Anda di halaman 1dari 17

SMP ISLAM AMELIA

ADAT ISTIADAT
MADURA

TUGAS PKN

PRABHASA TAFAZZUL HAQQI


KELAS VII. A
PAKAIAN ADAT

Baju Pesa’an adalah baju bagian atasan sedangkan untuk bagian bawah yaitu
Celana Gomboran. Dulunya bahan dari baju ini dari kain China yaitu kain lasteng
tiu tapi sekarang masyarakat Madura membuatnya dari bahan tetoron. Motif
dari baju pesa’an yaitu berwarna hitam polos dan ukurannya serba longgar atau
tidak pas badan. Ukuran pada pinggang dan celana lebar atau gombor dengan
panjang celana sampai mata kaki seperti sarung.

Adapun perlengkapan dari baju Pesa’an ini adalah :

Odheng Santapan

Odheng Santapan ini dikenakan di kepala yang terbuat dari bahan kain batik
biasa. Motif dari odheng ini bisa motif Telaga Biru atau Storjoan dengan warna
merah soga. Sedangkan bentuk dari odheng ini segitiga dan ukurannya bisa
disesuaikan dengan lingkar kepala dari pemakainya.
Odheng Tapoghan

Odheng Tapoghan merupakan ikat kepala yang punya ciri khas dengan berbahan
kain batik biasa. Untuk motifnya yaitu bunga atau lidah api yang berwarna merah
soga. Bentuk odheng ini seperti biasanya yaitu ikut kepala yang bentuknya
segitiga dan di bagian atas kepala tidak tertutup.

Sarong Bahan

Sarong Bahan ini merupakan sarong yang terbuat dari bahan sutra dan sarong
plekatnya dari kain katun. Warna dari sarong ini menyolok dengan menggunakan
benang emas, sedangkan sarong plekat ini berwarna dasar putih dengan motifnya
kotak-kotak berwarna biru atau bisa hijau.
Ikat Pinggang Tradisi Madura

Ikat pinggang ini disebut juga dengan nama Sabbuk Katemang Raja atau Sabbuk
Katemang Kalep. Bahan dari ikat pinggang ini terbuat dari kulit sapi dengan warna
cokelat dan motifnya polos. Sedangkan bentuknya lebar dan ada kantong bagian
depannya untuk menyimpan uang.

Alas Kaki atau Sandal

Alas kaki atau disebut dengan Terompah dengan berbentuk terbuka pada bagian
ujung depan dan di bagian belakang ada talinya sebagai penjepit pada kaki. Fungsi
dari alat penjepit ini yaitu mengikat ibu jari dan jari yang lainnya. Bahan dari
terompah ini terbuat dari kulit sapi
UPACARA ADAT

Upacara Rokat Tase’, Tanjung Saronggi

Bitek diarak sebelum dilarung

Rokat Tase’ juga disebut


Petik Laut, atau Larung Sesaji
bagi masyarakat Jawa,
merupakan peristiwa ritual
yang dilakukan para nelayan
sebagai bentuk rasa syukur
kepada Yang Maha Kuasa yang
telah memberi limpahan hasil
ikan tangkapan di laut.

Upacara Sandhur Pantel

Upacara Sandhur Pantel merupakan sebuah ritual untuk masyarakat Madura yang
berprofesi sebagai petani ataupun nelayan. Upacara ritual ini meruapkan upacara
yang menghubungkan manusia dengan makhluk ghaib atau sebagai sarana
komunikasi manusia dengan Tuhan Pecipta Alam Semesta. Upacara ini berupa
tarian dan nyanyian yang diiringi musik.
Karapan Sapi

Karapan Sapi  inilah budaya Madura yang sangat terkenal. Kesenian ini
diperkenalkan pada abad ke-15 (1561 M) pada masa pemerintahan Pangeran
Katandur di daerah Keratin Sumenep. Kerapan sapi ini merupakan lomba memacu
sapi paling cepat sampai tujuan. Bertujuan untuk memberikan motivasi kepada
para petani agar tetap semangat untuk bekerja dan meningkatkan produksi
ternak sapinya.

RUMAH ADAT
Tanian Lanjang

Rumah Adat yang dimiliki oleh masyarakat Madura adalah halaman panjang yang biasa
disebut Tanian Lanjang yang membuktikan kekerabatan masyarakat Madura. Rumah
adat Madura ini memiliki satu pintu di depan rumah, agar pemilik rumah dapat
mengontrol aktifitas keluar masuk keluarga. Pintu yang dihiasi ukir-ukiran asli Madura.
Dengan warna hijau dan merah yang memiliki lambang kesetiaan dan perjuangan.

SENJATA TRADISONAL
CELURIT/SABIT
Bagi masyarakat Madura, clurit merupakan senjata yang tidak dapat dipisahkan
dari tradisi dan budaya mereka sampai saat ini. Senjata clurit ini mempunyai
bilah yang berbentuk melengkung dan bentuk inilah yang menjadi ciri khasnya.
Senjat clurit ini dijadikan sebagai senjata khas dari suku Madura yang biasa
dipakai sebagai senjata carok.

Senjata merupakan senjata yang melegenda karena pada zaman dulu biasa
digunakan oleh seorang tokoh yang bernama Sakera.

Menurut bentuk bilahnya, celurit ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis;

 Celurit Kembang Turi


 Celurit Wulu Pitik/Bulu Ayam

Bahasa tradisional

Untuk bahasa masyarakat Madura memiliki bahasa daerahnya sendiri yang


mayoritas digunakan oleh masyarkat asli Madura. Bahasa Madura banyak
terpengaruh oleh bahasa Jawa, Melayu, Bugis, Tionghoa dan lain sebagainya.
Bahasa Madura sebagaimana bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga
mengenal Tingkatan-tingkatan, namun agak berbeda karena hanya terbagi atas
tingkat yakni :

 Ja’ – iya (sama dengan ngoko)


 Engghi-Enthen (sama dengan Madya)
 Engghi-Bunthen (sama dengan Krama)

Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah


Madura. Di Pulau Madura sendiri terdapat beberapa dialek seperti dialek
Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep dan Kangean. Dialeg yang dijadikan
acuan standar Bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep di masa
lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura.

Peta PULAU madura

LAGU DAERAH

Tanduk Majeng

Ngapote wa’ lajarra etangale Reng majang tantona la pada mole


Mon tangghung dari ambha’ pajalanna Masse bannya’a ongghu le ollena
Reff:
Du mon ajelling odhi’na oreng majanga Abhantal omba’ sapo’ angen salanjannga
Reng majang bannya’ ongghu bhabhajana Kabhilang alako bhandha nyabana

Lir Sa-alirLir sa alir lir sa alir alir a lirghung Lir sa alir lir sa alir alir a lirghung

Sapa neka se ngombhi’ tarnya’ Lengcelleng lebbha’ buwana


Sera dhika ka’ se andhi’ ana’ Ethengpantheng seddha’ robana

Mano’ poter le’ nongko’ eperreng Mon somorra bhabhana nangka


Ma’ neserra le’ dha’ oreng laen Mon ghi’ bhada omorra dhika

Lir sa alir lir sa alir alir a lirghung Lir sa alir lir sa alir alir a lirghung

Temon ngodha ecampor bhilla Aeng taman bhaddhai pelteng


Lamon dhika ka’ neser ka bhula Jha’mesemman dha’ oreng laen

Sattanannga mon esassa’a Eserbhitha noro’ lorong


Dhu emanna le’ ekapesa’a Ampon abhit se along polong

Lir sa alir lir sa alir alir a lirghung Lir sa alir lir sa alir alir a lirghung

Tanduk Majeng atau Tondu’ Majâng ( "Nikmatnya mencari ikan") adalah sebuah
lagu daerah penduduk Madura yang menceritakan kehidupan masyarakat Madura
sebagai nelayan. Kehidupan sebagai nelayan sangat keras karena harus
menghadapi bahaya di laut ( atemmo bhabhâjâ), mempertaruhkan nyawa (bhândhâ
nyabâ), hidup berbantal ombak dan berselimut angin (abhantal omba’ sapo’
angèn), untuk menghidupi keluarga.

Secara filosofis, lagu ini merupakan kiasan yang bermakna bahwa perjuangan
orang Madura yang mayoritas nelayan, terus berjuang menangkap ikan untuk
menghidupi keluarga mereka meskipun nyawa taruhannya. Lagu ini
menggambarkan betapa gembiranya keluarga nelayan setelah melihat layar putih
dari kejauhan, pastinya itu keluarga mereka yang telah pergi berhari–hari dan
kini pulang membawa ikan segar.

Olle Ollang

Olle ollang paraona alajara Olle ollang alajara ka madura


Olle ollang mon lajar pon ebhabbharra Olle ollang ngalesser angen saghara
Olle ollang pon jau dari sorbaja Olle ollang aghuwar ka temor daja
Olle ollang ngajerning aeng pon raja Olle ollang epengghir sereng ros baja

Adhu yalle’ mon amena sere se nalar Du adhu yalle’ ghambirrah ma’ ghambir jaba
Adu yalle’ ethina rassa tak kellar Du adhu yalle’ ebhandhing tak nemo pada

Reff:
Adu yalle’ mon olarra olar alengker Du adhu yalle’ Lajing daun ma’ nyenga’ dai
Adhu yalle’ Mon tak kellar bula se neser Du adhu yalle’ Jagha tedung ma’ enga’ bhai

Olle ollang paraona alajara Olle ollang alajara ka madura


Olle ollang mon lajar pon ebhabbharra Olle ollang ngalesser angen sorbaja

ALAT MUSIK TRADISIONAL

Saronen
Saronen merupakan alat musik tradisional yang sudah ada sejak lama dan
berkembang di masyarakat Madura. Saronen ini biasanya terbuat dari kayu jati
dengan panjang 40 centimeter. Secara fisik, alat musik tradisional ini berbentuk
kerucut dan memiliki 7 buah lubang, 6 lubang di antaranya berderet dibagian
depan dan 1 lubang sisanya berada dibagian belakang badan Saronen.

Saronen mempunyai beberapa keunikan, salah satunya adalah tempat untuk


meniupnya yang terbuat dari daun aren. Tidak hanya itu dibagian ini juga ada
sebuah sayap yang dibuat dari tempurung kelapa dan bentuknya menyerupai
kumis para peniup alat musik ini. Saronen pada umumnya hanya dimainkan di
dalam sebuah grup musik yang terdiri dari berbagai macam alat musik
tradisional, seperti kendhang, kempul, ketuk, kenong, dan gong. Alat musik ini
mempunyai karakter suara yang sangat nyaring, melengking, parau, serta meliuk-
liuk. Di dalam sebuah permainan grup musik, Saronen hanya ini dimainkan dengan
spontan dan tanpa terikat pada suatu pola tertentu.

Tong-Tong
Tong-tong atau kentongan pada awalnya hanya dimainkan untuk membangunkan
para warga ketika sahur. Alat musik ini pada umumnya terbuat dari bambu atau
dari kayu. Awal mulanya, tong-tong ini hanya terdiri dari 3 buah nada, yakni nada
tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian dengan perkembangan zaman, alat musik
tradisional ini dimainkan secara bersama-sama dengan alat musik lainnya. Namun,
dalam memainkannya tetap keras bertalu-talu.

Ul-Dhaul atau Ul-Daul

Kesenian musik Ul-Daul tentunya sudah tidak asing untuk masyarakat Sumenep.
Banyak orang yang beranggapan bahwa Ul-daul ini merupakan alat musik perkusi
etnik. Kesenian musik ini berawal dari Kabupaten Pamekasan.

MAKANAN TRADISiONAL
Bebek Songkem

Bebek dengan bumbu rempah ini memiliki rasa dan bentuk yang unik. Badannya
ditengkurapkan hingga menjadi seperti bebek yang sedang menundukkan kepala,
dibungkus dengan daun pisang lalu dikukus secara utuh. Kata songkem sendiri
berasal dari Bahasa Madura yang artinya menunduk dan melipat tangan atau kaki.

Sate Bumbu
Soto Madura

Seperti soto- soto pada umumnya, soto Madura disajikan dengan telur, bihun dan
daging. Namun, kuahnya yang segar dan ketupat yang empuk membuat soto
Madura terasa sangat enak.

Lorjuk

Lorjuk adalah kerang bambu


yang bentuknya agak panjang
namun kecil. Orang Madura
mengolah lorjuk dengan nasi kering
yang biasa dicebut rengginang atau dengan kacang goreng.

TARIAN ADAT
Tari Muang Sangkal

Tari Muang Sangkal adalah tarian tradisional yang berasal dari Madura. Tarian
ini dilakukan untuk ritual tolak bala atau menjauhkan dari mara bahaya oleh
masyarakat Madura. Tarian ini sering ditampilkan diberbagai acara seperti
penyambutan tamu besar dan pada acara adat lainnya. Tari Muang Sangkal ini
merupakan salah satu tarian tradisional yang sangat terkenal dan menjadi salah
satu ikon seni tradisional dari Madura, Provinsi Jawa Timur.

Tarian Topeng Gethak

Tarian Topeng Gethak mengandung nilai fisolofis perjuangan warga Pamekasan


saat berupaya memperjuangkan kemerdekaan bangsa, Gerakan Tarian Topeng
Gethak ini mengandung makna mengumpulkan masa dimainkan oleh satu hingga
tiga orang penari. Asal muasal sebelumnya nama tarian ini bernama Tari Klonoan
kata klonoan ini berasal dari kata kelana atau berkelana, bermakna Bolodewo
berkelana, dan pada akhirnya Tari Klonoan ini Berubah nama menjadi Tari Topeng
Gethak.

Tarian Rondhing

Tarian Rondhing ini berasal dari "rot" artinya mundur, dan "kot - konding"
artinya bertolak pinggang. Jadi tari rondhing ini memang menggambarkan tarian
sebuah pasukan bagaimana saat melakukan baris - berbaris, yang ditariakan oleh
5 orang. Tarian Rondhing ini juga di angkat dari perjuangan masyarakat
Pamekasan.

Anda mungkin juga menyukai