Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

GANGGUAN MOOD, DEPRESI dan BUNUH DIRI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Abnormal

Dosen : Devy Sekar Ayu Ningrum, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :
1. Fahmi assidiqi (18010293)
2. Euis Siti Komariah(18010301)
3. Intan Nuraeni (18010239)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING (BK)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
INSTITUT KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
GANGGUAN MOOD, DEPRESI dan BUNUH DIRI.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua sumber yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

                                                                                   Cimahi, 26 September 2020


    

                                                                                          Tim Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN.........................................................................................................2
1.4 MANFAAT...........................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 GANGGUAN MOOD.................................................................................................................3
2.2 DEPRESI...............................................................................................................................3
2.3 BUNUH DIRI........................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
3.1 SIMPULAN.................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Setiap manusia memiliki caranya masing-masing untuk mengekspresikan apa yang
dirasakan oleh dirinya. Emosi adalah perasaan yang dapat diekspresikan dengan berbagai
macam cara seperti; menangis untuk perasaan yang membuat sedih atau perasaan yang
membuat bahagia, tertawa merupakan ekspresi dari perasaan atau hal-hal yang membuat
bahagia dan tertawa juga merupakan sebuah ekspresi ketika melihat atau mendengar hal-hal
yang dianggap lucu, lalu membentak atau berteriak merupakan sebuah ekspresi dari emosi
marah, dan lain-lainnya. Kebanyakan orang mengenal emosi adalah sesuatu yang membuat
marah atau gusar, namun pada kebenarannya emosi dapat dikatakan sebagai perasaan-
perasaan yang kemudian dapat diekspresikan.

Emosi merupakan hal yang harus dapat dikontrol oleh setiap orang, karena jika emosi
tidak dapat dikontrol akan menyebabkan kerugian, baik secara fisik maupun psikologis bagi
individu tersebut. Sulitnya atau ketidakmampuan individu dalam mengontrol emosinya tidak
hanya berimbas pada kondisi fisik dan psikologis individu tersebut, namun juga berimbas
pada kondisi lingkungan tempat individu bersosialisasi. Lingkungan individu akan merasa
tidak nyaman karena sikap individu yang dianggap terlalu berlebihan dalam
mengekspresikan emosinya, sehingga hal ini dapat membuat individu dikucilkan, merasa
sendirian, terasing, dan merasa tidak-dipedulikan.

Emosi dapat disebut juga mood. Faktor sehari-hari yang mempengaruhi mood seperti
putus dengan kekasih, kerabat dekat atau teman meninggal dunia, gagal dalam ujian masuk
universitas atau gagal ujian sekolah, kehilangan benda favorit atau, atau kehilangan-
kehilangan barang yang dianggap penting dapat membuat seseorang mengalami emosi sedih
yang dapat menyebabkan stres, sedih atau depresi yang berkepanjangan. Hal ini yang
kemudian dapat dikategorikan sebagai gangguan mood dan hal ini kemudian dapat merujuk
kepada bunuh diri. Gangguan mood merupakan faktor yang cukup berpengaruh
menyebabkan seseorang untuk bunuh diri.

Makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan yang mendalam mengenai


Gangguan Mood dan Bunuh Diri. Makalah ini dapat dijadikan bahan acuan dan
pembelajaran bagi pembaca. Sehingga diharapkan pembaca dapat mengatasi tekanan yang
dialami dan lebih memaknai hidup dengan belajar dari kondisi yang ada pada diri pembaca.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan diajukan dalam makalah
adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan gangguan mood ?


2. Apa yang dimaksud dengan depresi ?
3. Apa yang dimaksud dengan bunuh diri?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian gangguan mood,
depresi dan bunuh diri. Untuk mengetahui tipe dan karakteriktik gangguan mood,depresi
dan bunuh diri. Untuk mengetahui teori mengenai gangguan mood, depresi dan bunuh
diri.

1.4 MANFAAT
 Manfaat secara teoritis :
Makalah ini diharapkan dapat memberi sumbangan atau kontribusi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya di bidang psikologi Klinis.
 Manfaat secara praktis :
Bagi mahasiswa makalah ini bermanfaat untuk mengaplikasikan teori-teori gangguan
mood kedalam kasus-kasus yang terjadi sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GANGGUAN MOOD


Dalam buku “Abnormal Psychology” karangan Jeffrey S. Nevid, dkk,
menjelaskan mood adalah kondisi perasaan yang selalu ada yang mewarnai kehidupan
psikologis kita. Perasaan sedih atau depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks
peristiwa atau situasi yang penuh tekanan.

Mood merupakan perpanjangan dari emosi yang berlangsung selama beberapa


waktu, kadang-kadang beberapa jam, beberapa hari, atau bahkan dalam beberapa kasus
depresi hingga mencapai berbulan-bulan. Mood yang dialami dalam kehidupan manusia
ini sedikit banyak akan memberi pengaruh yang kuat terhadap cara mereka dalam
berinteraksi (Meier, 2000: 8-9).

Freud mengemukakan hipotesis bahwa setelah kehilangan seseorang yang dicintai


karena kematian, atau yang paling umum terjadi pada anak-anak perpisahan atau
berkurangnya kasih sayang, individu yang bersangkutan kemudian meleburkan dirinya
dengan orang yang meninggalkannya. Hal ini mungkin sebagai upaya yang bisa
dikatakan sia-sia untuk mengembalikan kehilangan tersebut. Freud berpendapat bahwa
secara tidak sadar kita menyimpan berbagai perasaan negatif terhadap orang-orang yang
kita cintai, lalu kemudian orang yang bersangkutan kemudian menjadi objek kebencian
dan kemarahannya sendiri.

2.2 DEPRESI
Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan
yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah (menarik diri, tidak dapat tidur,
kehilangan selera, minat dalam aktivitas sehari-hari), dalam Gerald C. Davison 2004.
Menurut Rice PL (1992), depresiadalah gangguan mood, kondisi emosional
berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan
berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah
perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Menurut Iyus Yosep (2007), depresi
adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang ditandai
kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan
merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa.
Chaplin (2002) mendefinisikan depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan
pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan
(kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya
kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang . Sedangkan pada kasus

3
patologis, depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap
perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus
asa.
Sedangkan menurut Kartono (2002), depresi adalah kemuraman hati (kepedihan,
kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa
inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi
itu psikotis sifatnya, maka disebut melankholi.
Beberapa orang yang menderita depresi memiliki perilaku yang merusak seperti,
gresivitas dan kekerasan, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkhohol, serta
perilaku merokok yang berlebihan. Macam Gangguan Depresi Gangguan depresi terbag
menjadi dua, yaitu:
1. Major Depressive Disorder (MDD)
MDD ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilangan kemampuan untuk
menikmati aktivitas yang biasa dilakukan, bersama dengan minimal 4 (empat) dari gejala
di bawah ini :
a. Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit untuk tertidur, sering
terbangun)
b. Kekakuan motorik
c. Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastisatau sebaliknya makan
berlebihan sehingga berat badan meningkat drastis.
d. Kehilangan energy, lemas, tidak bersemangat, tidak tertarik melakukan apapun
e. Merasa tidak berharga
f. Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat keputusan
g. Muncul pikiran tentang kematian berulang kali atau bunuh diri
Gejala-gejala ini muncul hamper sepanjang hari, setiap hari, selama minimal 2
(dua) minggu dan bukan dikarenakan kehilangan yang wajar, misalnya karena
suami/istri meninggal. MDD sering disebut masyarakat umumdengan istilah depresi.
2. Dysthymic Disorder (Gangguan Distimik/Distimia)
Merupakan gangguan depresi yang kronis. Individu yang didiagnosis mengalami
distimik mengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari minimal 2 (dua) tahun.
Jadi, dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, separuh dari waktu tersebut individu ini
mengalami kondisi depresif, minimal mengalami 2 (dua) gejala di bawah ini :
a. Kehilangan nafsu makan atau sebaliknya
b. Tidur terlalu banyak/terlalu sedikit
c. Merasa diri tidak berharga
d. Kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan
e. Mersa kehilangan harapan
Gejala tidak tampak jelas lebih dari 2 (dua) bulan. Tidak ada episode MDD
selama 2 tahun pertama gejala muncul. Gejala yang dialami lebih ringan daripada MDD
namun dengan waktu yang lebih lama.
Pencegahan Depresi
4
Beberapa cara mencegah depresi agar tidak terjadi atau tidak datang kembali adalah
sebagai berikut:
1. Bersikap realistis terhadap apa yang kita harapkan dan apa yang bisa kita lakukan.
2. Tidak menyalahkan diri sendiri atau orang lain saat kita melakukan suatu kesalahan
atau mengalami kegagalan.
3. Tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain ataupun kehidupan orang lain.
4. Pikirkan untuk menyimpan keputusan besarsampai sembuh dari depresi, seperti
menikah, bercerai, tentang pekerjaan atau sekolah. Bicarakanlah dengan teman,
professional (psikolog, konselor atau psikiater)atau orang yang kita sayangi atau kita
anggap mampu membantu untuk melihat gambaran besarnya.
5. Dukungan keluarga, social dengan mengatakan jika kita mengalami masalah atau
sedang mengalami depresi.
6. Rutin lakukan olahraga dan kegiatan outdoor
7. Tidak terlalu menyesali suatu kejadian, bersikap tenang dan tidak mudah marah
8. Bangunlah harga diri dan mencoba bersikap dan berpikir positif.
9. Tidak menyendiri, menjauhi diri dari pergaulan, lebih bersosialisasi, melakukan
aktivitas dengan lingkungan sekitar
10. Lebih religious, mendekatkan diri kepada Tuhan YME

2.3 BUNUH DIRI


A. Perspektif Bunuh Diri

Perilaku bunuh diri adalah bukan suatu gangguan psikologis, namun menjadi ciri atau
simtom dari gangguan psikologis yaitu gangguan mood. Ketika seseorang kehilangan
orang yang dicintai sekaligus dibencinya, dan meleburkan orang tersebut dengan
dirinya, agresi diarahkan ke dalam. Jika perasaan ini cukup kuat, orang yang
bersangkutan akan bunuh diri (Davison dkk, 2006).
Emile Durrkheim (1897, 1951) dalam Davison (2006), seorang sosiolog terkenal
membedakan tiga jenis bunuh diri yaitu;
1. Bunuh diri egoistic. Bunuh diri ini dilakukan oleh orang-orang yang memiliki sedikit

keterikatan dengan keluarga, masyarakat, atau komunitas. Orang-orang ini merasa

terasingkan dari orang lain, tidak memiliki dukungan sosial yang penting agar mereka

dapat tetap berfungsi secara adaptif sebagai makhluk sosial.

2. Bunuh diri altruistic. Bunuh diri ini dianggap sebagai respon terhadap berbagai tuntutan

sosial. Beberapa orang yang bunuh diri merasa sangat menjadi bagian suatu kelompok

5
dan mengorbankan diri untuk melakukan hal yang dianggapnya akan menjadi kebaikan

bagi masyarakat.

3. Bunuh diri anomik. Bunuh diri jenis ini dapat dipicu oleh perubahan mendadak dalam

hubungan seseorang dengan masyarakat. Penyebabnya kemungkinan adalah perubahan

mendadak dalam kondisi hidup.

Durkheim (1951) mendefinisikan sejumlah tipe bunuh diri berdasarkan kondisi sosial
atau kultural di mana bunuh diri itu terjadi. Salah satu tipenya adalah bunuh diri yang
“diformalkan”, yaitu tindakan bunuh diri yang disetujui. Contohnya adalah adat hara-
kiri di jepang, di mana seorang yang dianggap mempermalukan dirinya sendiri atau
keluarganya diharapkan untuk menusuk dirinya sendiri dengan sebilah pedang sampai
mati (Durand dkk, 2006).
Pendekatan psikologis Shneidman (1985) dalam Davison dkk (2006) terhadap bunuh
diri terdiri dari sepuluh karakteristik bunuh diri paling umum yang tidak semuanya
ditemukan dalam setiap kasus, yaitu:
1. Sasaran bunuh diri umumnya adalah untuk mencari solusi.

2. Tujuan bunuh diri umumnya adalah penghilangan kesadaran.

3. Stimulus bunuh diri umumnya adalah rasa sakit psikologis yang tidak dapat ditoleransi.

4. Stressor dalam tindakan bunuh diri umumnya adalah kebutuhan psikologis yang tidak

terpenuhi.

5. Emosi yang umum dialami dalam bunuh diri adalah keputusasaan-ketidakberdayaan.

6. Kondisi kognitif yang umum dalam bunuh diri adalah ambivalensi.

7. Kondisi perseptual yang umum dalam bunuh diri merupakan keadaan terdesak.

8. Tindakan yang umum dalam bunuh diri adalah aggression.

9. Tindakan interpersonal yang umum dalam bunuh diri adalah pengungkapan niat.

10. Konsistensi yang umum dalam bunuh diri adalah dengan pola coping sepanjang hidup.

Berbagai bukti menunjukkan bahwa level serotonin yang rendah mungkin berhubungan
dengan bunuh diri dan percobaan bunuh diri dengan menggunakan cara-cara yang keras
(Asberg, Nordstrom, dan Traskman bendz, 1986; cremniter dkk, 1999; Winchel,
Stanley, dan Stanley, 1990). Level serotonin yang ekstrem rendah berhubungan dengan

6
impulsivitas, instabilitas, dan kecenderungan untuk memberikan reaksi yang berlebihan
terhadap berbagai situasi (Spoon, 1992).

B. Memprediksi Bunuh Diri

Aaron Beck menemukan bahwa berdasarkan data prospektif bahwa


keputusasaan merupakan prediktor kuat tindakan bunuh diri (Beck, 1986b; Beck dkk,
1985, 1990). Alat ukur self-report lain adalah Reason for Living (RFL) inventori yang
disusun Marsha Linehan (Ivanov dkk, 1994; Linehan, 1985; Linehan dkk, 1983). Faktor
lain yang telah diteliti adalah kepuasan hidup. Sejumlah penelitian lain memfokuskan
pada karakteristik kognitif orang-orang yang mencoba bunuh diri, bahwa orang-orang
yang berpikir untuk bunuh diri memiliki pendekatan yang lebih kaku terhadap berbagai
masalah dan memiliki pemikiran yang kurang fleksibel.
C. Faktor-faktor Bunuh Diri

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan bunuh diri, antara
lain:
1. Menderita cacat fisik atau mental.

2. Kehilangan teman atau anggota keluarga yang juga melakukan bunuh diri.

3. Mengalami perilaku bullying yang berkelanjutan.

4. Adanya catatan mengenai kondisi kesehatan mental.

5. Kematian anggota keluarga atau kerabat terdekat yang baru terjadi.

6. Merupakan sarana untuk menyakiti diri.

7. Masalah dalam hubungan.

8. Pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya.

a. Mencegah Tindakan Bunuh Diri

Salah satu cara untuk melakukan pencegahan tindakan bunuh diri adalah dengan
mengecamkan dalam pikiran bahwa sebagian besar orang yang mencoba bunuh diri
menderita gangguan mental yang dapat ditangani, seperti depresi, skizofrenia,
penyalahgunaan zat, atau gangguan kepribadian ambang. Bila seseorang yang
menggunakan pendekatan kognitif Beck berhasil mengurangi depresi yang dialami
pasien, risiko bunuh diri pada pasien tersebut berkurang; seperti halnya dalam terapi
perilaku dialektikal Marsha Linehan (1993b) dalam Davison (2006).

7
Salah satu jenis pendekatan paling terkenal adalah yang dikembangkan Edwin
Shneidman. Ia mengembangkan strategi umum dalam pencegahan bunuh diri yang
mencakup tiga hal, yaitu 1) mengurangi penderitaan dan rasa sakit psikologis yang
mendalam, 2) membuka pandangan, yaitu memperluas pandangan yang terbatas dengan
membantu individu melihat berbagai pilihan selain pilihan ekstrem dengan membiarkan
penderitaan dan ketiadaan terus berlangsung, dan 3) mendorong orang yang
bersangkutan untuk mundur meskipun hanya selangkah dari tindakan yang
menghancurkan diri sendiri.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Depresi adalah gangguan mood yang dikarakteristikkan dengan kesedihan yang
intens, berlangsung dalam waktu lama, dan mengganggu kehidupan normal. Gejala
depresi berupa gangguan emosi, gangguan kognitif, keluhan somatik, gangguan
psikomotor, dan gangguan vegetatif. Tidur yang normal terdiri dari tahap 1,2,3, dan 4.
Hal ini berlangsung berulang-ulang dan dibagi menjadi fase REM (tahap 1) dan fase non-
REM (tahap 2,3,4). Etiologi depresi adalah terjadinya gangguan neurotransmitter
serotonin yang berfungsi sebagai pengontrol afek, agresivitas, tidur, dan nafsu makan.
EPISODE CAMPURAN : alami episode mania dan depresi hampir setiap hari
GANGGUAN BIPOLAR II: alami episode hipomania, yaitu perubahan perilaku dan
mood yang tak terlalu ekstrim dibanding mania yang full-blown DIAGNOSIS
SEASONAL : gangguan bipolar dan unipolar terjadi berkaitan dengan musim tertentu

Perilaku bunuh diri bukan merupakan gangguan psikologis, namun merupakan


simtom dari gangguan psikologis lain, umumnya gangguan mood. Umumnya pelaku
percobaan bunuh diri tidak segera mencari bantuan profesional setelah upaya bunuh diri
dilakukan. Munculnya pemikiran untuk bunuh diri umumnya merefleksikan semakin
berkurangnya pilihan yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah dan tidak
melihat jalan keluar lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nevid, Jeffrey S, Dkk. 2014. Psikologi Abnormal. Jakarta PT Glora Aksara Pratama.Penerbit
Erlangga.
Sleep Disorders: Sleep And Depression. California. Michael J. Breus, Phd, 2004. Diakses [26
September 2020]. Http://Www.Medicinenet.Com/Depression/Article.Htm
Kaplan Dan Sadock. (2002). Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis,
Edisi Ketujuh, Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara. Kring, Johson, Davison & Neale. (2004).
Edisi Kesembilan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Divisi Buku Perguruan Tinggi.

10

Anda mungkin juga menyukai