Anda di halaman 1dari 3

RAGAM BUDAYA SIDOARJO

(Aura Cahyaningtyas)

TRADISI PESTA NYADRAN

Sumber foto: google

Ada sebuah kebiasaan yang dikenal sebagai Luwatan di Indonesia,


khususnya di pulau Jawa, selama bulan Luwah dalam kalender Jawa. Ruwatan ini
dapat diwujudkan dalam bentuk bersih desa, ruwa desa, atau dengan berbagai
cara. Setiap tahun pada bulan purnama Luwah, sebuah adat istiadat komunal
dilakukan di Sidarjo, atau lebih tepatnya di Desa Barondowo, Kecamatan Candi.

Tradisi yang dikenal dengan sebutan Nyadran ini dilakukan oleh para
nelayan Kupan di desa Barondower sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Di
Madura, bagaimana cara nyadran di tengah laut? Pesta larung adalah manifestasi
paling sempit dari aksi Nyadran. Berbeda dengan pendekatan Petik Laut di
Nelayan Kupan di dusun Barondower memiliki upacara yang dikenal dengan
nama Nyadran, yang mereka ikuti sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Cara
makan kupang di tengah selat laut Madura Pesta peragaan adalah salah satu cara
kegiatan Nyadran berlangsung.

Nyadran di Sidarjo memiliki keunikan tersendiri, tidak seperti teknik Petik


laut di Banyuwangi, larungan di Blitar, atau Labunan di Malang. Di sana ada.
Masyarakat Barondawo yang berprofesi sebagai nelayan kupang, mengatur acara
Nyadran, sehingga pada tengah malam pun, saat festival sedang ramai-ramainya,
mereka masih disibukkan dengan persiapan.

Individu dari semua jenis kelamin dan usia melaksanakan tugas mereka
sesuai dengan peran mereka; beberapa pria menghias perahu, yang lain memasang
sound system, dan lain sebagainya. Untuk acara Nyadran yang diadakan di Selat
Madura (di pesisir timur Sidoarjo), para wanita khususnya menyiapkan makanan
dan sesaji. Ayam panggang, nasi, pisang, dan kue-kue khas Tombrok adalah
beberapa di antara sesaji yang dipersiapkan. Pekerjaan pagi ini dilakukan sebagai
persiapan untuk pesta sore hari yang berlangsung di setiap rumah nelayan
Kupang.

Pedagang kaki lima, penduduk setempat, dan pengunjung dari daerah lain
di Kecamatan Kandy memadati jalan dan bantaran sungai di Desa Barondowo
pada malam hari. Menyaksikan armada perahu yang berangkat menuju Festival
Nyadran di perairan Selat Madura, yang berlangsung setiap tahun sekitar pukul
02.00 WIB, semakin ramai di malam hari. Sekitar lima puluh perahu ikut serta
dalam Nyadran. Keberangkatan armada bergantung pada kondisi air sungai.

KESENIAN JARAN KEPANG

Sumber foto: google

Kesenian rakyat yang dikenal dengan nama "jaran Kepang", "Jaranan",


atau "Kuda Lumping" ini menggunakan kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman
bambu yang dirangkai menjadi satu dan dijepit di antara kedua kaki penari. Agar
kuda-kuda tersebut terlihat seperti kuda sungguhan, aksesoris dan pewarnaan
digunakan. Trompet dan kenong memimpin iringan yang lugas.
Sebagai bagian dari adat istiadat, Jaran Kepang digunakan untuk mengusir
nasib buruk, kemenangan atas berbagai kemalangan, berdoa untuk kesuburan
lahan pertanian, mengharapkan panen yang melimpah, dan memastikan keamanan
dan ketentraman masyarakat. Pada zaman dahulu, ada anggapan yang tersebar
luas bahwa kekuatan roh leluhur bertanggung jawab atas bencana alam, wabah
penyakit, perusakan lingkungan, dan peristiwa lainnya. Setiap kemalangan,
malapetaka, atau masalah lain dalam kehidupan yang berhubungan dengan roh
leluhur akhirnya dikumpulkan menjadi sebuah kumpulan cerita yang menjadi
mitos yang dipercaya oleh masyarakat.

Menurut Soenarto Timoer dalam bukunya: “Reog di Jawa Timur” bahwa


pada saat itu penari Jaranan itu bukanlah menggambarkan prajurit menunggang
kuda melainkan sebagai kuda itu sendiri. Maka segala ciri-ciri yang ada pada
seekor kuda dicoba untuk diungkapkan serealistis mungkin, tingkah lakunya
menyepak singkur, lari, nyirig, sampai-sampai harus makan rumput dan dhedak
yang dilakukan oleh penari dalam kondisi tidak sadar (trance).

Bisa dikatakan bahwa kelompok-kelompok kesenian jaranan atau jaran


kepan Sidoarjo sedikit berbeda dengan jaran kepan pada umumnya, di mana para
pemainnya memanjat pohon kelapa dengan posisi kepala tertunduk dalam keadaan
kesurupan. Kelompok ini hanya ada di Desa Segodobancang, Kecamatan Tarik.

Jaranan pada masa sekarang ini berada dalam tiga genre berbeda namun
dalam satu masa yang sama. Pertama, Jaranan sebagai ritual kesuburan dan
menolak balak. Kedua, Jaranan sebagai pertunjukan dengan ciri khasnya berupa
adegan kesurupan atau ndadi (trance) dan Ketiga, Jaranan sebagai karya tari yang
digarap dengan pendekatan modern.

Anda mungkin juga menyukai