Anda di halaman 1dari 4

1.

Makepung - Bali
Makepung dalam bahasa Indonesia berarti Balapan Kerbau. Tradisi ini bukan sebagai
upacara peringatan perayaan tertentu. Pada awalanya, tradisi ini merupakan sebuah
permainan para petani yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah saat
musim panen. Semakin berkembang dan

Makepung
semakin diminati oleh banyak kalangan membuat kegiatan iseng-iseng ini menjadi
salah satu atraksi budaya di Bali yang cukup menarik perhatian para turis khususnys
turis asing hingga kini tradisi Makepung dilakukan rutin dan menjadi agenda tahunan
wisata di Bali.

2. Karapan Sapi - Madura


Bermula dari keringnya tanah Madura yang kurang subur untuk lahan pertanian, kini
masyarakat Madura beralih profesi menjadi nelayan di daerah pesisir dan beternak sapi.
Upacara ini rutin digelar setiap tahun pada bulan Agustus atau September. Karapan
sapi merupakan ajang pesta rakyat dan

Keunikan Tradisi Dan Budaya Khas Indonesia


tradisi yang prestis bahkan dianggap bisa menaikkan status sosial seseorang. Karapan
Sapi dilaksanakan setelah masyarakat Madura sukses menuai hasil panen padi atau
tembakau.

3. Kasada - Bromo

Kasada Bromo
Upacara Kasada merupakan upacara persembahan sesajen kepada Sang Hyang
Widhi yang dilakukan setiap bulan Kasada hari ke-14 di gunung Bromo. Upacara ini
merupakan bentuk syukur masyarakat asli Tengger sekaligus sebagai media untuk
meminta panen yang melimpah dan kesembuhan untuk segala macam penyakit.
4. Ritual Tiwah - Kalimantan

Ritual Tiwah - Kalimantan

Ritual ini dipercaya dan dilaksanakan oleh masyarakat suku Dayak di Kalimantan
Tengah, khususnya suku Dayak yang menganut kepercayaan Kaharingan. Tradisi ini
merupakan ritual yang bertujuan untuk mengantarkan roh leluhur ke alam baka dengan
cara menyucikan lalu memindahkan sisa jasad mereka dari liang kubur ke sebuah
tempat yang dikenal dengan sebutan sandung.

5. Kebo Keboan - Banyuwangi

Kebo Keboan - Banyuwangi


Tradisi yang rutin diadakan sekali dalam satu tahun (tepatnya pada tanggal 10 Suro) ini
diadakan di Desa Alasmalang, Singojurun, Banyuwangi. Ritual ini merupakan gabungan
antara upacara untuk meminta hujan saat musim kemarau atau sebagai ungkapan
syukur ketika panen mereka berhasil.

6. Mapasilaga Tedong - Toraja

Mapasilaga Tedong
Mapasilaga Tedong dalam bahasa Indonesia berarti Adu Kerbau. Kerbau yang diadu
merupakan Kerbau Bule atau Kerbau Lumpur. Kedua kerbau ini akan beradu kekuatan
menggunakan tanduk untuk menjatuhkan lawannya. Tradisi ini dilaksanakan dalam
rangka pemakaman leluhur masyarakat Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
7. Pasola - Sumba

Tradisi yang satu ini merupakan bagian dari serangkaian upacara tradisional yang
dilakukan oleh masyarakat Sumba rutin setiap tahunnya pada
bulan Februari atau Maret. Tujuan dari pelaksanaan tradisi unik ini adalah memohon
restu para dewa agar panen tahun tersebut berhasil. Pasola

Pasola - Sumba
merupakan tradisi ‘perang-perangan’ yang dilakukan oleh dua kelompok berkuda yang
terdiri lebih dari 100 orang per kelompoknya. Mereka menggunakan senjata tombak
berbahan kayu dengan diameter sekitar 1.5 cm.

8. Dugderan - Semarang

Dugderan
Upacara Dugderan merupakan tradisi di Semarang yang rutin dilaksanakan pada 1 hari
sebelum bulan puasa. Dugderan meliputi pasar rakyat yang dimulai satu minggu
sebelum Dugderan berlangsung. Ciri khas diadakannya ritual ini adalah warak ngendok
(sejenis binatang rekaan yang berupa hewan bertubuh kambing, berkepala naga, dan
bersisik emas).

9. Tabuik - Pariaman

Tabuik - Pariaman
Perayaan ini merupakan tradisi di Pariaman yang dilaksanakan dalam rangka
memperingati Asyura yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai
Sumatera Barat. Tabuik adalah istilah untuk mengusung jenazah yang dibawa selama
proses upacara. Upacara melabuhkan tabuik ke laut selalu dilakukan rutin setiap tahun
pada tanggal 10 Muharram sejak 1831.
10. Upacara Rambu Solo – Tanah Toraja

Rambu Solo adalah upacara pemakaman adat Toraja, Sulawesi Selatan sebagai
bentuk penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal. Rambu Solo juga
bertujuan untuk mengantarkan arwah seseorang yang telah meninggal ke alam roh.
Masyarakat Toraja menganggap orang yang sudah meninggal telah benar-benar
meninggal jika seluruh kebutuhan prosesi upacara Rambu Solo terpenuhi. Jika belum,
maka orang meninggal tersebut akan diperlakukan layaknya orang sakit, sehingga
harus disediakan makanan, minuman, dan dibaringkan di tempat tidur. Secara harfiah,
Rambu Solo diartikan sinar yang arahnya ke bawah. Dengan demikian, Rambu Solo
diartikan sebagai upacara yang dilakukan saat matahari terbenam. Istilah lain Rambu
Solo adalah Auk Rampe Matampu.

Anda mungkin juga menyukai