Anda di halaman 1dari 11

Latar Belakang

Pendidikan samapi saat ini masih tetap merupakan suatu masalah yang paling menonjol
dalam setiap usaha pembaharuan system pendidikan. Oleh karena itu perubahan dan
perkembangan pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi untuk meningkatkan sumber daya
manusia. PKn sebagai salah satu pelajaran disetiap jenjang pendidikan formal memiliki peranan
penting, sebab PKn merupakan sarana berpikir logis, analitis dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama.
Menurut Zamroni (Dodisupandi, 2005:7) bahwa pengertian pendidikan Kewarganegaraan
adalah Pendidikan demokratis yang berujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir
kritis dan berindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi muda.
Salah satu komponen penting yang berkaitan dengan proses pembelajaran, guru dituntut
kreatif dalam memilih metode-metode pembelajaran yang ada saat ini. Metode pembebelajaran
merupakan cara dan pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga tujuan dari
materi yang diajarkan dapat sampai kesiswa dengan harapan. Selain itikeberhasilan belajar siswa
sangat tergantung pada siswa itu sendiri, karena dipengaruhi oleh beberapa factor yang
diantaranya adalah ksesiapan belajar, penguasaan materi, minat dan sarana belajar. Hal ini
snagat diperlukan agar aktivitas belajar siswa menjadi lebih meningkat.
Berdasrakan observasi awal peneliti yang juga sebagai salah satu guru PKn si sekolah ini,
(Ibu Muliati, S.Pd) Bahwa sebagian besar siswa kurang aktif di kelas yang ditinjukan oleh
beberapa hal antara lain: Siswa jarang bertanya pada guru, malu bertanya kepada temannya,
tidak berani mengeluarkan pendapat serta kurangnya minat dan perhatian terhadap kegiatan
pembelajaran. Selanjutnya peneliti mengamati ternyata dalam proses pembelajaran terkadang
guru kurang memperhatikan kondisi siswa, akibatnya aktivitas belajar siswa di kelas menjadi
berkurang.
Mencermati hal tersebut, maka upaya yang dilakukan oleh peneliti adalah merencang suatu
pembelajaran yang sifatnya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya dalam
pemeblajaran PKn yaitu dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Menurut sugiyanto
(Zakaria, 2008:35) Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning” adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk berkerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Jadi pembelajaran Kooperatif
adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil dimana siswa dalam
satu kelompok saling bekerja sama memecahkan masalah, serta membantu siswa dalam melatih
kemampuan komunikasi. Salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan
kemampuan berkomunikasi siswa adalah pembelajaran kooperatif Question Student have
(pertanyaan siswa) ‘’ salah satu cara melatih keterampilan berkomunikasi adalah dengan melatih
siswa mengajukan pertanyaan, membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan dan menyangga
pertanyaan dengan bahsa yang santun’’. Depdiknas (Aan Choto 2003:9)
Berdasrkanpendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Question Student Have bisa membuat
siswa aktif dalam proses pembelajaran dimana setiap siswa diwajibkan untuk membuat
pertanyaan.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang desainnya mengacu
pada model kemmis dan MC. Taggart (Depdikbud, 1992:21), terdiri atas empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah Kelas XII
MIPA 1 yang berjumlah 25 orang siswa. Jenis data yang diperoleh berupa data kualitatif yang
diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan. Sementara data kuantitatif
diperoleh dari aktivitas siswa.
Kriteria keberhasilan tindakan penelitian ini adalah setiap komponen aktivitas guru dan siswa
berada pada kategori minimal baik. Pada siklus 1 dan suklus 2 siswa dikatakan mampu apabila
aktivitas belajar siswa meningkat
Hasil Penelitian
Untuk keperluan penelitian maka peneliti melakukan orientasi awal dengan guru mata
pelajaran PKN di SMA Negeri 5 Palu. Dari hasil pengamatan peneliti bahwa proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru masih menggunakan metode ceramah, sehingga
terlihat beberapa orang siswa tidak begiti memperhatikan materi yang disampaikan guru PKn.
Hal tersebut dapat dilihat dari kurang aktifnyasiswa di kelas, sebagian siswa memberikan tatapan
kosong, tidak mencatat materi yang disampaikan oleh guru, tidak ada siswa yang bertanya atau
mengemukakan pendapatnya.
Menjelang akhir pembelajaran guru PKn memberikan pertanyaan kepada siswa terkait
materi yang baru saja dijelaskan. Dari 25 siswa di kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 5 Palu hanya 5
siswa saja yang dapat memberikan jawaban dan satu orang siswa yang dapat menyimpilkan.
Sebagian besarnya tidak dapat mengungkapkan pendapatnya. Hal tersebut memberikan
gambaran pada peneliti bahwa metode yang digunakan guru PKn pada proses pembelajaran di
kelas belum dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat, menggali
minat dan perhatian siswa dalam belajar serta keaktifan siswa dalam bertanya pada mata
pelajaran PKn.
Pelaksanaan tindakan penelitian pada siklus 1 menggunakan pembelajaran Kooperatif
tipe question student have dan diperoleh hasil aktivitas belajar siswa pada pembelajaran PKn di
kelas XII MIPA SMA Negeri 5 palu masih kurang. Hal ini dapat dilihat hasil lembar observasi
aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran 60% pertemuan pertama dan 69% pada pertemuan
kedua. Peroleh skor pertemuan pertama siklus I adalah 35 dan pertemuan kedua 39. Skor tersebut
diperoleh dari jumlah descriptor yang muncul dari keseluruhan deskriptor adalah 56, yang
dihitung berdasrkan jumlah indikator yang diamati dikali dengan jumlah deskroptor. Skror 3 dan
2 ditampilkan pada table di atas pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua menjelaskan
tentang jumlah skor yang muncul pada lembar observasi. 3 skor descriptor yang muncul
diartikan baik sementara 2 skor yang muncil diartikan kurang baik.
Berdasrkan perhitungan siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua diperoleh hasil
aktivitas belajar siswa sebesar 60% dan 60%. Jika melihat kriteria keberhasilan pada siklus I
maka aktivitas belajar siswa masuk pada kategori kurang. Aktivitas belajar siswa masih
dikatakan kurang pada proses pembelajaran dilihat hari tingkat partisipasi siswa mengikuti
pembelajaran. Dari 25 siswa kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 5 Palu hanya 7 siswa yang berani
memberikan jawaban (Ridho. Akbar, endah, Ikha, Razak,Sinta, Sucita ), siswa yang mampu
mengemukakan pendapat 8 orang (Ridha,Ikha,Akbar,Atiks, Alma, Karmila, Sucitaa, Heni) dan
sering terlihat melakukan interaksi dengan temannya 10 orang (Ridho, Akbar, Sinta, Yana, alma,
Dini, Ikha, Razak, heni, Lestari) dan memiliki perhatian pada saat proses pembelajaran
berlangsung adalah 13 siswa (Ridho, Akbar, ikha, Karmila, Rzak, Sinta, Sucianti, Lestari, Yana,
Alma, Dini, heni, Atika). Hal ini menunjukkan pembelajaran kooperatf tipe question student
have belum optimal.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dan II setiap siklus terdiri dari II pertemuan,
pada pertemuan pertama siklus 1 peneliti manyajikan pembahasan tentang penyimpanannya
Terhadap UUD 1945. Sedangkan pada pertemuan siklus II, peneliti menyajikan pembahasan
tentang kajian terhadap amandemen UUD 1945 dengan Alokasi waktu 2 kali 45 menit
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe
Question Student Have diperoleh hasil observasi guru pada pertemuan pertama adalah jumlah
skor sebnyak 39 dan pertemuan kedua jumlah skor 44 dari jumlah keseluruhan skor descriptor
yaitu 64. Hasil perolehanpenggunaan pembelajaran Kooperatif tipe question student have pada
pertemuan pertama 60,93% dan pertemuan kedua 68,75%. Skor yang diperoleh pada siklus I
pertemuan pertama dan pertemuan kedua yaitu dari hasil jumlah descriptor yang muncul pada
lembar observasi. Pada table diatas ditampilkan skor 4,3 dan 2 skor tersebut siartikan, jika 4
deskriptor yang muncul sangat baik, jika3 deskriptor yang muncul baik dan jika 2 deskriptor
yang muncul kurang.
Dengan demikian keberhasilan tindakan pada siklus I melihat hasil observasi pelaksanaan
pembelajaran guru dengan menggunkan pembelajaran kooperatif tipe question student have
berada dalam kategori kurang.
Pelaksanaan proses pembelajaran guru yang dikatakan kurang dimana guru tidak selalu
memberikan motivasi dan arahan kepada siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
prosedur QSH. Guru jarang melakukan refleksi kegiatan pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan kepada setiap anggota kelompok terkait materi penyimpangan terhadap UUD 1945.
Dari hasil pembelajaran siklus I peneliti melakukan wawancara terhadap siswa kelas XII
MIPA 1 SMS Negeri 5 Palu, (Ridho, Fadil, Dini, Ikha, dan Lestari). Mewawancara siswa
dilakukan peneliti untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe
question student have
1. Bagaimana pendapat kalian tentang kooperatif tipe question student have ?
2. Apakah menurut kalian pembelajaran ini menyenangkan?
3. Apakah kalian memiliki minat dan perhatian setelah mengikuti model pembelajaran ini?
Berdasrkan Hasil wawancara di atas siswa menyatakan, pembelajaran kooperatif tipe
question student have menyenangkan dan bagus digunakan pada proses pembelajaran. Hal itu
menarik menurut mereka siswa yang mengajukan pertanyaan tidak hanya terpaku pada siswa
yang selalu dominan bertanya di kelas, tetapi semua siswa diwajibkan untuk membuat dan
mengajukan pertanyaan. Beberapa siswa juga mengatakan interaksi mereka baik secara
individual maupun kelompok lebih baik dimana mereka saling bertukar pendapat terkait
dengan materi yang belum dipahami. Diantara mereka masih ada siswa yang belum
memahami bagaimana membuat pertanyaan. Masih ada siswa yang pertanyaan diambil dari
soal yang ada dibuku cetak, pertanyaan tidak terkait materi yang disampaikan pada saat itu.
Hasil refleksi siklus I memberikan gambaran pada peneliti bahwa terlihat banyak dari
beberapa siswa mengalami kegagalan yaitu dalam membuat soal siswa terlihay kurang
memahami dan cenderung mengambil pertanyaan dari soal-soal yang ada pada Buku cetak atau
LKS. Kurangnya siswa yang berpartisipasi dalam memberikan tanggapan atau jawaban atas
pertanyaan-pertanyaansiswa lain. Kebiasaan siswa yang sering mengharap siswa lain untuk
menjawab. Hal tersebut disebabkan belum mempunyai siswa dalam memahami prosedur dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe question student
have.
Berdasarkan hasil observasi peneliti, dapat disimpulkan dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif question student have dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Dendan melihat hasil pada pertemuan pertama siklus II skor yang didapatkan adalah 42 dan pada
pertemuan kedua skor yang diperoleh adalah sejumlah 50. Skor tersebut di peroleh dari jumlah
keseluruhan descriptor yang muncul pada lembar observasi, dengan jumlah keseluruhan
descriptor 56. Skor 3 dan 4 yang ditampilkan menjelaskan jika 4 deskriptor yang muncul sangat
baik dan jika 3 deskriptor yang muncul baik.
Selanjutnya hasil pengelolaan dan aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama 75%
dan pada pertemuan kedua di peroleh 89,3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan yang siknifikan sehingga apabila kriteria keberhasilan pada siklus ke II aktivitas
belajar siswa pada pembelajaran PKn di SMA Negeri 5 Palu XII MIPA 1 berada pada kategori
sangat baik.
Aktivitas belajar siswa pada siklus II sudah mengalami peningkatan, hal tersebut terlihat
dari 25 siswa 10 siswa sudah berani menjawab pertanyaan (Ridho, Akbar, Razak, Ikha, Alma,
Mutmainah, Sinta, Karmila, Dadang Sucita), 13 siswa sedah berani mengemukakan pendapat di
depan teman-temannya dan guru (Ridho, Akbar, Alma, Misra, Sucita, Dini, Sinta, Endah, Fadli,
Karmila, Fitria, Dadang, Yana),18 orang intes melakukan interaksi dengan teman
sekelompoknya Fadli, Yana, Sinta, Alma, Yusran, Cici, Razak, Ridho, Akbar, Zultika, Ikha,
Sucita, Dini, Endah, Karmila, Sistian, Mutmainah) kemudian 22 siswa sudah memiliki minat dan
perhatian dalam mengikuti proses pembelajaran (Ridho, Karmila, Akbar, Ikha, Razak, Dini
Endah, Mutmainah, cici, Sinta, Susmita, Zultika, Yusran, Fadli, Yana, Alma, Karmila, Dadang,
Sistin, Lasri, Lilis).
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat dilihat dari pembelajaran guru dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe question student have dan diperoleh hasil observasi
guru pada tindakan siklus II menunjukkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe question student have pada pembelajaran PKn di kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 5 Palu
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hak ini melihat pada pertemuan pertama siklus II
jumlah skor 48 dan pertemuan kedua skor 54 dari jumlah keseluruhan deskriptor 64. Skor
perolehan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua diperoleh dari jumlah descriptor yang
muncul pada lembar observasi.
Hasil memperoleh data dari pelaksanaan pembelajaran guru dengan menggunkan
pembelajaran kooperatif tipe question student have pada pertemuan pertama 75% dan pada
pertemuan kedua adalah 84,4% dengan demikian dapat disimpulkan pelaksanaan pembelajaran
guru disiklus I sampai dengan siklus II terjadi peningkatan yang seknifikan dengan melihat
keberhasilan tindakan pada siklus II maka pelaksanaan pembelajaran guru dengan menggunkan
kooperatif tipe question student have dalam kategori baik
Wawancara
Setelah selesai tindakan siklus II peneliti kembali mewawancarai guru sebagai pelaksana
(Muliati, S.Pd Tanggal 01Desember 2017) dan siswa untuk mengetahui sejauh mana perubahan
yang mereka dapatkan setelah pelaksanaan tindakan siklus II. Gurupun menjelaskan bisa
memahami pembelajaran kooperatif tipe question student have. Beliua menuturkan
pembelajaran ini baik digunakan untuk siswa yang tidak memiliki keberanian dalam bertanya.
Memudahkan untuk guru mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa dalam menyerap
setiap materi yang dijelaskan.
Selesai mewawancarai guru peneliti kembali melanjutkan untuk mewawancarai siswa
(Ridho, Fadil, Dini, Ikha, Mutmainah dan Lasri) Mereka mengatakan bahwa mereka sudah bisa
memahami dab mengikuti pembelajaran dengan kooperatif tipe question student have, dengan
adanya pembelajaran seperti ini siswa lebih berani dalam bertanya pada guru dan teman-teman,
dapat mengembangkan diri untuk lebih berani dalam mengemukakan pendapat. Kamipun merasa
lebih akrab lagi lagi ketika kami berada dalam kelompok mendiskusikan hal-hal yang belum
dipahami.
Pembahasan
Hasil penelitian aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn melalui pembelajaran
kooperatif tipe question student have perlu ditingkatkan lagi. Berdasrkan observasi pada siklus 1,
dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang dibuat siswa dimungkinkan untuk dijadikan bahan
evaluasi siswa. Kurang optimalnya pembelajaran pada siklus 1 disebabkan pembelajaran
kooperatif tipe question student have belum pernah digunakan pada proses pembelajaran pada
mata pelajaran PKn.
Selanjutnya hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I masih kurang terlihat dari
jumlah siswa yaiti 25 yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan, hanya 7 siswa
berani memberikan jawaban (Ridho, Akbar, Endah, Ikha, Razak, Sinta, Sucita) siswa yang
mampu mengemukakan pendapat 8 orang (Ridho, Ikha, Akbar, Atika, Alma, Karmila, Sucita,
Heni) dan yang sering terlihat intes melakukan interaksi dengan temanya 10 siswa (Ridho, akbar,
Sinta, Yana, alma, Dini, Ikha, Razak, Heni, Lasri) dan memiliki perhatian pada saat proses
pembelajaran berlangsung adalah 13 siswa (Ridho, Akbar, Ikha, Karmila, Razak, Sinta, Suciati,
Lasri Yana,Alma, Dini, Heni, Atika).
Pelaksanaan aktivitas belajar siswa pada siklus I dapat dilihat dari hasil presentase nilai rata-
rata yaitu pada pertemuan pertama 60% dan pertemuan kedua adalah 69%. Bila dilihat dari hasil
aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua kriteria penilain berada
pada kategori kurang. Sehingga peneliti melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya.
Sesuai dengan perencanaan penelitian apabila ada siklus I belum mencapai kriteria yang
diharapkan peneliti maka dilanjutkan para penelitian siklus kedua. Pelaksanaan proses belajar
PKn melalui pemeb;ajaran kooperatif tipe question student have pada siklus kedua ini telah
terjadi peningkatan hal tersebut terlihat pada observasi aktivitas belajar siswa yang terlihat pada
kegiatan awal, inti dan penutup. Dari keseluruhan jumlah siswa 25 orang, 10 siswa sudah berani
menjawab pertanyaan (Ardiyansah, Alen, Amalia, Dewi, I wayan, Kisman, Leni, Muhammad
trisakti, Pratiwi, Sucita). 13 siswa sudah berani mengemukakan pendapat di depan teman-
temannya (Ridho, Akbar, Alma, Misra, Sucita, Dni, Sinta, Enda, Fadli, Karmila, Fitra, Dadang,
Yana). Terilahat 18 orang siswa Intens melakukan interaksi dengan sekelompoknya kemudian
(Fadil, Yana, Sinta, Alma, Yusran, Cici, Razak, Ridho, Akbar, Sultika, Ikha, Sucita, Dini, Enda,
Karmila, Sistin, Mutmainah) dan 22 siswa sudah memiliki minat dan perhatian dalam mengikuti
proses pembelajaran (Ridho, Karmila, Akbar, Ikha, Razak, Dini, Enda, Mutmainah, CIci, Sinta,
Susmita, Sultika, Yusran, Fadil, Yana, Alma, Karmila, Dadang, Sistin, Fitra, Lasri, Lilis).
Siklus kedua ini pertanyaan lebih banyak ditanyakan pada siswa adalah (1) bagaimana jika
UUD 1945 tidak diamandemen, jelaskan ? ;(2) apakah yang dimaksud dengan agenda reformasi;
(3) apa tujuan perubahan ? ; (4) apakah yang melatar belakangi adanya perubahan UUD 1945?
Hasil nilai pada siklus II aktivitas belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe question
student have pada mata pelajaran PKn terlihat pada pertemuan pertama 75% dan pertemuan
kedua 89,3% sehingga hasil penelitian ini berada pada kategori sangat baik.
Guru merupakan komponen utama dalam pendidikan sehingga diaharpkan mampu mengikuti
setiap perkembangan dalm pendidikan bahkan dapat melampaui perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Pentingnya guru dalam
pelaksanaan pembelajaran mendorong untuk lebih memahami konsep, prinsip, tujuan, fungsi,
jenis-jenis evaluasi, pengembangan model dan metode pembelajaran serta pentingnya
perkembangan media dan sumber belajar yang dapat mempengaruhi sejauh mana keberhasilan
proses pembelajaran di kelas. Cara yang ditempuh oleh guru dalam meningkatkan aktivitas
belajar siswa yaitu dengan cara pelaksanaan pembelajaran menggunkaan pembelajaran
kooperatif tipe question student have.
Melihat hasil observasi pada siklus 1 dengan pokok bahasan “penyimpangan terhadap UUD
1945” dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Tipe question student have pada proses
pembelajaran PKn di kelas XII MIPA. 1, hasil belum didapatkan maksimal. Hasil obseravsi
yang dilakukan terhadap pelaksanaan Pembelajaran guru dalam meningkatkan aktivitas belajar
siswa secara umumdapat dikategorikan kurang. Hasil pelaksanaan pembelajaran guru pada
siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua yaitu 60,9 % dan 68,75%. Hal ini terlihat dari
16 aspek penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran guru pada aspek penilain yang perlu
ditingkatkan.
Aspek pertama, menyediakan sumber belajar. Dalam menyediakan sumber belajar guru
seharusnya lebih memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan infokus yang ada dikelas 12
MIPA. MIPA 1 dan memanfaatkan teknologi yang berkembang saat ini yaitu internet sebagai
sumber belajar. Sehingga informasi pengetahuan yang didapatkan siswa lebih berfariasi dan
berkembang.
Aspek kedua, memotivasi siswa. Proses pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa
ketika diberikan perhatian dan kesempatan untuk lebih menggali kemampuannya, sehingga
dalam mengikuti pembelajaran siswa tumbuh minat dan perhatian.
Aspek ketiga, penulisan pertanyaan terkait materi pokok pembahasan. Guru dalam hal ini
memberikan penjelasan atau arahan terkait penulisan soal haruslah mudah dipahami siswa.
Namun dari hasil observasi siklus I guru tidak terlalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk
memberikan pertanyaan sesuai dengan meteri yang belum di pahami akibat siswa tidak membuat
soal banyak dianatara mereka lebih cenderung menuliskan kembali soal yang ada di buku cetak
dan LKS.
Aspek keempat, membacakan dan mendegarkan pertanyaan. Pada proses ini siswa dalam
membacakan dan memebrikan jawaban atau sanggahan seharusnya guru diberikan penghargaan
dan motivasi kepada siswa sehingga menambah kepercayaan diri siswa untuk lebih berani dan
termotivasi agar lebih baik kedepannya. Bahkan siswa yang pertanyaanya tidak mendapat giliran
dibacakan diberikan motivasi sehingga tidak ada rasa kekecewaan pada siswa tersebut.
Aspek kelima, pengumpulan soal. Guru dalam hal ini lebih terbuka dalam mengarahkan dan
menginformasikan pada siswa bahwa pertanyaan yang tidak sempat dibahas pada pertemmmuan
awal akan dibahas pada pertemuan berikutnya sehingga siswa memiliki kesiapan lebih untuk
dapat memberikan tanggapanannya dan untuk mengapresiasi kemampuan siswa. Guru dapat
menggunakan pertanyaan siswa sebagai evaluasi. Aspek keenam, yaiti tahap pemberian tugas
dimana dalam memberikan post tes siswa lebih diarahkan untuk menyelesaikan setiap soal
denganjawaban yang jelas dan tepat waktu.
Pada siklus II terjadi peningkatan pada semua aspek, kecuali pada aspek media belajar.
Pertemuan pertama diperoleh peningkatan pelaksanaan pembelajaran guru mencapai 75% dan
pada pertemuan kedua 84,4%. Kelemahan dan kendala yang terjadi pada siklus I tidak terjadi
pada siklus ke II, setelah adanya revisi untuk memperbaiki siklus II peningkatan aktivitas terjadi
pada (1) pemberian motivasi, guru telah jauh lebih baik dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk dapat menggali lagi kemampuannya dalam memberikan jawaban. (2) menyesuaikan
pertanyaan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat pertanyaan dan memberikan
jawaban yang diberikan bimbingan oleh guru. (3) membaca dan mendegarkan pertanyaa. Siswa
pada tahap ini diberikan penghargaan dari guru dan teman-teman atas keberanian siswa dan
keatifan siswa mengikuti pembelajaran. (4) mengumpulkan pertanyaan. Sebagian pertanyaan
siswa oleh guru diambil dan digunakan sebagai bahan evaluasi siswa. (5) post tes. Siswa
mengerjakan soal dengan mudah dan tepat waktu.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Kooperatif tipe question student have dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini
dapat ditunjukkan melalui partisipasi siswa dalam membuat pertanyaa, aktifnya siswa dalam
menjawab dan memberikan tanggapan, siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain serta memiliki
minat dan perhatian dalam mengikuti pelajaran PKn. Berdasrkan hasil penelitian yang dilihat
dari lemabar observasi menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan
pertama dan pertemuan kedua adalah 60% dan 69%. Pada pelaksanaan siklus II meningkat, pada
pertemuan pertama 75% dan pertemuan kedua 89,3%. Dalam pelaksanaan pemeblajaran PKn,
guru menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe question student have untuk meningkatkan
aktivitas belajar siswa yang dijadikan dengan dua siklus dan sudah berjalan dengan lancar dan
efektif yang ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian dengan menggunakan lembar obsevasi yang
menunjukkan peningkatan pelaksanaan pembelajaran guru dengan menggunakan kooperati tipe
question student have pada siklus I pelaksanaan pembelajaran guru dapat diperoleh 60,93% pada
pertemuan pertama dan 68.75% pada pertemuan kedua selanjutnya pada siklus kedua pertemuan
pertama dan pertemuan kedua adalah 75% dan 84,4% .
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam rangka perbaikan tindakan serta peningkatan
kualitas pembelajaran PKn di sekolah maka dapat di sampikan saran khususnya guru PKn dalam
proses pemeblajaran di kelas perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan dan menciptakan
sebuah pembelajaran dengan model dan metode yang lebih bervariasi yang disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran serta keadaan dan kondisi siswa serta materi pokok pembahasan.

Anda mungkin juga menyukai