Anda di halaman 1dari 60

KAJIAN ARSITEKTUR NUSANTARA

RUMAH ADAT MBARU NIANG


WAE REBO FLORES
KELOMPOK 7
NERISA ARVIANA
RIZKI SALYO GANDHI
ANDYANI SARASATI
VABBYA SWASTIKA
RIZKY AKBAR C.W.

135060501111056
145060500111022
145060501111008
145060501111053
145060501111056

PENDAHULUAN
TENTANG
WAE REBO

WAE REBO

KAMPUNG DI ATAS AWAN


Wae Rebo merupakan sebuah desa, yang terpisah
dari desa lain nya. Sebuah kampung tradisional di
dusun terpencil Desa Satar Lenda, kecamatan
Satarmase Barat, Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa
Tenggara Timur.
Wae Rebo tempat dimana alam budaya menyatu
dan satu-satunya tempat dimana kebudayaan dan
arsitektur
leluhur
masih
bertahan
diantara
modernitas jaman. Inilah Wae Rebo, sebuah desa
diatas awan dengan ketinggian 1200 mdpl.
Letaknya
yang
berada
di
tengah-tengah
pegunungan yang jauh dari keramaian menjadikan
Wae Rebo sebagai desa yang terpencil dan
terpisah dari peradaban desa sekitar yang lebih
modern. Desa eksotis yang tetap konsen
melestarikan peninggalan kebudayaan leluhur
mereka.

MENGINJAK KAMPUNG
DIATAS AWAN
YORI ANTAR

KEARIFAN
LOKAL

EMPO MARO

Berawal dari Yori Antar yang penasaran dengan


Mbaru Niang dari sebuah kartu pos berhasil
menemukan kampung Wae Rebo. Suasana Wae
Rebo yang terisolir dari hiruk pikuk kota menjadi
daya tarik dari kampung tradisional ini.
Salah satu kearifan lokal yang masih mereka
pegang adalah menjaga kelestarian Mbaru
Niang. Di Wae Rebo sendiri hanya boleh ada tujuh
buah Mbaru Niang dan tidak lebih.
Mata pencaharian utama dari masyarakat adat
Wae Rebo yaitu Petani Kopi dan penenun kain
cura. Diketahui bahwa sekitar seribu tahun lalu,
Orang Minangkabau datang ke Wae Rebo dan
menetap disini, mereka inilah yang menjadi cikal
bakal dan nenenk moyang mereka yang mereka
sebut sebagai Empo Maro.

MENITI BUMI MENUJU


KAMPUNG AWAN
DESA DENGE

HUTAN
RIMBUN

WAE REBO

Perjalanan dimulai dari Denge dengan jarak


tempuh 9km, karena desa Denge merupakan titik
o mdpl, maka menuju Wae Rebo merupakan
perjalanan pendakian pegunungan hingga
ketinggian 1200 mdpl.
Melewati kawasan hutan rimbu, yang merupakan
area umum yang menjadi tempat pertemuan
setiap
warga
masyarakat
yang
sedang
mengambil hasil hutan atau berkunjung ke sanak
saudara.
Jalur terberat adalah jalur Wae Lumba karena
banyak bebatuan besar yang menanjak dan licin.
Menuju Poco Roko yang merupakan jalur yang
berada di tepian bibir jurang. Poco roo
merupakan titik tertinggi masyarakat dapat
bersentuhan dengan modernisasi. Menuju Ponto
Nao yang merupakn trekking terakhir menuju Wae
Rebo dengan menuruni hamparan tanaman kopi
disepanjang jalan hingga kampung Wae Rebo.

MERANGKUL
KEARIFAN LOKAL
RITUAL
PAU & LUU

Wae Rebo beruaha untuk melestarikan kearifan


lokal dengan melakukan ritual Pau Wae Luu.
Ritual ini dipimpin oleh tetua adat Wae Rebo yang
bertujuan untuk meminta izin kepada roh luhur
terhadap tamu yang berkunjung dan akan tinggal
di Wae Rebo,bagi mereka, tamu yang datang
dianggap sebagai saudara yang sedang pulang
kampung.

RITUAL
KASAWIANG

Ritual adat yang ada antara lain yaitu Kasawiang


yang biasa digelar pada bulan Mei, saat
perubahan cuaca akibat pergerakan angin dari
timur ke barat.

UPACARA
PENTI

Upacara Penti dilakukan pada bulan november,


merupakan tahun baru adat yang menjadi
penanda dari awal musim tanam.

MBARU NIANG
MENDUNIA LALU MENUSANTARA

Leluhur Wae Rebo mewariskan tujuh buah rumah adat atau Mbaru niang yang merupakan rumah bundar
berbentuk kerucut yang menjadi rumah adat manggarai Flores. Masing-masing niang memiliki nama sendiri
yakni, Niang Gena Mendok, Niang Gena Jekong, Niang Gena ndorom, Niang Gendang Maro, Niang Gena
Pirong , Niang Gena Jintam , Niang Gena Maro. Bentuk bangunan Mbaru Niang yang berbentuk kerucut,
melingkar dan berpusat di tengah diyakini melambangkan persaudaraan yang tidak pernah putus di Wae Rebo
dengan leluhur mereka sebagai titik pusatnya.

KAJIAN

PERTAPAKAN &
PERUANGAN

RUANG MAKRO

PUBLIK

SEMI
PRIVAT

PRIVAT

HIERARKI KAWASAN
Tujuh buah rumah pada Wae Rebo memiliki konfugurasi setengah lingkaran
dengan pusat pada Niang Gendang yang memiliki fungsi dan kedudukan paling
tinggi dan dihuni oleh para tetua adat dalam satu garis keturunan Tua galo atau
tua gendang.
Compang yang merupakan batu berada ditengah pelataran, menjadi tempat
utama masyarakat Wae Rebo melakukan persembahan kepada Tuhan dan leluhur.
Berdiri di tengah-tengah desa di tepi compang dapat dirasakan dengan kuat pola
melingkar yang menyelubungi kehidupan pemukimannya.

RUANG MAKRO
Halaman atau ruang terbuka yang dikelilingi oleh niang menjadi ruang
luar yang digunakan sebaga tempat melakukan upacara ritual adat
yang melibatkan seluruh masyarakat adat, serta tempat bermain bagi
anak-anak, sehingga interaksi antar klan (penghuni niang) terjadi pada
ruang terbuka ini. Ditengah halaman juga terdapat batu yang dikisahkan
dibangun dengan bantuan penunggu hutan, batu ini telah berusia 1080
tahun

ANALISA HIERARKI KAWASAN

Sumbu &
simetri tapak
Ke arah mbaru
gendang dan
compang
Dengan
orientasi ke
arah gunung.
Membagi
tapak menjadi
2 bagian
dengan
masing-masing
3 niang pada
tiap sisi tapak

ANALISA ORIENTASI KAWASAN

ORIENTASI
Orientasi 7 mbaru
niang pada
kampung adat wae
Rebo ke arah
pelataran tengah,
dengan pola
organisasi setengah
melingkar

ANALISIS NILAI KENUSANTARAAN


TERBUKA DENGAN BUDAYA LAIN

Berusia hingga ratusan tahun, wae rebo tidak pernah dijamah oleh kendaraan, sehingga pelataran yang berada pada
masing-masing Niang digunakan sebagai ruang yang luas untuk sebagai sarana berkumpul yang menjadi tradisi bangsa
Indonesia, dan masih digunakan oleh masyarakat adat wae rebo sehingga anak-anak maupun masyarakat adat dapat
bermain dan bersosialisasi dengan sesama klan dan selalu tertarik dengan orang baru (tamu yang datang) sebagai
cerminan kebudayaan yang terbuka terhadap budaya lain,

RUANG MIKRO

SAKRAL

ZONIFIKASI RUANG VERTIKAL

Untuk menaruh
sesajen
Untuk menyimpan
cadangan makanan
ketika gagal panen
Untuk menyimpan
benih benih tanam

Untuk menyimpan
bahan makanan
sehari-hari
Untuk menerima
tamu dan
berinteraksi sosial
Untuk ibu-ibu
menenunkain cura

RUANG MIKRO

ZONIFIKASI RUANG HORIZONTAL

PRIVAT

NOLANG

Untuk tidur anggota


keluarga

LUTUR

Untuk aktivitas
memasak, berkumpul
dan makan bersama
keluarga

BILIK
KECIL

Sebagai area transisi


dan tempat untuk
menerima tamu

KONSEP PENATAAN RUANG


MENGHINDARI KEKERASAN HIDUP BERSAMA ALAM

LUTUR (HIERARKI FUNGSI)


Lantai pertama publik, merupakan tempat untuk tinggal, melakukan kegiatan rumah
tangga dan berkumpul. Area berkumpul berada di tengah (lutur) bersifat publik dan
area untuk tidur berada di pinggir (molang) bersifat privat
Di tengah lutur juga terdapat dapur
yang merupakan sentra aktivitas seluruh
anggota keluarga.

LUTUR

MOLANG

ORGANISASI RUANG
LUTUR

PUBLIK

MENGHINDARI KEKERASAN HIDUP BERSAMA ALAM

Area Lutur merupakan


setengah lingkaran ke
depan
untuk
segala
aktivitas publik

Area
duduk
bagi
penghuni rumah/ tetua
adat
tepan
didepan
tiang utama pada setiap
mbaru .

ORGANISASI RUANG
MENGHINDARI KEKERASAN HIDUP BERSAMA ALAM

LUTUR

DAPUR

Area molang merupakan


setengah lingkaran ke
belakang hanya untuk
aktivitas penghuni rumah
meliputi :

Area sirkulasi
Area Dapur
Area
perabot
lemari

SIRKULASI

ORGANISASI RUANG
LUTUR

PRIVAT

MENGHINDARI KEKERASAN HIDUP BERSAMA ALAM

Merupakan ruang untuk


tidur,
setiap
kepala
keluarga menempati satu
ruang dengan orientasi
melingkar menghadap ke
tiang
utama
atau
bongkok
yang
merupakan titik pusat dari
lingkaran mbaru niang.
posisi kaki selalu berada di
dalam (menghadap tiang
utama), pada mbaru
gendang
terdapat
8
kamar.

ORGANISASI RUANG

LOBO/LOTENG

LENTAR

MENGHINDARI KEKERASAN HIDUP BERSAMA ALAM

MAKNA RUANG
MENYIMPAN BENDA PUSAKA

Rumah gendang memegang peran penting dalam menjaga benda pusaka guna melakukan ritual
adat, yang juga digunakan sebagai gendang tanda untuk melakukan aktivitas pada wae rebo,
hanya terdapat pada area Molang pada mbaru Gendang.

ANALISIS NILAI KENUSANTARAAN


EKSISTENSI BUDAYA

EKSISTENSI
BUDAYA

Sarang laba-laba
representasi dari
bentuk
denah
melingkar Mbaru
Niang.

DENAH
NIANG

simbol keutuhan dari sarang


laba-laba disimbolkan dengan
keutuhan budaya yang tetap
dipertahankan dari berbagai
perbedaan.

Musyawarah masih dilakukan di dalam ruang Mbaru Niang tetap


dipertahankan dari leluhur sampai sekarang, dalam membuat
keputusan desa, acara ramah-tamah bagi tamu menjadi
keseharian dengan tetap menghargai budaya luar yang berbeda.

Bentuk denah Mbaru Niang yang melingkar seperti sarang labalaba ini yang dipertahankan sejak jaman leluhur hingga saat ini
generasi ke 18 telah menjadi bukti wadah kebudayaan masyarakat
Wae Rebo, yang selalu tetap dijaga dan dipertahankan
keutuhannya walau sudah terjadi enkulturasi di Wae Rebo

ANALISIS NILAI KENUSANTARAAN


KEPERCAYAAN ADAT ISTIADAT

LANGIT

DUNIA
ATAS

Rumah simbol makrokosmos:

ruang pada lantai dasar menjadi simbol Dunia


Tengah dari struktur vertikal rumah.

Rumah sebagai mikorkosmos:

sebagai badan dengan makna badan sebagai


dunia medium rohani-duniawi penghubung dunia
tas dan dunia bawah

KEHIDUPAN

BUMI

DUNIA
TENGAH

DUNIA
BAWAH

Dunia Tengah, dan Badan merupakan tempat


aktivitas manusia yang masih hidup, yang berada
di antara Dunia Atas dan Dunia Bawah serta
penghubung antara rohani dan duniawi, Langit di
atas, bumi di bawah, dan kehidupan muncul di
tengah-tengah langit dan bumi.
Dalam melaksanakan budaya dengan upacara
adat tetua adat Wae Rebo berdoa memohon
kepada leluhur dan menaruh persembahan pada
tempat teratas rumah. Penghubung Dunia Bawah
saat ada masyarakat Wae Rebo yang meninggal
dan dikuburkan di bawah tanah. dengan tiang
utama sebagai simbol yang sakral penghubung
antara dua dunia

ANALISIS NILAI KENUSANTARAAN


ARSITEKTUR CINTA INDONESIA

Organisasi ruang pada


Mbaru Niang nilai inilah
yang benar-benar ingin
ditekankan oleh nenek
moyang kita. Mereka tidak
hanya membuat rumah
sekedar
untuk
tempat
berlindung, tetapi untuk
menunjukkan bahwa tradisi
dari budaya berkumpul
yang
digemari
oleh
bangsa Indonesia dapat
menjadikan ruang yang
nyaman untuk dihuni. Atau
Arsitektur Cinta Indonesia.

MENJAGA IDENTITAS BUDAYA


LUTUR
DEPAN

LUTUR
BELAKANG

tetap dapat dipersatukan karena


terjadi hubungan fisik secara langsung

RUANG UNTUK BERLINDUNG


Bersatu dengan alam dan alam menjadi
pelindung akibatnya Ruang tidur di Wae
Rebopun hanya digunakan sebagai ruang
untuk tidur dan terlindung dari keadaan alam.
Sedangkan tradisi berkumpul tetap dilakukan
diruang tengah.

KAJIAN

ORNAMEN
VISUAL

KAJIAN PERSOLEKAN
VISUAL KAWASAN

MBARU
NIANG

MBARU
NIANG

MBARU
NIANG

MBARU
GENDANG

MBARU
NIANG

MBARU
NIANG

RUMAH
TAMU

Salah satu kekhasan kebudayaan Manggarai yakni Mbaru Gendang atau Mbaru Tembong rumah adat khas
Manggarai yang berbentuk kerucut. Mbaru artinya rumah dan Gendang atau Tembong adalah sejenis alat musik
tradisional terbuat dari kayu dan kulit kambing. Dan rumah-rumah yang mengelilingi Mbaru Gendang disebut dengan
Mbaru Niang.

KAJIAN PERSOLEKAN
VISUAL KAWASAN

MBARU GENDANG

GENDANG ONE LINGKO PEANG

Mbaru gendang/tembong boleh dibilang merupakan symbol sekaligus pusat seluruh


kehidupan orang Manggarai. filosofi dengan ungkapan GENDANG ONE LINGKO
PEANG yang menunjuk pada satu kesatuan utuh antara rumah sebagai tempat
tinggal dan tanah adat (lingko) sebagai wilayah yang dikuasai sebagai hak milik
yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang mereka

Sebagai
tempat tinggal
para tetua
adat dalam
satu garis
keturunan
seperti tua
golo, tua teno,
tua panga

Sebagai tempat
untuk
bermusyawarah
dalam
menyelesaikan
berbagai
persoalan
kampung dan
sebagai tempat
menyimpan
berbagai
peninggalan para
leluhur.

Simbol kesatuan
dan persatuan,
kekerabatan,
persaudaraan dan
kebersamaan baik
dalam kesatuan
warga kampung
dengan sesamanya
maupun dengan
lingkungan
terutama hak-hak
kepemilikan atas
tanah-tanah adat

Sebagai
wilayah yang
dikuasai
sebagai hak
milik yang
diwariskan
secara turun
temurun oleh
nenek moyang
mereka.

KAJIAN PERSOLEKAN
VISUAL BANGUNAN
TITIK

Unsur titik terdapat pada ujung dari tiang


utama bongkok pada Mbaru Niang yaitu
berupa tanduk kerbau. Ini berada diatas
dari
ruang
Hekang
Kode
yang
merupakan ruang untuk memberikan
seserahan kepada leluhur.

BIDANG

Buku Bambu yang diselubungi oleh


Wehang merupakan elemen pembentuk
bangunan yang digunakan sejak jaman
leluhur sampai sekarang, dari ujung

Ngando hingga pondasi bangunan.

RUANG

Ruang yang terbentuk pada Mbaru yaitu


Ruang didalam Niang dan ruang
dibawah Niang, dimana masing-masing
ruang yang terbentuk oleh titik dan
bidang memiliki makna masing-masing.

KAJIAN PERSOLEKAN
ORNAMEN BANGUNAN

SIRI BONGKOK
TIANG UTAMA

Di bagian ruangan ini berdiri sebuah


tuang agung atau tiang utama yang
dikenal dengan istilah siri bongkok.
Pada tiang siri bongkok biasa
digantungkan benda-benda pusaka
seperti berbagai alat musik tradisional
dan benda-benda pusaka leluhur
lainnya.
Dalam acara lonto leok bantang
cama
(bermusyawarah
untuk
mufakat) pemimpin adat biasanya
duduk bersandar di tiang siri bongkok
untuk
memimpin
rapat.
Orang
Manggarai
sangat
menghormati
tiang agung atau Siri bongkok ini
secara istimewa karena diyakini
merupakan pusat dan penopang
utama kehidupan seluruh warga
kampung.

KAJIAN PERSOLEKAN
ORNAMEN LUAR BANGUNAN

NGANDO

PUSAT KEHIDUPAN
Bentuk kerucut mempunyai arti tersendiri. Ada bentuk wajah
manusia yang terbuat dari kayu menyimbolkan bahwa
manusia Manggarai selalu tertuju ke atas yakni kepada sang
penciptanya atau lazim disebut Mori (Tuhan). Orang
Manggarai percaya manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai
makluk ciptaan paling tinggi dari semua ciptaan lainnya.

Adapun tanduk kerbau yang ada pada ujung dari Siri Bongkok
memiliki makna yakni menggambarkan orang Manggarai
yang mempunyai kekuatan seperti kerbau, di mana orang
Manggarai senantiasa punya daya juang dan bekerja keras
untuk mewujudkan kesejahteraan hidupnya

KAJIAN PERSOLEKAN
ORNAMEN LUAR BANGUNAN

PARA

PINTU

Dan bagian lain disebut para (pintu)


sebagai
tempat
keluar-masuk
manusia
dan
sebagai
tempat
dilaksanakannya
upacara
adat
seperti penyembelian hewan kurban
untuk memberi makan para leluhur
dan keluarga.

KAJIAN PERSOLEKAN
ORNAMEN DALAM BANGUNAN

SAPO
Sambungansambungan
kayu dan
ornamen untuk
menyimpan
kayu bakar yang
berbentuk
kepala bayi.

TUNGKU API

Tungku api yang digunakan untuk


memasak dan menghangatkan ruang
pada lutur

ANALISIS ASPEK KENUSANTARAAN


Kesinambungan antara
masyarakat adat dengan
leluhurnya digambarkan melalui
bentuk bangunan yang
mengerucut ke (tanda kerbau)
yang melambangkan kekuatan dan
eksistensi kepercayaan terhadap
leluhur dengan bentuk bangunan
yang tidak berubah dengan adanya
enkulturasi budaya

KAJIAN

STRUKTUR
BANGUNAN

KAJIAN PERANGKAAN

KAJIAN PERANGKAAN
PROSES PEMBANGUNAN

LATAR
BELAKANG

1.
2.

Persiapan sampai 1 tahun.


Keseluruhan bahan bangunan diambil secara
bijaksana dari hutan yang mengelilingi kampung Wae
Rebo.
ex : Kayu utama yang menjulang ditengah
setinggi 15 meter, diambil dari satu
pohon utuh, juga mengumpulkan
bermeter-meter rotan untuk mengikat,
ijuk
dan alang-alang untuk atap dan
bambu. seluruh bahan ini dipersiapkan
dan
dikumpulkan sedikit-sedikit sesuai
yang disediakan alam yang dapat diambil
secara bijaksana oleh masyarakat.

KAJIAN PERANGKAAN
STRUKTUR BANGUNAN

LOWER
STRUCTURE

PONDASI PANGGUNG
Mbaru niang terdiri dari beberapa bilang batang kayu yang ditanam ke tanah
sedalam 2 meter.Setelah ada masukan dari ahli, pondasi mbaru niang sekarang
dibungkus dengan plastik dan ijuk untuk melindungi kayu bersentuhan langsung
dengan tanah wae rebo yang lembab.

KAJIAN PERANGKAAN
STRUKTUR BANGUNAN

UPPER
STRUCTURE

LANTAI PERTAMA
-

Berdiameter 11 meter
Merupakan lantai utama
Berlandaskan balok-balok
dan hamparan papan kayu
Dikelilingi glondongan rotan besar
sebagai dudukan utama atap.

KAJIAN PERANGKAAN
STRUKTUR BANGUNAN

Di atas lantai pertama inilah didirikan


tiang utama hingga kepucuk mbaru
niang / Ngando yang dilngkapi
dengan tangga bambu untuk
menaiki setiap tingkatnya.

UPPER
STRUCTURE

TIANG UTAMA / BONGKOK


Tiang utama berdiri diatas lantai
pertama. untuk menyangga tiang
utama ini, ditahan dengan tali
rotan yang diikatkan pada tiga
hingga 4 pasak.tiang utama ini
akan menjadi penyangga dari
keseluruhan aktivitas
pembangunan rumah, sehingga
harus sangat diyakinkan ikatan
pada pasaknya benar-benar
kuat.

KAJIAN PERANGKAAN
STRUKTUR BANGUNAN

LATAR
UPPER
BELAKANG
STRUCTURE
PENYANGGA DINDING DAN DINDING (ATAP)
Penyangga dinding yang sekaligus berfungsi
sebagai atap ini adalah kumpulan rotan dalam satu
ikatan, ukurannya sangat besar, dan panjangnya
disesuaikan dengan keliling lingkaran, jadi yang paling
panjang adalah pada lantai satu, sepanjang 34,54 m
(keliling lingkarang = 2 phi r) dan semakin keatas semakin
pendek. kumpulan rotan inilah yang membentuk bulatan
pada mbaru niang.
selain kumpulan rotan besar itu sebagai penyangga
utama, ada juga bambu-bambu / buku bambu yang
berfunsi sebagai reng atau penyangga yang mengikat
sekumpulan-kumpulan ijuk atau alang-alang yang disusun
bergantian

KAJIAN PERANGKAAN
STRUKTUR BANGUNAN

UPPER
STRUCTURE

PEKERJAAN LANJUTAN
Setelah lantai pertama dan tiang utama berdiri,
pembangunan tiap-tiap lantai akan menyesuaikan,
dibangun secara simultan dari lantai terbawah, terus
hingga keatas. setelah keseluruhan struktur utama selesai,
hingga bambu-bambu

SAMBUNGAN & IKATAN

1. Bangunan ini hanya menggunakan rotan untuk


mengikat pertemuan-pertemuan balok atau
kayu dan pasak atau kunci kayu.
2. Waktu pekerjaan dari pondasi hingga selesai
sekitar tiga bulan, yang dilakukan secara gotong
royong oleh para laki-laki.
3. Setiap malam hari ada pertemuan untuk
membahas kelanjutan pekerjaan
4. Setiap pekerjaan akan dimulai dan diakhiri
dengan bunyi gendang

KESIMPULAN

Sumber :

ANALISIS ASPEK KENUSANTARAAN

Proses pembangunan kembali Wae rebo dengan arsitek lokal dan masyarakat
adat yang dilakukan dengan gotong royong, menimbulkan perasaan memiliki
terhada rumah sehingga menimbulkan kecintaan terhadap tempat bernaung atau
arsitektur cinta Indonesia. Konstruksi knock down atau bangunan dapat dibongkar
pasang menjadi cermin bagaimana mengolah bahan yang berasal dari alam
sehingga tidak melukai bumi (panggung) sebagai bentuk keselarasan antara
manusia yang masih hidup dengan leluhur yang sudah mati.

KAJIAN

SAINS & SISTEM


BANGUNAN

KAJIAN SAINS
GEOGRAFIS
Secara geografis kampung ini terletak diatas
ketinggian 1.200 meter di atas permukaan
laut (m dpl). Wae Rebo merupakan bagian
dari Desa Satar Lenda, Kecamatan
Satarmese, Kabupaten Manggarai Barat,
Flores yang merupakan daerah Rawan
Gempa.

IKLIM
Iklim adalah hangat dan sedang di Wae
Rebo Traditional Village. Wae Rebo
Traditional Village memiliki sejumlah besar
curah hujan sepanjang tahun. Hal ini
berlaku bahkan untuk bulan terkering. Suhu
rata-rata tahunan adalah 19.0 C di Wae
Rebo Traditional Village. Curah hujan
tahunan rata-rata adalah 3635 mm.
Suhu terhangat sepanjang tahun adalah
November, dengan suhu rata-rata 20.1 C.
Juli memiliki suhu rata-rata terendah dalam
setahun. Ini adala 17.5 C.

ELEMEN PEMBENTUK BANGUNAN

LANTAI

DINDING

HORIZONTAL & VERTIKAL

Lantai pda ruang molang maupun ruang


lutur menggunakan papan dari kayu
ajang yang disusun secara horizontal,
sehingga udara dari bawah (area kolong)
masih dapat naik ke ruang lutur.

Dinding
pada
area
Molang digunakan bilah
bilah bambu yang juga
sebagai
struktur
dari
Niang, sebagai rooster
pada ruang, sehingga
thermal dalam ruang
Molang
tetap
sejuk
dengan
tidak
menggunakan material
massiv

Dinding sebagai elemen


pemisah antara Lutur
dan
Molang,
menggunakan
papan
kayu. Walaupun ditutup
dengan papan kayu,
yang tidak menutupi
sampai
bagian
atas
ruang, sehingga udara
tetap bisa masuk dari
ruang diatas lutur

ELEMEN PEMBENTUK BANGUNAN

PINTU

Pintu dengan tinggi 1,5 meter


menjadi salah satu bukaan utama
pada ruang Lutur

VENTILASI

BUKAAN
Bukaan juga terdapat pada
ruang atap yang merupakan
bilah-bilah kayu, sehingga udara
panas dapat langsung naik ke
atas, meninggalkan udara dingin
pada ruang
Pada siang hari, penerangan
dalam rumah cukup rendah,
hanya diterangi oleh jendelajendala yang berukuran 45x45
sentimeter pada sisi barat dan
timur dari Mbaru.
Bukaan yang ada difungsikan
sebagai ventilasi silang pada
rumah sehingga udara dapat
mengalir dengan baik.

ELEMEN PEMBENTUK BANGUNAN


PENUTUP ATAP

RANGKA ATAP

ATAP & RANGKA ATAP

Rangka atap tersusun dari bambu


dengan
bentuk
kerucut
yang
memungkinkan air hujan mengalir
langsung
ke
sekitarnya,
dengan
adanya trititas pada rangka atap
berfungsi untuk menghindari tampias
hujan dan matahari.

Penutup
atap
mengguanakan alang-alang
dan
ijuk
hitam
yang
dikumpulkan dan dirangkai
menjadi jalinan panjang dan
diikat. Ijuk hitam digunakan
untuk
meningkatkan
ketahanan dari atap rumbia,
yang bersumber dari dekat
Pulau Mulas.
Atap rumbia menyediakan
penutup kedap air. Selain itu,
juga
memberikan
insulasi
akustik yang sangat baik. Hal
ini sangat dihargai oleh
penduduk
desa
selama
musim hujan.

SISTEM KENYAMANAN

ASAP PADA RUANGAN

Atap rumbia yang tebal,


efektif menyekat ruang
dalam dari panas pada
siang hari maupun dingin
selama
malam
hari,
dengan
tetap
mempertahankan suhu
yang stabil dan nyaman
di dalam ruangan.

Secara alami panas dan asap (dari


dapur) naik melalui ketinggian rumah
yang menyediakan ventilasi alami.
Ketika asap naik ke atas diyakini
bertujuan untuk mengasapi ilalang dan
membuatnya
tetap
bebas
dari
serangga.

Asap dari aktivitas memasak


diyakini bermanfaat untuk :
mengawetkan
bahan
makanan di lantai lobo.
Membuat
ilalang
menjadi
tahan lama
sebagai
pelingkup
bangunan
Suhu udara sekitar yang dekat dengan Menghangatkan ruang
api dari dapur itu sendiri tidak lebih Mengusir serangga
tinggi daripada di tempat lain di rumah
(26,9 C).

SISTEM KENYAMANAN

PONDASI

SOLUSI TANAH LEMBAB

Kerusakan Mbaru pada pembangunan awal yaitu pondasi


kayu yang lapuk karena tanah dari wae rebo yang
cenderung lembab, sehingga para teman-teman arsitek
bersama masyarakat adat memberikan solusi untuk
menambahkan ijuk pada ujung pondasi sehingga dapat
melindungi kayu dari kelapukan, yang merupakan
perkembangan teknologi dari sains pada wae rebo, hal ini
membuktikan bahwa wae rebo sangat terbuka pada
budaya luar, namun tetap mempertahankan nilai-nilai luhur.

SISTEM KEAMANAN
Terdapat sebuah solusi yang dikembangkan untuk
menghindari kerusakan pada atap dan kerangka struktural
yang disebabkan oleh angin. Kolom yang terbuat dari kayu
worok dirakit dari dua potong kayu bersendi ke dalam balok
pusat baru, yang mencakup seluruh diameter rumah di
tingkat lantai pertama. Hal ini memungkinkan kerangka
struktural seluruh permukaan lantai pertama dan atap untuk
memutar secara terkendali.

Sumber: http://archnet.org/sites/6876/publications/8745

Tiang utama berdiri diatas lantai pertama. Untuk


menyangga tiang utama ini, ditahan dengan tali rotan yang
diikatkan pada 3 hingga 4 pasak. Tiang utama ini akan
menjadi
penyangga
dari
keseluruhan
aktivitas
pembangunan rumah, sehingga harus sangat diyakinkan
ikatan pada pasaknya benar-benar kuat.

Detail ini memungkinkan atap berbentuk kerucut untuk bertindak sebagai gasing besar yang
berputar, menyerap kekuatan rotasi tanpa membelah atau menginduksi ketegangan dalam
kerangka struktural.

SISTEM KEAMANAN
Analisis diagram sains bangunan

PENGHAWAAN

SISTEM BANGUNAN
AIR
HUJAN

PENCAHAYAAN

ANALISIS NILAI KENUSANTARAAN


Bentuk bangunan yang kerucut sangat
aerodinamis dimana sangat cocok dengan
iklim yang sangat sering dilalui oleh angin
atau kabut di dataran tinggi.
Bagaimana rumah dapat beradaptasi
dengan lingkungan yang ekstrim selama
ratusan tahun dengan menggunakan
material yang alami.
Menimbulkan
simbiosis
mutualisme
terhadap
alam
dengan
bersahabat
dengan alam bukan melawan alam.

Anda mungkin juga menyukai