KELOMPOK 11
DISUSUN OLEH:
1.Intan Natasya D3 keperawatan (2314401015)
2.Adela Dwi Putri Shalsabilla Jn D3 keperawatan (2314401026)
3.Penati Leva Yenja D3 keperawatan (2314401034)
4.Ahmad Yogi D3 keperawatan (2314401005)
5.Adinda Aswi Purnama D3 Sanitasi (2313451009)
6. Alifah Halimatus Sa'diah D3 Sanitasi (2313451011)
7.Sasi Adelia Putri D3 Sanitasi (2313451112)
8.Ayu Aulia Dyah Palupi D3 Sanitasi (2313451018)
9.Feni Anggun Andini D3 Sanitasi (2313451027)
10.Gita Ardian Syafitri D3 Sanitasi (2313451029)
11.Imelda Agustina D3 Sanitasi (2313451034)
12.Inge ara della D3 sanitasi (2313451035)
13. Alzena Clarissa Qifta D3 Sanitasi (2313451013)
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Nadirsah Hawari, Lc, M.a
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “KERUKUNAN UMAT BERAGAMA.”Shalawat serta salam saya
sampaikan pada junjungan kita Nabi Muhammas SAW,keluarga dan sahabat beliau,serta
orang orang mukminin yang tetap istiqamah di Jalan-Nya.
Makalah ini dirancang agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang psikologi
khususnya tentang KERUKUNAN UMAT BERAGAMA,yang disajikan berdasarkan
pengamatan dari beberapa sumber.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
karena adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu,
semua kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang
hati.
Penulis
DAFTAR ISI
Pada bab ini menjelaskan tentang (a) Latar Belakang (b) Rumusan Masalah (c) Tujuan (d)
Manfaat
1.1Latar Belakang
Kerukunan beragama bisa dikatakan dengan suatu konsep adanya kehidupan
berdampingan diatas perbedaan agama yang lebih menekankan kepada
kedamaian, dan ketentraman dalam beragama. Banyak masyarakat yang
memahami perbedaan merupakan rasa ketidaknyamaan terutama dalam hal
keyakinan. Ini bisa disebabkan oleh kurangnya analisis dan penjelasan tentang
konsep Kerukunan antara Umat berbeda agama. Kerukunan Antar Umat
Beragama saat ini menjadi sebuah hal yang penting bagi kehidupan beragama di
Indonesia.
Agama yang sebagian orang dianggap sebagai memegang peranan penting
dalam kehidupan masyarakat, yakni sebagai faktor intergratif yang dapat
mempersatu umat beragama. Disisi lain juga agama dapat berubah menjadi
faktor disintergratif yang akan menimbulkan konflik sosial keagamaan, baik
karena interpretasi terhadap agama maupun sengaja dilakukan atas nama agama.
Konflik yang muncul tersebut disebabkan oleh gesekan keyakinan, bahkan
sampai pada level perbedaan agama.
Kedua: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus mencerminkan pola interaksi
antara sesama umat beragama yang harmonis, yakni hubungan yang serasi,”senada dan
seirama”, tenggang rasa, saling menghormati, saling mengasihi, saling menyanyangi,
saling peduli yang didasarkan pada nilai persahabatan, kekeluargaan, persaudaraan, dan
rasa rasa sepenanggungan.
Ketiga: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pada pengembangan
nilai-nilai dinamik yang direpresentasikan dengan suasana yang interaktif, bergerak,
bersemangat, dan gairah dalam mengembalikan nilai kepedulian, kearifan, dan kebajikan
bersama.
Kelima: kualitas kerukunan hidup umat beragama harus diarahkan pula pada
pengembangan nilai produktivitas umat, untuk itu kerukunan ditekankan pada
pembentukan suasana hubungan yang mengembangkan nilai-nilai sosial praktis dalam
upaya mengentaskan kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan, seperti
mengembangkan amal kebajikan, bakti sosial, badan usaha, dan berbagai kerjasama
sosial ekonomi yang mensejahterakan umat.
DAMPAKNYA:
Dampak dari kerukunan umat beragama dengan pemerintah adalah terbentuknya sikap saling
mengenal, sikap saling memahami sikap saling tolong-menolong antarumat beragama. Setiap
pemeluk agama dituntut tidak hanya mengakui keberadaan dan hal agama lain, tetapi terlibat
secara aktif dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna tercapainya kerukunan
hidup bersama.
MODERASI
Dalam masyarakat Indonesia yang multibudaya, sikap keberagamaan yang ekslusif yang
hanya mengakui kebenaran dan keselamatan secara sepihak, tentu dapat menimbulkan gesekan
antar kelompok agama. Konflik keagamaan yang banyak terjadi di Indonesia, umumnya dipicu
adanya sikap keberagamaan yang ekslusif, serta adanya kontestasi antar kelompok agama dalam
meraih dukungan umat yang tidak dilandasi sikap toleran, karena masing-masing menggunakan
kekuatannya untuk menang sehingga memicu konflik. Konflik kemasyarakatan dan pemicu
disharmoni masyarakat yang pernah terjadi dimasa lalu berasal dari kelompok ekstrim kiri
(komunisme) dan ekstrim kanan (Islamisme).
Namun sekarang ini ancaman disharmoni dan ancaman negara kadang berasal dari globalisasi
dan Islamisme, yang oleh Yudi (2014 : 251) disebutnya sebagai dua fundamentalisme : pasar dan
agama. Dalam kontek fundamentalisme agama, maka untuk menghindari disharmoni perlu
ditumbuhkan cara beragama yang moderat, atau cara ber-Islam yang inklusif atau sikap
beragama yang terbuka, yang disebut sikap moderasi beragama. Moderasi itu artinya moderat,
lawan dari ekstrem, atau berlebihan dalam menyikapi perbedaan dan keragaman. Kata moderat
dalam bahasa Arab dikenal dengan al-wasathiyah sebagaimana terekam dari QS.al-Baqarah [2] :
143.
Kata al-Wasath bermakana terbaik dan paling sempurna. Dalam hadis yang juga disebutkan
bahwa sebaik-baik persoalan adalah yang berada di tengah-tengah. Dalam melihat dan
menyelesaikan satu persoalan, Islam moderat mencoba melakukan pendekatan kompromi dan
berada di tengahtengah, dalam menyikapi sebuah perbedaan, baik perbedaan agama ataupun
mazhab, Islam moderat mengedepankan sikap toleransi, saling menghargai, dengan tetap
meyakini kebenaran keyakinan masing-masing agama dan mazhab, sehingga semua dapat
menerima keputusan dengan kepala dingin, tanpa harus terlibat dalam aksi yang anarkis.
Dengan demikian moderasi beragama merupakan sebuah jalan tengah di tengah keberagaman
agama di Indonesia. Moderasi merupakan budaya Nusantara yang berjalan seiring, dan tidak
saling menegasikan antara agama dan kearifan lokal (local wisdom). Tidak saling
mempertentangkan namun mencari penyelesaian dengan toleran. Dalam kontek beragama,
memahami teks agama saat ini terjadi kecenderungan terpolarisasinya pemeluk agama dalam dua
kutub ekstrem. Satu kutub terlalu mendewakan teks tanpa menghiraukan sama sekali
kemampuan akal/nalar. Teks Kitab Suci dipahami lalu kemudian diamalkan tanpa memahami
konteks. Beberapa kalangan menyebut kutub ini sebagai golongan konservatif. Kutub ekstrem
yang lain, sebaliknya, yang sering disebut kelompok liberal, terlalu mendewakan akal pikiran
sehingga mengabaikan teks itu sendiri.
Jadi terlalu liberal dalam memahami nilainilai ajaran agama juga sama ekstremnya. Moderat
dalam pemikiran Islam adalah mengedepankan sikap toleran dalam perbedaan. Keterbukaan
menerima keberagamaan (inklusivisme). Baik beragam dalam mazhab maupun beragam dalam
beragama. Perbedaan tidak menghalangi untuk menjalin kerja sama, dengan asas kemanusiaan
Meyakini agama Islam yang paling benar, tidak berarti harus melecehkan agama orang lain.
Sehingga akan terjadilah persaudaraan dan persatuan anatar agama, sebagaimana yang pernah
terjadi di Madinah di bawah komando Rasulullah SAW. Moderasi harus dipaham
ditumbuhkembangkan sebagai komitmen bersama untuk menjaga keseimbangan yang paripurna,
di mana setiap warga masyarakat, apapun suku, etnis, budaya, agama, dan pilihan politiknya mau
saling mendengarkan satu sama lain serta saling belajar melatih kemampuan mengelola dan
mengatasi perbedaan di antara mereka.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanyakehidupan masyarakat yang
harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong,dan tidak saling bermusuhan agar agama
bisa menjadi pemersatu bangsaIndonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan
kemajuan Negara. Cara menjaga sekaligus mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama
adalah dengan mengadakan dialog antar umat beragama yang didalamnya membahas tentang
hubungan antar sesama umat beragama. Selain ituada beberapa cara menjaga sekaligus
mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama antara lain:
1.Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain.
2.Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahantetapi salahkan
orangnya.
3.Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan mengganggu umatlain yang sedang
beribadah.
4.Hindari diskriminasi terhadap agama lain
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk masyarakat di Indonesia supayamenanamkan sejak dini
pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama agar terciptanya hidup rukun antar sesama
sehingga masyarakat merasa aman, nyaman dan sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA