135060501111056
145060500111022
145060501111008
145060501111053
145060501111056
PENDAHULUAN
TENTANG
WAE REBO
WAE REBO
MENGINJAK KAMPUNG
DIATAS AWAN
YORI ANTAR
KEARIFAN
LOKAL
EMPO MARO
HUTAN
RIMBUN
WAE REBO
MERANGKUL
KEARIFAN LOKAL
RITUAL
PAU & LUU
RITUAL
KASAWIANG
UPACARA
PENTI
MBARU NIANG
MENDUNIA LALU MENUSANTARA
Leluhur Wae Rebo mewariskan tujuh buah rumah adat atau Mbaru niang yang merupakan rumah bundar
berbentuk kerucut yang menjadi rumah adat manggarai Flores. Masing-masing niang memiliki nama sendiri
yakni, Niang Gena Mendok, Niang Gena Jekong, Niang Gena ndorom, Niang Gendang Maro, Niang Gena
Pirong , Niang Gena Jintam , Niang Gena Maro. Bentuk bangunan Mbaru Niang yang berbentuk kerucut,
melingkar dan berpusat di tengah diyakini melambangkan persaudaraan yang tidak pernah putus di Wae Rebo
dengan leluhur mereka sebagai titik pusatnya.
KAJIAN
PERTAPAKAN &
PERUANGAN
RUANG MAKRO
PUBLIK
SEMI
PRIVAT
PRIVAT
HIERARKI KAWASAN
Tujuh buah rumah pada Wae Rebo memiliki konfugurasi setengah lingkaran
dengan pusat pada Niang Gendang yang memiliki fungsi dan kedudukan paling
tinggi dan dihuni oleh para tetua adat dalam satu garis keturunan Tua galo atau
tua gendang.
Compang yang merupakan batu berada ditengah pelataran, menjadi tempat
utama masyarakat Wae Rebo melakukan persembahan kepada Tuhan dan leluhur.
Berdiri di tengah-tengah desa di tepi compang dapat dirasakan dengan kuat pola
melingkar yang menyelubungi kehidupan pemukimannya.
RUANG MAKRO
Halaman atau ruang terbuka yang dikelilingi oleh niang menjadi ruang
luar yang digunakan sebaga tempat melakukan upacara ritual adat
yang melibatkan seluruh masyarakat adat, serta tempat bermain bagi
anak-anak, sehingga interaksi antar klan (penghuni niang) terjadi pada
ruang terbuka ini. Ditengah halaman juga terdapat batu yang dikisahkan
dibangun dengan bantuan penunggu hutan, batu ini telah berusia 1080
tahun
Sumbu &
simetri tapak
Ke arah mbaru
gendang dan
compang
Dengan
orientasi ke
arah gunung.
Membagi
tapak menjadi
2 bagian
dengan
masing-masing
3 niang pada
tiap sisi tapak
ORIENTASI
Orientasi 7 mbaru
niang pada
kampung adat wae
Rebo ke arah
pelataran tengah,
dengan pola
organisasi setengah
melingkar
Berusia hingga ratusan tahun, wae rebo tidak pernah dijamah oleh kendaraan, sehingga pelataran yang berada pada
masing-masing Niang digunakan sebagai ruang yang luas untuk sebagai sarana berkumpul yang menjadi tradisi bangsa
Indonesia, dan masih digunakan oleh masyarakat adat wae rebo sehingga anak-anak maupun masyarakat adat dapat
bermain dan bersosialisasi dengan sesama klan dan selalu tertarik dengan orang baru (tamu yang datang) sebagai
cerminan kebudayaan yang terbuka terhadap budaya lain,
RUANG MIKRO
SAKRAL
Untuk menaruh
sesajen
Untuk menyimpan
cadangan makanan
ketika gagal panen
Untuk menyimpan
benih benih tanam
Untuk menyimpan
bahan makanan
sehari-hari
Untuk menerima
tamu dan
berinteraksi sosial
Untuk ibu-ibu
menenunkain cura
RUANG MIKRO
PRIVAT
NOLANG
LUTUR
Untuk aktivitas
memasak, berkumpul
dan makan bersama
keluarga
BILIK
KECIL
LUTUR
MOLANG
ORGANISASI RUANG
LUTUR
PUBLIK
Area
duduk
bagi
penghuni rumah/ tetua
adat
tepan
didepan
tiang utama pada setiap
mbaru .
ORGANISASI RUANG
MENGHINDARI KEKERASAN HIDUP BERSAMA ALAM
LUTUR
DAPUR
Area sirkulasi
Area Dapur
Area
perabot
lemari
SIRKULASI
ORGANISASI RUANG
LUTUR
PRIVAT
ORGANISASI RUANG
LOBO/LOTENG
LENTAR
MAKNA RUANG
MENYIMPAN BENDA PUSAKA
Rumah gendang memegang peran penting dalam menjaga benda pusaka guna melakukan ritual
adat, yang juga digunakan sebagai gendang tanda untuk melakukan aktivitas pada wae rebo,
hanya terdapat pada area Molang pada mbaru Gendang.
EKSISTENSI
BUDAYA
Sarang laba-laba
representasi dari
bentuk
denah
melingkar Mbaru
Niang.
DENAH
NIANG
Bentuk denah Mbaru Niang yang melingkar seperti sarang labalaba ini yang dipertahankan sejak jaman leluhur hingga saat ini
generasi ke 18 telah menjadi bukti wadah kebudayaan masyarakat
Wae Rebo, yang selalu tetap dijaga dan dipertahankan
keutuhannya walau sudah terjadi enkulturasi di Wae Rebo
LANGIT
DUNIA
ATAS
KEHIDUPAN
BUMI
DUNIA
TENGAH
DUNIA
BAWAH
LUTUR
BELAKANG
KAJIAN
ORNAMEN
VISUAL
KAJIAN PERSOLEKAN
VISUAL KAWASAN
MBARU
NIANG
MBARU
NIANG
MBARU
NIANG
MBARU
GENDANG
MBARU
NIANG
MBARU
NIANG
RUMAH
TAMU
Salah satu kekhasan kebudayaan Manggarai yakni Mbaru Gendang atau Mbaru Tembong rumah adat khas
Manggarai yang berbentuk kerucut. Mbaru artinya rumah dan Gendang atau Tembong adalah sejenis alat musik
tradisional terbuat dari kayu dan kulit kambing. Dan rumah-rumah yang mengelilingi Mbaru Gendang disebut dengan
Mbaru Niang.
KAJIAN PERSOLEKAN
VISUAL KAWASAN
MBARU GENDANG
Sebagai
tempat tinggal
para tetua
adat dalam
satu garis
keturunan
seperti tua
golo, tua teno,
tua panga
Sebagai tempat
untuk
bermusyawarah
dalam
menyelesaikan
berbagai
persoalan
kampung dan
sebagai tempat
menyimpan
berbagai
peninggalan para
leluhur.
Simbol kesatuan
dan persatuan,
kekerabatan,
persaudaraan dan
kebersamaan baik
dalam kesatuan
warga kampung
dengan sesamanya
maupun dengan
lingkungan
terutama hak-hak
kepemilikan atas
tanah-tanah adat
Sebagai
wilayah yang
dikuasai
sebagai hak
milik yang
diwariskan
secara turun
temurun oleh
nenek moyang
mereka.
KAJIAN PERSOLEKAN
VISUAL BANGUNAN
TITIK
BIDANG
RUANG
KAJIAN PERSOLEKAN
ORNAMEN BANGUNAN
SIRI BONGKOK
TIANG UTAMA
KAJIAN PERSOLEKAN
ORNAMEN LUAR BANGUNAN
NGANDO
PUSAT KEHIDUPAN
Bentuk kerucut mempunyai arti tersendiri. Ada bentuk wajah
manusia yang terbuat dari kayu menyimbolkan bahwa
manusia Manggarai selalu tertuju ke atas yakni kepada sang
penciptanya atau lazim disebut Mori (Tuhan). Orang
Manggarai percaya manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makluk ciptaan paling tinggi dari semua ciptaan lainnya.
Adapun tanduk kerbau yang ada pada ujung dari Siri Bongkok
memiliki makna yakni menggambarkan orang Manggarai
yang mempunyai kekuatan seperti kerbau, di mana orang
Manggarai senantiasa punya daya juang dan bekerja keras
untuk mewujudkan kesejahteraan hidupnya
KAJIAN PERSOLEKAN
ORNAMEN LUAR BANGUNAN
PARA
PINTU
KAJIAN PERSOLEKAN
ORNAMEN DALAM BANGUNAN
SAPO
Sambungansambungan
kayu dan
ornamen untuk
menyimpan
kayu bakar yang
berbentuk
kepala bayi.
TUNGKU API
KAJIAN
STRUKTUR
BANGUNAN
KAJIAN PERANGKAAN
KAJIAN PERANGKAAN
PROSES PEMBANGUNAN
LATAR
BELAKANG
1.
2.
KAJIAN PERANGKAAN
STRUKTUR BANGUNAN
LOWER
STRUCTURE
PONDASI PANGGUNG
Mbaru niang terdiri dari beberapa bilang batang kayu yang ditanam ke tanah
sedalam 2 meter.Setelah ada masukan dari ahli, pondasi mbaru niang sekarang
dibungkus dengan plastik dan ijuk untuk melindungi kayu bersentuhan langsung
dengan tanah wae rebo yang lembab.
KAJIAN PERANGKAAN
STRUKTUR BANGUNAN
UPPER
STRUCTURE
LANTAI PERTAMA
-
Berdiameter 11 meter
Merupakan lantai utama
Berlandaskan balok-balok
dan hamparan papan kayu
Dikelilingi glondongan rotan besar
sebagai dudukan utama atap.
KAJIAN PERANGKAAN
STRUKTUR BANGUNAN
UPPER
STRUCTURE
KAJIAN PERANGKAAN
STRUKTUR BANGUNAN
LATAR
UPPER
BELAKANG
STRUCTURE
PENYANGGA DINDING DAN DINDING (ATAP)
Penyangga dinding yang sekaligus berfungsi
sebagai atap ini adalah kumpulan rotan dalam satu
ikatan, ukurannya sangat besar, dan panjangnya
disesuaikan dengan keliling lingkaran, jadi yang paling
panjang adalah pada lantai satu, sepanjang 34,54 m
(keliling lingkarang = 2 phi r) dan semakin keatas semakin
pendek. kumpulan rotan inilah yang membentuk bulatan
pada mbaru niang.
selain kumpulan rotan besar itu sebagai penyangga
utama, ada juga bambu-bambu / buku bambu yang
berfunsi sebagai reng atau penyangga yang mengikat
sekumpulan-kumpulan ijuk atau alang-alang yang disusun
bergantian
KAJIAN PERANGKAAN
STRUKTUR BANGUNAN
UPPER
STRUCTURE
PEKERJAAN LANJUTAN
Setelah lantai pertama dan tiang utama berdiri,
pembangunan tiap-tiap lantai akan menyesuaikan,
dibangun secara simultan dari lantai terbawah, terus
hingga keatas. setelah keseluruhan struktur utama selesai,
hingga bambu-bambu
KESIMPULAN
Sumber :
Proses pembangunan kembali Wae rebo dengan arsitek lokal dan masyarakat
adat yang dilakukan dengan gotong royong, menimbulkan perasaan memiliki
terhada rumah sehingga menimbulkan kecintaan terhadap tempat bernaung atau
arsitektur cinta Indonesia. Konstruksi knock down atau bangunan dapat dibongkar
pasang menjadi cermin bagaimana mengolah bahan yang berasal dari alam
sehingga tidak melukai bumi (panggung) sebagai bentuk keselarasan antara
manusia yang masih hidup dengan leluhur yang sudah mati.
KAJIAN
KAJIAN SAINS
GEOGRAFIS
Secara geografis kampung ini terletak diatas
ketinggian 1.200 meter di atas permukaan
laut (m dpl). Wae Rebo merupakan bagian
dari Desa Satar Lenda, Kecamatan
Satarmese, Kabupaten Manggarai Barat,
Flores yang merupakan daerah Rawan
Gempa.
IKLIM
Iklim adalah hangat dan sedang di Wae
Rebo Traditional Village. Wae Rebo
Traditional Village memiliki sejumlah besar
curah hujan sepanjang tahun. Hal ini
berlaku bahkan untuk bulan terkering. Suhu
rata-rata tahunan adalah 19.0 C di Wae
Rebo Traditional Village. Curah hujan
tahunan rata-rata adalah 3635 mm.
Suhu terhangat sepanjang tahun adalah
November, dengan suhu rata-rata 20.1 C.
Juli memiliki suhu rata-rata terendah dalam
setahun. Ini adala 17.5 C.
LANTAI
DINDING
Dinding
pada
area
Molang digunakan bilah
bilah bambu yang juga
sebagai
struktur
dari
Niang, sebagai rooster
pada ruang, sehingga
thermal dalam ruang
Molang
tetap
sejuk
dengan
tidak
menggunakan material
massiv
PINTU
VENTILASI
BUKAAN
Bukaan juga terdapat pada
ruang atap yang merupakan
bilah-bilah kayu, sehingga udara
panas dapat langsung naik ke
atas, meninggalkan udara dingin
pada ruang
Pada siang hari, penerangan
dalam rumah cukup rendah,
hanya diterangi oleh jendelajendala yang berukuran 45x45
sentimeter pada sisi barat dan
timur dari Mbaru.
Bukaan yang ada difungsikan
sebagai ventilasi silang pada
rumah sehingga udara dapat
mengalir dengan baik.
RANGKA ATAP
Penutup
atap
mengguanakan alang-alang
dan
ijuk
hitam
yang
dikumpulkan dan dirangkai
menjadi jalinan panjang dan
diikat. Ijuk hitam digunakan
untuk
meningkatkan
ketahanan dari atap rumbia,
yang bersumber dari dekat
Pulau Mulas.
Atap rumbia menyediakan
penutup kedap air. Selain itu,
juga
memberikan
insulasi
akustik yang sangat baik. Hal
ini sangat dihargai oleh
penduduk
desa
selama
musim hujan.
SISTEM KENYAMANAN
SISTEM KENYAMANAN
PONDASI
SISTEM KEAMANAN
Terdapat sebuah solusi yang dikembangkan untuk
menghindari kerusakan pada atap dan kerangka struktural
yang disebabkan oleh angin. Kolom yang terbuat dari kayu
worok dirakit dari dua potong kayu bersendi ke dalam balok
pusat baru, yang mencakup seluruh diameter rumah di
tingkat lantai pertama. Hal ini memungkinkan kerangka
struktural seluruh permukaan lantai pertama dan atap untuk
memutar secara terkendali.
Sumber: http://archnet.org/sites/6876/publications/8745
Detail ini memungkinkan atap berbentuk kerucut untuk bertindak sebagai gasing besar yang
berputar, menyerap kekuatan rotasi tanpa membelah atau menginduksi ketegangan dalam
kerangka struktural.
SISTEM KEAMANAN
Analisis diagram sains bangunan
PENGHAWAAN
SISTEM BANGUNAN
AIR
HUJAN
PENCAHAYAAN