Anda di halaman 1dari 21

PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA YANG

DAPAT DIIMPLEMENTASIKAN PADA


KONTEKS LOKAL SOSIAL BUDAYA
Fasilitator : Suprapti
Pengajar Praktik : Hardian

Dipresentasikan oleh Kelompok B


Calon Guru Penggerak Angkatan 8
ANGGOTA KELOMPOK
02

CHAIRULLAH FIRDAUS FAKHRUR RADHI NOVITA RAHAYU


SMAN 3 BIREM BAYEUN SMKN 1 PEUREULAK SMKN TAMAN FAJAR

RIA SUSANTI D SARIMAH SITI MASYITAH


SDN ALUE NIREH SDN ALUE KOUL SMPN 3 RANTAU SELAMAT
1.1.a.5. Ruang Kolaborasi - Modul 1.1 - Penugasan Kelompok

NILAI-NILAI LUHUR KEARIFAN BUDAYA DAERAH ASAL YANG


RELEVAN MENJADI PENGUATAN KARAKTER MURID SEBAGAI
INDIVIDU SEKALIGUS SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT.

"Ing ngarso sung tulodho


Ing madyo mangun karso
Tut wuri handayani"
Latar Belakang Budaya Lokal Aceh

Aceh merupakan daerah yang subur dan kaya akan hasil alam, antara lain berupa padi,
cengkeh, lada, pala, kelapa, kopi dan lain-lain. Oleh karena itu mata pencaharian pokok
masyarakat Aceh adalah betani di sawah dan ladang. Adapun masyarakat yang bermukim di
sepanjang pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan. Berbagai jenis mata pencaharian
pada masyarakat Aceh, namun sebagian besar masyarakatnya adalah sebagai petani padi.
Mata pencaharian merupakan satu kebiasaan pada masyarakat tertentu, dan merupakan
salah satu unsur dari kebudayaan.
Tiga kearifan lokal yang sesuai dengan
kondisi alam sekitar

Khanduri Blang
Dalong
Peusijuek
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta
mampu menemukenali nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang
relevan menjadi penguatan karakter
murid sebagai individu sekaligus sebagai
anggota masyarakat.
1. Kekuatan konteks sosio-kultural di daerah yang sejalan
dengan pemikiran KHD

Khanduri Blang Khanduri blang bermakna kenduri sawah yaitu acara syukuran
disertai doa dan makan bersama yang dilaksanakan oleh para
petani ketika musim tanam dimulai.
Tradisi ini dilakukan turun temurun oleh petani di Aceh, untuk
mengharapkan berkah, sekaligus bermunajat kepada Allah agar
sawah mereka bebas dari hama, saat musim tanam hingga panen
tiba.
Adapun relevansi dari khanduri blang dengan pemikiran KHD
terdapat nilai kodrat alam dan kodrat kodrat zaman. Dimana
dalam penyajian makanan kita masih mengikuti tradisi lama
walaupun zaman sekarang sudah bergerak maju. Disini terdapat
nilai religius dimana dari kebiasaan khanduri blang kita
memulainya dengan doa sebagai rasa bersyukur dan dari
kebiasaan ini bisa kita terapkan dikelas dengan berdoa sebelum
dan sesudah belajar dimulai, tidak itu saja disana juga terdapat
budaya salam, dzikir kerjasama dan gotong royong serta
kebhinekaan.
Dalong merupakan alat yang digunakan oleh
Dalong
masyarakat Aceh untuk menyajikan makanan pada
acara-acara adat seperti sunat rasul, upacara maulid
,pesta pernikahan, upacara mendirikan rumah . Dalong
berupa sebuah tempat sajian yang terbuat dari
tembaga bersepuh emas kuningan berkaki satu
sedangkan alas piringnya yang berbentuk lingkaran
berdiameter kurang lebih 30 cm. Secara harfiah, dalong
berarti tudung saji.
Adapun reverensi budaya dalong kaitannya dengan
pemikiran KHD, dalong digunakan untuk upacara adat
dimana dari kebiasaan itu ada nilai - nilai kebersamaan
atau kekekluargaan, kerjasama dan kreatifitas dimana
dalong ini berisi berbagai macam masakan khas Aceh.
Dimana nilai - nilai ini bisa diterapkan di dalam kelas
seperti menuntun anak membuat pojok literasi/pojok
baca. Anak - anak diberikan kebebasan untuk
mengembangkan ide yang mereka punya.
Di Aceh, prosesi peusijuek merupakan sebuah
tradisi yang masih dipertahankan hingga
Peusijuek sekarang. Tujuannya, untuk bersyukur kepada
Allah. Biasanya, prosesi ini digelar terhadap benda
atau manusia dengan harapan memperoleh
berkah, selamat, atau akan berada dalam
keadaan yang baik
Peusijuek sendiri berarti mendinginkan atau
menenangkan hati. Di Aceh, peusijuek dilakukan
saat seseorang mendapat kebahagian atau
rahmat dan juga kala seseorang terlepas dari
suatu musibah yang menimpanya.

Saat prosesi peusijuek digelar, orang yang


dipercaya untuk mempeusijuek orang lain
terlebih dahulu membaca Basmallah dan doa.
Proses peusijuek kemudian diakhiri dengan
makan nasi ketan bersama.
2. Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial
budaya di daerah

Beriman dan Gotong Nilai Rasa


bertaqwa Royong Kekeluargaan Syukur

Berkebhinekaan
Global
Kreatifitas
Ada dua hal linieritas kekuatan sosio kultural dengan pemikiran
Ki Hajar Dewantara di Aceh Timur.

Pertama dalam konteks sosial lokal, yaitu perilaku toleransi yang


tinggi antar suku sebagai wujud kebhinekaan global. Hal ini
dibuktikan dengan :
Alkulturasi atau asimilasi dalam kebiasaan adat istiadat
Lingkungan sosial yang tidak eksklusif atau tidak pilih - pilih

Dengan latar belakang seperti ini, toleransi yang tinggi menjadi suatu
keselarasan dengan filosofi Ki Hajar dewantara di Aceh Timur. Oleh
karena itu, guru sebagai pendidik bersama sekolah memberi
keterbukaan ruang kepada peserta didik untuk mengoptimalkan
kodrat alam dan kodrat zamannya.
Kedua, konteks budaya lokal, yakni penebalan kodrat anak
dalam konteks lokalitas Aceh Timur disekolah bisa
dilaksanakan dengan tradisi dalong yaitu makan bersama saat
maulid Nabi Muhammad SAW, peusijuek dan khanduri blang
misalnya. Karena dalam tradisi ini terdapat konektifitas filosofi
budi pekerti Ki hajar dewantara dalam bingkai kearifan lokal
daerah
3. Satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau
sekolah sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Aceh Timur

Pemikiran KHD Nilai Yang Ditebalkan

Dalam melakukan
Religius
pembaharuan yang terpadu,
Kebhinekaan global
hendaknya selalu diingat
bahwa segala kepentingan Gotong royong
anak - anak didik, baik Kreatifitas
mengena hidup dari Kepedulian
pribadinya maupun hidup
bermasyarakat jangan sampai
meninggalkan segala
kepentingan yang
berhubungan dengan kodrat
keadaan, baik itu kodrat alam
dan kodrat zaman
Menurut KHD pendidik harus melakukan perubahan, dalam hal ini perubahan
pembelajaran disekolah antara lain:
Asas kontinuitas, yaitu mengadakan dialog kritis tentang sejarah. Artinya kita tidak
boleh melupakan akar nilai budaya internal masyarakat melalui pembelajaran
disekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan berdoa sebelum belajar dan menyanyikan
lagu nasional
Asas konfergensi, yaitu pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat
nilai - nilai kemanusiaan . Hal ini dapat dilakukan di kelas , misalnya dengan
memberikan umpan balik jika ada siswa yang melanggar peraturan sekolah atau
kesepakatan belajar di kelas. ini tidak hanya terkait dengan hukuman yang mendidik,
tetapi juga guru harus memberikan penghargaan kepada siswa yang berhasil
melaksanakan proses pembelajaran di kelas atau bagi yang berprestasi.
Asas konsentris , yaitu pendidikan harus menghargai keberagaman dan
memerdekakan peserta didik, karena masing - masing anak berputar sesuai kodrat
alamnya. Di kelas hal ini dapat dilakukan dengan membagi kelompok tugas secara
merata, sehingga guru menyesuaikan metode penyampaian materi sesuai dengan gaya
belajar siswa atau disebut berdiferensiasi
Penerapan dalam pembelajaran
di kelas/sekolah

Berdoa sebelum & Budaya salam Dzikir & yasin


sesudah belajar

Menyanyikan lagu Penataan & dekorasi


daerah kelas
Konteks sosio - kultural yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
bahwasannya Kebudayaan sebagai hasil dari karya, rasa ,cipta dan
bermakna, kebudayaan juga bersifat konkrit, ada perwujudannya dalam
kehidupan masyarakat berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata. Misalnya pola perilaku (adat-istiadat), bahasa peralatan hidup,
organisasi social, religi, seni, dan lain-lain yang semuanya ditunjukkan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan hidup bermasyarakat
dan keagamaan atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sehubungan dengan berbagai macam budaya lokal Aceh yang
bisa dipadukan dalam pembelajaran. sejauh ini dengan
penerapan budaya dalam pembelajaran diharapkan bisa
menjadikan diri siswa untuk bisa berkarakter dan memiliki profil
pelajar pancasila seperti yang diharapkan oleh satuan
pendidikan sekarang. Dalam hal ini sekolah khususnya di Aceh
untuk terus bisa menerapkan budaya dalam kegiatan proses
pembelajaran di sekolah maupun dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
Adat bak poeteumeruhom
Hukom bak Syiah Kuala

"Pendidikan adalah tempat persemaian benih - benih


kebudayaan. Pendidikan dan budaya tidak dapat
dipisahkan"
TERIMA KASIH
Salam Guru Penggerak

Anda mungkin juga menyukai