Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HADIST DAN UNSUR-

UNSURNYA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadist

Dosen Pengampu

M. Bustanul Ulum, M.pd.

Oleh

ALEX FERNANDA NIM : 201944012566


WIDODO NIM : 201944012561
ABDUL WARO’UDDIN NIM : 201944012560
TAUFIK KURROHMAN NIM : 201944012562

Program Studi Pedidikan Agama Islam

Institut Agama Islam Al Falah Assunniyyah

Kencong Jember Tahun 2020 - 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan nikmat kepada kami. Sehinga kami mampu menyelesaikan “ MAKALAH
ULUMUL HADITS” sesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kami buat
dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata ulumul hadits.

Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah ada. Namun, hanya
lebih pendekatan pada materi atau membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai
referensi. Yang bisa memberikan tambahan pada hal yang terkait dengan ulumul hadits dalam
perkembangan keislaman.

Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan
mengkaji materi  ulumul hadits dari berbagai referensi. Kami menggunakan metode
pengumpulan data ini, agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yang
mudah difahami.
iii.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB    I         PENDAHULUAN………………………………………………1
A.      Latar Belakang……………………………………………………1
B.      Rumusan Masalah………………………………………………..1

BAB    II       PEMBAHASAN…………………………………………………2
A Pengertian Hadist,Sunnah,Khabar,Atsar,Persamaan, dan Perbedaan. . .2

B Unsur-unsur Hadist . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .8

BAB    III      PENUTUP…………………………………………………….. 10
A. Kesimpulan………………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….....11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits adalah sumber hukum kedua setelah al-Quran yang merupakan penjelasan dari
ayat-ayat al-Quran yang bermakna umum. Akan tetapi tidak sedikit umat Islam yang belum
memahami apa itu hadits. Sehingga dikhawatirkan suatu saat nanti akan terjadi kerancuan dalam
hadits, karena tidak mengertinya dan mungkin karena kepentingan sebagian kelompok untuk
membenarkan pendapat kelompok tersebut. Sehingga mereka menganggap yang memakai
bahasa arab dan dikatakan hadits oleh orang yang tidak bertanggung jawab itu mereka anggap
hadits.
Hadits memiliki sinonim yang hampir sama dengan sunnah, kahabar dan atsar. Hadits
mempunyai beberapa struktur yaitu sanad, matan, rawi yang masing-masing mempunyai peran
penting dari keadaan suatu hadits tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut penulis akan menjelaskan pengertian hadits, sunnah, khabar,
dan atsar. Sehingga kita dapat memahami hadits, sunnah, khabar, dan atsar beserta unsur-
unsurnya secara singkat agar mudah di mengerti oleh pembaca.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Hadits, Sunah, Khabar, Atsar persamaan dan perbedaan ?
2. Bagaimana pengertian Sanad, Matan, Rawi ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, Atsar, Persamaan dan Perbedaan
1.Pengertian Hadits
Hadits adalah teladan dari Nabi Muhammad ‫ﷺ‬yang wajib diikuti. Sebagian besar hadits
diriwayatkan secara lisan oleh para sahabat kepada generasi penerus mereka (tabi’in).
Hadits atau al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang baru. Hadits juga
sering disebut dengan ‫( الخبر‬al-khabar), yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan
dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan hadits.
Hadits secara etimologi berarti ”baru dari segala sesuatu”. Kata hadits mengandung
pengertian sedikit dan banyak. Firman Allah ‫ ﷻ‬dalam Q.S. Adh-Dhuha:11 yang artinya “Dan
terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”.
Maksudnya sampaikanlah risalah. Dengan demikian, secara etimologi kata Hadits sinonim
dengan kata al-khabar.
Sedangkan secara istilah (terminologis) sinonim dengan Sunnah.Keduanya diartikan sebagai
segala sesuatu yang diambil dari Rasul ‫ ﷺ‬sebelum dan sesudah diangkat menjadi Rasul, akan
tetapi pada umumnya hadits dipakai sebagai segala sesuatu yang diriwayatkan oleh Rasul ‫ﷺ‬
setelah kenabian baik itu berupa sabda, perbuatan maupun taqrir.
3
Para ulama berbeda pendapat dalam memberikan pengertian tentang hadits.
a. Ulama Hadits umumnya menyatakan, bahwa “Hadits ialah segala ucapan Nabi, segala
perbuatan beliau, segala taqrir (pengakuan) beliau dan segala keadaan beliau”.
b. Ulama Ushul menyatakan, bahwa: “Hadits ialah segala perkataan, segala perbuatan dan taqrir
Nabi, yang bersangkut paut dengan hukum”.
c. Sebagian Ulama, antara lain At-Thiby menyatakan, bahwa: “Hadits ialah segala perkataan,
perbuatan dan taqrir Nabi, para sahabat-sahabatnya dan para tabi’in”.
Perbedaan pandangan tersebut kemudian melahirkan dua macam pengertian hadits, yakni
pengertian terbatas dan luas. Pengertian hadits secara terbatas adalah segala berita yang
berkenaan dengan sabda, perbuatan, taqrir, dan hal ikhwal Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. Adapun
pengertian secara luas, sebagaimana dikatakan Muhammad Mahfudz At-Tirmidzi,
“sesungguhnya hadis bukan hanya yang dimarfukan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬melainkan
dapat pula disebut pada yang mauquf (dinisbatkan pada perkataan dan segainya dari sahabat) dan
maqthu’(dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari tabi’in)”.

Adanya perbedaan ini karena berbedanya dalam meninjau hadits tersebut.


Contoh Hadits Nabi:
a. Yang berupa perkataan/ Sabda:
ِ َ‫ضعوسبعونَ ُشعبةًواحْل ياء ُشعبةٌِمْناِإْل مي‬
‫ان‬ َ ْ ُ ََ َ َ ْ ُ ْ َ َ ٌ ْ ِ‫صلَّىاللَّ ُه َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َقااَل ِإْل ميَانُب‬
َ ِّ‫َعْنالنَّبِي‬
“Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bersabda: iman itu ada tujuh puluh cabang. Dan malu itu cabang dari
iman”.

b.   Yang berupa perbuatan:

َ‫اسَت ْقبَاللْ ِقْبلَة‬


ْ ‫صلِّيَالْ َمكْتُوبَةَ َنَزل َف‬
َ ُ‫اَأر َادَأْني‬ ‫ِ ِإ‬ ِِ ِ ِ ِ
َ ُ‫عْن َجابِ ِربْن َعْبداللَّ ِهَأنَّالنَّبِيَّ َكا َني‬ 
َ ‫صلِّ َيعلَ َىراحلَتهنَ ْح َوالْ َم ْش ِرق َف َذ‬ َ
“Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW shalat di atas kendaraannya
menuju kearah Timur. Namun ketika beliau mau shalat wajib, beliau turun dan shalat
menghadap kiblat”. (HR. Bukhari)

c.   Yang berupa taqrir (pengakuan)


4
Para ulama pada umumnya beerpendapat bahwa hadist adalah semua perkataan,
perbuatan, taqrir, dan hal hal lain yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW.
Yang dimaksud taqrir (pengakuan) ialah apabila nabi mendiamkan atas perbuatan yang
dilakukan oleh sahabat. Misalnya pada suatu ketika nabi bersama Khalid bin Walid berada dalam
suatu jamuan makan yang dihidangkan daging biawak (dhabb) . Nabi tidak menegur atas adanya
jamuan dari daging biawak (dhabb), dan ketika Nabi dipersilahkan untuk memakannya beliau
bersabda:
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ َولَكْنلَ ْميَ ُكْنبِ َْأرض َق ْومي َفَأج ُدن‬،َ‫ال‬
.ُ‫يَأعافُه‬
“Tidak, tetapi binatang ini tidak ada di tanah kaumku sehingga aku merasa jijik padanya”

‫قَاخَلَالِ ٌد‬:‫هلل‬
ِ ‫فَاجَترر ُته َفَأ َك ْلُتهورسواُل‬
ُ َ َُ ُ َْ ْ
“Kata Khalid: segera aku memotongnya dan memakannya, sedang Rasululllah ‫ ﷺ‬melihat
padaku”.
5
2. Pengertian Sunnah
Menurut etimologi, sunnah adalah jalan yang dilalui, baik terpuji atau tercela. Dalam
pengertian syara’, kata Sunnah dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang diperintahkan, dilarang
atau dianjurkan oleh Rasul ‫ﷺ‬, baik berbentuk sabda maupun perbuatan.
Dari sudut terminologi di kalangan ulama terdapat perbedaan pendapat. Hal ini
disebabkan karena perbedaan latar belakang, persepsi, dan sudut pandang masing-masing
terhadap diri Rasulullah ‫ﷺ‬. Secara garis besarnya mereka terkelompok menjadi 3 golongan:
a) Ulama Hadits membahas segala sesuatu dari Rasul ‫ ﷺ‬dalam kapasitas beliau sebagai imam
yang memberi petunjuk dan penuntun sebagai teladan dan figur bagi kita, karena diri beliau
sebagai “uswatun hasanah”
b) Ulama Ushul membahas segala sesuatu dari Rasul ‫ ﷺ‬dalam kapasitas beliau sebagai
pembentuk syari’at yang membentuk undang-undang kehidupan dan meletakkan kaidah-kaidah
bagi mujtahid sepeninggal beliau.
c) Ulama Fiqh meninjau dari segi pribadi Nabi ‫ﷺ‬. dalam seluruh aspek kehidupannya.
(perbuatan,perkataan,pengakuan) mempunyai nilai hukum, yang berkisar antara wajib, sunnah,
haram, makruh dan mubah.

Pengertian Sunnah menjadi beragam di kalangan para pengkaji syari’at, sesuai dengan
spesialisasi dan tujuan masing-masing. Uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sunnah
adalah segala sesuatu yang di ambil dari Rasul‫ﷺ‬, baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat
fisik, dan juga non fisik, sebelum atau sesudah menjadi Rasul.

3. Pengertian Khabar
Khabar adalah sebuah kata yang mengungkapkan tentang peristiwa di luar, baik yang
sesuai dengan fakta ataupun tidak, dengan kata lain, dalam khabar terdapat kemungkinan benar
atau yang telah didustakan.
Secara etimologi, khabar ialah berita yang disampaikan dari seseorang kepada seseorang.
Menurut terminologi khabar ialah berita dari Nabi ‫ﷺ‬, sahabat maupun dari tabi’in.

6
Khabar merupakan sinonim dari hadits. Keduanya digunakan untuk menyebut yang
Marfu’ (yang disandarkan kepada Nabi), Mauquf (yang disandarkan kepada sahabat), Maqthu’
(yang disandarkan kepada tabi’in). Sehingga ia mencakup segala sesuatu yang datang dari Rasul
‫ﷺ‬, sahabat, tabi’in.
Sebagian ulama mengatakan hadits adalah apa yang datang dari Nabi ‫ﷺ‬, sedang khabar
adalah apa yang dating dari selain Nabi ‫ﷺ‬.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa setiap hadits dapat dikatakan khabar,
tetapi tidak semua khabar dikatakan hadits. Jadi hadits lebih umum dan luas daripada khabar.

4. Pengertian Atsar
Para fuqaha memakai istilah atsar untuk perkataan-perkataan ulama salaf, sahabat, tabi’in
dan lain-lain.
Dari pengertian tentang hadits, sunnah, khabar, dan atsar, sebagaimana di uraikan di
atas, menurut jumhur ulama ahli hadits, dapat dipergunakan untuk maksud yang sama yaitu
bahwa hadits disebut juga dengan sunnah, khabar, dan atsar.
5. Persamaan dan Perbedaan
Dari keempat pengertian hadits, sunnah, khabar, dan atsar, terdapat
kesamaan dan perbedaan makna menurut istilah masing-masing. keempatnya memiliki kesamaan
maksud, yaitu segala yang bersumber dari Nabi ‫ ﷺ‬baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
taqrir. Dan hadits dapat juga disebut dengan sunnah, khabar dan atsar. Sedangkan perbedaannya
yakni
a. Hadits dan sunnah : terbatas pada perkataan, perbuatan, taqrir yang bersumber pada Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬, sedangkan sunnah segala yang bersumber dari nabi Muhammad ‫ ﷺ‬baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti ataupun perjalanan hidupnya, baik sebelum
diangkat maupun sesudah menjadi Rasul.

7
b. Hadits dan atsar : sebagian ulama hadits berpendapat bahwa khabar sebagai sesuatu yang
berasal atau disandarkan kepada selain Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, hadits sebagai sesuatu yang berasal
atau disandarkan kepada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
c. Hadits dan atsar : jumhur ulama berpendapat bahwa atsar sama artinya dengan khabar, yaitu
sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, sahabat dan tabi’in.
Atau lebih jelasnya lihat table berikut!

Hadits adalah setiap ucapan/ perkataan, perbuatan, dan ketetapan


Hadits
(taqrir) Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
Segala uacapan/ perkataan, perbuatan, dan ketetapan (taqrir) Nabi
Sunnah Muhammad ‫ ﷺ‬yang baik sebelum diangkat menjadi Rasul ataupun
sesudah diangkat menjadi Rasul.
Khabar adalah berita/ kabar yang berasal dari Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, para
Khabar
sahabat dan tabi’in
Atsar adalah segala sesuatu yang berasal dari para sahabat tabi’in, yang
Atsar juga disandarkan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang cakupannya lebih
luas dari khabar

8
B. Unsur-unsur Hadits
1. Sanad
Sanad secara etimologi berarti bagian bumi yang menonjol, sesuatu yang berada di hadapan
anda dan yang jauh dari kaki bukit ketika anda memandangnya. Sanad secara terminologi adalah
jalur matan, yakni rangkian para perawi yang memindahkan matan dari sumber utamanya.
Bentuk jamaknya adalah isnad. Segala sesuatu yang anda sandarakan kepada yang lain disebut
musnad.
Adapun yang dimaksud dengan isnad ialah: menerangkan atau menjelaskan sanadnya hadits
(jalan datangnya hadits). Sedangkan yang di maksud musnad ialah: hadits yang di sebut dengan
diterangkan seluruh sanadnya yang sampai kepada Nabi ‫ﷺ‬.
Dengan demikian, sanad adalah rantai penutur atau perawi (periwayat) hadits, sanad terdiri
atas seluruh penutur, mulai orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits)
hingga Rasul ‫ﷺ‬.
2. Matan
Matan secara etimologis berarti segala sesuatu yang keras bagian atasnya. Sedangkan matan
secara terminologis adalah redaksi hadits yang menjadi unsur pendukung pengertiannya.
Penamaan seperti itu barangkali didasarkan pada alasan bahwa bagian itulah yang tampak dan
yang menjadi sasaran utama hadits.
Terkait dengan matan atau redaksi, yang perlu dicermati dalam memahami hadits adalah:
1. Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan
2. Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanad-nya
(apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam al-Quran
(apakah ada yang bertolak belakang).
Dengan demikian, dari semua kesimpulan di atas menunjukkan bahwa yang di maksud
dengan matan ialah materi atau lafadz hadits itu sendiri.
3. Rawi
Rawi secara etimologi berarti orang yang mengeluarkan atau yang meriwayatkan. Jadi
pengertian terminologisnya adalah orang yang mengeluarkan atau yang meriwayatkan sebuah
hadits atau orang yang menukilkan sebuah hadits Nabi ‫ﷺ‬.
9
Dari penjelasan diatas untuk lebih memperjelas uraian tentang sanad, rawi, dan matan di
atas, lihat penjelasan lebih lanjut pada hadits di bawah ini,

ِ ‫الس‬
‫واك‬ ُ ‫ لَ ْوال اَن‬:‫ص َّل اهلل َعلَي ِْه َو َس لَّ َم قَ َل‬
ِّ ِ‫َأش َّق َعلَى َّامىِت اَل ََم ْر ُت ُه ْم ب‬ َّ ‫َع ْن حُمَ َّم ٍد َع ْن اَيِب ْ َس لَ َمةَ َع ْن ايِب ْ ُهري َْر َة‬
َ َّ ‫ان النَّيِب‬
(‫صالة (رواه الرتمذى‬ ِ ‫ال‬ ِّ ‫َعْن َد ُك‬
Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah saw bersabda, “Seandainya tidak akan memberatkan terhadap umatku, niscaya aku
suruh mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) setiap akan melakukan salat”. (HR. At-
Tirmidzi)

Sanad hadits diatas adalah sebagai berikut:

‫ص َّل اهلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َل‬ ٍ


ْ ‫َع ْن حُمَ َّمد َع ْن اَيِب ْ َسلَ َمةَ َع ْن ايِب ْ ُه‬
َّ ‫ريَر َة‬
َ َّ ‫ان النَّيِب‬
Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah saw bersabda.

Matan hadits diatas adalah sebagai berikut:


ِ ‫واك عْن َد ُك ِّال‬
‫صالة‬ ِ ِّ ِ‫َأش َّق علَى َّامىِت اَل َمر ُتهم ب‬
َ ‫الس‬ ْ ُ َْ َ ُ ‫لَ ْوال اَن‬
“Seandainya tidak akan memberatkan terhadap umatku, niscaya aku suruh mereka untuk
bersiwak (menggosok gigi) setiap akan melakukan salat”.
Rawi hadits diatas adalah sebagai berikut:
(M‫)رواه الترمذى‬
10
PENUTUP
A.Kesimpulan
 Hadits adalah teladan dari Nabi Muhammad ‫ﷺ‬yang wajib diikuti. Sebagian besar hadits
diriwayatkan secara lisan oleh para sahabat kepada generasi penerus mereka (tabi’in).
 Menurut etimologi, sunnah adalah jalan yang dilalui, baik terpuji atau tercela. Dalam
pengertian syara’, kata Sunnah dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang diperintahkan,
dilarang atau dianjurkan oleh Rasul ‫ﷺ‬, baik berbentuk sabda maupun perbuatan.
 Khabar adalah sebuah kata yang mengungkapkan tentang peristiwa di luar, baik yang
sesuai dengan fakta ataupun tidak, dengan kata lain, dalam khabar terdapat kemungkinan
benar atau yang telah didustakan
 Secara etimologi atsar berarti bekas sesuatu atau sisa sesuatu. Menurut kebanyakan
ulama, atsar mempunyai pengertian yang sama dengan khabar dan hadits, namun
menurut sebagian ulama lainnya atsar cakupannya lebih umum dibanding dengan khabar.
 Sanad secara etimologi berarti bagian bumi yang menonjol, sesuatu yang berada di
hadapan anda dan yang jauh dari kaki bukit ketika anda memandangnya. Sanad secara
terminologi adalah jalur matan, yakni rangkian para perawi yang memindahkan matan
dari sumber utamanya.
 Matan secara etimologis berarti segala sesuatu yang keras bagian atasnya. Sedangkan
matan secara terminologis adalah redaksi hadits yang menjadi unsur pendukung
pengertiannya.
 Rawi secara etimologi berarti orang yang mengeluarkan atau yang meriwayatkan. Jadi
pengertian terminologisnya adalah orang yang mengeluarkan atau yang meriwayatkan
sebuah hadits atau orang yang menukilkan sebuah hadits Nabi ‫ﷺ‬.
11
DAFTAR PUSTAKA

Munzier Suparta, Ilmu Hadits ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), 1

M. Abduh Almanar, Pengantar Studi Hadi (Bogor: Komplek Megamall Blok B22,25&C15.

2012), 1-2

M. Syuhudi Ismail. Ilmu Hadits. (Bandung: Offset Angkasa. 1991), 2

M.Agus Solahudin, Agus Suyadi. Ulumul Hadis. (Bandung: Pustaka Setia. 2008), 16-17

Ahmad Sagir, “Hadist Hadist dalam Kitab Hidayah Al Salikin”, Jurnal Studi Ilmu Ilmu al-

Quran dan Hadist, Vol. 16, No. 1, 2015, hal 36

M. Abduh Almanar. Pengantar Studi Hadis. ... 2

Munzier Suparta. Ilmu Hadis, ... 7

M. Abduh Almanar. Pengantar Studi Hadis. ... 3

Anda mungkin juga menyukai