Anda di halaman 1dari 26

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Psikologi Abnormal Widya Aris Radiani, S.Psi, M.Psi, Psikol

PSIKOLOGI ABNORMAL
“Gangguan Emosi & Gangguan Mood”

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Rizka Herlina 200101060116


Afifah Fitriah 200101060128
Aminah 200101060333
Jubaini 180101060498

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaikbaiknya.
Sholawat dan salam tetap terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman yang gelap menuju zaman yang terang benderang.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sepenuhnya sempurna. Oleh karena
itu, kami memohon maaf atas kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini. Untuk
kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca demi perbaikan dan
pengembangan makalah ini. Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat
bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Banjarmasin, 7 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 1
BAB II TEORI ................................................................................................... 2
A. Pengertian Gangguan Emosi .................................................................. 2
B. Pengertian Gangguan Mood................................................................... 4
BAB III REVIEW JURNAL .............................................................................. 8
Jurnal 1 ............................................................................................................... 8
A. Identitas Jurnal ...................................................................................... 8
B. Ringkasan Jurnal .................................................................................... 8
1. Latar Belakang ................................................................................. 8
2. Tujuan Penelitian ............................................................................. 9
3. Hasil Penelitian ................................................................................ 9
C. Review Jurnal (Inti)................................................................................ 10
1. Ringkasan Jurnal .............................................................................. 10
2. Hasil Penelitian ............................................................................... 12
D. Hal yang dikaitkan dengan kasus .......................................................... 13
Jurnal 2 ............................................................................................................... 13
A. Identitas Jurnal ....................................................................................... 13
B. Ringkasan Jurnal .................................................................................... 13
1. Latar Belakang ................................................................................. 13
2. Tujuan Penelitian ............................................................................. 14
3. Hasil Penelitian ................................................................................ 14

iii
C. Review Jurnal (Inti)................................................................................ 15
1. Ringkasan Jurnal .............................................................................. 15
2. Hasil Penelitian ................................................................................ 16
D. Hal yang dikaitkan dengan kasus ........................................................... 17
BAB IV PENANGANAN ................................................................................. 18
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 21
A. Kesimpulan ............................................................................................ 21
B. Saran ....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia merasa sedih atau depresi bila
ditolak oleh sesorang gagal dalam ujian, atau mengalami kesulitan keungan.
Dan merupakan hal yang normal dan tepat untuk merasa senang terhadap suatu
kejadian menggembirakan. Hal yang sama normal dan tepat untuk merasa
depresi dengan kejadian yang menyedihkan atau bahkan akan menjadi
“abnormal” Ketika tidak depresi saat menghadapi kesulitan hidup.
Mood merupakan suatu emosi yang lemah lembut, transitoris atau
peralihan yang tidak berlangsung lama sifatnya (Chaplin, 2014). Dan
merupakan kondisi perasaan yang ada terus dan mewarnai kehidupan
psikologis manusia. Memiliki perasaan sedih atau depresin bahkan merupakan
hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh tekanan.
Namun lain halnya dengan orang yang memiliki gangguan mood (mood
disorder) yang mengalami gangguan mood parah berlangsung lama dan
menganggu kemampuan mereka dalam berfungsi memenuhi tanggunh jawab
normal
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud gangguan Emosi ?
2. Apa yang dimaksud gangguan Mood?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian gangguan Emosi
2. Mengetahui pengertian gangguan Mood

1
BAB II

TEORI

A. Gangguan Emosi
Emosi berasal dari kata emutus atau emovere yang artinya adalah
sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Gangguan emosi didefinisikan
sebagai kondisi yang memiliki ciri-ciri respon emosional yang terlalu kuat atau
terlalu lemah untuk situasi tertentu. Emosi adalah suatu reaksi tubuh
menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat
dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap
situasi berdasarkan referensi jurnal tahun 2016 berjudul “Memahami Mood
Dalam Konteks Indonesia: Adaptasi Dan Uji Validitas Four Dimensions Mood
Scale”. Emosi didefinisikan sebagai impuls yang dihasilkan oleh rangsangan
internal atau eksternal. Emosi itu bermacam-macam, seperti kesedihan,
kemarahan, kebahagiaan, dan bentuk emosi lainnya. Emosi dalam bahasa awam
biasanya hanya digunakan untuk mendeskripsikan amarah, namun nyatanya
emosi memiliki arti yang lebih eksternal dan mewakili ragam perasaan. Emosi
terkait dengan psikologi seseorang dan emosi yang berkelanjutan. Emosi dapat
diekspresikan dalam bentuk perilaku tertentu. Emosi mengacu pada isi hati
yang diekspresikan dalam ekspresi fisikMenurut Supratiknya (1995), gangguan
emosi terdiri dari 2 jenis, yaitu gangguan menarik diri dan gangguan cemas.
Pada kasus gangguan menarik diri, individu menarik diri dari pergaulan
yang bertujuan untuk mengurangi perasaan cemas yang dirasakannya, penakut,
menyendiri dan atau pemalu, tidak mampu menjalin relasi dengan
lingkungannya, cenderung membayangkan tentang hal yang dinilai orang
umum tidak realistik. Sedangkan pada kasus gangguan cemas, individu
menunjukkan gejala antara lain diliputi terlalu sadar diri, perasaan takut tidak
realistik, sangat peka, kurang matang, sangat tergantung pada orang lain. Kedua
jenis gangguan diatas dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut

2
(Supratiknya, 1995): orang tua gagal memberikan bimbingan yang semestinya,
atau pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan dalam
pergaulan, merasa tidak aman dan sangat peka, pernah mengalami kecelakaan
atau trauma-trauma psikologis, efek modeling dari orang tua yang bersifat
terlalu melindungi dan pencemas.
Emosi memainkan peranan yang cukup penting dalam kehidupan, maka
perlu diketahui bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi terhadap
penyesuaian pribadi dan sosial, oleh karena itu peran emosi dalam
perkembangan anak tidak bisa dilewatkan begitu saja. Kemampuan seorang
anak untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir.
Gejala pertama perilaku emosional ialah keterangsangan umum terhadap
stimulasi yang kuat.
a) Gejala Gangguan Emosi
Gangguan emosi memiliki beberapa gejala, berikut ini adalah jenis dan
gejala gangguan emosi menurut Goleman:
1. Depresi. Gejalanya antara lain merasa sedih; apatis atau kurang minat
dalam kegiatan yang sebelumnya menyenangkan; secara sosial tertutup
atau menarik diri; pesimistis atau putus asa; mudah tersinggung; negatif
pandangannya terhadap diri sendiri; pasif; kurangnya energi atau selalu
tampak lelah; mengeluh akan keadaan tubuhnya; buruk atau berlebihan
selera makannya; enuretic atau encopretic; penurunan prestasi sekolah;
anggan untuk pergi ke sekolah.
2. Kecemasan. Berlebihan penderitaannya ketika dipisahkan dari
pengasuh utama; terus menerus khawatir; enggan untuk hadir sekolah;
mengeluh keadaan fisiknya sendiri; gelisah; mudah tersinggung; buruk
konsentrasinya; mudah lelah; respon yang dibuat tampak lebih baik,
besar, atau buruk yang mengagetkan bagi orang lain; sangat waspada.
3. Gangguan Perilaku. Memulai sebuah perkelahian; tidak patuh;
pemberontak; merusak terhadap properti; pelaku intimidasi terhadap

3
anak-anak lain; suka mendebat; secara lisan mencela orang lain;
mengabaikan aturan; konflik dengan otoritas; melawan perintah atau
petunjuk; pemberontak; terlibat dalam perilaku antisosial; sering bolos
sekolah.
B. Gangguan Mood
Mood ialah kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan
psikologis kita Orang dengan gangguan mood (mood disorder) mengalami
gangguan mood yang luar biasa parah atau berlangsung lama dan mengganggu
kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara
normal.
Menurut American Psychiactric Association, gangguan mood
didefinisikan sebagai disregulasi pervasif dari suasana perasaan dan aktivitas
psikomotor yang berhubungan dengan gangguan terkait bioritmik dan kognitif.
Gangguan mood pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu gangguan unipolar
dan gangguan bipolar. Pasien diklasifikasikan sebagai gangguan unipolar dan
gangguan bipolar. Gangguan unipolar atau gangguan depresi adalah gangguan
fungsional kesehatan mental yang berhubungan dengan beban penyakit yang
berat sehingga berdampak pada pasien, keluarga, komunitas dan juga ekonomi.
Gangguan bipolar merupakan gangguan mood dimana pasien memiliki
baik periode gangguan depresi maupun gangguan manik. Mood atau suasana
hati memiliki pengaruh positif dan negatif, yaitu pengaruh positif adalah
dimensi ketika suasana hati atau mood meliputi emosi positif seperti
kebahagiaan, ketenangan dan kegembiraan pada puncaknya berupa kebosanan,
kemalasan dan kelelahan pada kepala bagian bawah. Efek negatif adalah
dimensi suasana hati yang meliputi kegugupan, stres dan kecemasan di puncak,
dan relaksasi, ketenangan dan keseimbangan di alam bawah sadar.

Karakterisik Umum Gangguan Mood

4
1. Depresi-Gejala dan simtom Kesedihan yang amat sangat, Perasaan
bersalah dan tidak berarti, Menarik diri dari orang lain, Kehilangan
nafsu makan, Tidak dapat tidur, Sulit memusatkan perhatian, Lebih
suka duduk sendiri dan berdiam diri. Simtom dan gejala-gejala depresi
cukup bervariasi tergantung tingkatan usia. Depresi pada anak-anak
sering kali mengakibatkan berbagai keluhan somatik, seperti sakit
kepala atau sakit perut. Pada orang-orang tua, depresi sering kali
ditandai oleh ketidakmampuannya untuk memusatkan perhatian dan
keluhan hilangnya memori
2. Mania-Gejala dan simtom Kondisi emosional dan mood yang intens,
Merasa gembira yang amat sangat tanpa alasan, Mudah tersinggung
yang disertai hiperaktivitas, Banyak berbicara, Pikiran yang meompat-
lompat, Perhatian yang mudah teralih. Orang yang berada pada episode
manik dapat berlangsung beberapa hari hingga beberapa bulan, dapat
segera dikenali melalui rentetan kata yang diucapkan dengan keras dan
tanpa henti, terkadang penuh dengan katakata konyol, gurauan, puisi,
dan komentar tentang berbagai objek dan kejadian di sekitar yang
menarik perhatian si pembicara.
3. Daftar Diagnostik Resmi Gangguan Mood
• Diagnosis Depresi Mayor Hilangnya minat, dan kesenangan yg
berlangsung kurang lebh 2 minggu. Sulit tidur, pikiran utk bunuh diri,
kehilangan nafsu makan, perasaan tidak berarti, dan sulit
berkonsentrasi.
• Diagnosis Gangguan Bipolar Gangguan bipolar I merupakan
gangguan yang mencakup episode mania dan gangguan campuran,
sebagaian penderita juga mengalami episode depress
4. Heterogenitas dalam kategori
• Banyak penderita dengan gejala heterogen, tapi
dikelompokkan pada diagnosis yang sama. o

5
• Episode manik dan depresif mungkin ditandai fitur katatonik
(gangguan motorik, aktifitas tidak bertujuan). o
• Gangguan bipolar dan unipolar mungkin sifatnya musiman bila
pasien secara teratur mengalaminya. 5.
5. Gangguan mood kronis Jangka panjang, minimal 2 tahun, belum cukup
mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan. Ada 2 jenis:
a. Gangguan cyclothymic Periode depresi dan hipomania
berulang. Selama depresi pasien merasa inadekuat, selama
hipomania self esteem meningkat. Menarik diri, tidur terlalu
sering atau terlalu sebentar, sulit konsentrasi, dan jarang
berbicara.
b. Gangguan dysthymic Depresi kronis, feeling blue, sedikit sekali
merasa senang, insomnia atau justru terlalu banyak tidur, tidak
efektif, letih, pesimis, sulit konsentrasi, dan berpikir jernih,
menghindari bersama-sama dengan orang lain. Pasien distimia
mengalami 3 atau lebih simtom additional, meliputi mood
depresif tapi bukan suicidal thought. Minimal berlangsung
selama 2 bulan.
6. Gangguan mood dan kreativitas
Sejumlah artis, komposer, dan penulis yang pernah mengalami
gangguan mood adalah impulsif, seperti Michael Angelo, van Gogh,
Schumann, dll. Mungkin keadaan manic memicu kreativitas terkait
adanya peningkatan mood, energi, pikiran yang muncul tiba-tiba, dan
kemampuan menghubung-hubungkan ide. Menurut Weisberg (1994),
perubahan mood mempengaruhi motivasi untuk menghasilkan karya
kreatif daripada proses kreatif itu sendiri
7. Gangguan mood dan emosi

6
Individu yang depresi lebih sedikit menunjukkan ekspresi
wajah positif dan mengalami emosi menyenangkan. Gangguan
kecemasan biasanya muncul bersamaan dengan depresi.

7
BAB III

REVIEW JURNAL

Jurnal I

A. Identitas Jurnal
Judul : Gangguan Emosi (Studi Lanjutan Penggunaan Bender Gestalt
Pada Anak Usia Sekolah)
Penulis : Puri Aquarisnawati
Tahun : 2015
Jurnal : Jurnal Ilmiah Psikologi Kelauan-Kemaritiman Vol. 9. No 2.
Edisi Juli - Desember 2015 ISSN 1907-5960
B. Ringkasan Jurnal
1. Latar Belakang
Emosi berasal dari kata emutus atau emovere yang artinya adalah
sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Gangguan emosi didefinisikan
sebagai kondisi yang memiliki ciri-ciri respon emosional yang terlalu kuat
atau terlalu lemah untuk situasi tertentu. gangguan emosi terdiri dari 2 jenis,
yaitu gangguan menarik diri dan gangguan cemas. Pada kasus gangguan
menarik diri, individu menarik diri dari pergaulan yang bertujuan untuk
mengurangi perasaan cemas yang dirasakannya, penakut, menyendiri dan
atau pemalu, tidak mampu menjalin relasi dengan lingkungannya,
cenderung membayangkan tentang hal yang dinilai orang umum tidak
realistik. Sedangkan pada kasus gangguan cemas, individu menunjukkan
gejala antara lain diliputi terlalu sadar diri, perasaan takut tidak realistik,
sangat tergantung pada orang lain.
Kedua jenis gangguan diatas dapat disebabkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut (Supratiknya, 1995: orang tua gagal memberikan
bimbingan yang semestinya, atau pernah mengalami pengalaman yang

8
tidak menyenangkan dalam pergaulan, merasa tidak aman dan sangat peka,
pernah mengalami kecelakaan atau trauma-trauma psikologis, efek
modeling dari orang tua yang bersifat terlalu melindungi dan pencemasat
peka, kurang matang, sangat tergantung pada orang lain.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gangguan
emosi adalah suatu kekacauan dalam ketidak relevanan, kerusakan,
ketidakgembiraan, tidak terorganisasi dan perilaku yang tidak efektif,
misalnya tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, kadang-
kadang tertawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab, seringkali
kemarahannya tidak terkendali, terutama apabila tidak memperoleh apa
yang diinginkan sehingga menjadi agresif dan destruktif
2. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian adalah untuk mendeteksi gangguan emosi yang
dapat ditemukan pada anak usia sekolah.Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dan termasuk jenis penelitian deskriptif. Variabel
dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal / single variable, yaitu
gangguan emosi. Subyek penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini
adalah anak usia sekolah yang berusia antara 6 sampai 10 tahun di MI KH
Romly Tamim di daerah pesisir Surabaya. Alat ukur yang digunakan untuk
mendeteksi gangguan emosi anak usia sekolah adalah tes Bender Gestalt.
3. Hasil Penelitian
Dari hasil analisa data yang telah dilakukan dengan menggunakan
Emotional Indicatorss, maka dapat disimpulkan bahwa dari 48 siswa di
kelas 1, 14,6% siswa atau 7 diantaranya diindikasikan mengalami
kesukaran emosional. Pada siswa kelas 2, sebanyak 9,8% siswa atau 5 siswa
dari total 51 siswa diindikasikan mengalami kesukaran emosional. Pada
siswa kelas 3, sebanyak 4% siswa atau 2 siswa dari total 49 siswa
diindikasikan mengalami kesukaran emosional. Pada siswa kelas 4,
sebanyak 23% siswa atau 15 siswa dari total 65 siswa diindikasikan

9
mengalami kesukaran emosional. Pada siswa kelas 5, sebanyak 13,1%
siswa atau 8 siswa dari total 61 siswa diindikasikan mengalami kesukaran
emosional.
C. Review Jurnal (Inti)
1. Ringkasan Jurnal
Jurnal ini berisikan tentang gangguan emosi yang bertujuan untuk
mendeteksi gangguan emosi yang dapat ditemukan pada anak usia sekolah.
Tes Bender Gestalt sering disebut dengan tes Visual-Motor yang
dikembangkan oleh Lauretta Bender. Tes ini terdiri dari 9 gambar dengan
ukuran media atau kertas 4 × 6 inchi. Pengerjaan tes ini selain dipengaruhi
oleh kemampuan persepsi dan senson motor juga tergantung pada
pertumbuhan dan tingkat kematangan masing-masing individu serta
keadaan patologis yang mungkin dialami.
Gangguan emosi memiliki beberapa gejala, berikut ini adalah jenis dan
gejala gangguan emosi menurut Goleman (2000): 1. Depresi. Gejalanya
antara lain merasa sedih; apatis atau kurang minat dalam kegiatan yang
sebelumnya menyenangkan; secara sosial tertutup atau menarik diri;
pesimistis atau putus asa; mudah tersinggung; negatif pandangannya
terhadap diri sendiri; pasif; kurangnya energi atau selalu tampak lelah;
mengeluh akan keadaan tubuhnya; buruk atau berlebihan selera makannya;
enuretic atau encopretic; penurunan prestasi sekolah; anggan untuk pergi ke
sekolah. 2. Kecemasan. Berlebihan penderitaannya ketika dipisahkan dari
pengasuh utama; terus menerus khawatir; enggan untuk hadir sekolah;
mengeluh keadaan fisiknya sendiri; gelisah; mudah tersinggung; buruk
konsentrasinya; mudah lelah; respon yang dibuat tampak lebih baik, besar,
atau buruk yang mengagetkan bagi orang lain; sangat waspada. 3.
Gangguan Perilaku. Memulai sebuah perkelahian; tidak patuh;
pemberontak; merusak terhadap properti; pelaku intimidasi terhadap anak-
anak lain; suka mendebat; secara lisan mencela orang lain; mengabaikan

10
aturan; konflik dengan otoritas; melawan perintah atau petunjuk;
pemberontak; terlibat dalam perilaku antisosial; sering bolos sekolah.
Tes Bender Gestalt dianalisis dengan menggunakan Emotional
Indikator. Berikut ini adalah garis besar skoring dan interpretasi pada anak-
anak menurut Groth-Marnat, 1984 (dalam Partosuwido & Hasanat, 1999):
a Confused Order: perencanaan yang buruk, kesukaran mengorganisasi
informasi, dan kemungkinan ada mental confusion, berhubungan
dengan kesulitan belajar pada anak 8-10 tahun dan perilaku acting out.
b Wavy Line: kesukaran di dalam koordinasi atau ekspresi motorik, atau
keduanya, ketidakstabilan emosi mungkin menyebabkan koordinasi
motor yang buruk atau koordinasi yang buruk dapat menyebabkan
ketidakstabilan emosi.
c Dashes Sustitited for dots: impulsif, agresif, atau pada anak kecil yaitu
kurangnya minat atau perhatian, menunjukkan adanya kesukaran
personal sampai pada usaha anak untuk menghindari tugas.
d Increasing Size: kemampuan yang buruk untuk toleransi terhadap
frustrasi, kemungkinan eksplosif, dan kecenderungan acting out.
e Large Size: Kecenderungan acting out.
f Small Size: konstriksi, withdrawal, kecemasan, dan atau ketakutan.
g Careless Overwork atau heavily rainforced lines: impulsif, perilaku
agresif yang konsisten dengan anak yang act out, permusuhan, tetapi
cara kerja yang hati-hati dan penghapusan menunjukkan inteligensi
tinggi dan prestasi yang baik.
h Seccond Attempt at drawing figures: agresif, impulsif, kecemasan,
menunjukkan kesadaran bahwa usaha pertama salah, tetapi individu
tidak mempunyai inner control yang cukup untuk memperbaiki hasil
yang pertama.
i Expansion: impulsif, perilaku ‘acting out’, khususnya untuk anak-anak
yang lebih tua yang juga mengalai kerusakan syaraf.

11
j Box around design: kecenderungan impulsif, dengan inner control yang
lemah sehingga batas-batas eksternal diperlukan untuk mengontrol
perilaku. k. Elaborasi spontan atau penambahan design: ketakutan dan
kecemasan yang intens, preokupasi dengan inner thougts.
2. Hasil Penelitian
Critical Review Jurnal (Inti)
1) Judul: menurut pembaca judul jurnal sudah jelas menggambarkan
subtansi dan dalam penelitian ini menggunakan tes Bender Gestalt.
2) Abstrak: ditulis dengan cukup baik dan ringkas, matode yang di
gunakan salam jurnal ini sudah cukup jelas, hasil penelitian yang
dianggap menarik karena pada penelitian ini bertujuan untuk
mendeteksi gangguan emosi pada seseorang.
3) Kata kunci: kata kunci jurnal terdiri dari 3 kata yang menggambarkan
isi dari tulisan yaitu, Bender Gestalt, Gangguan Emosi, Anak Usia
Sekolah.
4) Pendahuluan: penjelasan tenatang bagaimana gangguan mood dan
bagaimana tes bander gestalt di gunakan untuk mendeteksi seseorang
memiliki gangguan emosi.
5) Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan
termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang
lain.
6) Hasil Penelitian: hasil penelitian dari jurnal ini juga sudah di jelaskan
dengan baik oleh penulis dengan paparan yang sudah sangat jelas
bagaimana tes bender gestalt ini bisa di gunakan di dalam dunia
pendidikan dan lain-lainnya, sehingga pembaca bisa memahami hasil
dari penelitian ini.

12
7) Kesimpulan: dijelaskan dengan sangat jelas, yaitu hanya berisikan
hasil dari penelitian apakah yang diteliti dapat dikatakan baik dan layak
untuk digunakan.
D. Hal yang dikaitkan dengan kasus
Dalam penelitian ini dijelaskan bagaimana pelaksanaan tes Bender
Gestalt bisa di gunakan untuk anak sekolah sebagai alat tes untuk mendeteksi
atau melihat gangguan emosi yang dapat ditemukan pada anak usia sekolah.

Jurnal 2

A. Identitas Jurnal
Judul : Ketidakstabilan Emosi dan Mood Masyarakat Dimasa Pandemi
Covid-19
Penulis : Dira Anjania Rifani (1) Dedi Rianto Rahadi (2)
Tahun : 2021
Jurnal : Jurnal Manajemen Bisnis ISSN : 1829-8486 (print) | ISSN :
2528-1216 (online) Volume 18, No. 1, Januari 2021
B. Ringkasan Jurnal
1. Latar Belakang
Gangguan kesehatan mental dapat mengubah cara seseorang dalam
bersikap, menangani stres, berhubungan dengan orang lain, membuat
pilihan, dan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri. Selama pandemi
Covid-19, terdapat banyak hal masalah yang dapat mempengaruhi
kesehatan mental individu antara lain konflik antar individu, konflik antar
kelompok, serta konflik antarnegara. Konflik yang dapat ditangani dengan
bijak dan akan memungkinkan proses sosial tumbuh dengan baik,
konstruktif terhadap perubahan sosial, dan tidak mengarah pada kekerasan.
Namun dalam catatan sejarah masyarakat dunia, konflik seringkali diiringi

13
dengan bentuk kekerasan, seperti perang dan pembantaian. Bahkan hingga
saat ini, pada masa pandemi masih banyak terjadi konflik di masyarakat dan
keluarga. Salah satunya adalah konflik dalam keluarga. Selama masa
karantina, kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan dan anak
meningkat secara menyeluruh dan domestik. Kasus yang di alami
perempuan saat ini sangat beragam mulai dari kekerasan fisik, psikis dan
seksual. Konflik dalam kekacauan ini dapat menyebabkan pembunuhan dan
kejahatan amoral. Selain konflik-konflik yang disebutkan di atas, banyak
konflik lain yang muncul ketika pemerintah memberikan rekomendasi
untuk tinggal di rumah. Selain itu, tindakan karantina dan jarak sosial, yang
sekarang dikenal sebagai jarak fisik, menciptakan jarak emosional yang
kurang lebih ada antara keluarga, teman, kerabat atau anggota eksternal.
Jika tekanan ini tidak dikendalikan maka akan berdampak negatif
pada kesehatan mental. Hal ini dipengaruhi oleh ketidakstabilan emosi dan
emosi individu yang menghadapi paksaan sosial dan ekonomi secara
simultan akibat efek pandemi Covid-19. Emosi muncul dan menghilang
lebih cepat daripada mood. Emosi dapat mempengaruhi dan mengubah
mood, dan emosi juga dapat membuat individu lebih emosional ketika
bereaksi terhadap suatu peristiwa. Emosi tidak bisa dihubungkan ke satu
peristiwa.
Suasana hati atau mood adalah perasaan yang hampir mirip dengan
emosi namun tidak sekuat emosi, dan seringkali tidak ada rangsangan
situasional. Kemarahan yang begitu kuat bisa datang dan pergi dengan
sangat cepat bahkan dalam hitungan beberapa detik. Namun saat seseorang
sedang dalam mood yang buruk, seseorang mungkin merasa berjam-jam.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana ketiakstabilan
Emosi dan Mood Masyarakat Dimasa Pandemi Covid-19.
3. Hasil Penelitian

14
Berdasarkan hasil kuesioner dengan tema “Ketidakstabilan Emosi dan
Mood Masyarakat Dimasa Pandemi Covid-19” responden memberikan
tanggapan yang cukup sesuai dengan tema yang dibahas. Ketika responden
dalam situasi dirumah saja dan tidak sedang melakukan aktifitas lainnya
maka mereka akan merasakan mentalnya relax (Diagram Lingkaran 1.
Perasaan responden ketika mengisi kuesioner). Namun jika responden
sudah terlalu lama dirumah saja maka lebih banyak yang merasa bosan
dengan kondisi tersebut dan hal itu dapat memberikan tekanan negatif untuk
mental individu tersebut (Diagram Lingkaran 2. Perasaan responden ketika
terlalu lama dirumah saja). Hal tersebut tentu dipengaruhi oleh perasaan
yang sering muncul dalam diri individu tersebut. Dan berdasarkan hasil
kuesioner, responden banyak yang memberikan tanggapannya bahwa
perasaan takut yang sering mereka rasakan. Takut terhadap berita yang
sering muncul di media tentang perkembangan covid-19 ataupun takut
terhadap konflik-konflik sosial yang bermunculan selama masa pandemi
covid-19 (Diagram Lingkaran 3. Perasaan yang sering muncul selama masa
pandemi covid-19). Banyaknya berita yang tersebar dimedia seputar
perkembangan covid-19 tentu memberikan dampak bagi perasaan emosi
dan mood masyarakat, salah satunya adalah perasaan khawatir yang lama-
kelamaan akan berubah menjadi perasaan takut (Diagram Lingkaran 4.
Perasaan responden melihat berita yang beredar di media seputar covid-19).
Namun dengan banyaknya kesempatan berkumpul dengan keluarga selama
karantina dirumah saja cukup memberikan dampak positif untuk kesehatan
mental yaitu perasaan senang, karena kita memiliki kesempatan untuk
saling memberikan dukungan satu sama lain dimasa sulit seperti ini
(Diagram Lingkaran 5. Perasaaan responden ketika sering berkumpil
dengan keluarga selama karantina dirumah saja).
C. Review Jurnal (Inti)
1. Ringkasan Jurnal

15
Kesehatan mental adalah tujuan utama manusia dan kesehatan
fisik atau seluruh tubuh. Dengan kesehatan mental atau mental seseorang,
aspek lain dari hidupnya akan lebih optimal. Sebagai negara yang terus
tumbuh dalam semua aspek, orang Indonesia semakin modern. Ini identik
dengan meningkatnya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Ini berdampak
pada tekanan mental masyarakat, membuat mereka terus memenuhi
kebutuhan kebutuhan sehari-hari mereka, sehingga berubah rentan terhadap
stres tidak langsung dapat menyebabkan masalah kesehatan mental atau
psikologis. Selama periode pandemi Covid-19, banyak faktor yang dijual
kembali memiliki efek negatif pada kesehatan mental termasuk
ketidakstabilan emosional dan suasana hati masyarakat. Banyak cara yang
dapat dilakukan untuk mempertahankan stabilitas emosional dan suasana
hati di tengah periode pandemi Covid-19 ini untuk menghindari gangguan
kesehatan mental, seperti memuaskan gaya hidup sehat, memahami hal-hal
yang disukai dan tidak menyukainya, menurut diri mereka sendiri di antara
hal-hal positif, jauhkan Dari hal-hal negatif untuk pemikiran atau mental,
dan gunakan peluang yang ada untuk tetap berkomunikasi atau berbagi
dengan orang-orang di sekitar. Semua upaya ini dapat dilakukan untuk
menjaga diri dari semua tekanan yang ada dalam pandemi Covid-19 dan
lebih baik disertai dengan doa sehingga periode pandemi Covid-19 berakhir
dengan cepat.
2. Hasil Penelitian
Critical Review Jurnal (Inti)
1) Judul: menurut pembaca judul jurnal sudah jelas yaitu ketidakstabilan
Emosi dan Mood Masyarakat Dimasa Pandemi Covid-19.
2) Abstrak: ditulis dengan cukup baik dan ringkas, metode yang di
gunakan salam jurnal ini sudah cukup jelas, hasil penelitian yang
dianggap menarik karena pada penelitian ini bertujuan untuk

16
mengetahui bagaimana ketidakstabilan Emosi dan Mood Masyarakat
Dimasa Pandemi Covid-19.
3) Kata kunci: kata kunci jurnal terdiri dari 3 kata yang menggambarkan
isi dari tulisan yaitu, Dampak pandemi Covid-19; Kesehatan Mental;
serta Emosi dan Mood.
4) Pendahuluan: penjelasan tentang ketidakstabilan emosi dan mood
masyarakat dimasa pandemi covid-19 dan pentingnya penyuluhan lebih
lanjut tentang kesehatan mental serta kestabilan emosi dan mood agar
masyarakat mampu menghadapi masa pandemi ini dengan baik.
5) Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal dan
mengadopsi metode penelitian kualitatif dengan subjek yang terdiri dari
orang tua, pelajar, pekerja, dan pembisnis.
6) Hasil Penelitian: hasil penelitian dari jurnal ini juga sudah di jelaskan
dengan baik oleh penulis dengan paparan yang sudah sangat jelas yang
mana masa pandemi covid-19 tentu memberikan dampak negatif yang
besar untuk kesehatan mental masyarakat yang di awali dengan stress,
kekhawatiran dan ketakutan masyarakat lalu menimbulkan konflik-
konflik di dalam keluarga, lingkungan, dan negara
7) Kesimpulan: dijelaskan dengan sangat jelas, yaitu berisikan cara yang
dapat dilakukan untuk mempertahankan stabilitas emosional dan
suasana hati di tengah periode pandemi Covid-19 untuk menghindari
gangguan kesehatan mental
D. Hal yang dikaitkan dengan kasus
Dalam penelitian ini dijelaskan ketidakstabilan Emosi dan Mood
Masyarakat Dimasa Pandemi Covid-19 bahwa kesehatan mental dapat
terganggu dengan dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal.

17
BAB IV
PENANGANAN

A. Jurnal “Gangguan Emosi (Studi Lanjutan Penggunaan Bender Gestalt


Pada Anak Usia Sekolah)”
Dari data yang telah dihasilkan tersebut, siswa yang teridentifikasi
memiliki Emotional Indicatorss hendaknya perlu dilakukan evaluasi dan
penanganan lebih lanjut agar kesukaran emosi yang dialami tidak berkembang
menjadi gangguan emosi yang lebih kompleks karena telah mendapatkan
penanganan sejak dini.
Bagi sekolah, agar lebih mengoptimalkan peranan BK di sekolah. Hal ini
disebabkan karena peranan BK di sekolah adalah hal yang penting, mengingat
problematika atau kesukaran-kesukaran emosi yang dialami beberapa siswa
perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut dan membutuhkan kerjasama yang
baik antara BK dan tenaga ahli seperti dengan Psikolog.
Bagi Psikolog, Penggunaan tes Bender Gestalt terhadap anak usia sekolah
terbukti efektif untuk mendeteksi gangguan emosi yang dialami oleh siswa.
Dari hasil penelitian tersebut psikolog dapat memberikan sumbangsih terhadap
sekolah-sekolah, misalnya dengan mengadakan kerjasama dengan BK sekolah,
atau mengadakan penyuluhan kepada guru maupun orang tua tentang
bagaimana penanganan problem-problem emosi pada anak.
B. Jurnal “Ketidakstabilan Emosi dan Mood Masyarakat Dimasa Pandemi
Covid-19”
Dilihat dari peningkatan jumlah penderita gangguan kesehatan mental
saat pandemi, masyarakat perlu diberikan penyuluhan kesehatan mental dan
cara menghadapinya, sehingga dapat meminimalisir kondisi psikologis
penderita, dan masyarakat akan menghilangkan opini negatif yang tidak
berlaku bagi penderita gangguan mental. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat
dirumuskan masalah bahwa ketidakstabilan emosi dan mood masyarakat

18
dimasa pandemi covid-19 perlu menjadi perhatian kita semua dan pentingnya
penyuluhan lebih lanjut tentang kesehatan mental serta kestabilan emosi dan
mood agar masyarakat mampu menghadapi masa pandemi ini dengan baik.
Ada banyak cara untuk menjaga kesehatan mental yang positif seperti
cukup tidur, mempelajari keterampilan untuk menghadapinya, aktif secara
fisik, berhubungan dengan orang lain dan banyak lagi. Beberapa orang
mungkin juga memerlukan bantuan profesional. Beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk menjaga kesehatan mental setiap individu selama pandemi
covid-19:
1. Melakukan aktivitas fisik : Latihan peregangan dan pernapasan juga
dapat membantu seseorang untuk menenangkan diri. Jangan lupa untuk
berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk meningkatkan sistem
imun.
2. Mengonsumsi makanan bergizi : Konsumsilah makanan yang
mengandung protein, lemak sehat, karbohidrat, vitamin, mineral, dan
serat. Beragam nutrisi tersebut dapat seseorang peroleh dari nasi dan
cereal, buah-buahan, sayuran, makanan laut, daging, kacang-kacangan,
serta susu. Bukan hanya untuk menjaga kesehatan tubuh seseorang,
asupan nutrisi yang cukup juga dapat menjaga kesehatan mental
seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Menghentikan kebiasaan buruk : Kebiasaan merokok dan meminum
minuman beralkohol dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental
masyarakat. Kebiasaan buruk yang perlu diatasi adalah tidak cukup
istirahat atau kewaspadaan. Jika Anda tidak cukup istirahat, Anda akan
cenderung merasa cemas dan suasana hati Anda menjadi lebih tidak
stabil.
4. Membuat rutinitas sendiri : Melakukan hobi atau aktivitas yang
seseorang sukai, misalnya memasak, membaca buku, atau menonton

19
film. Selain meningkatkan produktivitas, kegiatan tersebut juga dapat
menghilangkan rasa jenuh.
5. Lebih bijak memilah informasi : Batasi waktu menonton, membaca,
atau mendengarkan berita tentang wabah, baik dari televisi, media cetak
maupun media sosial untuk mengurangi kecemasan. Meski begitu,
jangan sepenuhnya menutupi informasi penting. Pilih informasi yang
Anda terima secara kritis dan bijak.
6. Menjaga komunikasi dengan keluarga dan sahabat : Luangkan waktu
untuk berkomunikasi dengan keluarga, sahabat, teman, dan rekan kerja
baik melalui pesan singkat, telepon, atau video call. Seseorang bisa
menceritakan kekhawatiran dan kecemasan yang dirasakan. Dengan
cara ini, tekanan yang dirasakan dapat berkurang sehingga seseorang
bisa lebih tenang. Bila seseorang memang memiliki gangguan mental,
konsumsilah obat-obatan yang telah diresepkan dokter secara rutin. Bila
perlu, periksakan diri ke dokter secara berkala agar dokter dapat
memantau perkembangan kondisinya. Rasa takut dan cemas memang
normal dirasakan selama masa pandemi seperti ini.

20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Emosi berasal dari kata emutus atau emovere yang artinya adalah
sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Gangguan emosi didefinisikan
sebagai kondisi yang memiliki ciri-ciri respon emosional yang terlalu kuat atau
terlalu lemah untuk situasi tertentu. Emosi adalah suatu reaksi tubuh
menghadapi situasi tertentu.
Suasana hati atau mood adalah perasaan yang hampir mirip dengan
emosi namun tidak sekuat emosi, dan seringkali tidak ada rangsangan
situasional. Kemarahan yang begitu kuat bisa datang dan pergi dengan sangat
cepat bahkan dalam hitungan beberapa detik. Namun saat seseorang sedang
dalam mood yang buruk, seseorang mungkin merasa berjam-jam. Sebaliknya,
mood tidak ditujukan pada emosi ketika kehilangan perhatian pada objek
kontekstual. Penyebab emosional biasanya umum, dan penyebab yang tidak
jelas biasanya bertahan lebih lama daripada emosi.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah yang diatas masih jauh
dari kata sempurna dan banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Puri Aquarisnawati (2015). Gangguan Emosi (Studi Lanjutan Penggunaan


Bender Gestalt Pada Anak Usia Sekolah), Jurnal Ilmiah Psikologi Kelauan-
Kemaritiman, 9 (2): 1-18.

Dira Anjania R., Dedi Rianto R., (2021). Ketidakstabilan Emosi dan Mood
Masyarakat Dimasa Pandemi Covid-19, Jurnal Manajemen Bisnis, 18 (1): 22-34

22

Anda mungkin juga menyukai