Anda di halaman 1dari 2

Tradisi Lebaran “Nganteuran” di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

Annisa Sahda Fazrina (E1D021057)

Pendahuluan
Prabandani (2011), kearifan lokal adalah nilai-nilai, norma, hukum-hukum dan pengetahuan
yang dibentuk oleh ajaran agama, kepercayaan-kepercayaan, tata nilai tradisional dan
pengalaman-pengalaman yang diwariskan oleh leluhur yang akhirnya membentuk system
pengetahuan lokal yang digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sehari
hari oleh masyarakat.

Kearifan lokal juga didefinisikan sebagai kemampuan beradaptasi, menata, dan


menumbuhkan pengaruh alam serta budaya lain yang menjadi motor penggerak transformasi
dan penciptaan keanekaragaman budaya Indonesia yang luar biasa. Ini juga bisa menjadi
suatu bentuk pengetahuan, kepercayaan, pemahaman atau persepsi beserta kebiasaan atau
etika adat yang menjadi pedoman perilaku manusia dalam kehidupan ekologis dan sistemik.

Metode Pendahuluan
Pada artikel ini, metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Penulis mendeskripsikan
informasi yang didapat dengan menggunakan kata-kata penulis sendiri yang sudah
disimpulkan dari berbagai sumber yang didapat. Sumber artikel ini berasal dari masyarakat
yang ada di Jawa Barat serta dari internet.

Pembahasan
Bulan suci ramadan merupakan momen untuk saling berbagi, terutama menjelang lebaran. Di
Jawa Barat ada salah satu tradisi unik yang biasa dilakukan saat menjelang lebaran, yaitu
“nganteuran.” Tradisi ini biasanya dilakukan oleh penduduk yang tinggal di perdesaan, salah
satunya di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.

Dalam Bahasa Indonesia, nganteuran berarti mengantarkan. Ini merupakan aktivitas untuk
mengantarkan makanan yang sudah dimasak kepada keluarga yang lebih tua atau kepada
kerabat. Makanan yang biasa dikirimkan saat nganteuran adalah makanan khas lebaran,
termasuk ketupat, sambal goreng, serta lauk pauk lainnya. Makanan dikemas sedemikian rupa
dan dikirim menggunakan rantang bersusun.

Keluarga yang dianteruran makanan tersebut, kemudian membalasnya dengan mengisi


rantang yang dikirimkan dengan makanan yang mereka masak di rumahnya masing-masing.

Nganteuran ini biasanya dilakukan satu atau dua hari sebelum lebaran. Tradisi ini sebagai
wujud rasa hormat dan berbagi rezeki kepada saudara tertua maupun kerabat. Tradisi ini juga
dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberi
kesempatan untuk menyelesaikan ibadah di bulan Ramadan. 

Seiring dengan kemajuan jaman, tradisi ini setiap tahun semakin hilang, karena banyaknya
pendatang baru yang berbeda suku dan budaya untuk tinggal di daerah yang memiliki tradisi
nganteuran kurang memahami atau tidak mengetahui budaya setempat.

Penutup

A. Kesimpulan

Tradisi nganteuran adalah tradisi masyarakat Sunda di Jawa Barat yang biasa dilakukan dua
hari jelang Lebaran. Tradisi ini dilakukan dengan cara saling bertukar makanan dengan
keluarga maupun tetangga.

Nganteuran ini biasanya dilakukan satu atau dua hari sebelum lebaran. Tradisi ini sebagai
wujud rasa hormat dan berbagi rezeki kepada saudara tertua maupun kerabat. Tradisi ini juga
dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberi
kesempatan untuk menyelesaikan ibadah di bulan Ramadan. 

B. Saran

Dengan adanya tradisi Nganteuran di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, masyarakat harus tetap
melestarikan budaya atau tradisi ini agar tidak luntur dari perkembangan zaman karena tradisi
ini merupakan salah satu kearifan lokal dan identitas dari daerah Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai