan Pancasila lebih dari
sekedar kompromi politik melainkan sebuah filsafat social atau
Welltan scnaung bangsa

Yang menempatkan pancasila sebagai sebuah kompromi


politik dasar argumentasinya adalah fakta yang muncul dalam
siding-siding BPUPKI dan PPKI. Pancasila saat itu benar-benar
merupakan kompromi politik diantara golongan nasional netral
agama (Sidik DJ dan STA) dan nasionalis Islam (Hamka,
Syaifudin 2 dan M.Natsir)

87
C. PANCASILA ERA ORDE BARU
Ada 2 pandangan besar terhadap Dasar Negara munculnya Dekrit
presiden

1.Pandangan yang memenuhi anjuran Presiden / Pemerintah


untuk kembali ke UUD 1945 dengan Pancasila yang ada dalam
Piagam Jakarta sebagai Dasar Negara

2.Kembali ke UUD dengan Pancasila yang dirumuskan dalam


Pembukaan UUD 1945 dan disyahkan PPKI tanggal 18 Agustus
1945 sebagai Dasar Negara.(Anshari,1981)

Konstituante menemui jalan buntu sehingga Presiden turun


tangan dengan dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5Juli 1959
Isinya :
1.Pembubaran Konstituante
2.UUD 1945 kembali berlaku dan
3.Pembubaran MPRS. 88
Setelah Ir. Soekarno turun dari Presiden, Jenderal Suharto
memegang kekuasaan kendali negeri ini.
Pada hari lahir Pancasila 1 Juni 1967, presiden Suharto
mengatakan “Pancasila makin banyak mengalami ujian zaman dan
makin bulat tekad kita mempertahankan Pancasila” Pancasila harus
diamalkan (Setiardjo, 1994)

•Tanggal 1 Juni 1968 Presiden Suharto menjatakan bahwa


Pancasila sebagai pegagngan hidup bangsa, jika ada pihak-pihak
yang mau mengganti, merubah dan menyimpang dari Pancasila
pasti digagalkan (Pranoto dalam Dodo &Endah, 2010)

•Tanggal 22 Maret 1978 ditetapkan TAP MPR nomor II/MPR/1978


tentang P-4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)
atau Eka Prasetya Panca Karsa. Pasal 4 menjelaskan P-4
merupakan penuntun dan pegangan hidup dalam kehidupan
bermsyarakat, berbangsa dan bernegara bagi setiap WNI dengan
nilai dan norma-norma yang terkandung dalam P-4 sebanyak 36
butir, kemudian tahun 1994 menjadi 45 butir penjabarannya
89
• Agustus 1982 pemerintah Orde Baru menjalankan azas
tunggal , dimana setiap parpol harus mengakui posisi
Pancasila sebagai pemersatu bangsa (Pranoto dalam dodo
dan Endah, 2010)

• Dengan semakin terbukanya informasi dunia dan pengaruh


luar masuk ke Indonesia Demokrasi semakin santer mengkritik
praktek pemerintah Orde Baru yang tidak transparan dan
Otoriter, kosup dan manipulasi politik dan sekaligus mengkritik
praktek Pancasila. Tapi kondisi ini bertahan sampai
lengsernya Presiden Suharto pada 21 Mei 1998 (Pranoto
dalam dodo dan Endah, 2010)

90
D. PANCASILA ERA REFORMASI
• Pancasila yang seharusnya sebagai nilai, dasar moral etika bagi Negara
dan pelaksana Negara, dalam kenyataanya digunakan sebagai alat
legitimasi politik Pancasila ditandai hancurnya ekonomi nasional, maka
timbullah berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa
cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang
menuntut adanya reformasi di bidang politik, ekonomi dan hokum
(Kaelan,2000)

• Saat Orde Baru tumbang, muncul fobia terhadap Pancasila, sebagai


Dasar Negara untuk sementara waktu awalnya tidak tampak suatu
dampak negative tapi semakin hari semakin terasa dan sangat total
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara terjadi komflik-komflik
horizontal dan vertical.

• Melunaknya sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara


Indonesia dalam bidang budaya yaitu keluhuran budaya bangsa
Indonesia mulai luntur, rusaknya moral generasi muda di bidang
ekonomi terjadi ketimpangan diberbagai sector diperparah dengan
cengkeraman modal asing dalam perekonomian Indonesia
91
• Dalam bidang politik terjadi dis orientasi politik kebangsaan,
seluruh aktifitas politik seolah-olah hanya tertuju pada
kepentingan kelompok atau golongan (Hidayat, 2012)

• Disini kesepakatan Pancasila menjadi dasar Negara Republik


Indonesia tercantum dalam TAP MPR nomor XVIII / MPR / 1998
pasal 1 yaitu Pancasila sebagaimana termaksud dalam
pembukaan UUD 1945 adalah dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia dilaksanakan secara Konsisten (MD,2011)

• Semakin memudarnya Pancasila dalam kehidupan ber,


berbangsa dan bernegara membuat kawatir berbagai lapisan
elemen masyarakat

• Sekitar tahun 2004Azyumardi azra mengagas perlunya


rejuvenasi Pancasila sebagai factor integrative dan salah satu
fundamental identitas nasional

92
• Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan diskusi tentang
Pancasilakembali menghangat dan meluas. FISIP UT (Simposium
Peringatan Hari Lahir Pancasila), 31 Mei 2006 (Ali,2009). Tahun
2008/2009 Sekretariat Wapres melaksanakan diskusi-diskusi
merevitalisasi sosialisasi nilai-nilai Pancasila. Tahun 2009 Dirjen Dikti
membentuk tim Pengkajian Pendidikan Pancasila di P.T Kongres
Pancasila di UGM dan di Udayana dll.

• Selain Tap MPR dan berbagai aktifitas untuk mensosialisasikan kembali


Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
secara tegas UU RI nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan pada pasal 2 bahwa Penempatan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum Negara adalah
sesuai dengan pembukaan UUD’1945 alinea ke 4.

• Salah satu kebijakan Nasional yang sejalan dengan semangat


melestarikan Pancasila di kalangan mahasiswa adalah Pasal 35 UU
nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi wajib memuat matakuliah
Agama, Pancasila, Kewarganegaraan dan Bahsa Indonesia

93
Terima kasih atas
perhatiannya, sampai ketemu
minggu depan

94
95
Dasar Negara

Pandangan Hidup
Fungsi dan
kedudukan Bangsa
PS
Ideologi Negara

Jiwa dan Kepribadian


Bangsa
 Sebagai suatu nilai  terpisah satu sama lain, nilai-2
tersebut bersifat universal (ditemukan dimanapun dan
kapanpun).

 Sebagai suatu kesatuan nilai PS yg utuh  nilai-2 tsb


memberikan ciri khusus Ind, karena merupakan
komponen utuh yang terkristalisasi dalam PS.

 PS, awalnya merupakan konsensus politik sbg dasar


negara Ind pd waktu merdeka  berkembang
menjadi konsensus moral.

 PS  sebagai sistem etika, utk mengkaji moralitas


bangsa dlm konteks hubungan berbangsa &
bernegara.
2. ETIKA

a. Pengertian

 Etika  kajian ilmiah terkait etiket atau moralitas.


 Etika  sebagai aturan kesusilaan / sopan santun.
 Istilah yg tepat  etiket pergaulan  etiket jurnalistik,
etiket kedokteran, dll.
 Scr etimologis (asal kata), etika berasal dari bhs Yunani,
ethos : watak kesusilaan atau adat. Identik dengan
moral yg berasal dari bhs Latin mos (jamak mores) =
adat atau cara hidup.
Kata etika dan moral ada kesamaan arti, dalam
pemakaian sehari-hari digunakan secara berbeda.
Moral / moralitas  digunakan utk perbuatan yg
sedang dinilai.
Etika  digunakan utk mengkaji sistem nilai yang
ada.
Dalam bahasa Arab, padanan kata etika =
akhlak. Jamaknya khuluk = perangai, tingkah
laku atau tabiat.
b. Aliran Besar Etika
Ada 3 teori / aliran besar bagian etika :
1) Etika Deontologi (ED)

Tokoh ED  Immanuel Kant (1734 – 1804).


 Kewajiban moral  sebagai manifestasi hukum
moral adalah sesuatu yang sudah ditanam dalam
setiap diri pribadi manusia yang bersifat
uuniversal.
 Manusia suadah dibekali pemahaman  tindakan
itu baik atau buruk seharusnya melakukan
kebaikan dan meninggalkan keburukan sebagai
perintah tanpa syarat (imperatif / kategoris).

Contoh :
 Kewajiban moral tidak korupsi  merupakan
tindakan tanpa syarat yg hrs dilakukan oleh setiap
mns.
Bukan krn hasil atau adanya tujuan ttt yang akan
diraih. Sebenarnya, scr moral sudah tahu bahwa
korupsi  tindakan yg buruk.
 Ukuran kebaikan ED  kewajiban, kemauan baik,
kerja keras dan otonomi bebas.
 Setiap tindakan dikatakan baik  bila dilaksanakan
krn didasari kewajiban moral dan demi kewajiban
moral.
Didasari kemauan baik

Kerja keras

Tindakan bila Sungguh-sungguh utk


itu baik melakukan perbuatan itu

Berdasarkan atas otonomi


bebasnya

Tanpa ada paksaan dari luar


2) Etika Teleologi (ET)
ET kebaikan dengan ED

Memandang baik atau buruk berdasarkan tujuan


atau akibat dari perbuatan itu.

Membantu kesulitan ED, ketika dihadapkan pada


atau lebih kewajiban yang bertentangan satu
ET dengan yang lain.

Jawaban ET bersifat situasional  memilih mana


yang membawa akibat baik walaupun harus
melanggar kewajiban nilai norma yang lain.
Contoh :
a) Ketika bencana sedang terjadi, situasi
biasanya chaos. Keadaan chaos, memenuhi
kewajiban sering sulit dilakukan.
b) Kewajiban pakai helm bagi pengendara motor,
tak dapat dipenuhi karena lebih fokus pada
satu tujuan mencari keselamatan.
c) Kewajiban bayar pajak dan hutang  sulit
dipenuhi karena akan kehilangan harta benda.

Dalam situasi diatas, ET perlu dipertimbangkan,


yaitu dari akibat baik, bbrp kewajiban
mendapat toleransi tak dipenuhi.
Kemudian muncul problem  akibat yang baik
itu, baik menurut siapa ?

Pelaku ?
Apakah baik
untuk
Orang lain ?

Dari pertentangan diatas, ET digolongkan


menjadi 2 yaitu :
a) Egoisme etis
b) Utilitarianisme
a) Egoisme Etis (EE)

b) Etika Utilitarianisme (EU)

EU  menilai baik / buruknya suatu perbuatan tergantung


bagaimana akibatnya terhadap banyak orang.
Tindakan baik, bila manfaatnya besar bagi banyak orang.
EU didalam menentukan suatu tindakan dilematis :
1) Dilihat mana yg memniliki kerugian paling kecil.
2) Manfaat mana yg paling menguntungkan banyak
orang.
Sering terjadi kemanfaatannya besar, ttp hanya
dinikmati oleh sebagian kecil orang.

Tak terpaku pada nilai atau norma yg ada

EU
Setiap tindakan dilihat, apakah akibat yg
ditimbulkan akan memberikan manfaat
bagi banyak orang / tidak.
Bila tindakan, hanya menguntungkan sebagian kecil
orang / merugikan, maka harus dicari alternatif
tindakan lain.

Lebih bersifat realistis


Terbuka thd beragam alternatif tindakan
EU
Berorientasi pd kemanfaatan yg besar
Menguntungkan banyak orang

EU, menjawab pertanyaan EE  bahwa kemanfaatan


banyak orang yg lebih diutamakan. Kemanfaatan diri
diperbolehkan sewajarnya karena kemanfaatan itu
harus dibagi kepada orang lain.
Kelemahan EU

a) Karena alasan kemanfaatan utk orang banyak, membenarkan


adanya ketidakadilan thd minoritas.
b) Lebih melihat kemanfaatan materialistis, kurang memperhatikan
non material seperti kasih sayang, nama baik, hak, dll.
c) Karena manfaat lebih baik berorientasi materi, maka hal-hal
martabat bangsa, nasionalisme, dll diabaikan.
Contoh :
 Dalam rangka menarik investor asing, aset negara banyak dijual.
 Guna meningkatkan devisa negara banyak TKI dikirim ke LN.
 Lingkungan dirusak atas nama mensejahterakan masy,
d) Berorientasi jangka pendek, kurang melihat jangka panjang
seperti kerusakan lingkungan, dampak negatif pada masa depan
dll.
e) Nilai dan norma tidak dianggap penting, berorientasi hasil,
sehingga tindakan yg melanggar nilai dan norma atas
kemanfaatan yg besar tidak masalah.
Contoh : perjudian / prostitusi dibenarkan.

f) EU sulit menentukan mana yg lebih diutamakan, kemanfaatan yg


besar, namun dirasakan oleh sedikit masy atau kemanfaatan kecil
namun yg lebih banyak dirasakan banyak orang meskipun
kemanfaatannya kecil.
Kelemahan EU, dibedakan 2 tingkatan,
yaitu :
 Utilitarianisme aturan
 Utilitarianisme tindakan
Berdasarkan 2 (dua) utilitarianisme diatas, maka :
a) Setiap kebijakan atau tindakan hrs dicek, bertentangan /
tidak dg nilai dan norma. Bila bertentangan hrs ditolak,
walaupun memiliki kemanfaatan yg besar.
b) Kemanfaatan tidak hanya dilihat fisik saja, ttp juga yg
non fisik spt kerusakan mental, moralitas, kerusakan
lingkungan dan sebagainya.
c) Masy yg dirugikan perlu pendekatan personal dan
kompensasi yg memadai utk memperkecil kerugian
material dan non material.
3) Etika Keutamaan (EK)

EK
Kelemahan EK

a) Ketika terjadid alam masyarakat majemuk 


tokoh-tokoh yg jadi panutan juga beragam,
sehingga konsep keutamaannya juga beragam.
Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak terjadi
benturan sosial.

b) Kelemahan EK diatasi dengan mengarahkan


keteladanan tidak pada figur tokoh tetapi pada
perbuatan baik, sehingga ditemukan prinsip-prinsip
umum tentang karakter yg bermoral.
3. ETIKA PANCASILA (EP)
Tak bertentangan dg aliran-aliran besar etika.
Merangkum aliran-2 besar etika.

Mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai PS 


yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan
EP dan Keadilan.
Perbuatan dikatakan baik bukan hanya bertentangan
dengan nilai-2 tsb, tetapi juga sesuai dan mempertinggi
nilai-2 PS.
Nilai-nilai PS bersifat universal, dapat diterima oleh
siapapun dan kapanpun.

Berbicara ttg nilai-2 yang sangat mendasar dalam


kehidupan manusia
Nilai-nilai mendasar dalam kehidupan
manusia :
1) Ketuhanan
 Merupakan nilai tertinggi, karena menyangkut nilai yg bersifat
mutlak.
 Seluruh nilai diturunkan dari nilai ini.
 Suatu perbuatan dikatakan baik, bila tak bertentangan dengan
nilai ini, kaidah dan hukum Tuhan.
Secara empiris  setiap pelanggaran nilai, kaidah dan hukum
Tuhan akan berdampak buruk.
Contoh :
Pelanggaran kaidah Tuhan untuk pelestarian alam  terjadi
bencana alam banjir, kekeringan, tanah longsor, dsb.
2) Kemanusiaan
 Perbuatan dikatakan baik bila sesuai dengan nilai-2
kemanusiaan.
 Prinsip pokok dlm nilai kemanusiaan PS adalah keadilan
dan keadaban. Keadilan mensyaratkan kesinambungan
antara lahir dan batin, jasmani dan rohani, individu dan
sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang
terikat hukum-2 Tuhan.
 Keadaban  indikasi keunggulan manusia dibanding
makhluk lain seperti hewan, tumbuhan dan benda tak
hidup.
 Perbuatan dikatakan baik bila sesuai nilai-2 kemanusiaan
yg berdasarkan konsep keadilan dan keadaban.
3) Persatuan
 Perbuatan dikatakan baik bila dapat memperkuat
persatuan dan kesatuan.

 Sikap egois dan menang sendiri, sikap memecah


belah  perbuatan buruk.

 Perbuatan atas nama agama (Sila I), tetapi kalau


memecah belah persatuan dan kesatuan menurut
etika PS bukan perbuatan yang baik.
4) Kerakyatan
 Dalam kerakyatan terkandung nilai hikmat / kebijaksanaan
dan permusyawaratan. Kata hikmah / kebijaksanaan
berorientasi pada tindakan yg mengandung nilai kebaikan
tertinggi.

 A.n.mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu


kalah dibandingkan mayoritas. Contoh penghapusan 7
kata pada Piagam Jakarta. Minoritas dimenangkan atas
pandangan mayoritas.

 Dengan demikian, perbuatan belum tentu baik bila


disetujui / bermanfaat utk orang banyak, ttp perbuatan itu
baik bila atas dasar musyawarah berdasarkan hikmah /
kebijaksanaan.
5) Keadilan
 Nilai keadilan lebih diarahkan pada konteks sosial
bukan dalam konteks manusia selaku individu.

 Perbuatan dikatakan baik, bila sesuai dengan prinsip


keadilan masyarakat banyak.

 Menurut Kohlberg (1995 : 37) keadilan merupakan


kebajikan utama.
 Dapat menjadi sistem etika yg kuat.
 Tak hanya bersifat mendasar, tetapi realistis dan aplikatif.
 Dalam kajian aksiologis, keberadaan nilai mendahului fakta
 nilai-2 PS meruapkan nilai ideal yg sudah ada dlm cita-2
B. Ind yg harus diwujudkan dalam kehidupan.
 Bersifat abstrak umum dan universal, yaitu nilai yg
melengkapi realitas kemanusiaan dimanapun, kapanpun
dan merupakan dasar bagi setiap tindakan dan munculnya
nilai-nilai lain.
 Nilai Ketuhanan  menghasilkan nilai spiritualitas,
ketaatan dan toleransi.
 Nilai Kemanusiaan  menghasilkan nilai kesusilaan,
tolong menolong, penghargaan, penghormatan, kerjasama,
dll.
 Nilai Persatuan  menghasilkan nilai cinta tanah air,
pengorbanan, dll.
 Nilai Kerakyatan  menghasilkan nilai menghargai
perbedaan, kesetaraan, dll.
 Nilai Keadilan  menghasilkan nilai kepedulian,
kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dll.
4. PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PERSOALAN
BANGSA & NEGARA
(Studi Kasus Korupsi)

Memprihatinkan, banyak masalah dalam bentuk krisis


multidimensional (Epoleksosbud, Hankam, Pendidikan, dll)

Hulunya krisis moral, yg tragisnya dilakukan oleh eksekutif, legeslatif


maupun yudikatif.
NKRI
Moralitas memegang kunci guna mengatasi krisis moral.

Indikator kemajuan B. Ind tak cukup diukur hanya dari kepandaian


WNI, kekayaan alam, dll tetapi yg mendasar adalah bangsa tsb
memegang teguh moralitas.
Moralitas memberi dasar, warna sekaligus penentu arah tindakan
suatu bangsa.
Individu

Moralitas Sosial

Mondial

a. Moralitas Individu (MI)


1) Lebih merupakan kesadaran ttg prinsip baik yg bersifat
kedalam.
2) Tertanam dalam diri manusia, berpengaruh thd cara berpikir
dan bertindak.
3) Orang yg memiliki moralitas individu yg baik akan muncul
dalam sikap dan perilaku (sopan, rendah hari, toleran, suka
menolong, bekerja keras, rajin ibadah, rajin belajar, tidak suka
menyakiti orang lain dll).

Moralitas Individu  muncul dr dlm, bkn krn dipaksa dr luar.


 berakumulasi menjadi moralitas sosial, shg tampak perbedaan
masy bermoral tinggi dan rendah.
b. Moralitas Sosial (MS)
 Tercermin dari MI dalam melihat kenyataan sosial.
 Seorang MI-nya baik, dpt MS-nya kurang baik, terutama
bagaimana berinteraksi dg masy yg majemuk. Sikap toleran,
suka membantu hanya ditujukan kepada orang
dikelompoknya, ttp tak toleran pd orang lain diluar
kelompoknya.

 MI dan MS  memiliki hub sangat erat dan saling


mempengaruhi.
 MI dpt dipengaruhi MS atau sebaliknya seorang yang MI-nya
baik, ketika hidup dilingkungan masy yg bermoral buruk, dpt
menjadi amoral. Hal ini sering terjadi dilingkungan
pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang-2 yg
bermoral busuk  orang yg bermoral baik akan dikucilkan /
diperlakukan tidak adil.
Tak terpengaruh

Orang
MI-nya baik Dapat mempengaruhi
lingkungan moral jelek

Menyesuaikan diri
Orang
MI-nya
lemah
Mengikuti
c. Moralitas Mondial (MM)

Bersifat universal
Moralitas
Berlaku dimanapun dan kapanpun
mondial
Terkait dg keadilan, kemanusiaan,
kemerdekaan dsb
Moralitas analog = kusir kereta kuda yg harus mampu
mengarahkan kereta akan berjalan. Arah perkalanan,
tak lepas dari kemana tujuan hendak dituju.
Orang bermoral  tahu arah mana yg dituju, shg
langkah dan pikiran hanya diarahkan ke tujuan
kesenangan dunia atau akhirat.
Pelajaran yang baik :
Pendahulu B.Ind utk merdeka, MI dan MS-nya sangat
kuat dengan diselimuti MM. Setelah Ind merdeka,
banyak mereka tak sempat merasakan buah
perjuangannya sendiri. Dasar moral yg melandasi
perjuangan mereka terabadikan dalam pembukaan
UUD 1945 (dlm alinea-2nya).

Alinea pertama :
Kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh karena
itu .......

Alinea ini :
 Payung moral para pejuang kemerdekaan.
 Telah terjadi pelanggaran hak kemerdekaan B. Ind
 Pelanggaran hak kemerdekaan  berarti pelanggaran
MM (perikemanusiaan, perikeadilan).
 Bentuk penjajahan apapun, meruntuhkan nilai-2
hakiki manusia.
Pembukaan UUD 1945  jelas bahwa moralitas
sangat mendasari perjuangan merebut kemerdekaan
dan bagaimana mengisinya.

Mengapa B.Ind  hrs merebut kemerdekaan ?


Karena penjajahan bertentangan dengan nilai
kemanusiaan dan keadilan (Alinea I).

Secara eksplisit founding fathers menyatakan 


kemerdekaan dapat diraih karena rahmat Allah dan
adanya keinginan luhur bangsa (Alinea III).

Ada perpaduan, nilai ilahiah dan nilai humanitas yg


saling melengkapi. Dalam membangun negara  perlu
dasar-2 nilai yg bersifat universal (nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan).
Barang sangat mahal (semakin
langka orang yang bermoral)
Moralitas saat ini
di Indonesia
Barang murah, banyak orang
menggadaikan moralitas dg
beberapa lembar uang

 Ada keterputusan (missing link) antara alinea


I, II, III dengan alinea IV.
 Nilai-2 yg menjadi dasar dan tujuan negara 
telah digadaikan dengan serakah dan
bergelimang harta.
 Egoisme  mengalahkan solidaritas dan
kepedulian pada sesama.
 Korupsi  berarti sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan,
ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan
dari kesucian.
 Kasus korupsi di Ind  semakin merajalela.
 Oleh krn itu penyelesaian korupsi  melalui beragam cara /
pendekatan (eksternal dan internal).

Adanya unsur dari luar diri manusia yg berkekuatan


memaksa orang tak korupsi, spt hukum yang kuat /
hukuman berat, penegak hukum yg bersih.
Eksternal
Terciptanya budaya dan watak masyarakat (orang
enggan / malu korupsi dan lain-lain).
Kekuatan yg muncul dari dalam diri manusia /
individu dan mendapat penguatan dari pendidikan
dan pembiasaan.
Internal
Pendidikan yang kuat  dari keluarga,
menanamkan jiwa anti korupsi, kemudian
diperkuat pendidikan formal dan non formal.

Membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan PS 


membangun mentalitas melalui penguatan eksternal dan
internal dalam diri masy.
Di PT  pendidikan PS.
Nilai-2 PS  bila benar-benar dipahami, dihayati dan
diamalkan, pasti mampu menekan angka korupsi.
Nilai-2 PS (sila I, II, III, IV, V)  merupakan kesatuan
organis, akan menjadi kekuatan moral besar bila dijadikan
landasan moril dan diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam
pemberantasan korupsi.
Penanaman nilai-nilai PS paling efektif :
Melalui pendidikan
Melalui media (elektronik, cetak).

Pendidikan informal di keluarga  harus


menjadi landasan utama dan didukung oleh
pendidikan formal disekolah dan non formal
di masyarakat.

Peran media  penting, memiliki pengaruh


dan daya jangkau yg luas, shg media harus
memiliki visi, misi mendidik bangsa dan
membangun karakter PS di masyarakat.
PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI NEGARA
1. PENGERTIAN
Asal kata :
“idea”  gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-2
“logos” ilmu.
Secara harfiah : ilmu pengertian-2 dasar

Pengertian sehari-hari, idea, cita-2.


Ideologi Cita-2 yg bersifat tetap yg harus dicapai  shgg cita-
2 yg bersifat tetap,
- sekaligus merupakan dasar
- pandangan atau paham

Mencakup pengertian ttg idea-idea, pengertian dasar,


gagasan dan cita-cita.
Menurut Oesman dan Alfian (1990 : 6), Ideologi berintikan
serangkaian nilai (norma) atau sistem nilai dasar yg bersifat
menyeluruh dan mendalam yg dimiliki dan dipegang oleh
suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau
pandangan hidup.

Ideologi  merupakan kerangka penyelenggara negara


untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
Ideologi Bangsa cara pandang suatu bangsa dalam
menyelenggarakan negara.
Ideologi  suatu sistem nilai yang terdiri, nilai dasar yang
menjadi cita-cita dan nilai instrumental yg berfungsi sebagai
metode atau cara mewujudkan cita-cita tsb.
 Ideologi  di negara-2 yg baru merdeka dan sedang
berkembang, menurut W. Howard Wriggins berfungsi sbg
sesuatu yang memperkuat dan memperdalam identitas
rakyatnya (confirm and deepen the identity of their
people).

 Ideologi di negara-2 diatas  sekedar alat bagi rezim-2


yang baru berkuasa untuk melangsungkan kekuasaan.

 Ideologi menurut Abdulgani (1979 : 20)  alat utk


mendefinisikan aktivitas politik yg berkuasa atau untuk
menjalankan suatu politik cultural management, suatu
muslihat manajemen budaya.
2. KEKUATAN IDEOLOGI

Menurut Alfian (1990)  kekuatan ideologi tergantung


pd kualitas 3 dimensi yg terkandung dalam dirinya.

a.Dimensi realita  nilai-2 dasar (ND) yg terkandung


dlm ideologi scr riil berakar dan hidup dalam
masy/bangsa. Nilai-2 dasar bersumber dr budaya &
pengalaman sejarahnya.
b. Dimensi idealisme  ND ideologi
mengandung idealisme, bukan angan-2,
memberi harapan masa depan lebuh baik
melalui perwujudan atau pengalamannya
dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari
dg berbagai dimensi.

c. Dimensi fleksibillitas / dimensi


pengembangan  ideologi memiliki
keluwesan sehingga memungkinkan utk
berkembang.
3. FUNGSI IDEOLOGI
Menurut Soejanto P. (1990), ideologi mempunyai
bbrp fungsi, yaitu memberikan :
a.Struktur kognitif, yaitu keseluruhan
pengetahuan yg didapat merupakan landasan utk
memahami dan menafsirkan duania dan
kejadian-2 dlm alam sekitarnya.
b.Orientasi dasar, dg membuka wawasan yg
memberikan makna serta menunjukkan tujuan
dlm kehidupan manusia.
c. Norma-norma yg menjadi ppedoman dan
pegangan bagi seseorang utk melangkah dan
bertindak.
d. Bekal dan jalan bagi seseorang
utkmenemukan identitasnya.
e. Kekuatan yg mampu menyemangati dan
mendorong seseorang utk menjalankan
kegiatan agar mencapai tujuan.
f. Pendidikan bagi seseorang / masyarakat
utk memahami, menghayati serta memolakan
tingkah laku sesuai dengan norma-norma.
Moh. Hatta (1926- 1931) yg memimpin Perhimpunan
Indonesia (PI), di Belanda sejak 1924 merumuskan
konsepsi ideologi politiknya berdasarkan 4 prinsip, yaitu
persatuan, nasional, solidaritas, non kooperasi dan
kemandirian (self-help).

Tan Malaka, th 1924 menulis buku Naar de Repulick Ind


(menuju Republik Indonesia). Paham kedaulatan rakyat
 memiliki akar kuat dalam tradisi masyarakat.
Keterlibatannya dg organisasi komunisme Internasional
tak melupakan dg kenyataan-2 nasional dan
kesediaannya utk menjalin kerjasama dg unsur
revolusioner.
Tan Malaka  pernah mengusulkan kpd komintern
(Komunisme Intransional) agar komunis di Ind
bekerjasama dg Tan-Islamisme, krn kekuatan islam di Ind
tidak dpt diabaikan.
Tjokroaminoto pd saat itu mengidealisasikan suatu
sintesis antara Islam, Sosialisme dan Demokrasi.

Soepomo  sidang BPUPKI, 31 Mei 1945 memiliki 3


pilihan ideologi :
1) paham individualisme
2) paham kolektivisme
3) paham intergralistik
Disarankan  paham integralistik, sesuai semangat
kekeluargaan.

PS  ideologi Ind memiliki ajaran-2 yg mengandung


nilai-2 yg terkandung dlm ideologi lain.
4. IDEOLOGI PANCASILA, LIBERALISME & KOMUNISME
a. Perbandingan
No PANCASILA LIBERALISME KOMUNISME
1) Sumber
Falsafah Bgs Ind (PS) Falsafah indivisualisme Falsafah materialisme
2) Dasar Sebagai makhluk individu Sebagai makhluk sosial /
Hakikat sifat kodrat manusia sbg (kebebasan individu) komunal
makhluk individu dan makhluk
sosial
3) Negara Kebebasan mns dlm realisasi Sebagai manifestasi dari
Negara, mrpkn persekutuan demokrasi senantiasa mns sbg makhluk komunal.
hidup mns (makhluk individu & mendasarkan atas Nilai tertinggi dlm negara
makhluk sosial) serta mns sbg kebebasan individu diatas adl materi shg nilai mns
makhluk Tuhan. segala-galanya. ditentukan oleh materi.
4) Agama Bebas memilih agama dan Tak percaya Tuhan
Bukan negara sekuler menjalankan ibadah, ttp (atheis).
(memisahkan negara dengan bebas juga tak percaya
agama) Tuhan.
Percaya adanya Tuhan dan tak *Membedakan dan
boleh atheis. memisahkan antara agma
dan negara (sekuler)
b. Pancasila dan Agama

PS yg mengandung dasar filsafat, hub negara &


agama  mrpkn karya besar B. Ind melalui The
Founding Fathers.
PS mengisyaratkan kesadaran adanya Tuhan milik
semua orang & berbagai agama.
PS digali dari niali-2 adat istiadat, kebudayaan dan
nilai-2 religius.
Sejak jama purba  sampai pintu gerbang
kemerdekaan, melewati ribuan tahun pengaruh
agama lokal (± 14 abad pengaruh Hindu + Budha, ±7
abad pengaruh agama Islam, ±4 abad pengaruh
Kristen).
 Buku Sutasoma (Empu Tantular) dikenal kalimat
Bhineka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrua
 walaupun berbeda-beda, satu jua adanya  lalu
dikenal Bhineka Tunggal Ika.

 Pidato Bung Karno, tgl 1 Juni 1945 ketika


berbicara mengenai dasar negara (Philosophische
grondolag)  menyatakan “Prinsip Ketuhanan”.
Bukan saja di Ind ber Tuhan, ttp setiap orang Ind
hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri.
 Yg Kristen menyembah Tuhan sesuai petunjuk Nabi Isa.
 Yg Islam menyembah Tuhan sesuai petunjuk Nabi
Muhammad SAW.
 Yg Budha dan Hindu, menyembah Tuhan sesuai kitab-
kitabnya.
 Neg. Ind  neg tiap-2 orangnya dapat menyembah Tuhannya
dg leluasa.
Segenap rakyat hrs ber-Tuhan.
Neg Ind  satu negara yg ber-Tuhan.

 PidatoIr. Soekarno diatas mengandung 2 arti pokok, yaitu :


1) Pengakuan akan eksistensi agama-2 di Ind.
2) Posisi neg thd agama, yaitu negara kita ber-Tuhan.

 Akhir pidato Ir. Soekarno  hatiku akan berpesta raya, bila


sdr-2 menyetujui Ind berdasarkan Ketuhanan YME.
 Hal ini relevan dg ayat (1) dan (2) pasal 29 UUD 1945.
 Sila I PS  prima causa atau sebab pertama, krn Tuhan
terus menerus mengurus makhluknya.
 Prinsip Ketuhanan YME mengandung makna manusia Ind
harus mengabdi kepada satu Tuhan (Tuhan YME).
 Pd saat kemerdekaan, sekularisme dan pemisahan
agama dari negara didefinisikan melalui PS.
 PS tidak memasukkan kata sekularisme (memisahkan
agama dan politik).
 PS tak mengakui ada satu agama yang istimewa. Ind
mengakui saat ini 6 agama  Islam, Kristen Katholik,
Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu.

 Gagasan asas tunggal berdasarkan UU No. 8 Th. 1985


ttg Organisasi Kemasyarakatan yang mengharuskan
daftar ulang semua ORMAS dan sejaligus harus
menerima asas tunggal PS s/d batas akhir 17 Juli 1987.
 Yang menolak asas tunggal PS  khawatir bhw dengan
menghapus asas Islam ; PS akan menjadi agama baru.
 Kyai NU yg pertama kali menerima PS sbg asas tunggal.
 Hub agama Islam dan PS  keduanya dapat berjalan
saling menunjang dan saling mengkokohkan. Keduanya
tak bertentangan dan tak boleh dipertentangkan.
 PS menjamin umat beragama dalam menjalankan
ibadahnya.

 Menteri Agama H. Munawir Sjadzali (1983 – 1993)


menyatakan :
Kata-kata “negara menjamin” tidak dapat diartikan sekuler,
krn bila demikian, negara atau pemerintah harus hand
off dari segala pengaturan kebutuhan hukum bagi para
pemeluk agama / kepercayaan thd Tuhan YME. Di
negara sekuler pemerintah tidak akan mendirikan
tempat-2 ibadah.
 PS dan agama  saling mendukung dan dapat
diaplikasikan seiring sejalan.
 Agama mendorong implementasi nilai-2 PS. PS
memberi ruang gerak seluas-luasnya thd usaha
peningkatan, penghayatan dan pengamalan agama.
 Gus Dur menjelaskan  tak relevan lagi untuk melihat
apakah nilai-2 dasar ditarik oleh PS dari agama-2 dan
kepercayaan Tuhan YME.

Bersifat rasional, obyektif dan universal,


berlaku bagi seluruh bangsa Indonesia

Moral PS
Otonom (nilai-nilainya tak mendapat
pengaruh dari luar habitat manusia
Indonesia)
Presiden SBY dalam sambutan peringatan Hari
Kesaktian Pancasila, 1 Okt 2005 menyatakan :

Bangsa religius
B. Ind
Menjunjung tinggi, menghormati,
mengamalkan ajaran agama
masing-masing

Falsafah PS ditempatkan pada posisi yg wajar.


Lima PS  selaras dg ajaran agama di tanah
air.

PS telah diterima oleh seluruh kekuatan bangsa


 tidak ada alasan mempertentangkan nilai-2
PS dengan agama apapun.
Menurut Kaelan, persoalan hubungan agama dg
PS, dikelompokkan mjd 3 tahap :

 Pertama, ketika kaum nasionalis mengajukan PS


sebagai dasar filsafat negara menjelang
kemerdekaan. Terjadi denat antara kelompok
nasionalis Islam nasionalis dan tokoh pendiri
agama.
 Kedua, pada waktu th 1978 Pemerintahan Orba
mengajukan P-4 utk disahkan. Tokoh Islam
keberatan, akhirnya menerima.
 Ketiga, Th 1985, Pemerintah mengajukan PS
sebagai asas tunggal. Umat Islam menentang, ada
bbrp ormas dibekukan.
5. HUBUNGAN NEGARA DAN AGAMA MENURUT
NKRI BERDASARKAN PANCASILA

a. Negara berdasar atas ketuhanan YME.


b. B. Ind  bgs yg ber Ketuhanan YME.
c. Tak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme.
d. Tak ada tempat bagi pertentangan agama, gol agama, antar
dan inter pemeluk agama serta antar pemeluk agama.
e. Tak ada tempat bagi pemaksaan agama.
f. Ada toleransi dlm menjalankan agama.
g. Pelaksanaan dan penyelenggaraan negara dlm segala aspek
hrs sesuai nilai KYME terutama norma-2 hukum positif,
norma moral agama dan moral para penyelenggara negara.
h. Negara  mrpk berkat rahmat Allah YME.
Bgs Ind  bgs religius.
Budaya Indonesia
heterogen Perlu Ideologi negara yang
dihayati dan diamalkan
Negara kepulauan

Implikasinya, fungsi ideologi negara bagi B. Ind 


sangat penting dibandingkan negara lain yg
bangsanya homogen.

Bagi B. Ind  ideologi sebagai identitas nasional,


sbg prasyarat kestabilan negara.
Hadirnya ideologi PS akan berfungsi :
a. Menggambarkan cita-2 bgs kearah mana BGS. Ind akan
bergerak.
b. Menciptakan rasa kebersamaan dlm keluarga besar B. Ind
sesuai Bhineka Tunggal Ika.
c. Menggairahkan seluruh komponen bangsa dlm menjadikan
cita-cita bgs dan negara.

Pelaksanaan ideologi negara PS kedepan jangan terulang lagi


disalahgunakan sbg alat memperoleh atau mempertahankan
kekuasaan.
Maka B. Ind hrs meksanakan nilai-nilai instrumental PS yg taat
asas thd nilai-nilai dan ketentuan-2 yg ada dlm Pembukaan
dan pasal-2 UUD 1945.
PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI TERBUKA
Pengertian:
Istilah ideologi berasal dari kata Yunani
idein (melihat) dan logia yang berarti
kata, ajaran.

Pertama kali diperkenalkan oleh


A. Destult de Tracy untuk menyebut
cabang filsafat, science des idees, ilmu
tentang terjadinya cita-cita, gagasan-
gagasan atau buah pikiran (science of
idea).
Secara praktis:
Ideologi diartikan sebagai sistem dasar
seseorang tentang nilai-nilai dan tujuan-
tujuan serta sarana-sarana pokok untuk
mencapainya.
Jika diterapkan untuk negara, ideologi
diartikan sebagai seperangkat atau
kesatuan gagasan-gagasan dasar yang
disusun secara sistematis dan dianggap
menyeluruh tentang manusia dan
kehidupannya, baik secara individu, sosial
maupun dalam kehidupan bernegara.
Ideologi merupakan suatu belief
system  berkaitan dengan sebuah
”keyakinan” yang tentu saja lebih
bersifat ”subjektif” (pribadi,
masyarakat) yang meyakininya.
Tujuan ideologi bagi suatu bangsa adalah sebagai:
1. Landasan untuk memahami dan menafsirkan
realitas hidup berdasarkan atas nilai-nilai
dasar yang terdapat dalam ideologi tersebut,
yang terjabar dalam berbagai sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara
2. Orientasi dasar yang memberikan makna dan
tujuan dalam kehidupan bangsa
3. Nilai (kualitas yang dianggap baik) yang
dipakai sebagai pedoman dan pegangan untuk
melangkah dan bertindak
4. Bekal dan jalan untuk menemukan jati diri dan
identitas
5. Kekuatan yang dapat memberi semangat dan
motivasi dalam penyelenggaraan hidup
berbangsa dan bernegara.
6. Pendidikan bagi bangsa untuk memahami serta
memolakan penyelenggaraan kehidupannya
sesuai dengan nilai, norma, dan hukum yang
berdasar pada ideologi tersebut.
Tipe Ideologi:
1. Ideologi Tertutup
2. Ideologi Terbuka
Ideologi dalam arti sempit atau ideologi
tertutup adalah gagasan-gagasan atau
teori menyeluruh tentang makna hidup
dan nilai-nilai yang dimutlakkan sebagai
dasar bertindak, tidak terbuka terhadap
kritik.
Ideologi tertutup sering disamakan dengan
istilah ”ideologis”.
Ideologi terbuka:
Nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan
dari luar, melainkan digali dan diambil dari
kekayaan khasanah rohani, moral, dan
budaya masyarakatnya sendiri.
Dasarnya adalah konsensus masyarakat.
Ideologi terbuka tidak diciptakan oleh
negara melainkan diketemukan dalam
masyarakatnya sendiri.
Ideologi menjadi milik seluruh rakyat.
Ideologi terbuka memiliki ciri-ciri:
1. Realitas
2. Idealitas
3. Fleksibilitas
Realitas, artinya sistem nilai,
gagasan pemikiran yang
mendasar dan mendalam itu selalu
ada di dalam masyarakat, selalu
tercermin di dalam kehidupan
masyarakat
Idealitas, artinya kadar dan kualitas ideolog I
itu merupakan sesuatu yang ideal, cita-
cita yang diharapkan oleh seluruh
bangsa.
Idealisme yang terkandung di dalamnya itu
mampu memberikan harapan,
optimisme, mampu menggugah
motivasi pendukungnya, mampu
menggerakkan pendukungnya untuk
berupaya mewujudkan apa yang
menjadi cita-cita ideologi tsb.
Fleksibilitas, artinya ideologi itu mampu
menyesuaikan diri dengan keadaan
yang terus menerus berkembang dan
mampu memberi arah melalui
interpretasi-interpretasi baru.
Penafsiran baru ini tentunya tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai dasar,
sehingga tetap relevan, tetap
dibutuhkan, tetap sesuai dengan cita-
cita seluruh bangsa.
Pancasila adalah ideologi negara
yang bersifat Terbuka
Pancasila merupakan
Weltanschauung, landasan filosofis
yang menjadi dasar negara dan
ideologi dari negara kebangsaan
Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi (dasar
falsafah bangsa) memiliki nilai-nilai
dasar yang merupakan nilai instrinsik
(nilai yang ada pada dirinya sendiri) .
Sifatnya masih umum universal,
belum berupa perintah-perintah atau
aturan-aturan yang dipakai untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan
yang konkrit atau praktis.
Agar dapat dipakai sebagai acuan yang
konkrit dibutuhkan nilai-nilai instrumental,
misalnya dalam bentuk pasal-pasal UUD
dan produk peraturan perundangan yang
berada di bawahnya.

Nilai utama ideologi Pancasila adalah


”kebersamaan” dengan bentuk ideal
kebersamaan hdiup bermasyarakatnya
adalah ”masyarakat kekeluargaan” yang
ditunjukkan dengan ”kebersamaan hidup
antara sejumlah manusia yang
terselenggara melalui interaksi saling
memberi” .
 Pancasila dapat dikatakan sebagai
ideologi terbuka karena memiliki: nilai
dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.
 Nilai Dasar Pancasila memiliki nilai-nilai
essensial (mendasar) yaitu nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan.
 Nilai-nilai ini dipakai sebagai
”staatfundamentalnorm” (Pokok kaidah
negara yang fundamenatal )
Nilai instrumental disebut dengan nilai alat yang
merupakan norma-norma yang lebih
operasional rumusannya.
Berisi aturan-aturan pokok yang dipergunakan
sebagai landasan bagi pengambilan
kebijakan dan pembuatan perundangan
yang lebih konkrit. Dalam konteks
pemerintahan negara Republik Indonesia
nilai instrumental ini berupa UUD 1945.
Rumusan-rumusan nilai instrumental dapat
diubah dan disesuaikan dengan
perkembangan jaman.
 Nilai Praksis berkaitan dengan aturan-aturan
konkrit yang dipakai untuk mengatur dan
menyelesaikan persoalan-persoalan
kehidupan negara yang khusus, berkaitan
dengan berbagai yaitu bidang politik, ekonomi,
sosial-budaya, hukum, hankam dsb.
 Nilai praksis berupa undang-undang yang
dijabarkan dari UUD, mulai UU sampai
peraturan daerah.
 Semua produk perundangan yang berlaku di
Indonesia tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila sebagai sumber nilainya (nilai
dasar).
PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN R.I BERDASARKAN
PERKEMBANGAN SEJARAH
KEMERDEKAAN
175
HUBUNGAN DASAR NEGARA DGN
KONSTITUSI
 Pengertian Dasar Negara Dasar negara, merupakan
pedoman dlm mengatur kehidupan penyelenggaraan
ketatanegaraan negara yg mencakup berbagai bidang
kehidupan.
 Dasar negara bangsa Indonesia, adalah Pancasila yang
berkedudukan sebagai norma obyektif dan norma
tertinggi dalam negara, serta sebagai sumber segala
sumber hukum (TAP. MPRS No.XX/MPRS/1966, jo.
TAP. MPR No.V/MPR/1973, jo. TAP. MPR No.
IX/MPR/ 1978). Penegasan kembali, tercantum dalam
TAP. MPR No.XVIII/MPR/1998 .
176
PENGERTIAN KONSTITUSI

11/07/21
 Dalam pengertian luas, ”Konstitusi” berarti keseluruhan
dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar (droit
constitunelle).
 Konstitusi, ada yg dalam bentuk dokumen tertulis ada
juga yang tidak tertulis (pelopor Bolingbroke).Dalam
pengertian sempit (terbatas), ”Konstitusi” berarti piagam
dasar atau undang-undang dasar (loi constitunelle), yaitu
suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan
dasar negara, contoh UUD 1945 (pelopor Lord Bryce
dan C.F. Strong).

177
FUNGSI KONSTITUSI
 Fungsi Pokok, Konstitusi atau UUD adl untuk
membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak sewenang-
wenang, sehingga hak-hak warga negara dapat
terlindung (Konstitusionalisme).
 Fungsi Umum :Kontrol Penyelenggaraan negara,
Indikator keberhasilan pemerintahan, Kontrak sosial
antara warga negara dengan penyelenggara negara.

178
 Memuat tentang ;
1. Tujuan negara,

11/07/21
2. Lembaga negara,
3. Pembagian kekuasaan,
4. Hak asasi manusia,
5. Sistem pemerintahan,
6. Hubungan pusat dan daerah,
7. Prosedur penyelesaian pertikaian,
8. Pengawasan penjabat negara & perubahan konstitusi.
9. Substansi Konstitusi

179
Secara operasional fungsi suatu konstitusi sebagai berikut
:
Membatasi perilaku pemerintahan secara efektif

Membagi kekuasaan dalam beberapa lembaga negara

Menentukan lembaga negara bekerja sama satu dengan


lainnya
Menentukan hubungan di antara lembaga negara

Menentukan pembagian kekuasaan dalam negara, baik yang


sifatnya horizontal maupun vertikal
Menjamin hak-hak warga negara dari tindakan sewenang-
wenang penguasa
Menjadi landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan
menurut sistem ketatanegaraan
180
KEDUDUKAN PEMBUKAAN
UUD 1945 NEGARA KESATUAN RI

11/07/21
a. Kedudukan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945, merupakan sumber motivasi dan
aspirasi, tekad dan semangat bangsa Indonesia, serta
cita hukum dan cita moral yang ingin ditegakkan dalam
lingkungan nasional maupun internasional.
Pembukaan UUD 1945 dijadikan norma fundamental.
Rumusan kata dan kalimatnya tidak boleh diubah oleh
siapapun, termasuk MPR hasil pemilu. Pengubahan
Pembukaan UUD 1945 berarti pengubahan esensi cita
moral dan cita hukum yang ingin diwujudkan dan
ditegakkan oleh bangsa Indonesia.
181
PEMBUKAAN UUD 1945 DALAM HUBUNGANNYA
DENGAN BATANG TUBUH UUD 1945

11/07/21
Mempunyai Kedudukan:
Hubunganya dengan tertib hukum Indonesia, maka Pembu-kaan UUD
1945 mempunyai kedudukan yang terpisah dari batang tubuh UUD
Sebagai Pokok Kaidah Negara yang fundamental, Pembukaan UUD
1945 mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada batang tubuh UUD
1945.
Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggi dan
mempunyai kedudukan lebih tinggi.
Pembukaan merupakan Pokok Kaidah Negara fundamental yang
menentukan adanya UUD Negara tersebut (sumber hukum dasar).
Pembukaan UUD 1945, mengandung pokok-pokok pikiran yang akan
diwujudkan dalam pasal-pasal UUD 1945.
b. MAKNA YANG TERKANDUNG PEMBUKAAN UUD
1945
1)Alinea Pertama, antara lain : Keteguhan bangsa Indonesia
dalam membela kemerdekaan melawan penjajah dalam segala
bentuk.
2)Alinea Kedua, antara lain : Kemerdekaan yang dicapai oleh
bangsa Indonesia adalah melalui perjuangan pergerakan dalam
melawan penjajah.
3)Alinea Ketiga, antara lain : Motivasi spiritual yang luhur
bahwa kemerdekaan kita adalah berkat rahmat Allah Yang
Mahakuasa.
4)Alinea Keempat, antara lain : Adanya fungsi dan sekaligus
tujuan negara Indonesia, Disusun dalam UUD, Berkedaulatan
Rakyat dan Dasar Negara Pancasila.
183
c. MAKNA PEMBUKAAN UUD 1945 DALAM
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Pembukaan yang telah dirumuskan secara padat dan
khidmat dalam empat alinea itu, setiap alinea kata-katanya

11/07/21
mengandung arti dan makna yang sangat dalam,
mempunyai nilai-nilai yg universal & lestari.
Universal, krn mengandung nilai-nilai yg dijunjung tinggi
oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh muka bumi;
Lestari, krn mampu menampung dinamika masyara-kat,
dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan
negara selama bangsa Indonesia tetap setiap kepada Negara
Proklamasi 17 Agustus 1945.

184
POKOK-POKOK PIKIRAN DLM
PEMBUKAAN UUD 1945
 Pokok pikiran pertama : ”Negara – begitu bunyinya –
”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
 Pokok pikiran kedua : ”Negara hendak mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat”.
 Pokok pikiran ketiga : ”Negara yang berkedaulatan rakyat
berdasar atas kerakayatan dan permusyawaratan/ perwakilan”.
 Pokok pikiran keempat : ”Negara berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab”.
185
E. HUBUNGAN PEMBUKAAN DENGAN
BATANG TUBUH UUD 1945

11/07/21
 Bahwa pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945, merupakan
”— suasanan kebatinan dari UUD Negara Indonesia serta
mewujudkan cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, baik
tertulis maupun tidak tertulis”.
 Pembukan UUD 1945 mempunyai hubungan langsung dng Batang
Tubuh UUD 1945, karena mengandung pokok-pokok pikiran yang
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal di Batang Tubuh UUD
1945.
 Pembukaan UUD 1945, memuat dasar falsafah negara Pancasila
dan Batang Tubuh UUD 1945 yang merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, bahkan hal ini menjadi rangkaian kesatuan
nilai dan norma yang terpadu.
186
A. Makna Tata Urutan Peraturan

Berdasarkan Undang-Undang Dasar


(UUD) NRI Tahun 1945 Pasal 1 Ayat (3)
tertulis bahwa “Negara Indonesia
adalah Negara Hukum". Oleh karena
1. Peraturan itu, segala kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan harus berdasarkan pada
Perundang- hukum yang berlaku. Hukum yang
undangan dimaksud adalah peraturan perundang-
undangan berupa dokumen tertulis yang
dibuat oleh lembaga atau pejabat
berwenang seperti DPR, DPRD,
presiden, 'dan gubernur.
Berikut beberapa pengertian peraturan
perundang-undangan dari beberapa tokoh, yaitu :
Alasan pentingnya peranan peraturan
perundang-undangan bagi Negara
Indonesia menurut Bagir Manan antara lain:
a.merupakan kaidah hukum yang mudah
dikenal, mudah diketemukan kembali, dan
mudah ditelusuri;
2. Peranan b.memberikan kepastian hukum yang lebih
nyata karena kaidah-kaidah dalam
Peraturan peraturan perundang-undangan mudah
Perundang- diidentifikasi dan diketemukan kembali;
c.adanya struktur dan sistematika yang
Undangan lebih jelas sehingga memungkinkan untuk
diperiksa dan diuji kembali, baik dari segi
formal maupun segi materi muatannya;
d.pembentukan dan pengembangan
peraturan perundang-undangan dapat
direncanakan.
Menurut Bagir Manan,
peraturan perundang-undangan memiliki
dua fungsi, yaitu fungsi internal dan
eksternal.
a.Fungsi internal berkaitan dengan
3. Fungsi keberadaan peraturan perundang-
undangan dalam sistem hukum suatu
Peraturan negara. Fungsi internal tersebut terdiri
Perundang- dari fungsi penciptaan hukum,
pembaharuan hukum: integrasi, dan
Undangan kepastian hukum.
b.Fungsi eksternal peraturan perundang-
undangan terdiri dari fungsi perubahan,
stabilisasi, dan kemudahan.
Sementara itu, Aan Seidmen menyatakan
bahwa peraturan perundang-undangan
3. Fungsi memiliki dua fungsi, yaitu :
Peraturan a.Sebagai pernyataan efektif dari suatu
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah;
Perundang- dan
b.Sebagai hukum yang menjadi sebuah
Undangan langkah penting bagi suatu negara dalam
upaya perubahan perilaku.
4. Tata Urutan Perundang-Undangan
di Indonesia

Tata urutan peraturan perundangan-undangan di


Indonesia dapat di lihat pada tabel berikut.

Ketatapan
TAP MPR No. UU No. 10 Tahun UU No. 12 Tahun
MPRS/ No.
III/MPR/2000 2004 2011
XX/MPRS/ 1966
1. UUD NRI Tahun 1. UUD NRI Tahun 1. UUD NRI Tahun 1945 1. UUD NRI Tahun
1945 1945 2. UU/Peraturan 1945
2. Ketetapan MPR 2. Ketetapan MPR Pemerintah Pengganti 2. Ketetapan MPR
3. UU/Perpu 3. UU Undang-Undang 3. UU/Peraturan
4. Peraturan 4. Peraturan 3. Peraturan Pemerintah Pemerintah
Pemerintah Pemerintah 4. Peraturan Presiden Pengganti Undang-
5. Keputusan Pengganti 5. Peraturan Daerah Undang
Presiden Undang-Undang yang meliputi: 4. Peraturan
6. Peraturan 5. Peraturan a. Peraturan Daerah Pemerintah
pelaksana Pemerintah Provinsi 5. Peraturan Presiden
lainnya, seperti 6. Keputusan b. Peraturan Daerah 6. Peraturan Daerah
Peraturan Presiden Kabupaten/Kota Provinsi
Menteri dan 7. Peraturan Daerah c. Peraturan Desa/ 7. Peraturan Daerah
Instruksi Menteri peraturan yang Kabupaten/Kota
setingkat
a. Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Dasar (UUD) NRI Tahun 1945 merupakan dasar hukum
tertinggi di Indonesia yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan
peraturan lain di bawahnya. UUD NRI Tahun 1945 mengalami beberapa kali
perubahan.
Materi muatan yang terkandung dalam UUD NRI Tahun 1945 antara lain
sebagai berikut :
1)Memuat ketentuan-ketentuan susunan organisasi negara dan
pemerintahan.
2)Memuat ketentuan-ketentuan tentang rakyat.
3)Memuat ketentuan yang berkaitan dengan identitas negara, seperti
bahasa, lambang, dan bendera.
4)Memuat jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan hak serta kewajiban
sebagai warga negara.
5)Memuat susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental.
6)Memuat pembagian dan pembatasan kekuasaan atau tugas
ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
b. Ketetapan MPR
Ketetapan MPR adalah sebuah produk legislatif yang merupakan keputusan
musyawarah, baik yang berlaku di dalam majelis maupun yang berlaku di
luar majelis. Istilah Tap. MPR (Ketetapan MPR) tidak termuat dalam UUD NRI
Tahun 1945. Istilah tersebut diambil dari MPRS pada sidang pertama tahun
1960.
Sebagai sumber hukum, isi dari ketetapan MPR antara lain sebagai
berikut :
1)Memuat garis-garis besar dalam bidang legislatif dilaksanakan dengan
undang-undang.
2)Memuat Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dalam bidang eksekutif
dilaksanakan dengan keputusan presiden,
Adapun tiga hal yang harus diatur dalam Ketetapan MPR, yaitu :
1)Memperinci secara lebih lanjut aturan yang tercantum dalam Batang Tubuh
UUD NRI Tahun 1945.
2)Menjadi tempat perwujudan norma hukum yang berasal dari hukum dasar
tidak tertulis dalam aturan dasar tertulis.
3)Menjadi pelengkap aturan dasar yang tercantum dalam Batang Tubuh UUD
NRI Tahun 1945 dan Ketetapan MPR yang sudah ada.
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
Undang-Undang merupakan penjabaran langsung dari UUD NRI Tahun 1945 oleh
DPR dengan persetujuan Presiden. Materi muatan yang harus diatur dalam Undang-
Undang berisi :
1)pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan UUD NRI Tahun 1945,
2)perintah suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang,
3)pengesahan perjanjian internasional tertentu,
4)tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi, dan/atau
5)pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Adapun Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) adalah peraturan


perundangan yang dikeluarkan oleh presiden karena keadaan genting dan memaksa.
Perpu diatur dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 22 Ayat (1), (2), dan (3). Ketentuan
muatan dalam Perpu adalah sebagai berikut :
1)Presiden berhak mengeluarkan Perpu dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa.
2)Perpu harus mendapat persetujuan DPR dalam masa persidangan berikutnya.
3)Jika Perpu tidak mendapat persetujuan DPR, maka Perpu harus dicabut. Namun, jika
Perpu mendapat persetujuan maka Perpu tetap dijadikan undang-undang.

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


d. Peraturan Pemerintah e. Peraturan Presiden
Peraturan Pemerintah Peraturan Peraturan Presiden merupakan
Pemerintah merupakan peraturan peraturan perundang undangan yang
perundang-undangan yang dibuat dan ditetapkan oleh presiden untuk
ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan perintah peraturan
menjalankan undang-undang perundang-undangan yang lebih tinggi
atau untuk menyelenggarakan kekuasaan
sebagaimana mestinya. Cakupannya
pemerintahan. Adapun peraturan
peraturan pemerintah tidak boleh
Presiden berisi materi yang diperintahkan
menyimpang dari ketentuan yang oleh undang undang, materi untuk
tercakup dalam undang-undang. melaksanakan Peraturan Pemerintah,
Contoh Peraturan Pemerintah adalah atau materi untuk melaksanakan
PP No. 17 tahun 2010 tentang penyelenggaraan kekuasaan
Pengelolaan dan Penyelenggaraan pemerintahan.
Pendidikan. Contoh Peraturan Presiden adalah
Peraturan Presiden RI Nomor 20 Tahun
2015 tentang Badan Pertahanan Nasional.

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


f. Peraturan Daerah Provinsi g. Peraturan Daerah Kab/Kota
Daerah Provinsi adalah peraturan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
perundang-undangan yang dibentuk oleh merupakan peraturan perundang-
DPRD Provinsi dengan persetujuan undangan yang dibentuk oleh DPRD
bersama gubernur. Adapun materi muatan Kabupaten/Kota dengan persetujuan
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan bersama Bupati/Wali Kota.
Daerah Kabupaten/Kota adalah materi
muatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan
serta menampung kondisi khusus daerah
dan/atau penjabaran lebih lanjut
Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi.
Contoh Perturan Daerah Provinsi adalah
Peraturan Daerah Provinsi Nomor 1 Tahun
2007 tentang Penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan di Provinsi
Jawa Tengah.

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


B. Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia

1. Pengertian dan
Asas

Ada beberapa tahapan pembuatan peraturan perundang-


undangan, yaitu tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Selain itu,
terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam proses
pembentukan peraturan perundang-undangan antara lain sebagai
berikut :
a.Aspek materiil (substansial), yaitu aspek yang berkaitan
dengan isi dari suatu peraturan perundang-undangan;
b.Aspek formal (prosedural), yaitu aspek yang berkaitan
dengan kegiatan pembentukan peraturan perundang-undangan
yang berlangsung di suatu negara.
2. Proses Pembentukan
Peraturan Perundang-
Undangan
2. Proses Pembentukan
Peraturan Perundang-
Undangan
2. Proses Pembentukan
Peraturan Perundang-
Undangan
2. Proses Pembentukan
Peraturan Perundang-
Undangan
2. Proses Pembentukan
Peraturan Perundang-
Undangan
2. Proses Pembentukan
Peraturan Perundang-
Undangan
SOSIAL POLITIK
DI INDONESIA
207
Pengertian Sistem Politik
• Secara etimologis, system politik berasal dari 2 kata, yaitu
system, dan politik. Sistem berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu “systema” yang berarti

• 1. keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian


(Shrode dan Voich, 1974: 115)

• Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau


komponen secara teratur (Awad, 1979:4)
Pengertian Sistem Politik
• Ciri pokok dari system yaitu
• Mempunyai tujuan
• Mempunyai batas
• Memiliki sifat terbuka dalam arti berinteraksi dengan
lingkungan
• Terdiri atas berbagai unsur atau komponen yang saling
bergantung dan berhubungan
• Melakukan kegiatan atau proses transformasi atau proses
mengubah masukan menjadi keluaran
• Memiliki mekanisme control dengan memanfaatkan umpan
balik
Pengertian Sistem Politik
• Sedangkan politik adalah kegiatan yang menyangkut
bagaimana cara kelompok-kelompok mencapai keputusan-
keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat (Rod Hague,
1998:3)

• Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk


membuat, mempertahankan, dan mengamandemen
peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya,
yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja
sama (Andrew Heywood, 1997:4)
Pengertian Sistem Politik
• Jadi Sistem Politik adalah kesatuan atau kolektivitas
seperangkat struktur politik yang memiliki fungsi masing-masing
untuk mencapai tujuan Negara.

• Sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip yang


membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain
untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan
mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu
atau kelompok satu sama lain atau dengan Negara.
FUNGSI SISTEM POLITIK

• Sistem Politik tentunya memiliki fungsi , ada 3 Fungsi sistem


politik yaitu
• Sosialisasi Politik
Dalam hal ini dapat diartikan sebagai sebuah proses pembelajaran
politik dimana seseorang dapat menentukan sikap dan orientasi
terhadap fenomena-fenomena politik yang berlaku pada masyarakat
tempatnya berada saat ini
FUNGSI SISTEM POLITIK
• Rekruitmen Politik
Rekruitmen politik dalam hal ini merupakan sebuah proses dimana
sistem politik menghasilkan kepentingan,pertemuan,dan partisipasi
dari warga negara dalam memilih atau menentukan orang yang kan
melakukan aktifitas politik dan duduk mewakilinya dalam kantor
pemerintahan.
FUNGSI SISTEM POLITIK
• Komunikasi Politik
Komunikasi politik mengacu pada bagaimana
suatu sistem meyampaikan nilai-nilai dan
informasi melalui berbagai struktur yang ada.
Komunikasi politik terjadi antar pemerintah
dan masyarakat jika ada kebijakan
pemerintah yang perlu disampaikan atau
disosialisasikan kepada masyarakat.
Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 645
K/Sip/1975 mengandung semangat ini:
ketidaktahuan hukum tidak bisa dimaafkan
Sistem Politik Indonesia
• Sistem Politik Indonesia adalah seperangkat interaksi yang
diabstraksikan dari totalitas perilaku social melalui nilai-nilai
yang disebarkan kepada masyarakat dan negara Indonesia

• Sistem Politik Indonesia adalah kumpulan atau keseluruhan


berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan
dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan
tujuan, upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan,
seleksi dan penyusunan skala prioritasnya
Sistem Politik Indonesia
• Sistem Politik Indonesia berlaku di Indonesia, baik seluruh
proses yang utuh maupun sebagian. Sistem politik di
Indonesia dapat menunjuk pada system yang pernah berlaku
di Indonesia, yang sedang berlaku di Indonesia, atau yang
berlaku selama berdirinya Negara Indonesia sampai
sekarang.

• Sistem Politik Indonesia berfungsi sebagai mekanisme yang


sesuai dengan dasar Negara, ketentuan konstitusional juga
memperhitungkan lingkungan masyarakatnya secara real
Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945
Hasil Amandemen

• Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara

1.Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum


(Rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
(Machtstaat).
2.Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolut (kekuasaan yang tidak terbatas).
3.Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang
tertinggi disamping MPR dan DPR.
Lanjutan

4. Menteri Negara ialah pembantu Presiden, Menteri


Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR.

5. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas,


meskipun Kepala negara tidak bertanggung jawab
kepada DPR.

6. Jika Presiden dalam melaksanakan tugas menyimpang


dari Konstitusi, maka MPR melakukan Impeachment
atau Pemakzulan (Pemberhentian Jabatan)
Baron Secundar de Montesquieu (1689-1755):
(Mantan Hakim Perancis yang lari ke Inggris)
Mengembangkan TEORI TRIAS POLITICA Separation
of Powers (Pemisahan Kekuasaan):

•Kekuasaan Legislatif : Membuat UU


•Kekuasaan Eksekutif : Melaksanakan UU: termasuk
Fungsi pertahanan & diplomasi (hublu)
•Kekuasaan Yudikatif/Yudisial : Mengawasi Pelaksanaan
UU (Menjalankan peradilan/menghakimi)
NILAI KETUHANAN SEBAGAI
DASAR PENGEMBANGAN ILMU

1. Melengkapi ilmu pengetahuan


menciptakan perimbangan antara
yang rasional dan irasional, antara
rasa dan akal.
2. Sila ini menempatkan manusia
dalam alam sebagai bagiannya dan
bukan pusatnya.
NILAI KEMANUSIAAN SEBAGAI
DASAR PENGEMBANGAN ILMU

memberi arah dan


mengendalikan ilmu
pengetahuan. Ilmu
dikembalikan pada
fungsinya semula,
yaitu untuk
kemanusiaan, tidak
hanya untuk
kelompok, lapisan
tertentu.
NILAI PERSATUAN SEBAGAI
DASAR PENGEMBANGAN ILMU

1. Mengkomplementasikan
universalisme dalam sila-sila
yang lain, sehingga supra sistem
tidak mengabaikan sistem dan
sub-sistem.
2. Solidaritas dalam sub-sistem
sangat penting untuk
kelangsungan keseluruhan
individualitas, tetapi tidak
mengganggu integrasi.
NILAI KERAKYATAN SEBAGAI
DASAR PENGEMBANGAN ILMU

Mengimbangi penerapan dan


penyebaran ilmu pengetahuan yang
lebih demokratis.
NILAI KEADILAN SEBAGAI
DASAR PENGEMBANGAN ILMU

Menekankan keadilan guna menjaga


keseimbangan antara kepentingan
individu dan masyarakat, karena
kepentingan individu tidak boleh
terinjak oleh kepentingan semu.
PANCASILA MENJADI
DASAR NILAI
PENGEMBANG ILMU
A. Pancasila Sebagai
Dasar Pengembang Ilmu
1. KONSEP PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN
ILMU
1. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang
dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2. Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus
menyertakan nilai nilai Pancasila sebagai faktor internal
pengembangan iptek itu sendiri.
3. Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif
bagi pengembangan iptek di Indonesia, artinya mampu
mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan cara
bertindak bangsa Indonesia.
4. Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari
budaya dan ideologi bangsa Indonesia sendiri atau yang lebih
dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu).
2. URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANG ILMU
Pentingnya Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat ditelusuri
kedalam hal-hal sebagai berikut.
1. Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa
Indonesia dewasa ini seiring dengan kemajuan iptek menimbulkan
perubahan dalam cara pandang manusia tentang kehidupan. Hal ini
membutuhkan renungan dan refleksi yang mendalam agar bangsa
Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa.
2. Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap
lingkungan hidup berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi
hidup manusia di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan
tuntunan moral bagi para ilmuwan dalam pengembangan iptek di
Indonesia.
3. Ketiga, perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan
politik global ikut mengancam nilainilai khas dalam kehidupan bangsa
Indonesia, seperti spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah,
dan cita rasa keadilan. Oleh karena itu, diperlukan orientasi yang jelas
untuk menyaring dan menangkal pengaruh nilai-nilai global yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia.
B. Menanya Alasan
Diperlukannya Pancasila sebagai
Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
1. Pertama, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh iptek, baik dengan dalih
percepatan pembangunan daerah tertinggal maupun upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat perlu mendapat perhatian yang serius. Penggalian tambang batubara,
minyak, biji besi, emas, dan lainnya di Kalimantan, Sumatera, Papua, dan lain-lain
dengan menggunakan teknologi canggih mempercepat kerusakan lingkungan.
Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka generasi yang akan datang, menerima
resiko kehidupan yang rawan bencana lantaran kerusakan lingkungan dapat memicu
terjadinya bencana, seperti longsor, banjir, pencemaran akibat limbah, dan seterusnya.
2. Kedua, penjabaran sila-sila Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek dapat
menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan iptek yang
berpengaruh pada cara berpikir dan bertindak masyarakat yang cenderung pragmatis.
Artinya, penggunaan benda-benda teknologi dalam kehidupan masyarakat Indonesia
dewasa ini telah menggantikan peran nilainilai luhur yang diyakini dapat
menciptakan kepribadian manusia Indonesia yang memiliki sifat sosial, humanis, dan
religius. Selain itu, sifat tersebut kini sudah mulai tergerus dan digantikan sifat
individualistis, dehumanis, pragmatis, bahkan cenderung sekuler.
3. Ketiga, nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi simbol kehidupan di berbagai daerah
mulai digantikan dengan gaya hidup global, seperti: budaya gotong royong
digantikan dengan individualis yang tidak patuh membayar pajak dan hanya menjadi
free rider di negara ini, sikap bersahaja digantikan dengan gaya hidup bermewah-
mewah, konsumerisme; solidaritas sosial digantikan dengan semangat individualistis;
musyawarah untuk mufakat digantikan dengan voting, dan seterusnya.
C. Menggali Sumber Historis,
Sosiologis, Politis tentang
Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu di Indonesia
1. SUMBER HISTORIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA

Sumber historis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di


Indonesia dapat ditelusuri pada awalnya dalam dokumen negara, yaitu
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada Alinea keempat
Pembukaan UUD 1945. Kata “mencerdaskan kehidupan bangsa”
mengacu pada pengembangan iptek melalui pendidikan. Amanat
dalam Pembukaan UUD 1945 yang terkait dengan mencerdaskan
kehidupan bangsa itu haruslah berdasar pada nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa, dan seterusnya, yakni Pancasila.
Penjabaran sila-sila Pancasila ke dalam sistem etika ilmiah dikemukakan Jacob sebagai
berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, melengkapi ilmu pengetahuan dengan menciptakan
perimbangan antara yang irasional dan rasional, antara rasa dan akal. Sila pertama ini,
menempatkan manusia dalam alam semesta sebagai bagiannya, bukan sebagai pusat dan
tujuan, serta menuntut tanggung jawab sosial dan intergenerasional dari ilmuwan dan
teknologi.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberi arah dan mengendalikan ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu untuk
kemanusiaan.
3. Sila Persatuan Indonesia, melengkapi universalisme dan internasionalisme dalam sila-sila yang
lain sehingga supra-sistem tidak mengabaikan sistem dan subsistem di bawahnya. Aspek
universal dan lokal harus dapat hidup secara harmonis dengan tidak saling merugikan.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, mengimbangi autodinamika iptek, serta mencegah teknologi
berevolusi sendiri dengan leluasa. Percobaan, penerapan, dan penyebaran ilmu pengetahuan
harus mencerminkan semangat demokratis dan perwakilan rakyat harus dapat
memusyawarahkannya sejak dari kebijakan penelitian sampai ke penerapan massal hasil-
hasilnya.
5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,menekankan ketiga keadilan Aristoteles
(distributif, legalis, dan komutatif) dalam pengembangan, pengajaran, penerapan iptek.
Keadilan sosial juga menjaga keseimbangan antara individu dan masyarakat.
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dalam tafsir
Koentowijoyo diletakkan sebagai kekuatan normatif humanisasi
yang melawan kekuatan kecenderungan naturalisasi manusia,
mekanisasi manusia, dan kesadaran teknik. Pancasila sebagai
kerangka kesadaran normatif humanisasi dapat merupakan
dorongan ke arah dua hal penting:
1.Pertama, universalisasi, yaitu melepaskan simbol-simbol dari
keterkaitan dengan struktur, terutama penggunaan simbol untuk
kepentingan sebuah kelas sosial, baik yang datang dari kubu
pasar bebas maupun dari negara perencana.
2.Kedua, transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat
kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual untuk melawan
dehumanisasi dan subhumanisasi manusia yang datang dari
teknologi dan ilmu pengetahuan (Koentowijoyo, 1987: 101).
Prof. Dr. M. Sastrapratedja dalam artikelnya yang berjudul, Pancasila
sebagai Orientasi Pembangunan Bangsa dan Pengembangan Etika
Ilmu Pengetahuan menegaskan ada dua peran Pancasila dalam
pengembangan iptek
Pancasila dalam
pengembangan
iptek

Pertama, Pancasila Kedua, Pancasila


merupakan landasan sebagai landasan dari
dari kebijakan etika ilmu
pengembangan ilmu pengetahuan dan
pengetahuan teknologi
Hal pertama yang terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai landasan
kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan mencakup lima hal sebagai
berikut.
1. Pertama, bahwa pengembangan ilmu pengetahuan harus menghormati
keyakinan religius masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu yang
tidak sejalan dengan keyakinan religious, tetapi tidak harus
dipertentangkan karena keduanya mempunyai logika sendiri.
2. Kedua, ilmu pengetahuan ditujukan bagi pengembangan kemanusiaan dan
dituntun oleh nilai-nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan.
3. Ketiga, iptek merupakan unsur yang “menghomogenisasikan” budaya
sehingga merupakan unsur yang mempersatukan dan memungkinkan
komunikasi antarmasyarakat. Membangun penguasaan iptek melalui
sistem pendidikan merupakan sarana memperkokoh kesatuan dan
membangun identitas nasional.
4. Keempat, prinsip demokrasi akan menuntut bahwa penguasaan iptek harus
merata ke semua masyarakat karena pendidikan merupakan tuntutan
seluruh masyarakat.
5. Kelima, kesenjangan dalam penguasaan iptek harus dipersempit terus
menerus sehingga semakin merata, sebagai konsekuensi prinsip keadilan
sosial (Sastrapratedja, 2006: 52--53).
Hal kedua yang meletakkan Pancasila sebagai landasan etika
pengembangan iptek dapat dirinci sebagai berikut.
1. Pengembangan iptek terlebih yang menyangkut manusia haruslah
selalu menghormati martabat manusia, misalnya dalam rekayasa
genetik.
2. Iptek haruslah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik sekarang
maupun di masa depan.
3. Pengembangan iptek hendaknya membantu pemekaran komunitas
manusia, baik lokal, nasional maupun global .
4. Iptek harus terbuka untuk masyarakat; lebih-lebih yang memiliki
dampak langsung kepada kondisi hidup masyarakat.
5. Iptek hendaknya membantu penciptaan masyarakat yang semakin
lebih adil (Sastrapratedja, 2006: 53).
Mubyarto menjelaskan ada lima ciri ekonomi Pancasila, yaitu:
1.Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi,
sosial, dan moral
2.Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah kemerataan
sosial (egalitarianism)
3.Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian
nasional yang tangguh yang berarti nasionalisme menjiwai tiap
kebijakan ekonomi
4.Koperasi merupakan saka guru perekonomian dan merupakan
bentuk paling konkret dari usaha bersama
5.Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di
tingkat nasional dan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan
ekonomi untuk menjamin keadilan sosial (Nugroho, tt: 9).
2. SUMBER SOSIOLOGIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA

Sumber sosiologis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan


iptek dapat ditemukan pada sikap masyarakat yang sangat
memperhatikan dimensi ketuhanan dan kemanusiaan sehingga
manakala iptek tidak sejalan dengan nilai ketuhanan dan
kemanusiaan, biasanya terjadi penolakan. Contohnya,
penolakan masyarakat atas rencana pembangunan pusat
pembangkit listrik tenaga nuklir di semenanjung Muria
beberapa tahun yang lalu. Penolakan masyarakat terhadap PLTN
di semenanjung Muria didasarkan pada kekhawatiran atas
kemungkinan kebocoran Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di
Chernobyl Rusia beberapa tahun yang lalu.
3. SUMBER POLITIS PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU DI INDONESIA
Sumber politis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia
dapat dirunut ke dalam berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para
penyelenggara negara. Dokumen pada masa Orde Lama yang meletakkan
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan atau orientasi ilmu, antara lain
dapat dilihat dari pidato Soekarno ketika menerima gelar Doctor Honoris
Causa di UGM pada 19 September 1951, mengungkapkan hal sebagai berikut:
“Bagi saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan
untuk mengabdi kepada praktik hidup manusia, atau praktiknya bangsa, atau
praktiknya hidup dunia kemanusiaan. Memang sejak muda, saya ingin
mengabdi kepada praktik hidup manusia, bangsa, dan dunia kemanusiaan itu.
Itulah sebabnya saya selalu mencoba menghubungkan ilmu dengan amal,
menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan sehingga pengetahuan ialah
untuk perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan. Ilmu dan amal
harus wahyu-mewahyui satu sama lain. Buatlah ilmu berdwitunggal dengan
amal. Malahan, angkatlah derajat kemahasiswaanmu itu kepada derajat
mahasiswa patriot yang sekarang mencari ilmu, untuk kemudian beramal terus
menerus di wajah ibu pertiwi” (Ketut, 2011).
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pada zaman
Orde Lama belum secara eksplisit dikemukakan, tetapi oleh
Soekarno dikaitkan langsung dengan dimensi kemanusiaan dan
hubungan antara ilmu dan amal. Selanjutnya, pidato Soekarno
pada Akademi Pembangunan Nasional di Yogyakarta, 18 Maret
1962, mengatakan hal sebagai berikut:
“Ilmu pengetahuan itu adalah malahan suatu syarat mutlak pula,
tetapi kataku tadi, lebih daripada itu, dus lebih mutlak daripada
itu adalah suatu hal lain, satu dasar. Dan yang dimaksud dengan
perkataan dasar, yaitu karakter. Karakter adalah lebih penting
daripada ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tetap adalah
suatu syarat mutlak Tanpa karakter yang gilang gemilang, orang
tidak dapat membantu kepada pembangunan nasional, oleh
karena itu pembangunan nasional itu sebenranya adalah suatu
hal yang berlangit sangat tinggi, dan berakar amat dalam sekali.
Berakar amat dalam sekali, oleh karena akarnya itu harus
sampai kepada inti-inti daripada segenap cita-cita dan perasaan-
perasaan dan gandrungan-gandrungan rakyat” (Soekarno, 1962)
Pada zaman Orde Baru, Presiden Soeharto menyinggung masalah
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu ketika
memberikan sambutan pada Kongres Pengetahuan Nasional IV, 18
September 1986 di Jakarta sebagai berikut:
“Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabdikan kepada manusia
dan kemanusiaan, harus dapat memberi jalan bagi peningkatan
martabat manusia dan kemanusiaan. Dalam ruang lingkup nasional,
ilmu pengetahuan dan teknologi yang ingin kita kuasai dan perlu
kita kembangkan haruslah ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bisa memberi dukungan kepada kemajuan pembangunan nasional
kita. Betapapun besarnya kemampuan ilmiah dan teknologi kita dan
betapapun suatu karya ilmiah kita mendapat tempat terhormat pada
tingkat dunia, tetapi apabila kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi itu tidak dapat membantu memecahkan masalahmasalah
pembangunan kita, maka jelas hal itu merupakan kepincangan,
bahkan suatu kekurangan dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan
dan teknologi” (Soeharto, 1986: 4).
Pada era Reformasi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam
sambutan pada acara silaturrahim dengan Akademi Ilmu Pengetahuan
Indonesia (AIPI) dan masyarakat ilmiah, 20 Januari 2010 di Serpong. SBY
menegaskan sebagai berikut:
Setiap negara mempunyai sistem inovasi nasional dengan corak yang
berbeda dan khas, yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-
masing. Saya berpendapat, di Indonesia, kita juga harus mengembangkan
sistem inovasi nasional, yang didasarkan pada suatu kemitraan antara
pemerintah, komunitas ilmuwan dan swasta, dan dengan berkolaborasi
dengan dunia internasional. Oleh karena itu, berkaitan dengan pandangan
ini dalam waktu dekat saya akan membentuk komite inovasi nasional,
yang langsung bertanggungjawab kepada presiden, untuk ikut memastikan
bahwa sistem inovasi nasional dapat berkembang dan berjalan dengan
baik. Semua ini penting kalau kita sungguh ingin Indonesia menjadi
knowledge society. Strategi yang kita tempuh untuk menjadi negara maju,
developed country, adalah dengan memadukan pendekatan sumber daya
alam, iptek, dan budaya atau knowledge based, Resource based and
culture based development” (Yudhoyono, 2010).
Habibie dalam pidato 1 Juni 2011 menegaskan bahwa
penjabaran Pancasila sebagai dasar nilai dalam
berbagai kebijakan penyelenggaraan negara
merupakan suatu upaya untuk mengaktualisasikan
Pancasila dalam kehidupan (Habibie, 2011: 6).

Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan isi pidato para penyelenggara
negara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
sumber politis dari Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan iptek lebih bersifat apologis karena
hanya memberikan dorongan kepada kaum intelektual
untuk menjabarkan nilai-nilai Pancasila lebih lanjut.
D. Membangun Argumen tentang
Dinamika dan Tantangan Pancasila
sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
1. ARGUMEN TENTANG DINAMIKA PANCASILA SEBAGAI DASAR
PENGEMBANGAN ILMU

Pancasila sebagai pengembangan ilmu belum


dibicarakan secara eksplisit oleh para
penyelenggara negara sejak Orde Lama sampai
era Reformasi. Para penyelenggara negara pada
umumnya hanya menyinggung masalah
pentingnya keterkaitan antara pengembangan ilmu
dan dimensi kemanusiaan (humanism).
2. ARGUMEN TENTANG TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI DASAR
PENGEMBANGAN ILMU
Ada beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai dasar
pengembangan iptek di Indonesia:
a. Kapitalisme yang sebagai menguasai perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
Akibatnya, ruang bagi penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu menjadi terbatas. Upaya bagi pengembangan sistem
ekonomi Pancasila yang pernah dirintis Prof. Mubyarto pada 1980-an belum
menemukan wujud nyata yang dapat diandalkan untuk menangkal dan
menyaingi sistem ekonomi yang berorientasi pada pemilik modal besar.
b. Globalisasi yang menyebabkan lemahnya daya saing bangsa Indonesia dalam
pengembangan iptek sehingga Indonesia lebih berkedudukan sebagai konsumen
daripada produsen dibandingkan dengan negaranegara lain.
c. Konsumerisme menyebabkan negara Indonesia menjadi pasar bagi produk
teknologi negara lain yang lebih maju ipteknya. Pancasila sebagai
pengembangan ilmu baru pada taraf wacana yang belum berada pada tingkat
aplikasi kebijakan negara.
d. Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri, yaitu: workability (keberhasilan),
satisfaction (kepuasan), dan result (hasil) (Titus, dkk., 1984) mewarnai perilaku
kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi
Pancasila sebagai Dasar Nilai
Pengembangan Ilmu untuk Masa Depan
1. ESENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI
PENGEMBANGAN ILMU
Hakikat Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
IPTEK dikemukakan Prof. Wahyudi Sediawan sebagai
berikut:
• Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan
kesadaran bahwa manusia hidup di dunia ibarat
sedang menempuh ujian dan hasil ujian akan
menentukan kehidupannya yang abadi di akhirat nanti.
Salah satu ujiannya adalah manusia diperintahkan
melakukan perbuatan untuk kebaikan, bukan untuk
membuat kerusakan di bumi.
• Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
memberikan arahan, baik bersifat universal maupun
khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di Indonesia.
Asas kemanusiaan atau humanisme menghendaki agar
perlakuan terhadap manusia harus sesuai dengan
kodratnya sebagai manusia, yaitu memiliki keinginan,
seperti kecukupan materi, bersosialisasi, dan
eksistensinya dihargai. Hakikat kodrat manusia yang
bersifat mono-pluralis, sebagaimana dikemukakan
Notonagoro, yaitu terdiri atas jiwa dan raga (susunan
kodrat), makhluk individun dan sosial (sifat kodrat), dan
makhluk Tuhan dan otonom (kedudukan kodrat)
memerlukan keseimbangan agar dapat
menyempurnakan kualitas kemanusiaannya.
• Sila ketiga, Persatuan Indonesia memberikan
landasan esensial bagi kelangsungan Negara
Kesatauan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu,
ilmuwan dan ahli teknik Indonesia perlu
menjunjung tinggi asas Persatuan Indonesia ini
dalam tugas-tugas profesionalnya. Kerja sama
yang sinergis antarindividu dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing akan
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi
daripada penjumlahan produktivitas individunya
(Wahyudi, 2006: 66).
• Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan memberikan
arahan asa kerakyatan, yang mengandung arti
bahwa pembentukan negara republik
Indonesia ini adalah oleh dan untuk semua
rakyat Indonesia. Setiap warga negara
mempunyai hak dan kewajiban yang sama
terhadap negara. Demikian pula halnya
dengan ilmuwan dan ahli teknik wajib
memberikan kontribusi sebasar-besarnya
sesuai kemampuan untuk kemajuan negara.
• Sila keempat ini juga memberi arahan dalam
manajemen keputusan, baik pada tingkat nasional,
regional maupun lingkup yang lebih sempit (Wahtudi,
2006: 68). Manajemen keputusan yang dilandasi
semangat musyawarah akan mendatangkan hasil yang
lebih baik karena dapat melibatkan semua pihak
dengan penuh kerelaan.
• Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia memberikan arahan agar selalu diusahakan
tidak terjadinya jurang (gap) kesejahteraan di antara
bangsa Indonesia. Ilmuwan dan ahli teknik yang
mengelola industri perlu selalu mengembangkan
sistem yang memajukan perusahaan, sekaligus
menjamin kesejahteraan karyawan (Wahyudi, 2006:
69).
2. URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

Pentingnya Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu,


meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Perkembangan ilmu dan teknologi di Indonesia dewasa ini tidak
berakar pada nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendiri
sehingga ilmu pengetahuan yang dikembangkan di Indonesia
sepenuhnya berorientasi pada Barat (western oriented).
b.Perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia lebih berorientasi
pada kebutuhan pasar sehingga prodi-prodi yang “laku keras” di
perguruan tinggi Indonesia adalah prodi-prodi yang terserap oleh
pasar (dunia industri).
c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
belum melibatkan masyarakat luas sehingga hanya
menyejahterakan kelompok elite yang mengembangkan ilmu
(scientist oriented).
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,
BERBANGSA DAN BERNEGARA
Pancasila Paradigma Pembangunan
Iptek
Paradigma mempunyai pengertian kerangka
berpikir, sumber nilai, dan orientasi arah.
Pembangunan nasional adalah upaya
bangsa untuk mencapai tujuan nasionalnya
sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan
UUD 1945.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan
nasional menganduing arti bahwa segala
aspek pembangunan harus mencerminkan
nilai-nilai Pancasila.
Konsep yang harus diperhatikan dalam
kedudukan Pancasila sebagai paradigma
pembangunan Nasional
• Pancasila harus menjadi kerangka kognitif
dalam identifikasi diri sebagai bangsa.
• Pancasila sebagai landasan pembangunan
nasional
• Pancasila merupakan arah pembangunan
nasional
• Pancasila merupakan etos pembangunan
nasional
• Pancasila sebagai moral pembangunan
Prinsip Pembangunan Nasional
Hormat terhadap keyakinan religius setiap
orang
Hormat terhadap martabat manusia sebagai
pribadi atau subyek (manusia seutuhnya)
Kesatuan sebagai bangsa yang melayani
segala bentuk sektarianisme
Nilai-nilai yang terkait dengan demokrasi
konstitusional.
Keadilan sosial yang mencakup persamaan
dan pemerataan
Pancasila Sebagai Paradigma
Pengembangan Ipoleksosbudhankam
Ideologi
Dalam pengembangan Pancasila sebagai
ideologi harus memandang sebagai ideologi
yang dinamis yang dapat menangkap tanda-
tanda perkembangan zaman dan perubahan
zaman.
Untuk itu kita harus memperhatikan peranan
dan dan kedudukan Pancasila yaitu:
1.Pancasila sebagai ideologi terbuka
2.Wawasan kebangsaan (nasionalisme)
Pengembangan Politik
Dalam usaha membangun kehidupan
politik, maka perlu dikembangkan:
1.Sistem politik nasional yang berkedaulatan
rakyat, demokratis, dan terbuka
2.Kemandirian partai politik dalam
memperjuangkan kepentingan rakyat
3.Pendidikan politik kepada masyarakat
4.Pemilu yang lebih berkualitas
Pengembangan Sosial Budaya
Pancasila dapat menjadi credible yaitu
dimana masyarakat mengalami secara nyata
realisasi dari prinsip-prinsip yang terkandung
dalam pancasila, melalui cara:
1. Dihormati martabatnya sebagai manusia
2.Diperlakukan secara manusiawi
3.Mengalami solidaritas
4.Kesempatan untuk berpartisipasi dalam politik
5.Kesejahteraan yang layak sebagai manusia
Pengembangan Ekonomi
Pengembangan dan peningkatan mutu
SDM terdiri atas beberapa kriteria kualitas
SDM yang dibutuhkan, yaitu:
1.Memiliki kemampuan dasar untuk
berkembang
2.Mampu menggunakan Iptek untuk
mengelola SDA secara efektif efisien,
lestari.
3.Memiliki etos profesional
Pengembangan Hankam
Pembangunan nasional tak terlepas dari
ketahanan nasional, yaitu perwujudan cita-
cita banhsa yang terjabar sebagai berikut:
1.Nilai-nilai fundamental pribadi yang
menyangkut pribadi warga negara
2.Nilai-nilai yang menyangkut sistem/struktur
kehidupan masyarakat
3.Nilai-nilai yang menyangkut interaksi antara
pribadi-pribadi warga negara dan
sistem/struktur kehidupanmasyarakat
Bentuk Pelaksanaan Pancasila
• Pelaksanaan/pengamalan Pancasila dibedakan
dalam dua bentuk pelaksanaan, yaitu:
1.Pelaksanaan objektif, yaitu pelaksanaan yang
dilakukan oleh penguasa negara yang berwenang
dengan cara menjabarkan Pancasila tersebut
kedalam peraturan perundang-undangan.
2.Pelaksanaan subjektif, yaitu pelaksanaan yang harus
dilakukan oleh setiap warga negara Indonesia dan
penduduk dengan cara mematuhi dan melaksanakan
peraturan perundang-undangan yang ada.
Pengamalan Pancasila Sebagai Dasar
Negara
• Yaitu berupa pelaksanaan pancasila
dalam wujud tingkah laku, tindak
tanduk, ataupun perbuatan-perbuatan
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam negara
Indonesia.
• Pengamalan Pancasila sebagai dasar
negara mempunyai sanksi hukum.
Pengamalan Pancasila Sebagai
Pandangan Hidup
• Pengamalan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia,
berarti Pancasila dipergunakan
sebagai pedoman hidup dalam hidup
sehari-hari, dimana dalam sikap hidup
dituntut oleh kelima sila dari
Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai