Disusun Oleh :
Devita Ramadhani Dalimunthe : 2310220023
Issan Salha S Iskandar : 2350220019
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala Tuhan semesta alam, yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah kepada kita semua. Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tak lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Rasulullah
Muhammad sallalahu’alaihi wasallam, berkat perjuangan dan karunia dari Allah beliau telah
membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh cahaya islam, Semoga syafa’atnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak, Aamiin.
Alhamdulillah penyusunan makalah sudah kami lakukan, dan kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah Ta’ala.
Untuknya besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan
saran yang membangun demi memperbaiki makalah ini. Semoga dari makalah sederhana ini bisa
diambil manfaat dan dapat menginspirasi berbagai pihak, khususnya kami sebagai penyusun.
Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surah Al-Hasyr adalah surah yang ke-59 dalam Al-Qur’an. Ia turun sesudah surah
Al-Bayyinah dan sebelum surah an-Nasr. Surah ini tergolong surah madaniyyah yang
terdiri dari 24 ayat. Nama tersebut diambil dari kata al-hasyr pada ayat kedua menguraikan
peristiwa pengumpulan dan pengusiran salah satu dari tiga komunitas besar Yahudi di
Madinah yakni, Bani Nadhir, pada tahun keempat hijrah. Karena itu surah ini dikenal juga
dengan nama surah Bani Nadhir.
Al-Biqa’i berpendapat bahwa tujuan utama surah ini adalah penjelasan tentang apa
yang diuraikan pada akhir surah yang lalu - yakni surah al-Mujadilah - tentang kuasa Allah
swt. yang nampak dalam kenyataan yakni meraih kemenangan buat Allah dan para rasul-
Nya serta merendahkan derajat musuh-musuh-Nya, karena Dia Maha Kuat lagi Maha
Perkasa (baca QS. al-Mujadilah [58]: 21). Hal yang menjadi bukti yang sangat kuat tentang
tema tersebut adalah peristiwa pengumpulan dan pengusiran Bani Nadhir yang juga dikenal
dengan Hasyr. Ini mengisyaratkan kuasa-Nya membangkitkan manusia di hari kemudian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, berikut rumusan masalah yang akan penyusun uraikan:
a. Bagaimana dan mengenai tentang apa tafsir surah Al-Hasyr ayat 11 ?
b. Bagaimana dan mengenai tentang apa tafsir surah Al-Hasyr ayat 12-13?
c. Bagaimana dan mengenai tentang apa tafsir surah Al-Hasyr ayat 14-15 ?
d. Bagaimana dan mengenai tentang apa tafsir surah Al-Hasyr ayat 16-17 ?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang, berikut rumusan masalah yang akan penyusun uraikan:
a. Mengetahui tentang tafsir surah Al-Hasyr ayat 11.
b. Mengetahui tentang tafsir surah Al-Hasyr ayat 12-13.
c. Mengetahui tentang tafsir surah Al-Hasyr ayat 14-15.
d. Mengetahui tentang tafsir surah Al-Hasyr ayat 16-17.
BAB II
PEMBAHASAN
"Sungguh jika mereka itu diusir." (pangkal ayat (2). Yaitu jika Bani Nadhir itu diusir dari
Madinah; "Tidaklah orang-orang itu akan keluar bersama mereka." Mereka tidak akan
mungkin mau keluar dari Madinah. Sebab mereka adalah penduduk asli di sana. Mereka tidak
akan dapat meninggalkan harta benda dan rumah tangga mereka. Ucapan janji demikian
hanyalah loncatan mulut yang tidak keluar dari pertimbangan yang matang. Misalnya Abdullah
bin Ubay menyampaikan maksud itu kepada teman-temannya, belum tentu semua akan
menuruti ajakannya itu; dan sungguh jika mereka diperangi tidaklah orang-orang itu akan
menolong mereka." Sebab tidaklah mereka mempunyai persiapan buat melakukan peperangan.
Orang-orang seperti demikian tidaklah mempunyai suatu pendirian hidup yang teguh, yang
akan sanggup mereka memperjuangkannya dengan kesanggupan mengurbankan nyawa
mereka. "Dan sesungguhnya jika orang-orang itu menolong mereka, niscaya orang-orang itu
akan berpaling lari ke belakang. " Artinya, dimisalkan benar-benar mereka mempunyai
keberanian buat tampil ke muka menolong Bani Nadhir yang tengah terdesak terkepung itu,
maka keberanian mereka hanyalah sementara saja. Yaitu sebelum mereka melihat tentara-
tentara Islam yang gagah perkasa di bawah komando Nabi s.a.w. itu dengan mata kepala
mereka. Kalau telah mereka lihat, akan timbullah takut mereka, sehingga mereka akan lari
kucar-kacir. Sebab mereka pergi membantu itu tidaklah dengan sesungguh hati, dan tidak
dengan persediaan untuk mati. "Lari ke belakang" adalah gambaran yang amat tepat dari barisan
orang-orang pengecut yang berani meninggalkan barisannya sendiri, karena takut akan mati,.
"Kemudian itu tidaklah mereka akan tertolong." (ujung ayat 12). Dengan lari kucar-kacir
karena takut tidaklah mereka akan tertolong. Bahkan mereka akan jatuh lebih hina.
"Sesungguhnga kamu lebih sangat ditakuti dalam hati mereka daripada Allah sendiri."
(pangkal ayat 13). Dengan ayat ini terbukalah hakikat jiwa orang-orang munafik. Mereka tidak
berani menghadapi kenyataan, bahkan kalau berhadapan dengan orang yang beriman mereka
jadi ngeri. Berhadapan orang yang bersedia mati, mereka pun menjadi sangat takut akan mati.
Dia lebih takut kepada orang yang beriman, daripada kepada Allah sendiri. Orang yang beriman
sejati, naluri (instink) rasa takutnya telah dihimpunkannya hanya kepada Allah saja. Sebab itu
orang yang beriman itu tidak takut sengsara, tidak takut mati, tidak takut berhadapan dengan
siapa saja. Sebab takutnya yang sejati hanya kepada Allah saja. Orang yang beriman, mau
mengejar mati; kalau tidak mati kata Tuhan, pasti dia tidak akan mati. Sedang orang munafik
akan lari terbirit-birit dari maut atau dari orang yang dianggapnya akan membawakannya maut.
Dia tidak dapat bertawakkal dan berserah diri kepada Allah, karena dalam hati kecilnya telah
terasa bahwa dia bersalah kepada Allah. “Demikian itu ialah karena sesungguhnya mereka itu
adalah kaum yang tidak mengerti." (ujung ayat 13). Kaum yang tidak mengerti tujuan hidup!
Yang tidak mengerti bagaimana jalan yang benar dan tidak mengerti kebesaran Allah. Hidup
merapung dangkal. Sikap mempertahankan pendirian yang tidak benar. Tercermin dari
kehidupan munafik Abdullah bin Ubay sendiri. Jadi munafik karena merasa bahwa kepindahan
hijrah Nabi ke Madinah adalah sangat menghalangi keinginan hendak jadi kepala. Sebelum
Nabi Muhammad datang dia dianggap orang besar dan hendak dituakan. Tetapi setelah sinar
"Matahari" Muhammad memancar maka cahaya "bintang" Abdullah bin Ubay tidak kelihatan
lagi. Itulah yang hendak dibangkitkannya kembali. Dia tidak mengerti bahwa pekerjaannya itu
sia-sia.
14. Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri
yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antar sesama mereka sangat hebat.
Kamu mengira bahwa mereka itu bersatu, padahal hati mereka terpecah belah. Hal itu
disebabkan mereka kaum yang tidak berakal. 15. (Kaum Yahudi itu) seperti orang-orang
sebelumnya (musyrik Makkah) yang belum lama berselang telah merasakan akibat buruk
perbuatannya sendiri (di dunia). Mereka akan mendapatkan azab yang pedih (di akhirat).
"Tidaklah mereka akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu-padu." (pangkal ayat
14). Padahal syarat utama dari suatu kemenangan perang ialah persatu-paduan di bawah satu
komando. Yahudi Bani Nadhir sendiri tidak mempunyai seorang yang dapat mengomandokan
mereka jadi satu sejak Ka'ab bin al-Asyraf mati dibunuh oleh pedang orang Islam, yang
dilakukan oleh saudara sepersusuannya sendiri, Muhammad bin Muslimah. Abdullah bin Ubay
hanya sanggup membantu kalau Bani Nadhir sendiri kokoh persatuannya. Tidaklah mereka
berani berhadapan dengan kaum Muslimin yang sebaliknya dari mereka, yaitu bersatu-padu;
"Kecuali di dalam kampung-kampung yang dibentengi atau dari belakang dinding-dinding."
Di sini saja sudah nampak betapa perbedaan semangat mereka berperang dengan semangat
kaum Muslimin, mereka hanya ingin bertahan di dalam perkampungan yang dipagari benteng-
benteng. Atau membidik dari belakang dinding-dinding. Mereka tidak akan berani berjuang
keluar dari pertahanan itu buat berduel, berkelahi berhadap-hadapan dengan pahlawan-
pahlawan Islam itu. Sebab yang mereka pertahankan ialah hidup itu sendiri. Sebab itu mereka
pun amat takut akan mati.
"Permusuhon di antara sesama mereka sangat hebat." Artinya bahwa di antara sesama
mereka tidak sama faham, sehingga mereka tidak bisa sepakat dalam mengambil satu tindakan."
Kata satu tafsir lagi; "Kalau tidak ada musuh, masing-masing mengaku bahwa dia paling berani.
Tetapi kalau telah berhadapan dengan musuh tidak seorang pun yang berani mengambil
tindakan lagi, sehingga segera dapat dikalahkan." "Engkau sangka mereka bersatu, padahal
hati mereka berpecah-belah." Sebanyak kepala sebanyak fikiran. Qatadah
menafsirkan;'"Mereka berkumpul tetapi tidak dapat disatukan. Karena orang yang tegak di atas
yang batil itu berbeda pendapat mereka, berbeda kesaksian mereka dan berbeda pula keinginan-
keinginan mereka. Mereka hanya bersatu dalam satu hal saja, yaitu memusuhi kebenaran."
Pada suatu hari seorang perempuan Islam masuk ke dalam pasar Bani Qainuqa' hendak
menjual barang perhiasan, lalu dia menumpang duduk pada suatu kedai tukang sepuh. Lalu
berkumpullah ke sekeliling perempuan itu beberapa orang pemuda Yahudi hendak
mengganggunya. Ada yang menarik selendang perempuan itu; namun dia berkeras
mempertahankan selendangnya. Lalu si tukang sepuh itu sendiri menarik ujung bajunya dari
belakang, sehingga terbukalah aurat dan punggungnya, seketika perempuan itu mencoba berdiri
melihat hal yang demikian semua Yahudi yang mengerumuninya itu tertawa riuh rendah.
Perempuan itu memekik minta tolong! Sedang di sana ada seorang Muslim. Dia terkejut
mendengar pekik perempuan itu dan segeralah dia ke sana. Perempuan itu lalu mengadukan
halnya, bahwa ujung kainnya ditarik oleh si Yahudi tukang sepuh sehingga auratnya terbuka.
Sangatlah tersinggung perasaan Muslim sahabat Nabi s.a.w. itu mendengar pengaduan
perempuan itu, lalu dicelanya perbuatan tukang sepuh yang sangat kurang ajar itu. Tetapi si
tukang sepuh menantang berkelahi. Si Muslim menyentak jambiahnya, lalu ditikamnya si
tukang sepuh itu dan mati!
Melihat kawannya mati maka pemuda-pemuda Yahudi yang berkerumun itu segera
menyerang si Muslim itu dan mengeroyoknya bersama-sama, sehingga dia pun tewas pula
karena mempertahankan kehormatan saudaranya sesama Muslim, perempuan yang lemah.
Kejadian ini sangat menggegerkan, sehingga nampak gejala akan terjadi peperangan di antara
kaum Muslimin dengan Yahudi Bani Qainuqa'. Kejadian ini ialah pada pertengahan bulan
Syawwal tahun kedua Hijriyah sekitar sebulan sesudah peperangan Badar. (Perang Badar 17
Ramadhan tahun ke-2 Hijriyah).
Nabi memerintahkan mengepung perbentengan Bani Qainuqa' itu sampai lima belas hari
lamanya. Rupanya mereka pun tidak dapat bertahan lama, sehingga menyerah. Maka datanglah
Abdullah bin Ubay membela mereka, sehingga akhimya Nabi, mengambil keputusan mengusir
mereka dari Madinah, keluar buat selama-lamanya, terdiri dari kira-kira 400 orang bersama
keluarga. Mereka pindah ke suatu negeri di Syam bemama Adzri'aat. Dan tidak beberapa tahun
pindah ke sana, banyak mereka mati dan punah. Yahudi Bani Qainuqa' inilah yang dimaksud
oleh ayat 15 ini, kejadian belum lama berselang sebelum Bani Nadhir membuat kesalahan
hendak membunuh Nabi itu; mereka derita akibat perbuatan buruk mereka; "Dan bagi mereka
adalah azab yang pedih." (ujung ayat 15). Azab pengusiran dan penghinaan dan azab punah di
negeri tempat mereka terusir dan azab pula yang akan mereka terima di akhirat kelak.
D. Tafsir Surah Al-Hasyr Ayat 16-17
َ ََ َ َ َ َ َ َ ْٰ ُ َ َ ّ َ ْ ّ ٌ ْ َ ّ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ َﱠ
َ ّٰ ﺎف ْ َ ََ َ ﱠ
َ ْ ���اﻟﺸ ْﻴ ٰﻄﻦ ا ْذ َﻗﺎل ِل
ٓ ﻓ��ن � ِﺎﻗبﺘ ُﻬﻤﺎ16 اﷲ َر ﱠب اﻟﻌﻠ ِﻤ ْين �يء ِﻣﻨﻚ ِ ِا� ْ ٓي ا ﺮﺑ
ۤ ِ ِْ
ي � اِ ﺎل ﻗ ﺮﻔ ﻛ ﺎﻤ ﻠ ﻓ ۚﺮﻔ اﻛ ﺎن
ِ � ِ ِ ِ ﻛﻤﺜ ِﻞ
ّٰ َ َ ٰ َ ٰ ﱠ َﱠ
ࣖ اﻧ ُﻬ َﻤﺎ ِ�ى ا�� ِﺎر � ِ���ْ ِ� ِﻓ ْﻴ َﻬﺎۗ َوذ ِلﻚ ﺟ ٰۤﺰ ُؤا اﻟﻈ ِﻠ ِﻤ ْي َن
16. (Perumpamaan bujukan orang-orang munafik kepada kaum Yahudi) seperti setan
ketika berkata kepada manusia, “Kufurlah kamu!” Ketika orang itu kufur, ia berkata,
“Sesungguhnya aku berlepas diri darimu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah,
Tuhan semesta alam.” 17. Maka, kesudahan bagi keduanya (setan dan manusia yang
mengikutinya) bahwa keduanya berada dalam neraka, kekal di dalamnya. Itulah balasan
bagi orang-orang zalim.
(Perumpamaan bujukan orang-orang munafik kepada kaum Yahudi) seperti setan ketika
berkata kepada manusia, “Kufurlah kamu!”(pangkal ayat 16). Perbuatan Abdullah bin Ubay
dan kawan-kawannya menyuruh Bani Nadhir bertahan adalah laksana perbuatan syaitan
membujuk manusia supaya kafir, durhaka kepada Tuhan. "Maka tatkala orang itu telah kafir,"
maka; "Syaitan itu pun berkata; "Sesungguhnya aku berlepas diri dari engkau." Aku tidak turut
campur lagi; “sesungguhnya aku amat takut kepada Allah Tuhan Sarwa Sekalian Alam." (ujung
ayat 16). Dalam saat yang demikian niscaya orang yang tertipu itu, ialah Bani Nadhir merasa
telah terpojok dan terpaksa menyerah. Abdullah bin Ubay angkat bahu berlepas diri, laksana
syaitan!
"Maka adalah akibat untuk keduanya." (pangkal ayat 17). Yakni si syaitan yang menipu
dan si manusia yang tertipu, atau Abdullah bin Ubay dan Bani Nadhir; "Bahwa keduanya masuk
neraka, kekal keduanya di dalamnya." Karena sama-sama mendurhaka kepada Allah dan
perbuatan pelanggaran terhadap aturan Allah; “Dan demikianlah ganjaran bagi orang-orang
yang zalim." (ujung ayat 17). Dan akan begitulah selalu keperkasaan dan kewibawaan hukum
Allah berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam surah Al-Hasyr ayat 11-17 dapat disimpulkan ayat tersebut berisi tentang :
1. Pada ayat 11 surah al hasyr, Allah menjelaskan tentang sifat orang-orang munafik
di madinah pada masa Rasulullah.
2. Orang-orang munafik itu adalah benar-benar pendusta. Allah, menjelaskan
kebohongan janji mereka terhadap bani Nadhir.
3. Ketakutan orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik kepada kalian (wahai
orang-orang beriman) lebih besar dan lebih berat dalam dada mereka daripada
ketakutan mereka kepada Allah. Hal itu karena mereka adalah orang-orang yang
tidak mengerti keagungan Allah dan iman kepadaNya, serta tidak takut kepada
azabNya.
4. Allah menyebutkan diantara sifat-sifat yahudi dan orang-orang munafik, yaitu
memiliki sifat pecundang (penakut). Allah mengabarkan bahwa mereka takut
menghadapi kaum muslimin secara berhadap-hadapan (bersatu-padu). Kecuali
mereka dalam satu kota yang telah dikelilingi benteng-benteng dengan bangunan
kokoh dan terdapat parit-parit yang mengelilinginya atau ada prajurit yang menjaga
mereka bersembunyi dibelakangnya karena penakut atau pecundang.
5. Ketakutan orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik kepada kalian (wahai
orang-orang beriman) lebih besar dan lebih berat dalam dada mereka daripada
ketakutan mereka kepada Allah. Hal itu karena mereka adalah orang-orang yang
tidak mengerti keagungan Allah dan iman kepadaNya, serta tidak takut kepada
azabNya.
6. Perumpamaan orang-orang munafik yang menipu orang-orang Yahudi Bani Nadhir
dengan janji dusta, seperti setan yang menipu manusia untuk menjadi kafir, namun
pada akhirnya setan itu meninggalkannya seraya berkata: “Aku berlepas diri
darimu, aku takut azab dari Allah, Pencipta seluruh alam.”
7. Allah mengabarkan bahwa balasan dan adzab untuk orang-orang munafik dan
yahudi sama seperti adzab bagi setan dan yang mengikutinya dalam kekufuran;
Mereka semua tempatnya di dalam neraka jahannam, keduanya (munafik dan
yahudi) di adzab di dalamnya, tinggal di dalamnya selamanya. Tidak akan keluar
darinya, dan itulah balasan bagi orang-orang yang dzalim yang melanggar aturan-
aturan Allah dengan kesyirikan dan kemaksiatan.
DAFTAR PUSTAKA