MDI DENGAN
DI SUSUN OLEH :
IFROHATI FITRI (21118073)
DOSEN PEMBIMBING :
SUKRON, MNS
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat,dan
karunianya makalah ini dapat terselesaikan oleh penulis tepat pada waktunya.
Dalam pembuatan mklah ini penulis bertujuan untuk memenuhui tugas kuliah “
Keperawatan Gerontik ”.Dan pun kami bahas pada makalah ini adalah mengenai “ Gangguan
Alam Perasaan Pada Lansia ”.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan
dari beberapa pihak,untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak
terimakasih atas dorongan,perhatian dan kerjasamanya.Namun penulis menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu segala saran,kritik yang
membangun sangatlah diharapkan agar lebih maju dimasa yang akan datang.
Harapan penulis makalah ini dapat jadi reverensi bagi penulis dan pembaca untuk
membangun tenaga kesehatan yang lebih professional dan bermutu dalam profesi keperawatan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………...………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………. 11
B. Saran…………………………………………………………………....... 11
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum
ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu aktivitas
sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stres yang dialami oleh
seseorang tidak kunjung reda, sebagian besar di antara kita pernah merasa sedih atau
jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang
dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum
perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup
singkat dan mudah dihalau (Wilkinson et al, 1998).
Depresi dan lanjut usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa
di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta
menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang.
Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup
yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang
beruntun, stres yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau
kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya.
Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi. Tidak adanya media
bagi lanjut usia untuk mencurahkan segala perasaan dan kegundahannya merupakan
kondisi yang akan mempertahankan depresinya, karena dia akan terus menekan segala
bentuk perasaan negatifnya ke alam bawah sadar (Rice, 1994).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), depresi adalah gangguan mental
yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini
menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan
hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan
yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif.
Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung
terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60
persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi (Anonim, 2009).
Depresi dialami oleh 80 persen mereka yang berupaya atau melakukan bunuh diri
pada penduduk yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Bunuh diri adalah suatu
pilihan untuk mengakhiri ketidakberdayaan, keputusasaan dan kemarahan diri akibat
gangguan mood. Angka bunuh diri meningkat tiga kali lipat pada populasi remaja (usia
15 sampai 24) karena terdapat peningkatan insiden depresi pada populasi ini. Pria yang
berusia lebih dari 64 tahun memiliki angka bunuh diri 38/100.000 dibandingkan dengan
angka 17/100.000 untuk semua pria di Amerika Serikat (Anonim, 2009).
Menurut sebuah penelitian di Amerika, hampir 10 juta orang Amerika menderita
depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka depresi
meningkat secara drastis di antara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50 persen
sampai 75 persen penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan
sampai sedang. Dari jumlah itu, angka yang signifikan dari orang dewasa yang tidak
terganggu secara kognitif (10 sampai 20 persen) mengalami gejala-gejala yang cukup
parah untuk memenuhi kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu, depresi
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan merupakan gangguan psikiatri
yang paling banyak terjadi pada lansia, tetapi untungnya dapat diobati dan kembali sehat
(Hermana, 2006).
Selain itu prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil
meta analisis dari laporan-laporan negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata
depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6.
Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti
perawatan sebesar 30-45 persen. Perempuan lebih banyak menderita depresi (Anonim,
2009).
Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak
khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti: kelelahan
kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan dan sebagainya. Depresi pada lansia juga
tampil dalam bentuk pikiran agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah
faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stres kronis,
penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak,
faktor resiko vaskuler, kelemahan fisik, sedangkan faktor psikologik pencetus depresi
pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi, interpersonal (Anonim, 2009).
B. Mania
Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan adanya alam perasaan yang
meningkat atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang.
Dapat diiringi perilaku berupa peningkatan aktivitas flight of idea, euphoria,
penyimpangan sex.
Perilaku yang berhubungan dengan mania :
a. Afektif
Gambaran berlebihan, peningkatan harga diri, tidak tahan kritik
b. Kognitif
Ambisi mudah terpengaruh, mudah beralih perhatian, waham kebosanan, flight of
idea.
c. Fisik
Gangguan tidur, nutrisi tidak adekuat, peningkatan aktivitas, dehidrasi.
d. Tingkah laku
Agresif, aktivitas motorik meningkat, kurang perawatan, seks berlebihan dan bicara
bertele-tele.
C. Depresi
Gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yang
berlebihan dan berkepanjangan. Perilaku yang berhubungan dengan depresi :
a. Afektif
Sedih, cemas, apatis, perasaan ditolak/bersalah, merasa tidak berdaya, putus asa,
merasa sendirian dan tidak berharga.
b. Kognitif
Bingung, ragu, sulit berkonsentrasi, hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri
sendiri, pikiran merusak diri.
c. Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual dan muntah, gangguan pencernaan, pusing.
d. Tingkah laku
Gangguan tingkat aktivitas, menarik diri, isolasi sosial, irritable (mudah marah).
DEPRESI PADA LANSIA
I. PENGERTIAN
Depresi adalah gangguan mood yang reversible yang dihubungkan dengan adanya
stress yang akut maupun kronik, penyakit kronik, pengobatan, dan factor biokimia. (
Annete, 1996)
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan
berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Stuart & Laraia)
Gangguan alam perasaan yang ditandai oleh kesedihan, harga diri rendah, rasa
bersalah,putus asa dan perasaan kosong ( Keliat Budi, 1996 )
Depresi sebagai salah satu gangguan alam perasan yang ditandai dengan kemurungan
dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup
perilaku tapi dalam batas normal namun tidak mengalami gangguan realita (Hawari,
2004)
II. RENTANG RESPON EMOSIONAL
yang wajar
Responsif
Respon individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Mampu bereaksi dengan
dunia eksternal dan internal
Maniak /depresi
Merupakan respon emosional yang berat. Dapat melalui intensitas dan pengaruhnya
terhadap fisik individu dan fungsi sosialnya. Maniak ditandai dengan gangguan alam
perasaan meningkat,meluas, emosional mudah tersinggung,/terangsang . Dalam hal
perilaku dengan peningkatan kegiatan, banyak bicara, flig of idea. senda gurau tertawa
berlebihan,penyimpangan seksual. Sedangkan depresi ditandai dengan perasaan bersedih
dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.
1. Faktor Genetik
Dimana transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan
Frekwensinya meningkat pada kembar monozigot
Menurut Cloninger (1989) :
Gangguan jiwa persepsi sensori dan gangguan jiwa psikotik erat sekali
penyebabnya dengan factor genetic
Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu atau anak dari klien yang
mengalami gangguan jiwa memiliki kecendrungan 10%, sedangkan keponakan
atau cucu 2-4%
Individu yang memiliki hubungan kembar identik dengan klien memiliki
kecendrungan 46-48% , sedangkan dyzigot kecendrungannya 14-17%
Faktor genetic tersebut sangat ditunjang oleh pola asuh yang diwariskajn sesuai
dengan pengalaman yang dimiliki oleh anggota keluarga klien yang memiliki
gangguan jiwa.
2. Teori Agregasi Berbalik Pada Diri Sendiri
Depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan kepada diri sendiri.berbalik
Menurut Freud, kehilangan banyak orang / objek akan mengakibatkan orang menjadi
ambivalen antara benci dan cinta yang akhirnya menjadikan dia menyalahkan diri
sendiri.
3. Teori Kehilangan
Berhubungan dengan factor perkembangan misalnya kehilangan orang tua pada masa
anak-anak, perpisahan dengan orang yang sangat dicintai. Sehingga individu tidak
berdaya untuk mengatasi kehilangan.
4. Teori Kepribadian
Tipe kepribadian tertentu menyebabkan individu mengalami depresi. Hal ini
merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri
sendiri.
5. Model Belajar Ketidakberdayaan
Depresi disebabkan oleh kehilangan kendali diri, individu yang mengalami
kehilangan menjadi pasif, tidak mampu menghadapi masalah, sehingga lama-
kelamaan timbul keyakinan bahwa dirinya tidak mampu mengendalikan kehidupan.
6. Model Perilaku
Depresi terjadi karena kurangnya reinforcement positif selam berinteraksi dengan
lingkungan
7. Model Biologis
Depresi terjadi karena adanya perubahan dalam kimia tubuh. Perubahan tersebut
termasuk dalam hal system endokrin dimana terjadi defisiensi katekolamin.
Katekolamin tidak berfungsi namun terjadi hipersekresi kortisol yang terus-menerus.
FAKTOR PRESIPITASI
1. Faktor Biologis
Peubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik
seperti infeksi, neoplasme, dan ketidakseimbangan metabolisme
2. Faktor Psikologis
Kehilangan kasih saying, termasuk kehilangan cinta, kehilangna seseorang,
kehilangan harga diri
1. Depresi disorder
Adalah depresi yang terjadi 2 tahun atau lebih tanpa adanya periode maniak
2. Bipolar disorder
Adalah depresi yang diselingi dengan periode maniak.
V.GEJALA DEPRESI
1. Afektif
Merasa sedih, cemas, apatis, murung, perasaan ditolak/bersalah, merasa tidak berdaya,
putus asa, merasa sendirian, rendah diri, tidak berharga, cemas, penurunan keinginan
seksual
2. Kognitif
Konsentrasi dan perhatian berkurang, paranoid, agitasi, fokus pada kejadian lalu,
menyalahkan diri sendiri, menganggap diri tidak berguna, pandangan masa depan yang
suram/kabur, berpikir untuk membahayakn diri/bunuh diri.
3. Perilaku
Kesulitan dalam ADL, perubahan pola tidur (biasanya insomnia), menarik diri, isolasi
social, harga diri dan kepercayaan berkurang, penurunan nafsu makan, iritabel (mudah
marah).
4. Fisik
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan, konstipasi, berkurangnya
energi, mudah lelah, lemah, lesu, insomnia, pusing, mulut kering.
VI.SINDROM KLINIS TERTENTU YANG DAPAT MUNCUL PADA LANSIA
(DEPKES 2001)
a. Depresi Agitatif
Ditandai dengan peningkatan aktifitas, mondar mndir, mengejar ngejar orang dan terus
menerus meremas remas tangan
c. Depresi terselubung
Tidak muncul gejala atau mood depresi
d. Somatisasi
Gejala somatik dapat menyembunyika gejala yang sesungguhnya dan dsapat
memperberat dengan adanya depresi
e. Pseudo Dimensia
Pasien depresi yang menunjukan gejala ganggua memori yang bermakna seperti
dimensia
Riwayat kesehatan sekarang (tanda dan gejala), RKD, RKK, Riwayat pengobatan,
Riwayat nutrisi, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan status mental, Pengkajian keluarga,
pengkajian ADL.
2. Masalah
Berduka disfungsional
Koping individu tidak efektif
Perubahan proses keluarga
Gangguan interaksi sosial
Ketidakberdayaan
Gangguan pola tidur
Perubahan nutrisi
Defisit perawatan diri
Distres kepercayaan
3. Tujuan
Mengajarkan klien untuk berespon emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas
serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan
4. Intervensi
a. Fase akut 6 – 12 minngu
Tujuan tidakan mengurangi gejala jika kondisi membaik setelah dilakukan tindakan
maka pasien sehat
5. Implementasi
Pada fase akut
DO :
D. Diagnosa Keperawatan
F. Evaluasi
a) Semua sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali.
b) Masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal
dapat digali.
c) Perubahan pola tingkah laku dan respon klien tersebut tampak.
d) Riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi dapat dievaluasi
sepenuhnya.
e) Tindakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya bunuh diri telah dilakukan.
f) Tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien.
g) Reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS
A. Nama : Ny.M
B. Jenis Kelamin : Perempuan
C. Umur : 65 tahun
D. Agama : Islam
E. Status Perkawinan : Kawin (janda)
F. Pendidikan Terakhir : SD
G. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
H. Alamat rumah : Batusangkar
B. PSIKOLOGIS
B.1 Keadaan Emosi
C. SOSIAL
- Dukungan Keluarga
Keluarga sering mengunjungi Ny. M kepanti , cucunya sering menelpon untuk
menanyakan keadaan Ny. M
- Hubungan Antar Keluarga
Masih terjalin hubungan komunikasi dengan keluarga lain
- Hubungan Dengan Orang Lain
Pasien mampu untuk menjalin hubungan dan berinteraksi dengan orang lain
D. SPIRITUAL/KULTURAL
- Pelaksanaan Ibadah
Klien adalah seorang muslim yang taat melakukan ibadah dengan cara
berjamaah di mushalla dalam lingkungan panti, kadang-kadang klien sering
juga shalat berjamaah di masjid luar panti.
- Keyakinan tentang kesehatan
Menurut klien sehat adalah mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari. Sakit
adalah tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari.
E. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
- I : simetris
o ketajaman penglihatan : kurang baik sehingga menggunakan alat bantu
penglihatan
o konjungtiva : tidak anemis
o sclera : tidak ikterus
o pupil : isokor (kanan dan kiri)
o pemakaian alat bantu : memakai kaca mata baik membaca ataupun
tidak membaca.
- P : Tidak ada nyeri tekan pada bola mata.
Hidung
- I : - bentuk : simetris
o fungsi penciuman : baik,dapat membedakan bau
o pendarahan : tidak mengalami perdarahan
- P : tidak ada bengkak dan nyeri tekan
Mulut
Telinga
2. Leher
- I : warna kulit sama denganlain integritas kulit baik
bentuk simetris
- P :- tyroid : tidak terdapat
PembesaranKGB
3. Dada / thorax
Dada
Paru – paru
Abdomen
Musculoskeletal
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS : Berduka fungsional
Klien mengatakan :
Selalu mengingat kejadian yang membuat cucunya meninggal
Kejadian kematian cucunya tersebut masih segar dalam
ingatannya
Sering melamun dan menangis pada malam hari mengingat
kematian cucunya 10 tahun yang lalu
Sangat bersalah atas kejadian yang menimpa cucunya karena
lambat menyelamatkan cucunya walaupun orang tua si anak dan
keluarga lainnya tidak pernah menyalahkan beliau
Susah tidur di malam hari
Tidurnya tidak pulas dan sering terbangun pada malam hari
sekitar pukul 01.00
Saat terbangun, Ny. M biasanya langsung teringat pada
peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M tidak dapat tidur
kembali sampai pagi
DO :
Klien terlihat lesu
Klien sering menyalahkan dirinya sendiri pada saat
menceritakan kejadian kematian cucunya
2. DS : Gangguan alam perasaan :
Klien mengatakan putus asa dan tidak berdaya, tidak berharga, koping individu
tidak ada harapan setelah ditinggal suami dan anak satu- maladaptive
satunya.
DO :
Klien tampak sedih
Klien tampak menangis
Klien sering melamun
Klien sering menyendiri
kontak mata dengan pengkaji kurang
sering mengungkapkan kata yang menyalahkan diri sendiri.
3. Gangguan pola tidur
DS :
Klien mengatakan :
Tidur kira-kira 5 jam sehari yaitu dari jam 20.00- 01.00
Susah tidur pada malam hari
Tidurnya tidak pulas dan sering terbangun pada malam hari
sekitar pukul 01.00
Saat terbangun, Ny. M biasanya langsung teringat pada
peristiwa kematian cucunya sehingga Ny. M tidak dapat tidur
kembali sampai pagi
Tidak pernah dan sulit untuk tidur siang
Sering merasa malas karena kurang tidur
DO :
Terdapat lingkaran hitam di bawah mata Ny. M
Wajah tampak lesu dan kelelahan.
Saat menjawab pertanyaan pengkaji, Ny. M tampak tidak
konsentrasi
Sering tidak ada kontak mata dengan pengkaji
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Berduka disfungsional b.d kematian dan koping individu tak efektif pada Ny. MDi Panti
Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu
2. Gangguan pola tidur b.d depresiNy. MDi PantiSosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu
3. Gangguan alam perasaan b.d koping individu maladaptiveNy. MDi PantiSosial Tresna
Werdha Kasih Sayang Ibu
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADANY. MDI PANTISOSIAL TRESNA
WERDHA KASIH SAYANG IBU
2. Gangguan alam perasaan Klien tidak terjadi gangguan 1. Bina hubungan saling percaya
: depresi berhubungan alam perasaan : depresi Sapa klien dengan ramah,
dengan koping individu dengan kriteria hasil : ucapkan dengan sopan,
maladaptifNy. MDi ciptakan suasana tenang dan
PantiSosial Tresna - Klien menunjukkan santai.
Werdha Kasih Sayang tanda-tanda percaya Terima klien apa adanya
Ibu kepada perawat Pertahankan kontak mata
- Klien mampu saat berhubungan
menggunakan koping Tunjukkan sikap empati dan
adaptif yang baik. penuh perhatian pada klien
Jujur dan menepati janji
Perhatikan kebutuhan klien
2. Tanyakan kepada
kliententang perasaan saat
ini
Beri dorongan untuk
mengungkapkan
perasaannya dan
mengatakan bahwa perawat
memahami apa yang
dirasakan
Tanyakan kepada pasien
cara yang bisa dilakukan
mengatasi perasaan sedih/
menyakitkan
Diskusikan dengan pasien
manfaat dari koping yang
biasa digunakan
Bersama klien mencari
berbagai alternatif koping
Beri dorongan kepada
pasien untuk memilih
koping yang paling tepat dan
dapat diterima
Beri dorongan kepada
pasien untuk mencoba
koping yang telah dipilih
Anjurkan pasien untuk
mencoba alternatif lain
dalam menyelesaikan
masalah
3. 20 mei 2013 - mengidentifikasi faktor-faktor S : klien mengatakan masih belum bisa tidur
penyebabdan penunjang lelap
- mengurangi atau hilangkan distraksi O : lingkaran hitam di bawah mata klien
lingkungan dan penghentian tidur sudah sedikit hilang.
- meningkatkan aktifitas sehari-hari jika A : Masalahteratasisebagian
Memungkinkan P : Intervensidilanjutkan
- meningkatkan tidur dengan
menggunakan bantuan
- mengurangi potensial terhadap cidera
selama tidur
- memberikan penyuluhan kesehatan
danrujukan jika diindikasikan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pada klien didapatkan masalah pada klien sebagai
berikut : risiko menciderai diri, gangguan alam perasaan : depresi, isolasi sosial, depresi,
harga diri rendah dan koping maladaptif.
B. Saran
1. Pada perawat diharapkan dapat :
a. Memenuhi kebutuhan dasar klien
b. Meningkatkan kemampuan komunikasi terapeutik terhadap klien sehingga
asuhan keperawatan dapat terlaksana secara optimal.
I. Pada klien dianjurkan untuk dapat :
a. Minum obat secara teratur
b. Dapat menggunakan koping adaptif bila ada masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat B.A. (1999). “Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa”. Jakarta
FIK-UI.