Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGANTAR DASAR FILSAFAT

Dosen Pengampu:

H. Saepudin, S. Ag M.Pd.I

Rizki Darul Padli


( 21221011256 )

UNIVERSITAS ISLAM AL IHYA KUNINGAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM FAKULTAS ILMU KEISLAMAN
2022/2023
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan ilmu dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pengantar Filsafat
ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian
Akhir mata kuliah Pengantar Filsafat di UNIVERSITAS AL IHYA Kunigan.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini juga dapat menambah wawasan kita mengenai Filsafat yang
ditinjau dari aspek - aspek, khususnya bagi penulis. Penulis menyadari dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Kritik dan saran tentunya sangat
kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah men-support
dalam penulisan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kuningan,1 Juli 2022

Rizki Darul Padli

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................1
Daftar Isi..................................................................................................................2
1.1. Definisi Filsafat.................................................................................................3

2.1. Pengertian Ontologi, Epistemology dan Aksiologi


2.1.1. Ontologi.............................................................................................6
2.1.2. Epistemologi......................................................................................7
2.1.3. Aksiologi............................................................................................9

3.1. Aliran – Aliran Filsafat


3.1.1. Idealisme............................................................................................10
3.1.2 Rasionalisme.......................................................................................11
3.1.3. Realisme.............................................................................................12
3.1.4. Kritisme..............................................................................................13
3.1.5. Positivisme.........................................................................................13
3.1.6. Materialism........................................................................................13
3.1.7. Pragmatisme.......................................................................................14
3.1.8. Eksistensialisme.................................................................................15

3.2 Persamaan dan Perbedaan Aliran – Aliran Filsafat


3.2.1. Persamaan Aliran – Aliran Filsafat....................................................15
3.2.2. Perbedaan Aliran – Aliran Filsafat.....................................................16

Daftar Pustaka..........................................................................................................18

2
1.1 Definisi Filsafat

Sebagian dari kita merasa sukar untuk menjawab tentang definisis


Filsafat, ini bukan dikarenakan sulitnya arti dari kata “Filsafat” itu sendiri,
tetapi karena banyaknya jawaban serta pendapat yang muncul untuk
mendefinisikan tentang apa itu filsafat. (Harun Hadiwijono 1980:7)

Filsafat memiliki banyak definisi – defini yang berbeda – beda dari


tiap pakar, diantara definisi yang ada, beberapa diantaranya memiliki
pemahaman – pemahaman yang sama maupun berbeda tentang apa itu definisi
Filsafat. Definisi dari filsafat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Istilah filsafat merupakan serapan dari bahasa Yunani: “Philosophia


(filosofia)”, berasal dari kata kerja (verb) “filosofein” yang berarti “mencintai
kebijaksanaan”, Philoshopia berasal dari gabungan kata “Philein” yang
berarti cinta dan “Shopia” yang berarti kebijaksanaan. (Muhdi, Ali, dkk.
2012:240)

a. Filsafat adalah sikap terhadap hidup dan alam semesta (Philoshophy is an


attitude toward life and universe). Filsafat merupakan sikap berfikir yang
melibatkan usaha dalam usaha memikirkan masalah hidup dan alam
semesta dari semua sisi yang meliputi kesiapan menerima hidup dan alam
semesta sebagaimana adanya dan mencoba untuk melihatnya secara
keseluruhan hubungan.1
b. Filsafat adalah suatu pengetahuan metodis dan sistematis, yang melalui
jalan refleksi hendak menangkap dan mendapat makna yang hakiki dari
hidup dan dari gejala-gejala hidup sebagai bagian daripadanya.2

1
Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Hal.8
2
Huijbers, Theo. 1982. Fisafat dalam lintasan sejarah : Yogyakarta: Kanisius.
3
c. Filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan
realitas ada dengan mengendalikan akal budi.3
d. Filsafat adalah memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau
tentang hakikat, asas, prinsip dari kenyataan4
e. Filsafat adalah sejarah pemikiran-pemikiran tentang yang esensial
(menyentuh hakikat kenyataan), dan radikal (menyentuh akar kenyataan).5
f. Nasr & Leaman (1996:288): Filsafat (teoritis) adalah tindakan pencarian
kebenaran melalui ilmu pengetahuan.6
g. Filsafat adalah sikap mempertanyakan, sikap bertanya, yaitu bertanya dan
menanyakan sesuatu, mempertanyakan apa saja. Sesungguhnya filsafat
adalah suatu metode sikap bertanya untuk mendapatkan pengetahuan dari
segala sesuatu yang ditanyakan.7
h. Filsafat adalah tempat dimana pertanyaan – pertanyaan dikumpulkan,
diterangkan, dan diteruskan sehingga filsafat disebut juga sebagai ilmu
tanpa batas. Filsafat tidak menyelidiki dari satu sisi saja namun filsafat
juga menyelediki dari berbagai sisi yang menarik perhatian manusia.8
i. Filsafat adalah kegiatan bertanya dan mencari terus tanpa kenal lelah.
Filsafat tidak tidak membuat memperoleh pengetahuan dan erudisi,
namun kita hanya memperdalam ketidaktahuan saja.9
j. REMBRANDT, (1628) Filsafat adalah usaha – usaha bersama untuk
mencari suatu kebenaran.10

3
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Hal.15
4
Berling, R.F. 1966: Filsafat Dewasa Ini: Jakarta: Balai Pustaka. Hal.22
5
Hardiman, F.Budi hardiman. 2004. Filsafat Modern - Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta:
Gramedia
6
Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika Dalam Islam. Yogyakarta: Narasi. Hal. 152
7
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta:
Kanisius. Hal.14
8
Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Hal.10
9
Bertens, K. 2005. Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Teraju. Hal.16
10
Magee, Bryan. 2008. The Story of Philoshopy: Edisi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Hal.6

4
Sesuai dari beberapa definisi filsafat yang telah disebutkan diatas, juga
terdapat persamaan juga perbedaan dalam pengemukaan definisinya, yaitu;
filsafat sama – sama merupakan suatu bentuk kegiatan, sikap serta usaha –
usaha yang dilakukan oleh manusia untuk bertanya, memperoleh,
mendapatkan, mencapai suatu kebenaran juga pengetahuan.

Namun terdapat pula perbedaan diantara beberapa penjelasan definisi


filsafat diatas, seperti pengertian yang dikemukakan oleh K. Bertens dalam
bukunya Panorama Filsafat Modern yang menyatakan bahwa filsafat tidak
akan membuat pelakunya memperoleh pengetahuan, namun hanya akan
memperdalam ketidaktahuan manusia saja karena manusia yang berfilsafat
akan terus menerus mencari dan bertanya – tanya tanpa kenal lelah untuk
mendapatkan dan menunaikan segala misi pertanyaan yang diproduksinya
sehingga akan meningkatkan dan memperdalam ketidaktahuan mereka saja.\

Jadi, filsafat merupakan suatu bentuk tindakan, kegiatan, sikap yang


berusaha ingin mengetahui suatu hakikat kebenaran dengan bertanya –
bertanya tanpa lelah agar dapat memperoleh kebenaran tersebut. Pertanyaan
tersebut akan dikumpulkan hingga dapat membuat pelakunya hanya akan
memperdalam ketidaktahuannya saja, namun semakin banyaknya
ketidaktahuan yang mereka produksi dan kumpulkan, maka hal tersebut akan
membuatnya memperoleh banyak materi untuk bertanya secara filsafat yang
akan berusaha mencari tahu atas pertanyaan yang dikumpulkannya hingga
akhirnya para pelakunya memperoleh pengetahuan juga kebenaran.

5
2.1 Pengertian Ontologi, Epistemology dan Aksiologi
2.1.1 Ontologi

Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: “On” yang berarti
being, dan “Logos” yang berarti logik. Jadi Ontologi adalah The theory of
being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).

Ontologi merupakam kajian filsafat tertua yang berupaya mencari inti


yang ada pada setiap kenyataan atau realitas yang sebenarnya. Ontologi
memiliki objek telaah yaitu Being (yang ada). Jadi ontologi membahas tentang
apa saja yang ada yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu yang
bersifat universal.

a. Lorens Bagus: Menjelaskan yang ada meliputi semua realitas dalam


semua bentuknya.
b. Sidharta Darji Darmodiharjo: Cabang filsafat yang membahas tentang asas
– asas rasional dari kenyataan yang ada.11
c. Suriasumantri (1985): Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu
pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan
menjawab pertanyaan - pertanyaan:a) apakah obyek ilmu yang akan
ditelaah; b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut; dan c)
bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap
manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan.12

11
Darmodiharjo,Darji, Shidarta. . Pokok-pokok filsafat hukum: apa dan bagaimana filsafat hukum
Indonesia. Jakarta: Gramedia. Hal.9
12
Abraham. . Ontologi. [Online]. Tersedia: http://abraham4544.wordpress.com/umum/ontologi.
Diakses tanggal 9 Juni 2013

6
d. Levinas: Ontologi merupakan pengetahuan total, menyeluruh mengenai
“ada”.13

e. Aristoteles: Ontologi merupakan Ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu


atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya
dengan metafisika.14
f. Pandji Setijo: adalah bidang ilmu filsafat yang menyelidiki tentang segala
hakikat dari segala realita yang ada untuk menentukan kebenaran atau
kenyataan yang sebagaimana dapat dicapai dengan pengetahuan.15
g. Muljamil Qomar: Dalam bukunya menjelaskan bahwa ontologi adalah
sebuah teori tentang “ada”, yaitu tentang realitas apa yang dipikirkan
yang menjadi objek pemikiran.16

Jadi, ontologi merupakan suatu kajian pada bidang filsafat yang


terfokus untuk membahas segala realitas yang ada (Being) secara total tanpa
terikat oleh satu perwujudan tertentu yang bersifat universal dan bersifat
hakiki. Atau secara dasarnya dapat dikatakan ontologi adalah “The theory of
being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).”

2.1.2 Epistemologi
Adalah suatu kajian filsafat yang mendasari dasar-dasar pengetahuan
dan teori pengetahuan manusia bermula. Dengan kata lain, epistemologi
adalah

13
Wibowo, Ignatus dan B Herry Priyono. 2006. Sesudah filsafat: esai-esai untuk Franz Magnis-Suseno.
Yogyakarta: Kanisius. Hal.54
14
Muhdi, Ali, dkk. 2012. Merevitalisasi Pendidikan Pancasila Sebagai Pemandu Rreformasi. Surabaya:
IAIN Sunan Ampel Press. Hal. 249
15
Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57
16
Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik.
Jakarta: Erlangga. Hal.1
7
suatu pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan, dan
merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara
memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.

a. Pandji Setijo: epistemologi merupakan bidang filsafat yang membahas


tentang sumber, batas, proses, dan validasi pengetahuan itu sendiri yang
meliputi sarana dan cara menggunakan sarana dan sumber pengetahuan
untuk mencapai keberhasilan atau kenyataan rasional, kritis, fenomologi,
dan positivis.17
b. Prof. Muljamir Qomar, M.Ag : Dalam bukunya menjelaskan bahwa
epistemologi adalah teori pengetahuan yang membahas tentang
bagaimana cara yang dilakukan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
dari objek yang akan dipikirkan.18
c. Dagobet D. Runes: Espitemologi adalah suatu cabang dari ilmu filsafat
yang membahas tentang sumber, struktur, metode serta validitas dari
pengetahuan.19
d. Azyumardi Azra: epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang
keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan.20
e. Paul Suparno: Epistemologi membahas mengenai apa asal mula yang
membentuk pengetahuan ilmiah.21

17
Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57
18
Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik.
Jakarta: Erlangga. Hal.1
19
Ibid. Hal.4
20
Ibid. Hal.4
21
Ibid. Hal.6

8
f. Kattsoff: epistemologi yaitu cabang filsafat yang membicarakan tentang
asal mula, susunan, metode-metode, dan sahnya pengetahuan.22

Bisa dikatakan bahwa epistemologi adalah salah satu kajian cabang


dari filsafat yang mendasari dasar – dasar tentang bagaimana ilmu
pengetahuan bermula. Jadi adalah pemikiran sistematik yang mendasar
mengenai pengetahuan, dan membahas tentang bagaimana asal mula
pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan
kebenaran pengetahuan.

2.1.3 Aksiologi

Aksiologi disebut juga sebagai dengan teori nilai, yaitu sesuatu yang
diinginkan, disukai, atau yang baik. Aksiologi membahas tentang tujuan ilmu
pengetahuan, untuk apa pengetahuan itu digunakan; Bagaimana
keterkaitannya antara cara penggunaan ilmu tersebut sesuai kaidah moral;
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan – pilihan
moral;

Aksiologis mencoba merumuskan teori yang konsisten untuk perilaku


yang etis. Dalam qalbu ia bertanya seperti “what is good?”

a. Lorens Bagus: Studi filosofis tentang hakikat nilai yang dapat dijawab
dengan 3 macam cara, a)nilai sepenuhnya sepenuhnya berhakikat
subyektif, b) nilai merupakan kenyataan, namun tidak terdapat dalam
ruang dan waktu, c) Nilai – nilai merupakan unsur – unsur obyektif yang
menyusun kenyataan.23

22
Darmodiharjo,Darji, Shidarta. . Pokok-pokok filsafat hukum: apa dan bagaimana filsafat hukum
Indonesia. Jakarta: Gramedia. Hal.9
23
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. Hal.33-34
9
b. Pandji Setijo: aksiologi adalah bidang yang bersifat menyelidiki tentang
nilai, terutama nilai – nilai normatif.24
c. Bustanuddin Agus: dalam bukunya menyebutkan bahwa ”aksiologi
membahas apa dan bagimana fungsi pengetahuan tertentu bagi kehidupan
manusia”.25
d. Mujamil Qomar (2006:1): aksiologi adalah teori tentang nilai yang
membahas tentang manfaat, kegunaan serta fungsi dari objek yang
dipikirkan.26
e. Suriasumantri (1987:234): aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.27

Maka aksiologi merupakan suatu bagian cabang filsafat yang


mendeskripsikan tentang kegunaan dan manfaat dari hasil yang diperoleh
melalui pemikiran – pemikiran saat memikirkan objek yang dipikirkan,
aksiologi juga mengacukan bagaimana dan seperti apakah nilai – nilai atau
etika(moralitas)serta keindahan dari pengetahuan yang diperoleh dapat
diterapkan dalam kehidupan manusia sesuai dengan kaidah.

3.1 Aliran – Aliran Filsafat


3.1.1 Idealisme

Idealisme atau Idealism, kadang juga disamakan dengan mentalisme


atau imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh

24
Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57
25
Agus, Bustanuddin. 1999. Pengembangan ilmu-ilmu sosial: studi banding antara pandangan ilmiah
dan ajaran Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Hal.20
26
Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik.
Jakarta: Erlangga
27
Anatomie. 2010. Etimologi dari Aksiologi, Ontologi dan Epistimologi. Makalah Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Kependidikan (STKIP) Pasundan

10
Leibniz pada awal abad ke- 18. Leibniz menggunakan dan menerapkan istilah
ini pada pemikiran Plato, secara bertolak belakang dengan materialisme
Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk ke hakikat realitas.28

Idealisme berpendirian bahwa pengetahuan itu adalah kejadian dalam


jiwa manusia itu sendiri, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu
sekaliannya terletak di luarnya. Idealisme berpandangan bahwa doktrin
tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari kesadaran
manusia.29

Seiring perkembangan idealisme, idealisme dibagi menjadi dua bagian


yaitu idealisme empiris dan rasional. Idealisme empiris berpandangan bahwa
pengetahuan didapat melalui panca indra, tanpa memberikan gambaran yang
sebenarnya tentang hakikat sehingga menurutnya pengetahuan yang benar
tidak mungkin didapatkan. Sedangkan idealisme rasional adalah pengetahuan
yang didapatkan melalui panca indra dan akal tapi pengetahuan ini masih
belum mampu memberikan gambaran yang sebenarnya tentang hakekat. Apa
yang dapat dicapai oleh aliran ini hanyalah sebatas pengetahuan tentang wujud
sesuatu dan bukan pengetahuan tentang hakekatnya.30

3.1.2 Rasionalisme
Rasionalism atau gerakan yang rasional adalah salah satu doktrin
dalam ilmu filsafat yang menyebutkan bahwa suatu kebenaran haruslah
dibuktikan dengan kebenaran logika dan analisis berdasarkan fakta daripada
menggunakan pembuktian melalui iman, dogma maupun agama.

28
Rahman, Fathur. 2011. Makalah Pengertian Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi. Makalah Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak
29
Ibid. Hal.117
30
Ibid. Hal.119
11
Oleh sebab itu dalam rasionalisme, intelektualitas manusialah yang
menjadi basis untuk mencari kebenaran dengan cara mengeksplorasi gagasan
– gagasan yang diproduksi oleh intelektual manusia.31

3.1.3 Realisme
Realisme termasuk ke dalam aliran filsafat yang membahas tentang
hakekat pengetahuan, realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia
merupakan gambaran yang baik dan tepat dari kenyataan. Aliran realisme
berpandangan bahwa kenyataan tidak terbatas pada pengalaman inderawi
ataupun gagasan yang terbangun dari dalam. Realisme merupakan suatu
bentuk penolakan terhadap aliran idealisme dan empirisme yang memiliki
gagasan – gagasan yang ekstrim di dalamnya.
Dalam perkembangannya, aliran ini dibagi menjadi 2, yaitu realisme
empiris dan rasional. Aliran realisme empiris merupakan aliran yang
mendapatkan pengetahuan melalui rekaman fakta dari panca indra sehingga
menjadikan pengetahuan tersebut menjadi kopi/penggandaan dari fakta-fakta
yang terdapat diluar akal. Jadi, teori ini berusaha menjadikan pengetahuan
untuk menggambarkan kebenaran.
Sedangkan untuk realisme rasionalisme adalah aliran yang
mendapatkan pengetahuan melalui akal dan pancaindra, sehingga hasilnya
merupakan gandaan/kopi yang benar tentang hakekat. Namun kebenaran yang
didapatkan ini belumlah mutlak, tapi merupakan kebenaran yang lebih dekat
dengan hakekat, yaitu kemampuan yang maksimal dari akal untuk dapat
memahami hakekat tersebut.32

31
Ibid. Hal.109-110
32
Ibid. Hal.115-117

12
3.1.4 Kritisme (Transendentalisme)
Aliran ini dipelopori oleh Immanuel Kant berpendapat bahwa
pengetahuan manusia itu berawal dari luar maupun dari dalam jiwa manusia
itu sendiri (rasio). Aliran awalnya menjembatani antara aliran rasionalism dan
empirism yang diketahui memiliki perbedaan yang significant dan tajam.33

3.1.5 Positivisme
Aliran ini mulanya pertama kali digunakan oleh Saint Simon (1825).
Aliran ini berakar dari empirisme. Prinsip filosofisnya dikembangkan pertama
kali oleh Francis Bscon (1600) seorang empirist dari Inggris. Aliran ini
menyatakan bahwa ilmu adalah satu – satunya pengetahuan yang memiliki
validitas dan fakta yang menjadi objek pengetahuannya. Sehingga positivisme
menolak keberadaan segala kekuatan atau subjek di belakang fakta, menolak
penggunaan segala metode di luar yang digunakan untuk menelaaah fakta.
Positivisme berpendapat bahwa filsafat hendaknya semata – mata
berdasar pada peristiwa – peristiwa positif yang dialami oleh manusia.34

3.1.6 Materialisme
Materialisme berasal dari kata “Materi” dan “Isme”. Materi dapat
dipahami sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme
adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk
kehidupan manusia di alam kebendaan semata - mata, dengan
mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu,
manusia yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai

33
Ibid. Hal.113
34
Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Hal.122-123

13
materialis/materialistis. Orang - orang ini adalah para pengusung paham
(ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata.35
Selain itu, matrealisme juga disebut sebuah aliran filsafat yang memiliki
pendirian bahwa hakikat itu bersifat materi.36

3.1.7 Pragmatisme
Berasal dari kata “pragma” yang berarti guna. Maka pragmatisme
adalah suatu aliran yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya
sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bemanfaat secara praktis.
Tokohnya Wiliam James (1842-1910) lahir di New York, yang ahli dalam
bidang seni, psikologi, anatomi fisiologi dan filsafat. Dia juga
memperkenalkan idenya tentang pragmatisme.37
Aliran ini mulanya dipelopori oleh C.S.Peirce, William James, John
Dewey, George Hebert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty. Aliran ini
muncul karena adanya reaksi terhadap idealisme yang lebih dominan
menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan cerminan
dari realitas.
Aliran pragmatisme berideologi bahwa benar atau tidaknya suatu
ucapan, teori, dalil, ataupun statment semata – mata bergantung pada
berfaedah atau tidaknya ucapan, teori dan dalil tersebut bagi manusia untuk
bertindak di dalam kehidupan. Dan beragumentasi bahwa filsafat ilmu
haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan dan menggantinya dengan aktifitas
manusia sebagai sumber ilmu pengetahuan.38

35
Rahman, Fathur. 2011. Makalah Pengertian Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi. Makalah Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak
36
Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Hal.108
37
Hanif, Muhammad, dkk. . Aliran – Aliran Filsafat Modern. Makalah STAINU Purworejo
38
Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Hal.121

14
3.1.8 Eksistensialisme
Eksistensialisme berasal dari kata Eks yang berarti “keluar” dan
sistensi atau sisto yang berarti “berdiri, menempatkan”. Eksistensialisme
mulanya dipelopori oleh Soren Kierkegaard (1831-1855), Martin Heidegger,
J.P.Sarte, Karl Jaspers dan Gabriel Marcel. Eksistensialisme merupakan aliran
filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar eksistensinya.
Artinya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.
Aliran ini bertitik tolak pada manusia yang kongkrit, yaitu manusia
sebagai eksistensi dan dengan titik balik ini, maka bagi manusia eksistensi itu
mendahului esensi.39
Eksistensialisme, mengatakan bahwa yang menjadi tujuan utama
pendidikan bukan agar anak didik dibantu mempelajari bagaimana
menanggulangi masalah-masalah eksistensial mereka, melainkan agar dapat
mengalami secara penuh eksistensi mereka. Para pendidik eksistensialis akan
mengukur hasil pendidikan bukan semata-mata pada apa yang telah dipelajari
dan di-ketahui oleh anak didik, tetapi yang lebih penting adalah apa yang
mampu mereka ketahui dan alami. Oleh karena itu mereka menolak
pendidikan dengan sistem indoktrinasi.40

3.2 Persamaan dan Perbedaan Aliran – Aliran Filsafat


3.2.1 Persamaan Aliran – Aliran Filsafat
a. Merupakan corak pemikiran atau aliran - aliran dalam filsafat.
b. Merupakan pemikiran tentang pengetahuan dan manusia untuk mencari
sesuatu ilmu.
c. Merupakan macam - macam pemikiran tentang pengetahuan filsafat.

39
Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Hal.121
40
Hanif, Muhammad, dkk. . Aliran – Aliran Filsafat Modern. Makalah STAINU Purworejo

15
d. Pemikiran tentang pengetahuan dan manusia melalui/ yang bersumber
dari beberapa pemikiran dan aliran - aliran dalam filsafat.
e. Merupakan hasil pemikiran filsuf tentang sesuatu secara fundamental.
f. Idealisme dan realisme memiliki persamaan, keduanya merupakan aliran
yang membahas tentang hakekat pengetahuan.
g. Positivisme memiliki persamaan dengan empirisme, karena positivisme
berakar dari empirisme.
3.2.2 Perbedaan Aliran – Aliran Filsafat
a. Positivisme merupakan aliran yang bersifat valid, konkrit dan nyata).
b. Pragmatisme merupakan aliran yang berupa mazhab pemiiran filsafat ilmu.
c. Rasionalisme merupakan satu – satunya yang mempercayai atau
menggunakan rasio (akal) manusia sebagai sumber pengetahuan.
d. Eksistensialisme merupakan aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus
bertitik tolak pada manusia.
e. Memiliki perbedaan cara dalam meng-approach suatu masalah yang
melahirkan kesimpulan - kesimpulan yang berbeda tentang masalah yang
sama karena latar belakang pribadi para filsuf yang berbeda, pengaruh
zaman yang berbeda, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
f. Idealisme dan Metrealisme terdapat perbedaan dimana keduanya
merupakan aliran filsafat yang bertolak belakang.
g. Kritisme merupakan aliran yang menjembatani antara Rasionalisme dan
Empirisme yang memiliki perbedaan, sedangkan rasionalisme dan
empirisme merupakan perbedaan yang tajam dan hanya dapat
terjembatani oleh Kritisme.
h. Pragmatis berbeda dengan idealis, idealis menyatakan kebenaran sebagai
entitas yang abstrak, sistematis, dan cerminan dari realistas. Sedangkan
pregmatisme adalah suatu aliran yang benar adalah apa saja yang
membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat - akibat yang
bemanfaat secara praktis dan berfaedah.

16
i. Idealisme mengatakan pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan adalah
mustahil karena pengetahuan adalah sebuah proses mental/psikologis
yang bersifat subyektif. Sedangkan Realisme menganggap pengetahuan
adalah benar dan tepat jika sesuai dengan kenyataannya.
j. Realisme adalah tolakan yang berbeda dari aliran ekstrim idealisme dan
empirisme, dimana dalam membangun ilmu pengetahuan, realisme
memberikan metode induksi empiris. Yaitu, pengetahuan diperoleh
dengan cara observasi dan pengembangan pemikiran dari hasil observasi.
k. Aliran materialisme adalah aliran yang mengutamakan materi yang
tampak saja yang dijadikan objek, ini menunjukan bahwa aliran ini hanya
mengakui sesuatu yang tampak oleh indra saja dan tidak berobjek pada
sesuatu yang non-materi atau tidak tampak.

17
Daftar Pustaka

Agus, Bustanuddin. 1999. Pengembangan Ilmu - Ilmu Sosial: Studi Banding Antara
Pandangan Ilmiah dan Ajaran Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Anatomie. 2010. Etimologi dari Aksiologi, Ontologi dan Epistimologi. Makalah
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Kependidikan (STKIP) Pasundan
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.
Berling, R.F. 1966. Filsafat Dewasa Ini. Jakarta: Balai Pustaka.
Bertens, K. 2005. Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Teraju.
Darmodiharjo, Darji, Shidarta. 1995. Pokok - Pokok Filsafat Hukum: Apa Dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Hanif, Muhammad, dkk. . Aliran – Aliran Filsafat Modern. Makalah STAINU
Purworejo
Hardiman, F.Budi Hardiman. 2004. Filsafat Modern - Dari Machiavelli sampai
Nietzsche. Jakarta: Gramedia.
Huijbers, Theo. 1982. Fisafat dalam lintasan sejarah. Yogyakarta: Kanisius.
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis.
Yogyakarta: Kanisius.
Magee, Bryan. 2008. The Story of Philoshopy: Edisi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Muhdi, Ali, dkk. 2012. Merevitalisasi Pendidikan Pancasila Sebagai Pemandu
Reformasi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.
Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam - Dari Metode Rasional
Hingga Metode Kritik. Jakarta: Erlangga.
Rahman, Fathur. 2011. Makalah Pengertian Epistemologi, Ontologi dan Aksiologi.
Makalah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura
Pontianak.

18
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa:
Dilengkapi dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta:
Grasindo.
Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika Dalam Islam. Yogyakarta:
Narasi.
Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press.
Wibowo, Ignatus dan B Herry Priyono. 2006. Sesudah Filsafat: Esai - Esai Untuk
Franz Magnis - Suseno. Yogyakarta: Kanisius.

View publication

Anda mungkin juga menyukai