Anda di halaman 1dari 9

Fitri Herfianti

HADITS KE -28
28
HADITS KE-28
Abu Najih al-Irbadh bin Sariyah ra. berkata, Rasulullah
saw. menasehati kami dengan nasehat yang membuat
hati kami luluh, dan air mata kami berderai.” Kami
bertanya, “Wahai Rasulallah, seakan-akan ini nasehat
perpisahan, karena itu berilah kami pesan terakhir.”
Beliau bersabda, “Aku perpesan kepada kalian agar
bertakwa kepada Allah swt. patuh dan taatlah meskipun
pemimpin kalian adalah seorang budak, karena orang
yang hidup sesudahku pasti akan menyaksikan banyak
pertikaian. Karena itu, berpegangteguhlah kepada
sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyiddin yang
mendapat petunjuk. Gigitlah sunah-sunah itu dengan
gigi geraham. Dan hidarilah hal-hal yang baru [dalam
soal agama], karena semua yang bid’ah [baru dalam soal
agama] itu sesat.” (HR Abu Dawud dan Tirmdizi. Imam
Tirmidzi mengatakan, hadits ini hasan shahih)
Presentation title 2
KANDUNGAN HADITS
1. NASEHAT YANG MENYENTUH.

Agar sebuah nasehat mempunyai pengaruh yang kuat, maka harus memiliki syarat:
A. Tema yang tepat
Sebenarnya Rasulullah saw. telah mencontohkan kepada kita, beliau sering menasehati para
shahabat di luar khutbah-khutbah yang formal. Nasehat-nasehat tersebut mempunyai pengaruh
yang luar biasa bagi para shahabat. ini semua dilakukan sebagai bentuk realisasi dari firman
Allah yang artinya: “Serulah [manusia] kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik.” (an-Nahl: 125)

B. Dengan Bahasa yang baik


Bahasa yang baik dan jelas akan membantu seseorang untuk lebih mudah memahami dan
menerima apa yang ia dengar, bahkan bahasa yang baik juga lebih mempunyai efek langsung
terhadap hati. Allah berfirman, “Dan berilah mereka pelajaran dan katakanlah kepada mereka
perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” (an-Nisaa’: 63)
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Rasulullah saw. menasehati kami dengan nasehat yang
membekas pada jiwa.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)

4
C. Nasehat tidak terlalu Panjang
Nasehat yang terlalu panjang dapat membosankan orang yang mendengar, hingga manfaat yang
diinginkan tidak bisa dicapai. Rasulullah saw. senantiasa memendekkan berbagai khutbah dan
nasehatnya.
Jabir bin Samurah ra. berkata, “Aku shalat bersama Rasulullah saw. Shalatnya tidak terlalu
panjang. Begitu juga khutbahya.” (HR Muslim)
Dalam sebuah hadits disebutkan, “Bahwa Rasulullah saw. memanjangkan khutbah Jum’at, akan
tetapi hanya beberapa kalimat pendek.” (HR Abu Dawud)

D. Memilih waktu yang tepat


Rasulullah saw. tidak terus menerus memberikan nasehat. Abi Wail ra. berkata, “Ibnu Mas’ud
selalu menasehati kami setiap hari Kamis. Maka seorang laki-laki berkata kepadanya, ‘Wahai
Abu Abdurrahman [Ibnu Mas’ud], kami senang dengan nasehatmu. Kami sangat mengharapkan
jika engkau menasehati kami setiap hari.” Ibnu Mas’ud menjawab, “Saya tidak memberi nasehat
kalian setiap hari karena saya takut menjemukan kalian. Sesungguhnya Rasulullah saw.
mengatur waktu dalam memberikan nasehat kepada kami, beliau khawatir kami bosa.” (HR
Bukhari dan Muslim)

5
2. SIFAT PEMBERI NASEHAT YANG SUKSES

Agar nasehat bisa diterima, maka seorang pemberi nasehat harus memiliki beberapa syarat berikut ini:
A. Yakin dengan apa yang dikatakan
Keyakinan terhadap apa yang dinasehatkan mempunyai dampak yang besar bagi orang yang menerima nasehat. Karena jika orang yang mendengarkan
nasehat menangkap gelagat keraguan dari orang yang memberi nasehat, maka bisa dipastikan orang tersebut tidak akan percaya apalagi menaruh
perhatian. Keyakinan ini akan tampak pada cara dan nada bicaranya juga pada sikap dan raut mukanya.
Jabir bin Abdullah ra. berkata, “Ketika berkhutbah dan membahas tentang hari Kiamat, Rasulullah saw. terlihat marah, suaranya meninggi, kedua
matanya memerah. Seolah-olah beliau sedang memberikan komando kepada pasukan perang.”
B. Hati yang bersih
Orang yang hatinya bersih akan berbicara dari hati, maka hati pula yang akan menerimanya. Namun jika hati penuh debu-debu dosa maka ucapan yang
keluar hanyalah sebatas bibir, sehingga hanya akan masuk telinga kanan dan keluar dari telinga kiri atau sebaliknya.
Diriwayatkan bahwa suatu saat Hasan al-Bashri mendengarkan seseorang berceramah di masjid Bashrah, namun ceramah tersebut tidak mempunyai
pengaruh sama sekali terhadap Hasan al-Bashri. Maka setelah orang-orang yang ada di situ meninggalkan tempat, ia berkata kepada si penceramah, “Bisa
jadi karena di hatimu ada penyakit. Atau justru di hatiku.”
C. Ucapan sesuai dengan perbuatan.
Orang-orang yang tertarik dengan ucapan seseorang, biasanya akan mengamati perilaku orang yang berbicara tersebut. Jika ucapannya sesuai dengan
perilakunya, maka akan diikuti. Namun jika tidak maka ucapan tersebut akan ditolak. Karena itulah ada orang berkata, “Barangsiapa yang memberikan
nasehat dengan ucapannya, maka ucapannya akan sirna begitu saja. sedangkan barangsiapa memberikan nasehat dengan perbuatannya, maka
nasehatnya akan mengenai sasaran.”
Firman Allah yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (ash-Shaaf: 2-3)

6
3. KEUTAMAAN DAN KEBERSIHAN HATI PARA SHAHABAT

• Ketakutan yang menyelimuti hati para shahabat Rasulullah saw. dan air mata yang bercucuran ketika mendengar
nasehat Rasulullah saw. adalah bukti keutamaan, kebersihan hati dan ketinggian tingkat keimanan mereka. wajar
kalau mereka mendapatkan pujia dari Rasulullah saw. dan dari Allah secara langsung. Pujian itu terdapat dalam
ayat yang artinya:
• “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul [Muhammad], kamu lihat mata mereka
mencucurkan air mata disebabkan kebenaran [al-Qur’an] yang telah mereka ketahui [dari kitab-kitab mereka
sendir].” (al-Maaidah: 83)
• Dalam ayat-Nya yang lain, ketika memuji orang-orang mukmin secara keseluruhan, “Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka.” (al-Anfaal: 2)

7
KANDUNGAN HADITS
6. Komitmen terhadap
4. PESAN 5. PESAN 7. Peringatan dari
sunnah Nabi dan Sunnah
Khulafaur Rasyidin Bid’ah
8&9
TAKWA TAAT
Taat kepada Arti kata sunnah “Barangsiapa yang 8. Anjuran untuk
Ketakwaan juga menciptakan hal yang
merupakan pesan Allah pemimpin muslim adalah jalan yang memberi pesan,
dalam hal-hal yang biasa dilalui. baru dalam urusan ketika hendak
terhadap orang-orang kami [masalah agama]
yang terdahulu dan juga ma’ruf, hukumnya Komitmen terhadap berpisah, terhadap
yang sebenarnya bukan
terhadap kita semua. wajib. Sebagaimana sunnah adalah darinya [agama] maka hal-hal yang
Allah berfirman yang firman Allah: “Hai komitmen dengan tertolak.” membawa maslahat
artinya, “Dan sungguh semua keyakinan, dan kebahagiaan di
orang-orang yang Artinya bahwa semua
Kami telah dunia maupun
memerintahkan beriman, taatilah ucapan dan perkara yang baru
[mewasiatkan] kepada Allah dan taatilah perbuatan Nabi saw. dalam masalah agama, akhirat
Rasul[Nya] dan ulil dan para khulafaur yang tidak mempunyai 9. Larangan untuk
orang-orang yang diberi dasar syar’i, maka
kitab sebelum kamu amri di antara kamu.” rasyidin. menciptakan sesuatu
perkara tersebut tercela
dan [juga] kepada (an-Nisaa’: 59) dan merupakan bid’ah yang baru dalam
kamu; bertakwalah yang menyesatkan. masalah agama,
kepada Allah.” (an- yang tidak memiliki
Nisaa’: 131) dasar syar’i

8
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai