Anda di halaman 1dari 2

Nama : Mira Siti Mariam

Kelas : Pai 3A

Mata Kuliah : Sejarah Kebudayaan Islam

Dosen : Elah Nurhasanah, S.Hum., M.Si.

Tradisi Keagamaan Daerah


Indonesia memiliki berbagai macam tradisi yang melekat di masyarakatnya. Di momen
lebaran Idul Fitri, warga yang tinggal dan berasal dari Tanah Sunda juga memiliki tradisi
menarik yang biasa dilakukan untuk menyambut Idul Fitri. Lebaran merupakan momen yang
paling ditunggu oleh seluruh umat muslim. Banyak tradisi unik dan menarik yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia saat hari kemenangan tiba, salah satunya di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Di kota yang terkenal dengan sebutan Priangan dari Timur ini, terdapat beberapa tradisi unik
yang hanya ditemui saat hari Lebaran. Ada beberapa tradisi yang khas dilakukan masyarakat saat
menyambut Hari Raya.
Nganteuran berasal dari bahasa Sunda yang artinya mengantarkan. Maksudnya, di momen ini
masyarakat akan mengantarkan makanan hasil masakan sendiri ke tetangga terdekat. Zaman
dahulu, makanan diantar dalam rantang (wadah bertingkat). Jenis makanan yang diantar pun
beragam seperti opor, rendang, ketupat, kentang balado dan lain-lain. Tradisi ini biasanya
dilakukan sehari atau dua hari sebelum hari lebaran tiba.
Ngadulag biasa dilakukan pada saat malam takbiran. Arti kata ngadulag yaitu memukul bedug.
Biasanya ngadulag mengiringi takbiran di mesjid atau keliling kampung. Tidak hanya di tanah
sunda saja, tradisi memukul bedug sambil mengumandangkan takbir juga dilakukan di berbagai
daerah. Tradisi ini biasanya dilakukan pada malam takbir oleh para remaja dan anak anak.
Sungkeman juga tak hanya di momen lebaran saja, kegiatan lain yang menggunakan tradisi
sungkeman ini misalnya saat pernikahan. Sungkem atau sungkeman jadi satu tradisi yang
melekat di lingkungan keluarga saat Hari Raya. Kegiatan ini berupa memohon restu dan
meminta maaf kepada anggota keluarga tertua atau orang tua.
Nyekar memiliki asal kata sekar (bunga). Nyekar biasa dikenal dengan kegiatan menabur bunga
saat berziarah ke makam keluarga atau sanak saudara. Konon, tradisi nyekar muncul berkat
akulturasi budaya Islam, Jawa dan Hindu. Secara umum, tradisi nyekar juga dijadikan wahana
masyarakat untuk mengingat kematian. Beberapa masyarakat melakukan tradisi nyekar sebelum
atau sesudah hari Idulfitri. Meskipun berbeda, namun tidak mempengaruhi esensi nyekar
tersendiri. Di masa pandemi COVID-19 kemarin, pemerintah setempat telah mengatur regulasi
ziarah ke makam (nyekar) beberapa wilayah memperbolehkan dengan pembatasan kapasitas dan
protokol kesehatan.
Tradisi yang harus dilakukan oleh masyarakat Kota Tasikmalaya saat Lebaran adalah
membunyikan petasan karbit yang terbuat dari batang bambu. Warga setempat menyebut petasan
karbit ini dengan sebutan bedil lodong. Tradisi membunyikan bedil lodong ini sudah dilakukan
sejak zaman dahulu sebagai penanda datangnya hari kemenangan. Biasanya tradisi ini dilakukan
oleh para remaja dan anak-anak pada saat malam takbiran hingga menjelang pagi hari.
Petasan ini berisi beberapa buah karbit yang dibunyikan di dalam batang bambu yang cukup
besar dengan diameter hingga 1 meter dan dimasukan sedikit air. Bedil lodong ini akan
menghasilkan suara yang menyemarakkan perayaan malam 1 syawal tersebut.
Di Kota Tasikmalaya terdapat menu wajib yang harus ada ketika Hari Raya tiba, yaitu
semur jengkol. Makanan yang biasa ditemui di wilayah Sunda hingga Betawi ini memiliki aroma
yang kuat sehingga sangat tak lazim jika harus disajikan pada hari Lebaran. Tradisi khas dari
Kampung Citereup, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya ini sudah berlangsung sejak lama.
Masyarakat setempat biasanya menyantap makanan ini setelah melaksanakan salat Idul Fitri.
Walaupun terkesan tak lazim, tapi tradisi tersebut tetap menjadi kebiasaan warga setempat saat
bersilaturahmi bersama sanak keluarga.
Mengamati dari beberapa tradisi di atas tentu semua tradisi mempunyai manfaat dan nilai
kebudayaan tersendiri, dan disetiap daerah tentu mempunyai tradisi masing masing adanya
tradisi tersebut merupakan ciri khas dari masyarakat tersebut yang mungkin jika tradisi tersebut
tidak dilakukan kurang lengkap rasanya bagi masyarakat tersebut, maka dari itu tradisi tersebut
harus dilestarikan oleh masyarakat setempat agar tradisi tersebut tidak hilang ditelan zaman.

Anda mungkin juga menyukai