Anda di halaman 1dari 5

Sidoarjo kabupaten dengan berlambangkan udang dan bandeng, meruakan kabupaten yang

banyak akan kebudayaan dan tradisi. Seperti yang terdapat dalam lamnangnya sidoarjo memang
penghasil bandeng dan udang, karena Sidoarjo merupakan penghasil bandeng maka di Sidoarjo terdapat
tradisi yang melibatkan bandeng di dalamnya. Sidoarjo juga mendapatkan Penghargaan Adipura dari
pemerintah pusat. Bukan cuma bandeng yang menjadi daya Tarik Kabupaten Sidoarjo tetapi masih
banyak lagi lainnya.

Sidoarjo merupakan Kabupaten yang berada di provinsi Jawa Timur. Kota yang lahir pada 31
Januari 1959 dulunya merupakan bagian dari kota Surabaya. Sidoarjo diapit oleh Kabupaten dan kota
yang perekonomiannya termasuk maju, diutara terdapat Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik, bagian
selatan dibatasi Kabupaten Pasuruan, dan bagian barat dibatasi oleh Kabupaten Mojokerto. Kabupaten
Sidoarjo juga disebut Kota Delta dikarenakan Sidoarjo diapit oleh dua sungai bersar pecahan sungai
Brantas, yakni Sungai Mas dan Sungai Porong.

Diapit oleh dua sungai besar dan di bagian timut dibatasi laut menjadikan sektor pertanian
tambak salah satu penunjang ekonomi masyarakat Sidoarjo. Yang terkenal dari hasil tambak Sidoarjo
adalah ikan bandeng. Setiap tahun Kabupaten Sidoarjo mengadakan kegiatan lelang bandeng, tepatnya
dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Acara lelang bandeng diadakan di alun – alun Sidoarjo.
Selain untuk memeringati Maulid Nabi Muhammad Saw, lelang bandeng juga bertujuan untuk promosi
ikan bandeng dan mengembangkan motivasi para petani agar meningkatkan produksi ikan bandeng
sehingga kesejahteraannya meningkat. Bulan hanya itu lelang banden juga diaadakan untuk tujuan yang
mulia. Hasil bersih acara lelang bandeng akan digunakan untuk kegiatan social dan keagamaan.

Di Jawa, pada bulan Ruwah ( kalender jawa ) ada tradisi yang dinamakan Ruwatan. Biasanya
bentuk – bentuk Ruwatan ini dapat berupa bersih Desa. Di Sidoarjo tepatnya di Desa Balongdowo
Kecamatan Candi ada tradisi masyatrakat yang dilakukan setiap bulan Ruwah pada saat bulan purnama
yang berbeda dari yang lain. Tradisi tersebut dinamakan Nyadran, Nyadran ini merupakan adat bagi
nelayan kupang Desa Balongdowos sebagai ungkaan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk
kegiatan Nyadran berupa pesta peragaan cara mengambil kupang di tengah laut selat Madura. Nyadran
di Sidoarjo memiliki ciri khas tersendiri. Kegiatan Nyadran dilakukan oleh nelayan kupang Desa
Balongdowo. Kegiatan ini dilakukan pada dini hari pukul satu pagi. Perjalanan bermulai dari Desa
Balongdowo Kecamatan Candi menempuh jarak 12 km menuju dusun Kepetingan Desa Sawohan
Kecamatan Buduran. Perjalanan melewati sungai desa Balongdowo, Klurak kali Pecabean, Kedung Peluk,
dan Kepetingan (Sawohan). Kettika iring – iringan sampai di muara kali Pecabean perahu yang
ditumpangai anak – anak membuang seekor ayam. Konon menurut cerita terdahulu ada orang yang
membawa serta anak – anak dan anak tyersebut kesurupan. Oleh karena itu untuk menghindari hal
yersebut masyarakat Balongdowo percaya nahwa dengan membuang seekor ayam yang masih hidup ke
kali Pecabean maka anak kecil yang mengikuti Nyadran akan terhindar dari malapetaka atau dalam hal
ini kesurupan. Sekitar pukul 04.30 WIB peserta iring – iringan perahu tiba di dusun Kepetingan Desa
Sawohan. Rombongan peserta nyadran langsung menuju makam dewi Sekardadu untuk mengadakan
makan Bersama. Sambil menunggu fajar pesereta Nyadran berziarah, bersedah, dan berdoa dimalam
tersebut. Setelah dari makam Dewi Sekardadu, sekitar pukul 07.00 WIB iring – iringan perahu menuju
selat Madura yang jaraknya sekitar 3 km. Sekitar pukul 10.00 WIB iring – iringan perahu menimggalkan
selat Madura menuju kembali ke Desa Balongdowo. Sepanjang perjalanan pulang banyak masyarakat
yang menyambut di tepi sungai, mereka minta berkat / makanan yang dibawa peserta Nyadran dengan
harapan agar mendapat berkah. Ada satu proses dari Nyadran ini yaitu “Melarung Tumpeng” yang
dilakukan di muara / Clangap. Proses ini dilakukan bila nelayan kupang memiliki nadzar / kaul.

Jenis wayang kulit di Sidoarjo sebagian besaradalah wayang kulit gaya Jawa Timuran ( gaya
Wetanan). Hamper semua kecamatan demiliki dalang wayang kulit. Dari segi musil, instrumennya
menggunakan gamelan slendro, mirip dalam ludruk. Berbeda dengan gaya Kulonan yang menggunakan
menggunakan gamelan slendro sekaligus pelog. Mengikuti selera konsumen, pagelaran wayang kulit
akhirnya dilengkapi dengan campursari, malah sudah lama wayang Wetanan deisertai tarian Remo
sebagai pembuka. Keberadaan wayang kulitdi Sidoarjo semakin menurun, hanya ada satui dalang cilik.
Ini dikarenakan tudak ada lemaga formal maupun nonformal yang mengajarkan wayang gya wetanan.

Reog Coemandi adalah kesenian asli daro Sidoarjokesenian ini muncul pada tahun 1926. Reog
Vermandi nerbeda dengan Reog Ponorogo. Yang membedakan adalah tidak adanhya warok dan
topengnya tidak dihiasi dengan bulu merak. Irama music menggunakan angklung dan kendang . Jumlah
pemain Reog Cemandi sekitar 13 orang. Dua penari yang memakai topengBarongan Lanang dan
Barongan Wadon, enam penabuh kendang dan empat pemain angklung. Saat memainkan tarian itu, dua
penari Barongan Lanang dan Barongan Wadon mengiringi penabuh gendang yang ada di tengahnya.
Enam penabuh gendang itu membentuk formasi melingkar sambil mengikuti irama. Dulunya reog
Cemandi digunakan masyarakat desa Cemandi Kecamatan Sedati untuk menusir penjajah Belanda
myang akan memasuki Dea Cemandi Selain untuk mengusir penjajah tarian tersebut menjadi himbauan
untuk mayarakat agar selau mengingat Tuhan Yang maha Esa, anjuran tersenut tersirat dalam syair
pengelingan atau pengingat. Kini, Reog Cemandi sudah berubah fungsi. Masyarakat sekitar biasanya
melakukan pertunjukan Reog Cemandi untuk acara hajatan, mantena, sunatan, dan acara lainnya.

Wayang Potehi merupakan kesenian adalah kesenian khas China, keberadaannya melekat
dengan klenteng atau rumah ibadah Tionghoa. Di Sidoarjo ada di klenteng Tjong Hok Kiong di
Jalan Hang Tuah, di kawasan Pasar Ikan. Di Sidoarjo, wayang potehi hanya digelar saat
perayaan hari jadi Makco Thian Siang Seng Bo di Kelenteng Tjong Hok Kiong, Jalan Hang Tuah
Sidoarjo. Acara tahunan ini juga diisi dengan hiburan rakyat untuk warga sekitar kelenteng.
Untuk memeriahkan HUT Makco, Subur biasanya menggelar pertunjukkan wayang potehi
selama satu bulan penuh di kompleks kelenteng. Wayang potehi di Sidoarjo merupakan bagian
dari ritual umat Tridharma ketimbang hiburan biasa. Karena itu, jarang sekali orang luar yang
menikmati kesenian langka ini. Padahal, unsur hiburan dan intrik di wayang potehi justru lebih
banyak daripada wayang kulit
Jaran Kepang Kelompok seni tradisi jaran kepang hampir punah di Kabupaten Sidoarjo, tak
sampai hitungan jari sebelah tangan. Sebelum 1980-an, cukup banyak grup jaranan yang menggelar
atraksi hiburan di kampung-kampung. Kelompok-kelompok seni Jaranan atau Jaran Kepang yang selama
ini ada di Sidoarjo bisa dikatakan bukan asli atau berdomisili di Sidoarjo. Mereka berasal dari luar kota,
seperti Tulungagung, yang sengaja ngamen di Sidoarjo dalam waktu beberapa lama. Diperkirakan ada
sekitar 10 grup. Namun ada satu grup Jaran Kepang versi Sidoarjo, yang agak berbeda dengan Jaran
Kepang pada umumnya. Yakni, ketika dalam masa trance, pemainnya memanjat pohon kelapa dengan
kepala menghadap ke bawah. Grup ini hanya ada di desa Segorobancang, kec. Tarik.

Dalam bidang Cagar Budaya Sidoarjo namyak memiliki Candi yang diantanya adalah Candi Pari.
Candi Pari terletak di kecamatan Porong, Sidoarjo. Candi Pari merupakan candi peninggalan
kerajaan Majapajit. Candi Pari didirikan sekitar tahun 1293 saka (1371 masehi). Candi ini
didirikan pada masa pemerintahan Raja Hayamwuruk. Candi ini memiliki ciri- ciri yang berbeda
dari candi byang ada di Jawa Timur lainnya. Candi ini cenderung terpengaruh dengan kesenian
Champa (salah satu nama wilayah di Vietnam) jika dilihat dari bentuknya yang agak tambun dan
tampak kokoh seperti candi-candi di Jawa Tengah. Candi Pari berdiri diatas bidang tanah ukuran
13,55 * 13,40 meter, dengan ketinggian 13,80 meter. Bangunan Candi Pari didominasi oleh bata
merah pada bagian badannya, sedangkan ambang atas dan bawah pintu masuk bilik candi
menggunakan batu andesit.
Candi Sumur merupakan candi yang juga masih satu lokasi dengan Candi Pari. Mungkin
hanya berjarak kurang lebih 100 meter.
Berbeda dengan Candi Pari yang berukuran lumayan besar, Candi Sumur memiliki ukuran yang
lebih kecil, mungkin hanya separuhnya dan hanya berhasil dipugar separuhnya saja.
Semua orang yang melihat candi ini pasti akan heran. Karena sisi yang tegak hanya separuhnya
saja dan ini akan membuat Candi Sumur rawan untuk runtuh. Tetapi sekarang dibangun
kerangka dari semen yang berfungsi sebagai penopang dan pengikat susunan badan candi yang
masih ada. Candi Sumur ini diperkirakan dibangun bersamaan dengan Candi Pari, dan seperti
halnya Candi Pari, Candi Sumur juga terbentuk dari susunan batu bata merah bukan dari batu
andesit yang umumnya kita jumpai pada candi-candi lain. Pada bangunan candi ini juga tidak
ditemukan ukiran atau relief-relief yang mendhias dinding atau kaki candi.
Tiap daerah memiliki motif batik dan corak batik yang berbeda – beda. Biasanya
bersesuaian dengan ciri daerah pembuat batik tersebut. batik asli Sidoarjo mempunyai motif beras
utah, kembang bayem, dan kebun tebu. Motif Beras Utah ini terkait dengan melimpahnya bahan pangan
terutama padi yang ada di Sidoarjo. Sehingga, dengan penduduk Sidoarjo yang relative kecil waktu itu,
kelebihan beras tersebut tentu akan dilimpahkan ke daerah lain. Motif Kebun Tebu ini terkait dengan
Sidoarjo yang dulunya dikenal sebagai penghasil gula terbesar. Motif Kembang Bayem ini terkait dengan
banyaknya sayuran bayam di daerah pedesaan Sidoarjo. Tanaman tersebut sangat mudah dijumpai di
sekitar rumah penduduk, baik yang ditanam maupun yang tumbuh liar. Dari segi warna, awalnya batik
asli Sidoarjo tidak begitu mencolok cenderung berwarna gelap (cokelat) dan motifnya tidak ada yang
memakai binatang. Namun, karena konsumen kebanyakan masyarakat Madura, maka pengrajin batik
Sidoarjo pun mengikuti permintaan tersebut. Sehingga, munculah warna-warna mencolok seperti
merah, biru, hijau, hitam dan sebagainya. Karena itulah, Sidoarjo juga terkenal dengan batik motif
Madura. Di Sidoarjo terdapat desa pengerajin batik tradisional yang tetap mempertahankan ciri khas
dari batik yaitu Kampung Batik Jetis. Keunggulan batik tulis Jetis Sidoarjo ini adalah warnanya yang tahan
lama hingga 10 tahun.
Dalam bidang kuliner banyak sekali kuliner khas Sidoarjo, diantaranya bandeng presto. Sidoarjo
merupakan penghasil ikan bandeng, sehingga banyak olahan ikan yang dibuat dari bandeng. Salah
satunya adalah bandeng presto. Bandeng presto Sidoarjo memiliki cita rasa yang khas, sehingga
membuatnya digemari banyak orang. Selain aroma dan rasanya yang menggugah selera, pembeli pun
tidak perlu repotmenghilangkan duri-durinya yang banyak karena sudah dimasak dengan menggunakan
teknik presto.
Lontong kupang merupakan makanan khas Jawa Timur, tepatnya di daerah Sidoarjo.
Bahan dasarnya adalah dari hewan laut seperti kerang yang bentuknya sekecil biji beras. Hewan
laut ini diproses dengan cara dimasak dan dikupas.Lontong kupang terdiri dari lontong dan kuah
yang bercampur dengan kupang sejenis tiram atau kerang kecil. Kupang adalah sejenis kerang
laut yang direbus dan dihidangkan dengan lontong. Kupang yang digunakan adalah kupang
putihatau dikenal sebagai kupang beras. Petis digerus dengan bawang goreng, diberi sedikit
perasaan jeruk. Lantas diuleg dengan sendok agar mencampur rata, kemudian disiram dengan
kaldu rebusan kupang dan petis. Jangan lupa untuk meminum air kelapa muda setelah
mengonsumsi kupang karena kelapa muda ini berfungsi sebagai penawar racun yang terdapat di
dalam kupang.
Termasuk penganan yang sangat populer di Jawa Timur, tak terkecuali di Sidoarjo. Industri
pembuat terasi menyebar ke berbagai tempat di Sidoarjo. Selain bahan bakunya melimpah, peminat
penganan ini juga hampir merata di berbagai segmen umur. Terasi Sidoarjo terkenal gurih dan harum,
sehingga banyak penduduk Sidoarjo yang berdomisili di luar kota selalu membawa penganan ini sebagai
obat kangen akan tempat kelahiran mereka.
Salah satu yang terkenal dan menjadi primadona oleh-oleh dari Sidoarjo. Rasanya belum ke
Sidoarjo apabila pulang tanpa membawa serta penganan ini, panganan ini adalah Petis. Warna petis
Sidoarjo sangat hitam pekat serta harum-gurih. Biasanya petis digunakan sebagai bumbu sambal pada
rujak, teman makan gorengan atau juga untuk bumbu tambahan nasi goreng.
Kerupuk adalah salah satu jenis makanan khas Indonesia yang sangat digemari. Hampir setiap
daerah memiliki ciri khas kerupuk masing-masing, yang terkadang juga identik dengan nama daerah
tempat asalnya. Berbicara soal kerupuk udang, Kabupaten Sidoarjo tentunya merupakan tempatnya.

Anda mungkin juga menyukai