Anda di halaman 1dari 13

KUMPULAN ARTIKEL JUNI 2022

AHMAD SOLAHUDIN S, HI

Muslim Sejati Berislam dengan Ramah

Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw tidak ada sedikitpun ajaran tentang
melakukan perbuatan munkar, melakukan perbuatan keji terlebih perbuatan melakukan teror atas
nama agama. Islam hadir justeru sebaliknya untuk memperbaiki perbuatan munkar. Islam hadir
untuk memperbaiki ahklak yang telah rusak serta kepongahan karena merasa paling hebat di atas
segalanya.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah an Nahl berikut :

  َ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ يَْأ ُم ُر بِ ْٱل َع ْد ِل َوٱِإْل حْ ٰ َس ِن َوِإيتَآِئ ِذى ْٱلقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى ع َِن ْٱلفَحْ َشآ ِء َو ْٱل ُمن َك ِر َو ْٱلبَ ْغ ِى ۚ يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬

Arti: Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An Nahl : 90)

Rasulullah Saw dengan agama yang dibawanya mengemban misi dakwah yang sangat berat,
yaitu membenahi perilaku kehidupan jahiliyah kaumnya pada masa tersebut. Sebuah kehidupan
yang penuh dengan keonaran, satu suku dengan suku lainya saling bersaing bahkan terjadi
peperangan berpuluh tahun karena merasa paling hebat di antara lainya. Golongan orang kaya
bertindak semena-mena, tidak menghargai dan menghormati perempuan bahkan pada masa itu
mempunyai anak perempuan dianggap sebagai aib oleh keluarga. Mereka pada zaman tersebut
saking merasa paling hebat hingga tidak mau menyembah Allah SWT.

Di tengah kondisi umat yang demikian rusaknya Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT.
Lihatlah bagaimana sebenarnya misi kerasulan. Nabi Muhammad diutus bukan untuk
menghukumi umatnya, tetapi ingin untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi Muhammad
bersabda :
‫إنما بعثت ألتمم مكارم األخالق‬

Artinya : Sesungguhnya aku diutus oleh Allah hanyalah untuk memperbaiki akhlaq. (HR.
Ahmad)

Kehadiran Islam di tengah-tengah umat manusia adalah tidak lain untuk memperbaiki akhlak
yang telah rusak, agar manusia memiliki akhlak yang sempurna baik terhadap sang Maha
Pencipta maupuan makhluknya. Pengertian inilah yang seringkali dilalaikan oleh manusia
sehingga banyak kita temukan orang yang ibadahnya rajin, tetapimempunyai perilaku dan
perangai yang kasar.

Banyak kita temukan orang yang gemar mengutip ayat tetapi memaki terhadap sesame. Banyak
pula orang yang berpenampilan agamis tetapi perkataannya kotor serta suka mengkafirkan
sesame. Sungguh itu bukanlah cerminan seorang muslim yang baik.

Seoarang muslim sejati adalah yang ibadahnya kepada Allah SWT baik dan sosialnya juga baik,
ramah, murah senyum, gemar membantu sesama tidak perduli suku, bahasa dan agamanya
karena sesunggunya itulah ajaran yang diberikan dan contohkan oleh Rasulullah. Allah SWT
berfirman dalam surah An Nisa sebagai berikut :

ِ ‫ت ِمن لَّ ُد ْنهُ َأجْ رًا ع‬


‫َظي ًما‬ َ ٰ ُ‫ك َح َسنَةً ي‬
ِ ‫ض ِع ْفهَا َويُْؤ‬ ْ َ‫ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل ي‬
ُ َ‫ظلِ ُم ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة ۖ َوِإن ت‬

Arti: Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada
kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-
Nya pahala yang besar. (QS. An Nisa : 40)

Islam tidak hanya menekankan pentingnya kehidupan ukhrawi, tetapi juga mementingkan dan
mengatur kehidupan duniawi, sehingga Islam menjadi agama yang sangat komprehensif. Oleh
karena itulah kemudian Islam menjadi rahmat bukan hanya untuk orang Islam saja, melainkan
menjadi rahmat bagi semesta alam.

Oleh karena itulah seseorang yang ingin selamat baik di dunia maupun di akhirat kelak
hendaknyalah mengikuti suri tauladan umat yaitu Nabi Muhammad SAW, karena dalam diri
rasulullah terdapat kebaikan yang tidak terhingga dan kebaikan tersebut diabadikan dalam al-
quran sebagai berikut :

۟ ‫ُول ٱهَّلل ِ ُأ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّمن َكانَ يَرْ ج‬


‫ُوا ٱهَّلل َ َو ْٱليَوْ َم ٱلْ َءا ِخ َر َو َذ َك َر ٱهَّلل َ َكثِيرًا‬ ِ ‫لَّقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِى َرس‬
َ

Arti: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.  (QS. Al-Ahzab : 21).

Dengan demikian, jika kita ingin menjadi seorang muslim sejati hendaknyalah kita perbaiki
perilaku dan akhlak kita, terutama di zaman yang serba modern ini, di mana berbagai macam
informasi berita yang kita tidak tahu kebenaranya telah menjadi konsumsi masyarakat sehari-
hari.

Sebagai muslim yang baik kita harus lebih teliti dan berhati-hati, sehingga kita juga tidak mudah
terprovokasi atas hasutan yang disebarkan di media sosial, melalui mimbar-mimbar yang
dikemas seolah-olah untuk kemaslahatan umat namun justru diisi dengan berbagai hasutan,
tebaran kebencian dan propaganda kelompok – kelompok yang ingin membuat persaudaraan kita
hancur.

Sekali lagi marilah kita berpegang teguh pada apa yang telah diajarkan oleh para ulama Ahlus
Sunnah Waljamaah, yang diajarkan oleh kiai-kiai yang puluhan tahun belajar agama di
pesantren sehingga jelas sanad keilmuanya bersambung hingga rasulullah.

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang memiliki umur yang diberkati Allah subhanu
wata’la. sehingga kita dapat memanfaatkan umur kita dengan sebaik-baiknya dan dapat
menjalankan tuntunan Nabi Muhammad saw yang setiap harinya memohon ampun dan
perlndungan Allah SWT.
Menjadi Penceramah yang Ramah
Beberapa hari ini, banyak sekali beredar berita baik melalui media meanstream maupun melalui
group pesan singkat, di media sosial juga sangat ramai orang memperbincangkan terkait rencana
Pemerintah melalui Kemenag untuk mengadakan sertifikasi bagi penceramah. Pro dan kontra
terus saja menghiasi perbincangan hingga kemudian banyak yang berujung pada saling curiga,
saling hujat dan bahkan fitnah.
Tentu saja, sebagai sesama muslim kita prihatin dengan berbagai celaan dan hujatan yang
diarahkan kepada sesama muslim tanpa melakukan tabayun atau menganalisa terlebih dahulu
maksud dari pemerintah yang akan mengadakan sertifikasi bagi penceramah.
Mendakwahkan agama atau berceramah memang merupakan sesuatu yang baik, bahkan wajib
bagi orang yang mempunyai kapasitas untuk melakukan syiar agama, berdakwah mengajarkan
agama kepada masyarakat. Namun demikian, tentu dalam berdakwah tidak boleh sembarangan,
harus mempunyai keilmuan yang mumpuni sehingga masyarakat benar-benar mendapatkan ilmu
yang bermanfaat.
Selain itu masyarakat juga menjadi bertambah keimanan serta rasa saling kasih sayang antar
sesama manusia, tetapi ironisnya, dalam beberapa tahun belakangan muncul beberapa
penceramah yang kurang paham soal ilmu agama, tidak mendapatkan sanad keilmuan yang baik
namun karena keberaniannya tampil kemudian tiba-tiba menjadi sosok ustadz, padahal yang
disampaikan banyak menebar kebencian dan permusuhan sehingga menyebabkan saling benci
bahkan menjurus pada propaganda yang akan menyebabkan disintegrasi bangsa.
Saling menghujat dan membenci, terlebih menghasut merupakan sesuatu perbuatan yang sangat
dibenci Allah, siapapun yang melakukannya, terlebih yang telah dianggap sebagi seorang ustadz,
dalam surah al-hujurat Allah berfirman :
‫َأ‬ ‫لَ ْح َم‬ ‫ َيْأ ُك َل‬  ْ‫َأن‬ ‫َأ َح ُد ُك ْم‬ ‫َأيُ ِح ُّب‬  ۚ ‫ضا‬ ُ ‫بَ ْع‬ ‫ َي ْغت َْب‬  ‫ َواَل‬ ‫سوا‬
ً ‫بَ ْع‬ ‫ض ُك ْم‬ َّ ‫ت ََج‬  ‫ َواَل‬  ۖ ‫ِإ ْث ٌم‬  ِّ‫الظَّن‬ ‫ض‬
ُ ‫س‬ ْ  ‫آ َمنُوا‬  َ‫الَّ ِذين‬ ‫َأ ُّي َها‬ ‫يَا‬
َ ‫ َب ْع‬  َّ‫ِإن‬  ِّ‫الظَّن‬  َ‫ ِمن‬ ‫ َكثِي ًرا‬ ‫اجتَنِبُوا‬
‫ َر ِحي ٌم‬ ‫اب‬ ٌ ‫تَ َّو‬ َ ‫هَّللا‬  َّ‫ِإن‬  ۚ َ ‫هَّللا‬ ‫ َواتَّقُوا‬  ۚ ُ‫فَ َك ِر ْهتُ ُموه‬ ‫ َم ْيتًا‬ ‫ِخي ِه‬
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka
‘memakan daging’ saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima Taubat lagi
Maha Penyayang.” (Al-Hujurat : 12)
Sungguh peringatan Allah SWT tersebut langsung menghujam bagi orang yang suka mencela,
perbuatan yang akan menyebabkan terjadinya disintegrasi bangsa, perbuatan yang akan
menyebabkan tumpahnya pertikaian diantara sesama anak bangsa, sungguh merupakan
perbuatan yang sangat tercela.
Namun demikian, betapapun kerasnya peringatan Allah masih saja banyak diantara kita yang
selalu berusaha untuk mencari kesalahan saudara sendiri, penyebabnya tidak lain karena kita
tidak lagi memahami pesan-pesan maupun peringatan Allah SWT melalui Al-Quran, pesan-
pesan dan peringatan nabi Muhammad melalui hadist yang sungguh jika kita renungkan, bukan
saja kita akan takut untuk melakukan perbuatan tersebut namun juga akan menjadikan kita
semakin menjaga prilaku baik dalam keseharian maupun bermasyarakat.
Jika saja kita sebagai anak bangsa, terutama umat muslim mau mencermati dan mau merenungi
sejenak pesan-pesan dan peringatan Allah yang termaktub dalam Al-Quran, pastilah pesan-pesan
tersebut akan menjadikan kita semakin mawas diri dan menjadikan kita malu untuk bertikai
antara sesama anak bangsa terutama sesama umat muslim, karena sejatinya antara satu muslim
dengan muslim lainya saling bersaudara, Allah SWT berfirman :
َ‫ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ ِإ ْخ َوةٌ فََأصْ لِحُوا بَ ْينَ َأ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬
Artinya : Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat.  (QS. al – hujurat : 10).
Perintah menciptakan perdamaian langsung dikemukakan oleh Allah SWT. Maka sesungguhnya
sangatlah tidak pantas bagi kita, terlebih yang bergelar ustadz, yang sering tampil sebagai
pendakwah justru  menjadi pemicu terjadinya pertikaian. Oleh sebab itulah sebagai umat muslim
yang benar-benar mengamalkan ajaran agamanya tentu akan sadar betul bahwa hidup di
Indonesia yang penuh kedamaian merupakan sebuah anugerah dan nikmat dari Allah yang wajib
hukumnya kita jaga bersama, untuk kemudian menjaga perdamaian tersebut islam mengajarkan
tiga hal. Tiga hal inilah yang wajib menjadi pegangan seorang juru dakwah di Indonesia di
antaranya :
Perkuat Ukuwah Islamiyah.
Sebuah ungkapan yang populer terkait ukuwah islamiyah, seorang ulama mengandaikan “umat
Islam baikan seluruh anggota badan yang jika sakit salah satunya maka akan merasakan sakit
pula anggota badan lainya”.
Oleh karena itulah, wajib diantara sesama umat muslim untuk saling mengingatkan agar tidak
melakukan perbuatan saling mencela, tidak memprovokasi jika terjadi saling salah paham
diantara saudara sebangsa, karena jika tidak maka sungguh kita akan merugi, kita akan
kehilangan rahmat dari Allah atas perbuatan sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab,
terkait hal ini Allah menegaskan dalam surah al-hujurat ayat 10 :
َ‫ت ُْر َح ُمون‬ ‫لَ َعلَّ ُك ْم‬ َ ‫هَّللا‬ ‫ َواتَّقُوا‬  ۚ ‫َأ َخ َو ْي ُك ْم‬  َ‫بَيْن‬ ‫صلِ ُحوا‬
ْ ‫فََأ‬ ٌ‫ِإ ْخ َوة‬  َ‫ا ْل ُمْؤ ِمنُون‬ ‫ِإنَّ َما‬
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat. (QS. Al-Hujurat : 10)
Kedua, Perkuat Ukuwah Wathoniyah.
Ukuwah Wathoniyah merupakan pijakan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, menjadi
landasan untuk membangun Indonesia kedepan dengan sumber daya alam dan manusia yang
hebat, sehingga menjadikan negara Indonesia unggul. maka oleh karena itulah marilah kita saling
mengingatkan, kita hentikan saling menghujat, mari kita saling kenal lebih dekat sehingga kita
akan mampu bergandeng tangan menjadi umat serta bangsa yang unggul, perbedaan
merupakan sunnatullah.
Allah tidak melihat warna kulit, karena Allah yang menciptakan, Allah tidak melihat suku karena
Allah yang menciptakan yang menjadi pembeda diantara kita adalah ketakwaan serta amalan
sholeh, marilah kita berlomba-lomba untuk bertakwa hanya kepada Allah SWT.
 Ketiga Ukuwah Basyariyah.
Esensi ajaran islam sesungguhnya adalah persaudaraan universal atau dalam bahasa agama
disebut ukuwah basyariyah, persaudaraan universal tersebut melampau sekat-sekat agama, ras
dan budaya bangsa. Namun, karena berbagai kepentingan yang didasarkan pada nafsu dan
keinginan menang sendiri banyak dari kita yang lalai sehingga menyebabkan menghalalkan
berbagai cara untuk meraihnya termasuk dengan cara memutuskan tali silaturrahim, terkait
dengan memutuskan tali silaturrahim ini, rasulullah telah mewanti-wanti umatnya agar tidak
memutuskan tali silaturrahim.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang memiliki umur yang diberkati Allah subhanu
wata’la. sehingga kita dapat memanfaatkan umur kita dengan sebaik-baiknya dan dapat
menjalankan tuntunan Nabi Muhammad saw yang setiap harinya memohon ampun dan
perlindungan Allah SWT sehingga mendapatkan rahmat dan maqfirahNya.

Tahun Baru Islam Untuk Persatuan


Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang sangat mulia, maka pada bulan inilah selain
bulan Ramadhan umat muslim harus memperbanyak amalan kebaikan, di samping itu juga wajib
menjauhi segala perbuatan buruk yang berakibat pada kemudharatan baik untuk diri sendiri
terlebih untuk orang lain.
Allah SWT berfirman dalam surah at-taubah ayat 36 sebagai berikut :
۟ •‫َظلِ ُم‬
‫•وا‬ َ •ِ‫ض ِم ْنهَآ َأرْ بَ َع• ةٌ حُ• ُر ٌم ۚ ٰ َذل‬
ْ ‫ك ٱل•دِّينُ ْٱلقَيِّ ُم ۚ فَاَل ت‬ َ ْ‫ت َوٱَأْلر‬ ِ َ‫ُور ِعن َد ٱهَّلل ِ ْٱثنَا َع َش َر َش ْهرًا فِى ِك ٰت‬
َ َ‫ب ٱهَّلل ِ يَوْ َم َخل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ ِ ‫ِإ َّن ِع َّدةَ ٱل ُّشه‬
‫فِي ِه َّن َأنفُ َس ُك ْم‬
Artinya : Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.
Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan
yang empat itu, (QS. At-Taubah : 36)
Pada ayat tersebut, sangatlah jelas larangan Allah untuk tidak berbuat aniaya terhadap diri
sendiri, jika terhadap diri sendiri saja Allah melarang, maka tentunya juga berlaku untuk orang
lain, aniaya jika dimaknai akan sangat luas sekali, salah satunya adalah melakukan tindakan
perpecahan pada umat dengan mengkampanyekan sebuah gerakan yang membuat umat dan
negara mencadi terpecah belah.
Indonesia sebagai sebuah bangsa, dengan beraneka ragam suku, budaya dan ratusan bahkan
ribuan bahasa telah menyatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan sebuah
kesepakatan yang sangat agung atau dalam bahasa lain disebut kesepakatan Mitsakun
Ghaliza.  Para pendiri bangsa yang terdiri dari ulama, santri dan nasionalis bersepakat
menggunakan ideologi Pancasila sebagai landasan dalam bernegara, semua diperjuangkan
dengan pengorbanan yang tidak sedikit, banyak yang kehilangan harta benda bahkan jiwa raga
semua demi kemerdekaan Republik Indonesia.
Namun akhir-akhir ini muncul sekelompok orang yang tidak pernah ikut berjuang, tidak ikut
bersusah payah, bahkan mungkin berpikir untuk kemajuan bangsa saja tidak pernah, lalu tiba-
tiba ingin mengganti idelogi negara dengan ideologi yang mereka kampanyekan yaitu ideologi
Khilafah, mereka mengkampanyekan dengan berbagai cara, mulai dengan memasang dalil hadist
yang palsu hingga memproduksi sebuah film dokumenter tentang apa yang mereka klaim sebagai
jejak khilafah di nusantara.
Mereka mengklaim bahwa sultan-sultan yang ada pada waktu itu telah berbaiat dan merupakan
sultan yang berada dibawah kekuasaan Turki Ustmaniyah. Disinilah letak kebohongan yang
mereka buat, mengaku membela dan meperjuangkan Islam namun berbohong dengan memutar
balikkan fakta, sungguh hal tersebut tidaklah mencerminkan seorang muslim sejati, karena
berbohong bukanlah sikap seorang mu’min sejati.
Berbohong dan menyebabkan perpecahan antara umat, menyebabkan perpecahan anak bangsa
serta menghasut agar makar terhadap negara yang Sah pada bulan mulia yaitu bulan Muhamrram
akan mendapatkan dosa yang sangat besar, Allah SWT berfirman dalam surah an-nahl ayat 116
sebagai berikut :
َ ‫ب ۚ ِإ َّن ٱلَّ ِذينَ يَ ْفتَرُونَ َعلَى ٱهَّلل ِ ْٱل َك ِذ‬
َ‫ب اَل يُ ْفلِحُون‬ ۟ ‫ب ٰهَ َذا َح ٰلَ ٌل َو ٰهَ َذا َح َرا ٌم لِّتَ ْفتَر‬
َ ‫ُوا َعلَى ٱهَّلل ِ ْٱل َك ِذ‬ َ ‫صفُ َأ ْل ِسنَتُ ُك ُم ْٱل َك ِذ‬ ۟ ُ‫َواَل تَقُول‬
ِ َ‫وا ِل َما ت‬
 Artinya : Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu
secara dusta “ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah
beruntung. (QS. An-Nahl : 116)
Orang-orang yang berdusta dan berbohong apalagi atas nama Allah tiadalah termasuk orang
yang beruntung, maka kebohongan yang dilakukan dengan memutarbalikkan sejarah dengan niat
agar masyarakat terhasut kemudian menyatakan bahwa memang benar nusantara pernah berada
dalam naungan khilafah merupakan kebohongan yang akan dicatat sebagai sebuah bentuk makar
terhadap negara dan agama. Sungguh inilah bentuk perbuatan yang picik nan licik yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang ingin berkuasa tanpa melihat mudharatnya. Maka
tidaklah heran kelompok-kelompok ini selalu bersilat lidah untuk membenarkan apa yang
mereka kampanyekan, tentulah perbuatan yang seperti ini akan digolongkan menjadi orang yang
munafik, sebagaimana dalam sebuah hadist disebutkan sebagai berikut : ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
َ‫ب َوِإ َذا َو َع َد َأ ْخلَفَ وَِإ َذا اْؤ تُ ِمنَ خَ ان‬
َ ‫ث َك َذ‬
َ ‫ث ِإ َذا َح َّد‬ ِ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل آيَةُ ْال ُمنَاف‬
ٌ ‫ق ثَاَل‬ َ
Artinya : Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tanda-tanda orang
munafik ada tiga (l) Apabila berbicara ia berdusta (2) Apabila berjanji ia mengingkari (3)
Apabila diberi amanat ia berkhianat” {Muslim 1/56}
Dalam hadist yang lain disebutkan :
‫َت‬ ْ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأرْ بَ ٌع َم ْن ُك َّن فِي ِه َكانَ ُمنَافِقًا خَ الِصًا َو َم ْن َكان‬
ْ ‫َت فِي ِه َخلَّةٌ ِم ْنه َُّن َكان‬ َ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫ث ُس• ْفيَانَ َوِإ ْن‬ ِ ‫ْ•ر َأ َّن فِي َح• ِدي‬ َ َ‫ب َوِإ َذا عَاهَ• َد غَ• َد َر َوِإ َذا َوعَ• َد َأ ْخلَ•فَ َوِإ َذا خ‬
َ ‫اص• َم فَ َج• َر َغي‬ َ ‫ث َك َذ‬ ٍ ‫فِي ِه خَ لَّةٌ ِم ْن نِفَا‬
َ ‫ق َحتَّى يَ َد َعهَا ِإ َذا َح َّد‬

ِ َ‫َت فِي ِه خَ صْ لَةٌ ِم ْن النِّف‬


‫اق‬ ْ ‫َت فِي ِه َخصْ لَةٌ ِم ْنه َُّن َكان‬
ْ ‫َكان‬
Artinya : Dari Abdullah bin Amr RA, dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa
tertanam dalam dirinya empat hal, maka ia benar-benar seorang munafik sejati, dan
barangsiapa dalam dirinya terdapat salah satu dari empat hal, maka dalam dirinya tertanam
satu kemunafikan sehingga ia meninggalkannya, (yaitu) (1) Apabila berbicara ia berdusta (2)
Apabila membuat kesepakatan ia mengkhianati (3) Apabila berjanji ia mengingkari (4) Apabila
berdebat ia tidak jujur.’ Namun di dalam hadits Sufyan disebutkan, ‘Barangsiapa dalam dirinya
terdapat salah satu dari empat hal ini maka di dalam dirinya terdapat salah satu ciri
kemunafikan. ‘”{Muslim 1/56}
emoga kita sebagai anak bangsa menyadari dengan sepenuhnya bahwa kemerdekaan yang kita
raih bukanlah sebuah pemberian, namun diperjuangkan dengan tetesan darah para syuhada,
dengan jiwa dan raga para pejuang, maka tugas kita selanjutnya adalah turut serta membangun
bangsa dengan berbagai potensi yang kita miliki, bukan malah membuat kegaduhan, membuat
perpecahan dengan membawa ideologi yang telah ditolak dibeberapa negara, terlebih
memaksakan dengan berbuat kebohongan, tentu ini bukanlah perbuatan yang baik, sebagai anak
bangsa dan mu’min sejati harusnyalah kita berkontribusi secara nyata demi terciptannya
persatuan, kesatuan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan terciptannya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang
diberikan usia yang diberkati Allah Subhanu wata’la. sehingga kita dapat memanfaatkan umur
kita dengan sebaik-baiknya dan dapat menjalankan tuntunan Nabi Muhammad saw yang setiap
harinya memohon ampun dan perlindungan Allah SWT.
Putus Intoleransi dengan Silaturahmi
Marilah kita selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, takwa dalam
artian menjalankan segala perintahNya serta menjauhi segala laranganNya. Terutama dengan
masihnya wabah virus Corona yang belum juga dapat dijinakkan, kita terus memohon kepada
Allah agar virus ini segera dihilangkan namun tak lupa juga kita berikhtiar.
Selain itu meskipun kondisi belum normal namun hendaknyalah tali silaturahim antara sesama
saudara jangan sampai terputus, justeru di masa pandemi inilah kita harus saling tolong
menolong, saling bahu membahu agar kondisi kehidupan segera seperti sedia kala.
Tolong menolong juga merupakan perintah Allah SWT sebagaimana dalam firmanNya:
۟ ُ‫وا َعلَى ٱ ْث ِم َو ْٱل ُع ْد ٰ َون ۚ َوٱتَّق‬
ِ ‫وا ٱهَّلل َ ۖ ِإ َّن ٱهَّلل َ َش ِدي ُ•د ْٱل ِعقَا‬
‫ب‬ ۟ ُ‫وا َعلَى ْٱلب ِّر َوٱلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َون‬
۟ ُ‫َوتَ َعا َون‬
ِ ‫ِإْل‬ ِ
Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al – Maidah : 2)
 
Tolong menolong dalam kebajikan mempunyai makna yang sangat luas. Tolong menolong tidak
harus berupa mendermakan harta atau mendermakan tenaga, memberi nasehat, menyebarkan
pesan positif juga merupakan perbuatan tolong menolong, mencegah seseorang menyebarkan
berita hoax juga tolong menolong, mencegah orang menyebarkan paham intoleran dan paham
radikal negatif juga merupakan sebuah bentuk tolong menolong yang harus digalakkan. Bahkan
Rasulullah menganjurkan menolong orang yang suka berbuat aniaya, yaitu dengan mencegahnya
dari perbuatan aniaya, Nabi bersabda :
Artinya : Tolonglah saudaramu baik yang menganiaya maupun yang teraniaya. di antara
sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, kami dapat menolongnya jika ia dianiaya, maka bagaimana
kami menolongnya jika ia menganiaya? “Nabi Saw. menjawab “Kau cegah ia dari
penganiayaan, maka ia berarti kau menolongnya dari penganiayaan”.  (HR. Bukhari dan
Muslim).
sungguh, dalam era keterbukaan seperti sekarang ini, banyak sekali tipu daya yang disebarkan
oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Mereka menyebarkan fitnah dan hoax,
menyebarkan paham radikal negatif menggunakan dalil agama untuk mencapai tujuannya yaitu
hasrat ingin berkuasa, mengesampingkan kondisi di mana pandemi Corona masih mewabah.
Namun orang-orang yang ingin memporak-porandakan kesatuan Indonesia justeru
memanfaatkan momentum pandemi dengan memasifkan propaganda melalui media sosial.
Sungguh hal tersebut merupakan perbuatan yang zalim, padahal perbuatan zalim sangat dibenci
oleh Allah SWT.
Dalam Syarah Arba’in An-Nawawi disebutkan kezaliman terbagi menjadi dua. Pertama, zalim
seorang hamba terhadap dirinya sendiri dan kezaliman yang paling besar adalah syirik atau
mempersekutukan Allah SWT. Kedua, kezaliman seorang hamba terhadap orang lain.
Larangan berbuat zalim dijelaskan dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan Abu Dzar Al
Ghifari RA dari Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
‫الظ ْل َم َعلَى نَ ْف ِس•ي‬
ُّ ‫ت‬ ُ ‫•ال يَ••ا ِعبَ••ا ِدي ِإنِّي َح• َّر ْم‬ َ •َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي• ِه َو َس•لَّ َم فِي َم••ا َر َوى ع َْن هَّللا ِ تَبَ••ا َركَ َوتَ َع••الَى َأنَّهُ ق‬
َ ‫ع َْن َأبِي َذ ٍّر ع َْن النَّبِ ِّي‬
ْ ‫اس•تَ ْهدُونِي َأ ْه• ِد ُك ْم يَ••ا ِعبَ••ا ِدي ُكلُّ ُك ْم َج• اِئ ٌع ِإاَّل َم ْن َأ‬
ُ‫ط َع ْمتُ•ه‬ َ ‫َو َج َع ْلتُهُ بَ ْينَ ُك ْم ُم َح َّر ًما فَاَل تَظَ••الَ ُموا يَ••ا ِعبَ••ا ِدي ُكلُّ ُك ْم‬
ْ َ‫ض•ا ٌّل ِإاَّل َم ْن هَ َد ْيتُ•هُ ف‬
‫•ار َوَأنَ••ا َأ ْغفِ• ُر‬ ِ •َ‫َار ِإاَّل َم ْن َك َسوْ تُهُ فَا ْستَ ْك ُس•ونِي َأ ْك ُس• ُك ْم يَ••ا ِعبَ••ا ِدي ِإنَّ ُك ْم تُ ْخ ِطُئونَ بِاللَّ ْي• ِل َوالنَّه‬ ْ ‫َط ِع ُمونِي ُأ‬
ٍ ‫ط ِع ْم ُك ْم يَا ِعبَا ِدي ُكلُّ ُك ْم ع‬ ْ ‫فَا ْست‬
‫ضرِّي فَتَضُرُّ ونِي َولَ ْن تَ ْبلُ ُغوا نَ ْف ِعي فَتَ ْنفَعُونِي يَا ِعبَا ِدي لَ••وْ َأ َّن َأ َّولَ ُك ْم‬ َ ‫وب َج ِميعًا فَا ْستَ ْغفِرُونِي َأ ْغفِرْ لَ ُك ْم يَا ِعبَا ِدي ِإنَّ ُك ْم لَ ْن تَ ْبلُ ُغوا‬َ ُ‫ال ُّذن‬
ِ ‫ب َر ُج ٍل َوا ِح ٍد ِم ْن ُك ْم َما زَ ا َد َذلِكَ فِي ُم ْل ِكي َش ْيًئا يَا ِعبَ••ا ِدي لَ••وْ َأ َّن َأ َّولَ ُك ْم َو‬
‫آخ• َر ُك ْم َوِإ ْن َس• ُك ْم‬ ِ ‫آخ َر ُك ْم َوِإ ْن َس ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم َكانُوا َعلَى َأ ْتقَى قَ ْل‬
ِ ‫َو‬
‫ك ِم ْن ُم ْل ِكي َش• ْيًئا يَ••ا ِعبَ•ا ِدي لَ•وْ َأ َّن َأ َّولَ ُك ْم َوآ ِخ• َر ُك ْم َوِإ ْن َس• ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم قَ•ا ُموا فِي‬ َ •ِ‫ص َذل‬ ِ ‫َو ِجنَّ ُك ْم َكانُوا َعلَى َأ ْف َج ِر قَ ْل‬
َ َ‫ب َر ُج ٍل َوا ِح ٍد َما نَق‬
‫ك ِم َّما ِع ْن ِدي ِإاَّل َك َما يَ ْنقُصُ ْال ِم ْخيَطُ ِإ َذا ُأ ْد ِخ َل ْالبَحْ َر يَا ِعبَا ِدي ِإنَّ َما ِه َي‬ َ ِ‫ص َذل‬ َ َ‫ان َم ْسَألَتَهُ َما نَق‬ ُ ‫ص ِعي ٍد َوا ِح ٍد فَ َسَألُونِي فََأ ْعطَي‬
ٍ ‫ْت ُك َّل ِإ ْن َس‬ َ
َ ِ‫صيهَا لَ ُك ْم ثُ َّم ُأ َوفِّي ُك ْم ِإيَّاهَا فَ َم ْن َو َج َد َخ ْيرًا فَ ْليَحْ َم ْد هَّللا َ َو َم ْن َو َج َد َغ ْي َر َذل‬
ُ‫ك فَاَل يَلُو َم َّن ِإاَّل نَ ْف َسه‬ ِ ْ‫َأ ْع َمالُ ُك ْم ُأح‬
Artinya : Rasulullah menyampaikan bahwa sesungguhnya Allah telah berfirman: “Wahai
hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikan
kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-
Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian
minta petunjuk kepada-Ku, pasti Aku memberinya.  
Wahai hamba-Ku, kalian semua adalah orang yang lapar, kecuali orang yang Aku beri makan,
maka hendaklah kalian minta makan kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Wahai hamba-Ku,
kalian semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kalian
minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya.  
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa pada waktu malam dan siang, dan Aku
mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni
kalian. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak akan dapat membinasakan-Ku dan kalian
tak akan dapat memberikan manfaat kepada-Ku.  
Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian
manusia dan jin, mereka itu bertakwa seperti orang yang paling bertakwa di antara kalian,
tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang
terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang
paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.  
Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian
manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku, lalu Aku memenuhi seluruh
permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana
sebatang jarum yang dimasukkan ke laut.  
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya inilah amal perbuatan kalian. Aku catat semuanya untuk
kalian, kemudian Kami akan membalasnya.  
Maka barang siapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah bersyukur kepada Allah dan barang
siapa mendapatkan selain dari itu, maka janganlah sekali-kali ia menyalahkan kecuali dirinya
sendiri.” (HR Muslim).
Kedua hadist tersebut menjelaskan bahwa pertama terhadap orang yang berbuat zalim kita harus
mencegahnya, karena mencegahnya merupakan bentuk kasih sayang terhadap sesame. Tentu kita
sebagai seorang muslim tidaklah mau masuk sorga hanya seorang diri, maka mari kita cegah
orang-orang yang berbuat zalim baik secara offline maupun yang melalui online. Dan tentu
perbuatan tersebut akan dicatat sebagai bentuk silaturahim diantara sesama.
Agama Islam merupakan agama persaudaraan. agama yang mengutamakan persaudaraan dan
serta tanggungjawab bersama tanpa membedakan warna kulit, bahasa dan suku, sebagaimana
firman Allah sebagai berikut :
ِ ‫ُوص َل َويَ ْخ َشوْ نَ َربَّهُ ْم َويَخَافُونَ س ُٓو َء ْٱل ِح َسا‬
‫ب‬ َ ‫صلُونَ َمآ َأ َم َر ٱهَّلل ُ بِ ِٓۦه َأن ي‬
ِ َ‫َوٱلَّ ِذينَ ي‬
Artinya : Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Tafsir
Quran Surat Ar-Ra’d Ayat 21 21. Mereka adalah orang-orang yang menyambung segala apa
yang Allah perintahkan agar disambung, yaitu hubungan rahim kekerabatan, mereka takut
kepada Rabb mereka sehingga mendorong mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya, mereka takut Allah akan menghisab dosa yang telah mereka
perbuat. Barangsiapa yang hisabnya dipersulit, maka dia celaka. (QS. Ar-Rad : 21)
Betapa pentinya hidup bersaudara ini dapat dilihat dari yang dicontohkan Rasulullah Saw.
Didalam mempersaudarakan antara golongan Muhajirin dengan golongan Ansor. oleh karena
itulah bagi saudaraku yang masih saja terus menyebarkan pesan perpecahan baik melalui
pertemuan tertutup atau melalui media sosial sebaiknya hentikanlah jika kita merasa menjadi
umatnya Nabi Muhammad Saw. Dan marilah kita menjaga persaudaraan baik itu Ukuwah
Islamiyah, Ukuwah Basyariyah dan Ukuwah Wathoniyah agar masyarakat Indonesia yang telah
dianugerahi beragam suku, budaya dan agama tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang diberikan usia yang diberkati Allah Subhanu
wata’la. sehingga kita dapat memanfaatkan umur kita dengan sebaik-baiknya dan dapat
menjalankan tuntunan Nabi Muhammad saw yang setiap harinya memohon ampun dan
perlindungan Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai