NIM : 30520028
Prodi : D3RMIK_Kelas A
Sejarah upacara adat Ngitung Batih penuh syarat makna. Setiap prosesi yang
dilakukan memiliki arti yang menggambarkan kearifan masyarakat sekitar. Mulai dari
menjalin kelekatan dan keharmonisan masyarakat di 10 desa yang ada di Kecamatan
Dongko untuk berbagi kasih terhadap sesama. Kegiatan ini dilakukan setiap
tahun,bertapatan pada saat bulan suro.
Makna dibalik Ngitung Batih ini adalah menanyakan keadaan sanak saudara sanak
saudara untuk meningkatkan jalinan komunikasi antar masyarakat. Ngitung batih
sendiri berarti mengitung saudara. Yang berarti menanyakan kabar saudara-saudara
atau masyarakat satu kecamatan ini,apakah tahun ini masih diberikan keselamatan
seperti tahun-tahun sebelumnya.
Keanekaragaman prosesi kegiatan ini memang menjadi daya tarik masyarakat.
Selain tak mengurangi nilai kesakralannya, kegiatan yang diyakini sudah dilakukan
turun-temurun ini selalu mengundang animo masyarakat. Tak hanya sekedar melihat,
mereka berebut hasil sedekah bumi yang sebelumnya diarak warga.
Selain itu, yang menjadi ciri khas dalam upacara adat Ngitung Batih adalah kirab
Takir Plontang hingga pelepasan hewan ternak. Terlihat antusiasme masyarakat
berebut hewan ternak, dengan harapan mendapatkan berkah dalam kegiatan yang
digelar tiap tahunnya tersebut. Nantinya dipenghujung puncak juga ada pagelaran
wayang kulit hingga pesta kembang api.
Nyadran ialah adat istiadat yang di percaya masyarakat di Jawa sejak jaman
para leluhur dahulu sampai sekarang. nyadran ini dilakukan sesuai dengan daerah
masing masing. Di daerah saya Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Trenggalek itu
juga masih melestarikan tradisi nyadran. nyadran ini dilakukan di Dam Bagong.
Dam ini didirikan oleh Adipati Menaksopal yang juga merupakan pendiri
Trenggalek.
Nyadran ini dilakukan di hari jumat kliwon bulan selo. tradisi ini dulunya
dilakukan dengan menyembelih gajah putih kemudian kepalanya di lempar ke Dam
tersebut, namun sekarang gajah putih sudah mulai langka jadi di gantikan dengan
kepala kerbau.
Jadi acara ini diawali dengan upacara ritual kemudian lanjut dengan tahlilan
disebelah makam Adipati Menaksopal dan kemudian acara penyembelihan kerbau
dan melemparkan kepala kerbau ke Dam Bagong.
Tradisi ini dilakukan guna menghormati para leluhur yang telah melestarikan
kota Trenggalek dan merupakan sarana untuk saling gotong rotong antar masyarkat
sehingga terwujudnya rasa kebersamaan antar warga