Anda di halaman 1dari 21

KISAH TELADAN DAN IBRAHNYA

NABI ULUL AZMI

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Akidah Akhlak

Dosen Pengampu : Ahmad Sahnan S.Ud, M.Pd.I

Disususn Oleh :

HALAMAN JUDUL
Kelompok 12

Ajeng Rahma Sari 224110405006


Tri Utami 224110405043
Vita Rindiyani 224110405045
Yala Ajiani 224110405046

Kelas 1 PGMI A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti
dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr.H.Siswandi,M.Ag sebagai


dosen pengampu mata kuliah dasardasar dan teori Pendidikan yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Purwokerto,13 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

C. Tujuan.......................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2

A. Pengertian Nabi dan Rasul Ulul Azmi ........................................................................ 2

B. Kisah Kisah Teladan Nabi Ulul Azmi......................................................................... 2

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 17

A. Kesimpulan................................................................................................................ 17

B. Saran .......................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Para Rasul adalah manusia biasa yang luar biasa. Mereka adalah orang-orang yang
dipilih Allah menyampaikan pesan-pesan-Nya. Pemilihan seorang rasul merupakan ketentuan
Allah yang siapa pun tidak dapat mempengaruhinya. Diantara rasul-rasul Allah ada lima orang
yang teristimewa dengan diberi gelar ulul azmi, yang artinya orang yang memiliki kesabaran
atau keteguhan hati yang tinggi. Adapun yang termasuk rasul ulul azmi adalah Nabi Nuh a.s.,
Ibrahim a.s. a.s., Musa a.s., Isa a.s. dan Nabi Muhammad saw.

Ketabahan dan kesabaran yang ditunjukkan oleh para nabi dan rasul khususnya ulul
azmi sangat jauh berbeda dengan kita. Bahkan Rasulullah pernah menyampaikan bahwa yang
paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang seperti mereka. Ketabahan
dan kesabaran para nabi dan rasul tersebut dipengaruhi oleh kekuatan keimanan mereka.
Mereka meyakini bahwa apa pun bentuk ujian yang diberikan Allah adalah bentuk kasih
sayang-Nya.

Dari sekian banyak cerita kemuliaan rosul Ulul azmi, sebagai hamba yang beriman
tentunya kita semua bisa meneladani kisah-kisah rosul ulul azmi dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Nabi dan Rosul Ulul Azmi


2. Apa saja Kisah – Kisah Teladan Nabi Ulul Azmi

C. Tujuan

1. Untuk memahami dan mengetahui pengertian Nabi dan Rosul Ulul Azmi
2. Untuk memahami dan mengetahui Kisah – Kisah Teladan Nabi Ulul Azmi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nabi dan Rasul Ulul Azmi

Sebelum membahas kisah teladan Nabi Ulul Azmi, perlu terlebih dahulu mengetahui
makna kata nabi, rasul dan ulul azmi. Menurut Al-Alusi, dalam tafsirnya Ruh al-
Ma’ani mengatakan bahwa nabi adalah seorang yang menerima wahyu dari Allah untuk
dirinya sendiri dan rasul wajib menyampaikan wahyu tersebut. Sedangkan menurut Az-
Zamakhsyari dalam tafsirnya al-Kasyaf, nabi merupakan seorang yang diutus Allah untuk
menyeru kepada manusia supaya mengikuti syariah yang terdahulu dan rasul memiliki kitab
dan syariah tersendiri. Dari pengertian tersebut, rasul memiliki tanggung jawab yang lebih dari
pada nabi. Kata ulul azmi secara bahasa yaitu pemilik keteguhan hati. Menurut al-Thabary
istilah ini bermakna nabi-nabi yang mempunyai kesabaran dan keuletan dalam menghadapi
berbagai cobaan ketika menyampaikan amr ma’ruf nahi munkar. Mereka yaitu Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad. Berikut adalah kisah-kisah teladan nabi
ulul azmi.

B. Kisah Kisah Teladan Nabi Ulul Azmi

1. Nabi Nuh A.S


Setelah wafatnya Nabi Idris, Allah SWT mengutus Nabi Nuh untuk
menyebarkan agama Islam. Beliau didatangkan kepada umat yang menyembah patung,
sering melakukan perbuatan tercela, dan berperilaku zalim.Setiap kali Nabi Nuh
mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT, mereka selalu saja menolak, bahkan
berbalik menghina Nabi Nuh. Parah banget kan buruknya perilaku umat di zaman Nabi
Nuh?Namun, karena Allah selalu menyertai orang- orang yang sabar sebagaimana
tercantum dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 153, Allah pun menunjukkan
kebesaran kuasa-Nya dengan mendatangkan banjir besar pada kaum Nabi Nuh yang
enggan beriman.

‫صابِ ِرين‬
َّ ‫ّللا َم ََع ال‬ ََّ ِ‫ص ََلةََِۚ إ‬
َََّ ‫ن‬ َّ ‫بر َوال‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينََ آ َمنُوا ا ْستَعِينُوا بِال‬
َِ ‫ص‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

2
Setelah berdakwah selama 950 tahun, hanya segelintir umat Nabi Nuh yang
mengikuti ajakan dan ajaran kebenaran dalam menyembah Allah SWT sebagai satu-
satunya Tuhan yang patut disembah.Karena setelah perjuangan kerasnya itu, hati dan
pikiran umatnya tetap tertutup, Nabi Nuh memasrahkan segalanya kepada Allah dalam
doa yang ia panjatkan.

َِ ‫ن قَ ْومِ ي َكذَّب‬
‫ُون‬ ََّ ‫ب ِإ‬ ََ ‫قَا‬
َِ ‫ل َر‬

Artinya: "Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan


aku." (QS. As-Syu'ara': 117)

ََ‫ِي مِ نََ ْال ُمؤْ مِ نِين‬ َْ َ ‫فَا ْفت‬


َْ ‫ح بَيني َوبَينَ ُه َْم فَتْ ًحا َون َِجنِي َو َم‬
ََ ‫ن َمع‬

Artinya: "Maka itu, adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka, dan
selamatkanlah aku dan orang-orang yang mukmin besertaku." (QS. As-Syu'ara': 118).
Setelah Nabi Nuh memanjatkan doanya, Allah SWT memerintahkan beliau
untuk membuat sebuah kapal besar. Nabi Nuh segera memenuhi perintah Allah.
Bersama para pengikutnya, mereka membangun sebuah kapal besar.

ِ ‫ن َمعَ َهُ فِي ْالفُ ْلكَِ ْال َم ْش ُح‬


َ‫ون‬ َْ ‫فَأ َ ْن َج ْينَا َهُ َو َم‬

Artinya: "Maka Kami selamatkan Nuh dan orang- orang yang besertanya di
dalam kapal yang penuh muatan." (QS. As-Syu'ara': 119).
Selama pembangunan kapal, orang-orang yang menolak untuk beriman
mencemooh dan berpikir bahwa Nabi Nuh dan para pengikutnya telah kehilangan akal
sehatnya. Namun, hal itu tidak menghentikan kegigihan Nabi Nuh dan para
pengikutnya. Setelah menyelesaikan pembuatan kapal yang merupakan alat
pengangkutan laut pertama di dunia, nabi nuh as menerima wahyu dari Allah: "Siap-
siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah- Ku dan terlihat tanda-tanda dari Ku
maka segeralah angkuat bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah
dua pasang dari setiap makhluk hidup yang ada di atas bumi dan berlayarlah dengan
izin-Ku. Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan
dahsyat yang dalam sekejap mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan
menggenangi daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai puncak bukit-bukit
sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal nabi nuh
as yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk hidup
yang diselamatkan oleh nabi Nuh as atas perintah Allah SWT.

3
Dengan iringan "bismillah" berlayarlah kapal Nabi Nuh as dengan lajunya
menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut kadang kala
gans dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihat orang-orang kafir bergelut melawan
gelombang air yang menggunung dan berusaha menyelematkan diri dari cengkraman
maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang. Tak
kala nabi nuh as berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat
orang-orang kafit dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-
tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama "kan' aan" timbul
tenggelam dipermainkan oleh gelombanganyang tidak menaruh belas kasihan kepada
orang-orang yang sedang menerima hukuman allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari,
timbulah rasa cinta dan kasih sayang seoranmg ayah terhadap putera kandungnya yang
berada dalam keadaan cemas menghadapi maut di telan gelombang.
Nabi nuh as secara sepontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak
dengan sekuat suaranya memanggil puteranya : KAN’AAN..… "wahai anakku,
datanglah kemari dan gubungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau
dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindari dari dari bahaya maut
yang engkau jalani hukuman Allah". Kan'aan, putera nabi nuh yang tersesat dan
terkena rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu
menolak degan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-
kata yang menentang: "biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi
berlindung di atas geladak kapalmu, akan akan dapat menyelematkan diriku sendiri
dan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bai ini" Nabi nuh as
pun menjawab: "Percalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelematkan
engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. tidak akan ada yang dapat
melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah dilimpahkan ini kecuali orang-orang
yang memperoleh rahmat dan keampuanan-Nya. Setelah nabi nuh as mengucapkan
kata-katanya, tenggelamlah kan'an disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia
dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikuti kawan-
kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh as hatinya bersedih dan berduka cita atas kematian puteranya dalam
dalam keadaan kafir dan tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh
kesah dan berseru kepada Allah : "Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah
darah dagingku dan adalah bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah
janji benar dan engkaulah maha hakim yang maha berkuasa" Kepadanya Allah
4
berfirman: "Wahai nuh, sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu,
karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu, menolak
dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir dari pada kaummu. Coretlah
namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu,
mengikuti jalanmu dan beriman kepada Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke
dalam barisan keluargamu yang telah aku janjikan perlindungannya dan terjamin
keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalahmu, mendustakan
dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan iblis, pastilah mereka akan
binasa menjalani hubungan yang telah aku tentukan walau mereka berada dipuncak
gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau
belum engkau ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam
golongan orang-orang yang bodoh"
Nabi nuh as pun tersadar, segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa
cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan
ancaman Allah terhadap orang-orang kafir, termasuk puteranya sendiri. la sadar bahwa
ia tersesar pada saat ia memanggil puteranya untuk menyelematkannya dari bencana
banjir yang didorong oleh perasaan aluri darah yang menghubungkannya dengan
puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada allah harus mendhului cinta kepada
keluarga dan harta benda. la sangat menyesalah akan kelalaian dan kealpaannya itu
dan menghadap kepada Allah memohon ampunan dan maghfirahnya dengan berseru :
"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-mu dari godaan syaitan yang terlaknat,
ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuat yang aku tidak
mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engau tidak memberi ampunan dan maghfirah serta
menurunkan rahmat bagiku, niscaya aku akan menjadi orang yang rugi"
Setelah air bah itu mencapai puncak keganansannya dan habis binaslah kaum
nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan
air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal nuh di atas bukit Judie dengan iringan
perintah Allah kepada Nabi NUh As: "Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para
mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku
bagimu dan bagi umat yang menyertaimu"
Dari kisah di atas, kita dapat mengambil hikmah tentang kesabaran dan
keteguhan Nabi Nuh dalam menyebarkan agama Islam. Selain itu, kita juga diingatkan
bahwa siksa Allah SWT terhadap hamba-Nya yang mungkar itu benar-benar nyata.
Semoga dari kisah banjir besar yang menenggelamkan umat yang durhaka tersebut,
5
kita semakin bersemangat untuk mempertebal keimanan dan memperbanyak ibadah.
Semoga pula, kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
2. Nabi Ibrahim A.S
Ibrahim AS menjadi salah satu dari kisah-kisah nabi lainnya yang oleh umat
Islam wajib diimani dan diketahui. Kisah Nabi Ibrahim dimulai sejak kecil hingga harus
melawan Raa Namrud. Seperti yang diketahui juga bahwa Nabi Ibrahim AS merupakan
seorang yang termasuk dalam golongan ulul azmi yakni seorang nabi yang
ketabahannya sangat luar biasa dalam perjuangannya berdakwah. Nabi lainnya yang
juga termasuk ke dalam golongan ulul azmi ialah Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS,
Nabi Musa AS, Nabi Isa AS serta Nabi Muhammad SAW.
Seperti yang umat Islam ketahui bahwa dalam agam Islam terdapat peristiwa
kurban yang dikenal sebagai kisah Nabi Ibrahim AS. Peristiwa kurban tersebut dimana
Nabi Ibrahim AS harus mengorbankan anaknya Nabi Ismail AS untuk disembelih
sebagai wujud dari kketaqwaannya terhadap Allh SWT.
KisahَNabiَIbrahimَASَyangَmemilikiَjulukanَ‘bapakَparaَnabi’َiniَakanَkitaَ
bahas sehingga dapat menjadi tauladan suatu pelajaran bagi para umat manusia.
Mengapaَbeliauَbisaَdijulukiَsebagaiَ‘bapakَparaَnabi’?َKarenaَdariَnabiَIbrahimَAS
lahir para pejuang di jalan Allah. Berikut ini akan kita bahas tentang kisah
Nabi Ibrahim AS.
Setelah peristiwa itu terjadi, Nabi Ibrahim memutuskan untuk berhijrah
meninggalkan Raja Namrud dan kaumnya. Ketika perjalanan hijrah yang ia tempuh
sudah selesai, Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar dan dikaruniai putra, yaitu Nabi
Ismailَ ‘alaihisَ salamَ yangَ kelakَ jugaَ diangkatَ menjadiَ nabi.َ Perjalananَ bersamaَ
keluarga terus berkelanjutan. Begitupun dengan Ismail kecil. Semakin lama bersama
sang ayah, umurnya semakin hari semakin bertambah. Saat Nabi Ibrahim begitu sayang
kepadanya, ternyata dalam tidurnya ia bermimpi menyembelih dan mengurbankan
putra tersayangnya itu. Saat itu, Nabi Ismail sudah bisa membantu ayahnya dalam
setiap pekerjaan-pekerjaannya. Ia sudah tumbuh menjadi anak yang bisa bertanggung
jawab. Menurut sebagian pendapat, ketika Nabi Ibrahim mendapatkan mimpi tersebut,
Nabi Ismail sedang berumur tujuh tahun, ada juga yang mengatakan berumur tiga belas
tahun, sebagaimana yang dijelaskan Syekh Wahbah Zuhaili dalam Kitab Tafsir Al-
Munir. Nabi Ibrahim sangat bingung menyikapi mimpinya. Ia tidak lantas
membenarkan, namun tidak pula mengingkari. Nabi Ibrahim merenunginya beberapa
kali dan memohon kepada Allah untuk memberi petunjuk yang benar kepada-Nya.
6
Setelah malam yang sangat membingungkan itu selesai, ternyata malam kedua juga
datang kepadanya mimpi yang sama, begitupun dengan malam ketiga. Setelah
mimpinya yang ketiga, barulah Nabi Ibrahim meyakini dan membenarkan, bahwa
mimpi itu benar-benar nyata dan harus dilaksanakan. Setelah itu, Nabi Ibrahim
menyampaikan mimpinya pada anak semata wayangnya. Dalam Al-Qur’anَ Allahََ
mengisahkan cerita itu, yaitu:

‫ظ َْر َماذَا ت ََرى‬ َِ ‫ي إِنِي أ َ َرى فِي ْال َمن‬


ُ ‫َام أَنِي أَذْبَ ُحكََ فَان‬ ََ ‫ي قَا‬
ََّ َ‫ل يابُن‬ َّ ‫فَلَ َّما بَلَ ََغ َمعَ َهُ ال‬
ََ ‫س ْع‬

Artinya,َ “Makaَ ketikaَ anakَ ituَ sampaiَ (padaَ umur)َ sanggupَ berusahaَ
bersamanya,َ (Ibrahim)َ berkata,َ ‘Wahaiَ anakku!َ Sungguhَ akuَ bermimpiَ bahwaَ akuَ
menyembelihmu.َPikirkanlahَbagaimanaَpendapatmu!’”
(Surat As-Saffat ayat 102). Mendengar pernyataan dan pertanyaan ayahnya,
dengan tegas dan tenang Nabi Ismail menjawab

, ََ‫صابِ ِرين‬ ََّ ‫ست َِجدُنِي إِن شَآ ََء‬


َّ ‫ّللاُ مِ نََ ال‬ َِ َ‫ل ياأَب‬
َْ َ‫ت ا ْفع‬
َ ‫ل َما تُؤ َم َُر‬ ََ ‫قَا‬

Artinya,َ“Diaَ(Ismail)َmenjawab, ‘Wahaiَayahku!َLakukanlahَapaَyangَ
diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk
orangَyangَsabar.’”َ(SuratَAs-Saffat ayat 102).
Sebagai sosok yang sangat taat pada perintah Allah, Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismailَ‘alaihimasَsalamَmelakukanَapaَyangَtelahَmenjadiَketetapanَbagiَkeduanya.
Dengan hati yang sedih dan raut wajah yang dipenuhi linangan air mata, semuanya
harus mereka ikhlaskan demi memenuhi perintah-Nya, bahkan Nabi Ibrahim harus
mengurbankan anaknya sendiri, disembelih di hadapannya dan dilakukan dirinya
sendiri. Namun, semua itu mereka lakukan sebagai manifestasi bahwa seorang hamba
haruslah mengikuti semua perintah Tuhan-Nya. Kejadian itu juga merupakan contoh
keteladanan luar biasa yang harus dilakukan oleh umat Islam setelahnya, bahwa tidak
ada yang lebih mulia selain mengikuti perintah-Nya, dan tidak ada kenikmatan yang
lebih sempurna selain menjalankan semua kewajiban-Nya. Setelah keduanya sepakat
untuk melakukan penyembelihan itu, Nabi Ibrahim membawa putranya, Nabi Ismail ke
Mina dan membaringkannya di atas pelipisnya. Saat-saat penuh kesedihan itu, Nabi
Ismail lantas mengatakan pada ayahnya dengan penuh keikhlasan, yaitu:

7
‫ واكفف عنى ثيابك حتى ال يتناثر عليها شئ من دمى فتراهَ أمى‬،‫يا أبت اشدد رباطى حتى ال اضطرب‬
‫ فإذا أتيت أمى فاقرأ عليها السَلم منى‬،‫ وأسرع مرَ السكين على حلقى ليكون أهون للموت على‬،‫فتحزن‬

Artinya,َ“Wahaiَayahku!َKencangkanlahَikatankuَagarَakuَtidakَlagiَbergerak,َ
singsingkanlah bajumu agar darahku tidak mengotori, dan (jika nanti) ibu melihat
bercak darah itu niscaya ia akan bersedih, percepatlah gerakan pisau itu dari leherku,
agar terasa lebih ringan bagiku karena sungguh kematian itu sangat dahsyat. Apabila
engkauَ telahَ kembaliَ makaَ sampaikanlahَ salamَ (kasih)kuَ kepadanya.”َ (Syekhَ
Muhammad Sayyid Ath-Thanthawi, Tafsir Al-Wasith, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M],
halaman 3582). Setelah mendengar ucapan anaknya yang sangat baik dan taat, dengan
dipenuhi perasaan sedih dan linangan air mata, Nabi Ibrahim sebagai ayah darinya
menjawab:

‫نعم العون أنت يا بُني على أمر هللا‬

Artinya, “Sungguh,َsebaik-baiknya pertolongan adalah engkau wahai anakku


dalamَ menjalankanَ perintahَ Allah,”َ (Imamَ Fakhruddinَ Ar-Razi, Tafsir Mafatihul
Ghaib, [Beirut, Darul Kutub: 2000 M], juz XXVI, halaman 138).
Setelah perbincangan antara keduanya sudah selesai, meledaklah tangisan
mereka. Nabi Ibrahim tidak bisa menahan air matanya untuk tidak mengalir. Di satu
sisi, ia harus melaksanakan perintah-Nya. Di sisi yang lain, ia sangat sayang pada
anaknya. Namun, sebagai seorang yang taat akan perintah-Nya, Nabi Ibrahim harus
merelakan anaknya untuk dijadikan kurban saat itu. Begitupun dengan Nabi Ismail, ia
masih tidak ingin berpisah dengan ayah dan ibunya. Namun adanya perintah Allah
harus lebih ia kedepankan dari yang lainnya. Nabi Ibrahim melakukan apa yang telah
disampaikan putranya. Kemudian Nabi Ibrahim menciumnya dengan penuh kasih
sayang dan linangan air mata, dan akhirnya mengambil pisau untuk menyembelihnya.
Setelah pisau sudah ada di tangannya, ia meletakkan pisau tajam itu ke leher Nabi
Ismail, namun keajaiban datang dari Allah. Pisau itu ternyata sama sekali tidak melukai
Nabi Ismail. Beberapa kali Nabi Ibrahim mengulanginya, namun tetap sebagaimana
semula. Jangankan melukai, bahkan pisau itu tidak memberi bekas apa pun pada anak
semata wayangnya itu. Nabi Ismail mengatakan pada ayahnya:

8
‫ وأدركتك رقة تحول بينك وبين‬،‫ فإنك إذا نظرت في وجهي رحمتني‬،‫ت كبني لوجهي على جبيني‬
َِ ‫يا أب‬
‫أمر هللا وأنا ال أنظر إلى الشفرة فأجزع‬

Artinya,َ “Wahaiَ ayahku!َ Palingkanlahَ wajahkuَ hinggaَ takَ terlihatَ olehmu!َ


Karena sungguh, jika melihat wajahku, engkau akan selalu merasa iba. Perasaan iba itu
dapat menghalangi kita untuk melaksanakan perintah Allah. Apalagi di depan mataku
terlihatَ kilatanَ pisauَ yangَ sangatَ tajam,َ tentuَ membuatkuَ ketakutan.”َ (Syekhَ Abuَ
Ishaq bin Ibrahim Ats-Tsa’labi,َ Tafsir Ats-Tsa’labi,َ [Beirut,َ Darulَ Ihya’:َ 2002َ M],َ
halaman 1901). Lagi-lagi sosok Nabi Ismail sangat berperan dalam menjalankan
perintah Allah ketika perintah yang harus dilakukannya merupakan perintah tidak bisa
diterima oleh akal. Kemudian, Nabi Ibrahim kembali menuruti permintaan anaknya.
Namun, yang terjadi masih saja seperti semula, pisaunya yang sangat tajam tetap tidak
bisa melukai Nabi Ismail. Berbagai pertanyaan muncul saat itu, di mana pisau yang
sangat tajam, bahkan bisa membelah batu yang begitu keras tidak bisa melukai leher
Nabi Ismail yang begitu halus dan lembut. Saat itulah Allah menurunkan firman-Nya,
sekaligus menjawab berbagai pertanyaan itu. Dalam Al-Qur’anَdisebutkan,

َُ ‫ن َهذَا لَ ُه ََو ْال َبَل َُء ْال ُم ِبي‬


ُ‫ن َوفَدَ ْينَا َه‬ ََّ ‫الرؤْ يا ِإنَّا َكذَلِكََ نَ ْج ِزي ْال ُم ْح ِسنِينََ ِإ‬
ُّ ََ‫صدَّ ْقت‬
َ َْ‫ن َيا ِإب َْراهِي َُم قَد‬َْ َ ‫َونَادَ ْينَا َهُ أ‬
ََ‫علَ ْي َِه فِي ْاْلخِ ِرين‬
َ ‫عظِ يمَ َوت ََر ْكنَا‬ َ َ‫ ِب ِذبْح‬.

Artinya,َ “Laluَ Kamiَ panggilَ dia,َ ‘Wahaiَ Ibrahim!َ Sungguh,َ engkauَ telahَ
membenarkanَmimpiَitu.’َSungguh,َdemikianlah Kami memberi balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik. Sungguh ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami tebus
anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian)
di kalangan orang-orangَ yangَ datangَ kemudian,”َ (Surat As-Saffat ayat 104-108).
Seperti itulah kisah heroik, histeris, dan sangat dramatis yang terjadi pada Nabi Ibrahim
danَ putranya,َ Nabiَ Ismailَ ‘alaihimasَ salam.َ Ketikaَ keimananَ danَ keyakinanَ sudahَ
melekat dalam jiwa, ia mampu mengalahkan segala kemauan yang bersifat rasionalitas.
Meski rasio tidak menerima akan tindakan seorang ayah untuk menyembelih anaknya,
namun keimanan lebih ia kedepankan dari semuanya. Setelah semua skenario itu
selesai, sangat tampak kesabaran dan ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Oleh
karenanya Allah tidak menghendaki penyembelihan itu terjadi, bahkan melarangnya
dan mengganti kurbannya dengan seekor kambing. Menurut Syekh Jalaluddin Al-
Mahalli dalam Kitab Tafsir Al-Qur’anَ al-Karim, kambing yang digunakan sebagai
9
ganti dari penyembelihan tersebut merupakan sembelihan yang agung (dzibhul azhim),
karena sebenarnya, kambing itu merupakan kurban Habil yang diangkat ke langit, saat
Allah memerintahkannya untuk melaksanakan kurban, lalu digembalakan di surga
untuk waktu yang sangat lama. 1

3. Nabi Musa A.S


Mempelajari Keteladanan dari Kisah Nabi Musa A.S- Mendengar kisah-kisah
nabi beserta segala mukjizatnya yang tidak semua manusia memilikinya sudah menjadi
hal yang sangat umum di kalangan umat islam. Karena sejak kecil bahkan di sekolah-
sekolah dasar pasti guru agama kita menyuguhkan kisah-kisah tersebut sebagai hal yang
harus diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya di sekolah kita juga bisa
mendengarkan kisah-kisah tentang nabi tersebut lewat ceramah-ceramah agama pada
acara tertentu yang membahas mengenai riwayat para nabi di masjid atau panggung
acara. Ada harapan dari berbagai kisah kenabian tersebut kita dapat mempraktekkannya
ke dalam kehidupan sehari-hari kita untuk terus menyebarkan kebaikan dan membuang
jauh segala keburukan.Sebab para nabi yang pernah ada walaupun diceritakan memiliki
kisah yang berbeda-beda namun memiliki satu ciri utama yaitu memiliki suri tauladan
yang baik dalam menghadapi setiap kesulitan yang mereka alami dalam mensyiarkan
perintah Tuhan dan ajaran agama yang baik. Walau dikisahkan para nabi ini selalu
menghadapi rintangan berupa penghinaan, penolakan, bahkan ancaman pembunuhan
namun sebagai utusan Tuhan mereka selalu membalas berbagai perbuatan kurang
menyenangkan tersebut dengan kebaikan dan selalu percaya dengan adanya kuasa
Tuhan Yang Maha Esa.Tidak terkecuali bagi nabi Musa A.S yang dalam kisahnya kita
ketahui bahwa beliau berdakwah menyampaikan perintah Tuhan sambil melawan raja
yang zalim yaitu Firaun yang sudah terkenal akan kekejamannya bahkan mengakui
dirinya sendiri sebagai Tuhan. Namun Nabi Musa A.S tetap berjuang melawan
kezaliman tersebut apapun yang terjadi. Oleh karena itu, sangat baik bagi kita umat
islam meneladani sifat-sifat dari nabi Musa A.S tersebut sebagai panduan kita untuk
menjalani kehidupan di dunia ini agar kita senantiasa melakukan kebaikan dan percaya
dengan kuasa Tuhan karena jika kita percaya oleh kuasa-Nya segala hal pasti akan
mungkin terjadi asal kita yakin dan percaya. Untuk itu sebagai panduan dalam

1
https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/sejarah-kurban-teladan-nabi-ibrahim-dan-nabi-ismail-7hy6W

10
menjalani kehidupan tersebut kita juga harus mengetahui apa saja suri tauladan yang
pernah dilakukan oleh nabi Musa A.S tersebut dan pada pembahasan kali ini kami telah
merangkum keteladanan nabi Musa A.S untuk sobat Grameds pelajari dan praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Nabi Musa AS adalah nabi ke-14 dari 25 nabi yang harus kita ketahui sebagai
umat muslim. Nabi Musa AS dikirim untuk memerangi kekejaman Firaun, raja Mesir
yang kejam saat ituNabi Musa AS termasuk salah satu utusan ulul azmi yang mendapat
mukjizat dari Allah SWT. Sebuah keajaiban diberikan dalam bentuk tongkat. Selain itu,
Allah SWT juga menurunkan kitab Taurat kepadanyaSalah satu utusan Ulul Azmi lahir
dariََBaniَIsrail.َSaatَitu,َMesirَberadaَdiَbawahَkekejamanَdanَkesombonganَFir’aun.َ
Raja Firaun tidak mau bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan
kepadanyaMusaَ ‘Alaihissalamَ adalahَ nabiَ terbesarَ Baniَ Israil.َ Syariahَ danَ kitabَ
Tauratnya adalah referensi untuk semua orang Israel dan para nabi yang mereka ajar.
Pengikutnya juga terbesar setelah umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
Sallam.Ia lahir ketika Firaun secara sadis menindas kaum bani israil. Anak laki-laki
mereka yang baru lahir dibunuh dan perempuan ditindas, menjadikan mereka pelayan
laki-laki dan objek penghinaan.Ketika ia lahir, ibunya khawatir, khawatir anaknya akan
jatuh ke tangan Firaun, karena bukan tidak mungkin, mengingat penguasa keji ini
mengirim banyak mata-mata ke seluruh negeri untuk menyelidiki terutama kegiatan
wanita. Dari anak-anak kaum bani israil, wanita hamil dan jenis kelamin bayi mereka
yang baru lahir. Dan jika seorang anak laki-laki ditemukan, dia dibunuh. Secara
kebetulan Tuhan menempatkan rumah keluarganya di dataran yang menghadap ke
Sungai Nil. Tuhan kemudian mengilhami ibunya untuk menyusui anak itu, lalu
membasuh dirinya di laut dan mengikat dirinya dengan tali agar arus yang kuat tidak
membawanya pergi. Namun sebagai cinta Allah kepada ibunya, Allah Subhanahu wa
Ta’alaَ jugaَ mengungkapkanَ kepadanya, “Artinyaَ “Danَ kamiَ ilhamkan kepada ibu
Musaَ;َ“Susuilahَdiaَdanَapabilaَkamuَkhawatirَterhadapnyaَmakaَjatuhkanlahَdiaَkeَ
sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati, karena
sesungguh-nya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah
seorang)َdariَparaَrasul”.َ(QS.َ28/Al-Qashash:َ7)”
Suatu hari, ketika sang ibu sedang menghanyutkan peti yang membawa
keranjang berisi bayi kesayangannya ke laut, tiba-tiba tali pengikatnya terlepas dan arus
membawanya pergi. Rupanya, Tuhan memerintahkan bahtera itu jatuh ke tangan
keluarga Firaun dan kemudian memberikannya kepada istri Firaun, Asiah. Dia sangat
11
senang ketika melihat penampilan bayi itu. Allah membangkitkan cinta kepadanya di
hati orang-orang, sehingga berita tentang dia menyebar ke seluruh dunia. Tidak
diragukan lagi berita itu juga sampai ke Firaun, dan dia mengirim pasukan untuk
menyelidiki dan membunuhnya. Tapi istrinya yang baik memohon padanya untuk tidak
membunuh anak itu, karena dia sangat lucu, dan siapa tahu, dia mungkin berguna suatu
hari nanti, dan dia benar-benar akan menjadi putra mereka. Berkat bujukan wanita itu,
bayi itu selamat dari pembunuhan.Pada saat yang sama istri Firaun sendiri bereaksi
dengan cepat dan menawarkan pelayanan kepada anak itu. Dia memanggil bayi di
seluruh negeri dan meminta mereka untuk mencoba menyusui, tetapi tidak ada yang
bisa. Karena bingung, mereka mengajaknya jalan-jalan dan berharap Tuhan akan
mempertemukannya dengan orang yang tepat. Dan akhirnya ia menemukan seorang
perawat melalui saudara perempuan Nabi Musa sendiri, yang (juga) tidak lain adalah
ibu kandung bayi tersebut. SuatuَkaliَseorangَpriaَbergegasَkeَMusaَ‘alaihissalamَdanَ
berkata:َ“WahaiَMusa,َsebenarnyaَadaَrencanaَuntukَmembunuhmu.َKeluarَdariَkotaَ
ini.َ Iniَ sarankuَ untukmu.”َ Musaَ ‘alaihissalam mengikuti nasehat laki-laki itu maka
keluarlahَiaَdenganَperasaanَkhawatirَserayaَberdoa.َDo’aَMusaَ‘Alaihissalam
Artinya:َ “Yaَ Tuhanku,َ Yangَ Mahaَ Kuasa,َ Yangَ Mahaَ Pengasihَ lagiَ Mahaَ
Penyayang,َ bebaskanlahَ akuَ dariَ cengkramanَ kaumَ Fir’aunَ yangَ aniaya.”َ (QSَ Al-
Qashash ayat 21).
Ketika ia sampai di tanah Madjan, ia menemukan sekelompok orang
memberikan air untuk ternak mereka. Di antara mereka ada dua gadis yang menyalakan
ternakَmereka.َMusaَ‘alaihissalamَmenyapa:َ“Mengapaَkamuَtidakَpergiَmengambil
airَ denganَ mereka?”َ Keduaَ gadisَ ituَ menjawab:َ “Kamiَ tidakَ bisaَ mendapatkanَ airَ
kecuali orang-orang berhenti mengambilnya dan karena kami tidak cukup kuat untuk
melawan dan mengusir orang banyak. Ayah kami sudah tua, itu sebabnya dia tidak
bisa datangَ kesiniَ untukَ mengambilَ air.َ ”َ Padaَ saatَ inilahَ Musaَ ‘alaihissalamَ
membantu kedua gadis itu menyirami ternak mereka. Setelah ditolong, Musa
‘alaihissalamَ berlindungَ diَ bawahَ pohonَ danَ berdoa,َ “Tuhan,َ akuَ sangatَ
membutuhkan kebaikan yang Engkau kirimkan kepadaku”.َKeduaَgadisَyangَditolongَ
olehَMusaَ‘alaihissalamَpulangََdanَmemberitahuَayahَmerekaَbahwaََseseorangَyangَ
berhatiَmuliaَtelahَmembantuَmereka.َSalahَseorangََgadisَberkata:َ“Wahaiَayahku,َ
bawalah dia (Musa) untuk bekerja bersama kami. Sepertinya dia adalah orang yang kuat
danَdapatَdiandalkan.”َSangَayahَmenyetujuiَpermintaanَputrinya.َTernyataَayahَdariَ
keduaَwanitaَituَtakَlainَadalahَNabiَSyu’aibَ‘alaihissalam.َDiَsinilahََNabiَSyu’aibَ
12
alaihissalam bertemu dengan Nabi Musa alaihissalam. Belakangan,َ Nabiَ Syu’aibَ
‘alaihissalamَmenikahkanَsalahَsatuَputrinyaَdenganَMusaَ‘alaihissalam.
NabiَMusaَ‘alaihissalamَmenerimaَmukjizatَdariَAllah,َyaituَtongkatَyangَbisaَ
berubahَ menjadiَ ular.َ Tanganَ Musaَ ‘alaihissalamَ dapatَ memancarkanَ cahayaَ danَ
melindunginyaَdariَrasaَtakut.َMusaَ‘alaihissalamَmelakukanَduaَmukjizatَiniَuntukَ
melawanَFir’aunَdenganَparaَdukunnya.َKedatanganَNabiَMusaَ‘alaihissalamَdiَMesirَ
membuat Firaun marah dan ia menuduh Musa sebagai dukun yang ingin mengusir
Firaun ke luar negeri tempatَiaَberkuasa.َMusaَ‘alaihissalamَmengingatkanَFir’aun,َ
“Janganَ berbohong,َ kamuَ akanَ dihancurkanَ danَ menderitaَ azabَ Allahَ Subhanahuَ
wata’ala.”َFiraunَdanَparaَpenyihirnyaَterusَmelawanَdanَmenentang.َAkhirnyaَMusaَ
‘alaihissalamَ melayaninyaَ danَ berkata: “Kalauَ begituَ kumpulkanَ semuaَ dukunmu,َ
kumpulkan,َ kitaَ akanَ bertemuَ diَ suatuَ tempat.”َ Padaَ hariَ pertemuanَ itu,َ penyihirَ
Firaunَ berkata,َ “Ya,َ Musa!َ lemparlahَ tongkatmuَ dulu,َ atauَ kamiَ yangَ akanَ
memulainyaَterlebihَdulu?”َMusaَ‘alaihissalamَberkata:َ“Kamuَadalahَyangَpertama.”َ
PenyihirَFir’aunَkemudianَmelemparkanَtaliَdanَtongkatnyaَyangََmenjadiَularَyangَ
merayapَ diَ sekitarَ Nabiَ Musaَ alaihissalam.َ Kemudianَ Allahَ Subhanahuَ Waَ Ta’alaَ
berfirman:“Artinya:َ“Danَlemparkanlahَapaَyangَadaَdiَtanganَkananmu,َniscaya ia
akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu
adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari
manaَ sajaَ iaَ datangnya.”َ (Q.Sَ Thaha/20:َ 69)”. Nabiَ Musaَ ‘alaihissalamَ menaatiَ
perintah AllahَSubhanahuَwata’alaَKemudianَiaَ melemparkanَtongkatnyaَdanَpadaَ
saat itu menjadi ular besar yang merangkak dan memakan penyihir Firaun. Kejadian
ini menyebabkan beberapa ahli sihir Firaun mengaku kalah dan bersujud di hadapan
Tuhan. Sebagaimana firman Allah :
Artinya:َ “Laluَ tukang–tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya
berkata:َKamiَtelahَpercayaَkepadaَTuhanَHarunَdanَMusa.”َ(Q.SَThaha/20:َ70)”
Bersama pasukannya, dia disiksa dia akan membunuh orang-orang mukmin
termasuk istrinya Melihatَ ini,َ Nabiَ Musaَ ‘alaihissalamَ danَ orang-orang mukmin
mundurَ danَ melarikanَ diriَ dariَ kotaَ Mesir.َ Fir’aunَ danَ pasukannyaَ terusَ mengejarَ
Nabiَ Musaَ ‘alaihissalamَ danَ paraَ pengikutnyaَ diَ dekatَ Lautَ Merah.َ Nabiَ Musaَ
‘alaihissalamَ danَ paraَ pengikutnyaَ bingung.َ Saat itu, wahyu Allah Subhanahu
wata’alaَmenyuruhَMusaَ‘alaihissalamَuntukَmemukulkanَtongkatnyaَkeَpermukaanَ
Laut Merah. Tiba-tiba laut terbelah menjadi dua. Mereka memiliki jalan yang panjang.
NabiَMusaَ‘alaihissalamَdanَparaَpengikutnyaَterusَberlariَdi sepanjang jalan panjang
13
yang membentang ke sisi lain. Dari kejauhan, Firaun dan pasukannya terlihat mengejar
Nabiَ Musaَ ‘alaihissalam.َ Akhirnyaَ Nabiَ Musaَ ‘alaihissalamَ sampaiَ diَ seberangَ
dengan selamat. Sementara Firaun dan pasukannya masih berada di tengah jalan. Pada
saatَ itu,َ Allahَ Subhanahuَ wata’alaَ mengembalikanَ Lautَ Merahَ keَ keadaanَ semula.َ
Laut menelan Firaun dan pasukannya. Demikianlah pembalasan Allah Subhanahu
wata’alaَterhadapَorang-orang yang durhaka.2
4. Nabi Isa
Nabi Isa a.s. ketika diangkat menjadi rasul untuk berdakwah, ia sering
mengunjungi tetangga dan kerabatnya untuk menerima panggilannya berdakwah. Ia
sangat suka silaturahmi, karena ia mengerti bahwa silaturahmi mempererat
persaudaraan. Dengan tetap berhubungan silaturahmi, orang lain merasa senang karena
saudara mereka datang mengunjungi mereka. Jadi sering-seringlah datang untuk
mengunjungi kerabat, tetangga dan saudara untuk berteman dan mengenal
persaudaraan. Karena silaturahmi juga dapat meningkatkan kehidupan, sebagaimana
sabda Nabi Muhammad SAW. Silaturahmi menghilangkan permusuhan dan
sebaliknya mempererat persaudaraan.
Nabi Isa a.s. adalah sosok nabi yang sangat gigih memperjuangkan keimanan
kepada Allah SWT, meski diolok-olok sebagai anak yatim piatu. Ia juga difitnah oleh
umatnya sendiri karena tugas dakwahnya dan ia hanya terpanggil untuk beribadah
kepada Allah. Dia juga dianiaya oleh kaum bani israil dan diancam akan dibunuh serta
dikhianati oleh muridnya Yahuza atau Yudas Iskariot. Namun, Allah swt.
menyelamatkan Nabi Isa a.s.dari pembunuhan dengan menaikkannya ke langit
sebagaimana firman Allah swt. Q.S. an-Nisa’َ(4):َ159:َ“danَ(Kamiَhukumَjuga)َkarenaَ
ucapanَmereka,َ“SesungguhnyaَkamiَtelahَmembunuhَAl-Masih, Isa putra Maryam,
Rasulَ Allah,”’َ meskipunَ merekaَ tidak membunuhnya dan tidak membunuh; (atau)
menyalibkan dia, tetapi (yang mereka bunuh) seorang pria yang menyerupai dengan
nabi Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa,
selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu
(siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi
mereka tidak yakin telah membunuhnya. Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-
Nya.َAllahَMahaَPerkasa,َMahaَBijaksana.”َQ.S.َan-Nisa’ (4): 157-158)..

2
https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/teladan-kejujuran-rasulullah-dalam-berdagang-PooTb#closeds

14
5. Nabi Muhamad
Nabi Muhammad diutus untuk mengislamkan orang kafir, bukan mengkafirkan
sesama manusia apalagi mengkafirkan orang yang jelas-jelas beragama Islam. Dalam
proses dakwah Islam tersebut, akhlak luhur dan mulia menjadi pondasi utama Nabi
Muhammad di hadapan manusia dan bangsa yang beragam, baik rakyat jelata, pejabat,
hingga raja serta teladan yang baik kepada sahabat, suku, dan kelompok-kelompok dari
berbagai macam agama. Nabi Muhammad menyadari hidup di tengah suku, bangsa,
dan agama yang beragam. Hal ini menjadi perhatian penting beliau ketika hijrah ke
Yatsrib (Madinah) sekitar tahun 622 M. Beliau dan para sahabatnya melakukan hijrah
dari Makkah ke Madinah pada tahun ke-13 masa kenabian. Hal itu merujuk pada
dakwah Nabi di Makkah yang berjalan selama 13 tahun. Adapun peristiwa hijrah Nabi
tersebut dijadikan dasar perhitungan tahun hijriah yang dilmulai pertama kali pada
momen tersebut. Nabi menyampaikan risalah Tauhid dan memimpin umat Islam di
Makkah. Setelah berhijrah ke Yatsrib karena berbagai hal, Nabi bertemu dengan
berbagai kelompok, suku, dan agama. Masyarakat Madinah sedari awal sudah plural
atau majemuk sehingga memerlukan kepemimpinan yang kuat untuk merangkul semua
bangsa di Yatsrib. Di Madinah, Nabi Muhammad hendak mewujudkan masyarakat
yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghaffur. Dibuatlah kesepakatan bernama Piagam
Madinah (Mitsaq al-Madinah), berisi 47 pasal yang mengatur kehidupan bersama
warga bangsa di Madinah.
Di sini, Nabi hanya memberikan inspirasi kepada umat Islam bagaimana
membangun sistem pemerintahan Islami berdasarkan kesepakatan bersama warga
bangsa. Kendati demikian, Islam tetap menjiwai praktik kepemimpinan yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad kala itu. Perlu dicatat bahwa ketika Nabi membangun
komunitas baru di Madinah, Nabi tidak pernah mengemukakan satu pun bentuk
pemerintahan politik yang baku dan diikuti oleh para penerusnya. Sejarah mencatat
bahwa tidak mekanisme politik standar dan baku yang berlaku bagi pergantian
pemerintahan di masa Abu bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Bahkan ironisnya, di antara
keempat sahabat besar ini hanya Abu Bakar lah yang meninggal secara wajar, karena
yang lain (Umar, Utsman, dan Ali) meninggal terbunuh. Hal ini menunjukkan bahwa
risiko yang ditanggung atas sebuah kekhalifahan cukup besar karena kera kali
memunculkan konflik dan gesekan, baik dari perspektif pandangan keagamaan
maupun kebijakan politik. Keempatnya merupakan khalifah besar setelah Nabi
Muhammad wafat. Mereka menjunjung tinggi kepemimpinan Nabi yang kerap
15
melakukan musyawarah. Mereka juga tidak pernah menunjuk keluarganya untuk
menggantikan dirinya menjadi khalifah. Masyarakat Islam bisa belajar bahwa Mitsaq
al-Madinah menjadi bukti otentik dalam sejarah peradaban Islam bahwa negara
pertama yang didirikan Nabi Muhammad SAW ialah negara Madinah, negara
kesepakatan atau perjanjian (Darul Mitsaq), bukan negara Islam, bukan daulah
Islamiyah atau khilafah dalam pandangan kelompok Hizbut Tahrir dan ISIS.
Dengan demikian, tidak otomatis khilafah ISIS atau kampanye khilafah Hizbut
Tahrirَ adalahَ khilafahَ ‘alaَ minhajinَ nubuwwah.َ Karena justru yang dilakukan
kelompok ISIS mencederai nilai-nilai ajaran Islam yang menjunjung tinggi kasih
sayang terhadap sesama. Mereka mengangkat senjata, menumpahkan darah, dan tidak
segan-segan membantai kelompok mana pun yang berbeda pandangan serta tidak
mengikuti daulah yang ingin didirikannya. Begitu juga dengan khilafah yang terus
didengungkan oleh Hizbut Tahrir. Dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), kelompok Hizbut Tahrir justru ingin mengubah dasar negara
dengan menolak Pancasila dan segala sistemnya. Layaknya Piagam Madinah,
Pancasila merupakan konsensus kebangsaan yang disepakati oleh para pendiri bangsa
(founding fathers) Indonesia. Para pendiri bangsa di antaranya terdiri dari para ulama
dan aktivis Islam. Mereka paham agama dan fiqih siyasah sehingga negara berdasarkan
Pancasila tidak menyalahi syariat Islam. Justru syariat dan nilai-nilai Islam menjadi
jiwa bagi Pancasila. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan
sosial merupakan nilai-nilai universal Islam yang terkandung dalam Pancasila. Jika
khilafahَ ‘alaَ minhajinَ nubuwwahَ diterjemahkanَ sebagaiَ sistemَ pemerintahanَ yangَ
mengikuti jejak kenabian, Indonesia merupakan negara yang mempraktikkannya.
Ukurannya bisa dilihat bahwa Nabi Muhammad mendirikan negara kesepakatan
(Darul Mitsaq) bersama umat beragama, suku, dan kabilah-kabilah di Madinah
berdasarkan Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah). Tidak terpungkiri, teladan Nabi
Muhammad dalam membangun negara Madinah berdasarkan perjanjian dan
kesepakatan bersama telah menginspirasi ulama-ulama pendiri bangsa di Indonesia
bersama para tokoh nasionalis untuk menyusun dasar negara, Pancasila dan UUD
1945.3

3
Zaid Husein Alhamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, Cet.1, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), hlm. 83.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari sekian ulasan yang telah kami buat dapat kami simpulkan bahwa setiap nabi utusan
Allah adlah manusia yang begitu indah ketabahan dan kesabarannya dan semoga kita semua
bisa mengambilan hikmah dari kisah teladan mereka, Amiin.

B. Saran

Ambilah sisi positif dari hasil kerja kami ini dan kami mohon perbaikanya jika dalam
makalah ini ada kesalahan agar kami dapat memperbaikinya di masa yang akan datang.
Lihatlahَapaَyangَdikatakan,َjanganَmelihatَsiapaَyangَmengatakan”َmungkinَituَadalahَsuatu
pepatah yang cocok dengan hasil kerja kami ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Zaid Husein Alhamid, Kisah 25 Nabi dan Rasul, Cet.1, (Jakarta: Pustaka
Amani, 1995), hlm. 83.

https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/sejarah-kurban-teladan-nabi-ibrahim-dan-nabi-ismail-
7hy6W

https://islam.nu.or.id/sirah-nabawiyah/teladan-kejujuran-rasulullah-dalam-berdagang-
PooTb#closeds

18

Anda mungkin juga menyukai