Anda di halaman 1dari 8

7 tradisi hari raya idul fitri di Indonesia

Melihat Indonesia

Episode: ??

Visual Narasi

Opening

Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri menjadi momen penting dan perayaan
yang membahagian bagi umat muslim. Lebaran yang selalu dirayakan
setiap tahun ini identik dengan berbagai tradisi menyenangkan yang
melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Di Indonesia sendiri, banyak kegiatan yang digelar sejak sepekan atau


jelang Lebaran. Suasananya sudah dipastikan tampak berbeda dengan
hari biasanya.

Hal yang sudah menjadi sebuah tradisi yang begitu kental, dan telah
menjadi hal wajib dijalankan secara turun temurun akan sangat
dirindukan bila tidak dilakukan dan di lewatkan begitu saja oleh
masyarakat Indonesia. Maka dari itu melihat Indonesia telah
merangkum semuanya ke dalam 7 tradisi hari raya idul fitri di Indonesia.

1. Takbir keliling

Takbiran dikumandangkan pada malam hari untuk menyambut


datangnya Idul Fitri dan Idul Adha. Takbiran biasa dilakukan
dengan pawai di jalan, kadang-kadang membawa obor dan
bedug sambil mengumandangkan kalimat takbir. Mulai dari
orang dewasa hingga anak-anak turut antusias takbiran keliling
kampung.

Tak jarang, malam takbiran juga dihiasi dengan petasan-


petasan dan kembang api yang menyemarakkan malam.
Suasana malam takbiran pun makin meriah dan menyenangkan.
Takbiran keliling kampung biasanya dilakukan setelah selesai
shalat Magrib atau tepat saat malam 1 Syawal, dimana sejak
sore Hari Umat islam berkumpul di Masjid melakukan takbiran
dan sebagian lain lagi membawa gendang untuk ditabuh
mengiringi Takbir yang dikumandangkan.

Setelah waktunya tiba para peserta Takbiran berjalan


beriringan membentuk barisan yang panjangnya bisa mencapai
0,5 Km, warga pun berkeliling Kampung dengan berjalan kaki,
obor dinyalakan, gendangpun ditabuh juga suara Takbir
membahana sepanjang jalan berulang-ulang terus menerus
hingga akhirnya setelah selesai mengintari pelosok hingga ke
Ujung Kampung pesertapun kembali ke Mesjid dimana Takbiran
mulai bergerak, berawal dari Mesjid dan Finish di Mesjid yang
sama.

Biasanya bedug yang digunakan buat takbiran diletakkan di atas


panggung dihias macam-macam dan unik. Tradisi di malam
takbiran ini harus terus dipertahankan. Tentu saja selain
sebagai bentuk suka cita atas kemenangan umat muslim paska
Ramadhan, juga sebagai ajang mempererat toleransi
antarwarga setempat.

2. Mudik

Mudik adalah kegiatan pulang ke kampung halaman masing


masing saat sebelum hari raya idul fitri tiba yang biasanya dapat
ditemukan setiap setahun sekali.

Sejara terbentuknya mudik sudah bermula dari kekuasaan


majapahit yang luas hingga sri langka dan semenanjung Malaya.
Untuk menjaga wilayah kekuasaan yang luas, raja
memerintahkan pejabat di berbagaiu daerah hingga sewaktu
waktu, pejabat banyak yang pulang untuk menghadap raja dan
mengunjungi kampung halaman mereka masing-masing.

Hal ini juga dilakukan oleh kerajaan mataram islam untuk


menjaga wilayah kekuasaan mereka. Di mataram islam, para
pejabat yang merantau akan dipulangkan secara khusus ketika
idul fitri datang.

Walau fenomenanya sudah lama terjadi namun istilah mudik


sendiri baru tren pada tahun 1970an sebagai sebuah tradisi
yang dilakukan oleh perantau di berbagai daerah untuk kembali
ke kampung halamannya, untuk berkumpul bersama dengan
keluarga.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik memiliki


arti “ke udik” serta “pulang ke kampung halaman”. Sementara
dalam Bahasa Jawa Ngoko, mudik berasal dari kata “Mulih
Disik” yang artinya pulang dulu. Ini diartikan juga dengan pulang
yang hanya sebentar untuk melihat keluarga setelah lama
tinggal di tanah rantau. Sedangkan, orang Betawi mengartikan
mudik sebagai "Kembali ke Udik". Dalam bahasa Betawi, udik
sendiri memiliki arti kampung.

Pada zaman dahulu sebelum di Jakarta terjadi urbanisasi besar-


besaran, masih banyak wilayah yang bernama akhir utara atau
hilir dan kebanyakan akhiran itu diganti dengan kata Melayu
selatan atau utara. Contohnya seperti Meruya Udik, Meruya Ilir,
Sukabumi Udik, Sukabumi Ilir, dan sebagainya.

Dari situlah muncul istilah milir-mudik, yang artinya sama


dengan bolak-balik. Mudik atau menuju udik saat pulang dari
kota kembali ke ladangnya, begitu terus secara berulang kali.

Namun, saat ini, istilah mudik sendiri sudah mengalami


pergeseran makna, jika dahulu dilakukan secara natural untuk
mengunjungi dan berkumpul dengan keluarga tapi saat ini,
istilah mudik seakan akan lekat dengan eksistensi diri.
Masyarakat datng ke kampung halaman masing masing
bermaksud untuk membawa sesuatu yang bisa di banggakan
saja.

Meski begitu, suasana lebaran yang sudah melekat di Indonesia


tidak bisa begitu saja dilupakan karena seakan akan sudah
menjadi budaya tradisi di Indonesia.

3. Ketupatan

Kupatan adalah tradisi keagamaan yang berhubungan dengan


tradisi Islam. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk warisan
budaya leluhur yang sampai sekarang masih dilestarikan.

Waktu perayaan kupatan biasanya dilakukan 7 hari setelah Hari


Raya Idul Fitri. Hal ini merupakan perwujudan rasa syukur
setelah mengerjakan puasa satu bulan penuh dan
disempurnakan dengan puasa sunah enam hari di bulan
syawal.

Selain itu, tradisi kupatan juga merupakan kegiatan sosial yang


melibatkan seluruh masyarakat dalam usaha untuk
memperoleh keselamatan dan ketentraman. Kupat dalam
bahasa Jawa juga konon merupakan kependekan dari kalimat
'ngaku lepat' yang berarti 'mengakui kesalahan'. Oleh karena
itu, saling berbagi dan memberi kupat di hari raya lebaran idul
fitri adalah simbol atas pengakuan kesalahan dan kekurangan
diri masing-masing terhadap Allah SWT, keluarga dan terhadap
sesama.

konon tradisi kupatan dimulai sejak zaman Sunan Sendang


duwur. Seorang tokoh yang turut berperan dalam menyebarkan
agama Islam di pulau jawa khususnya di daerah Paciran dan
sekitarnya.

Awal mula tradisi Kupatan di praktekan oleh Sunan Sendang


duwur dalam rangka untuk menjamu tamu-tamu dan santri
seusai menjalankan puasa syawal selama enam hari setelah
lebaran.

dahulu tradisi kupatan tidak dirayakan secara besar-besaran


hanya dalam lingkup keluarga. Namun seiring pergeseran
zaman, tradisi tersebut meluas ke masyarakat luat dan
dikokohkan oleh masyarakat desa sebagai perayaan besar
tahunan.

Kupat sendiri ialah makanan yang berbahan dasar beras yang


dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun
kelapa muda atau janur, atau kadang-kadang dari daun palma
yang lain. Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan
Lebaran sampai 5 hari berikutnya ketika umat Islam merayakan
berakhirnya bulan puasa.

Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut tujuh lebih
umum dan jajaran genjang bersudut enam. Masing-masing
bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat
ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang
dan lebar, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

4. Kue kering

pada saat Lebaran, biasanya ada berbagai hidangan yang


disajikan, seperti ketupat dan opor ayam yang menjadi
makanan khas Lebaran. Namun selain ketupat dan opor,
hidangan lain yang juga menjadi khas saat Lebaran yaitu kue
kering.

Kue kering bukan semata mata hanya nama saja, kue kering
memang biasanya di masak hanya menjelang lebaran saja dan
menikmatinya di saat hari raya.

Ada berbagai hidangan kue kering khas lebaran yang biasa di


sajikan di setiap rumah untuk para tamu saat lebara, seperti
nastar, kastengel, putri salju hingga lidah kucing.

Kue kering ternyata sudah dikenal sejak lama, nih, yaitu sejak
sekitar abad ke-7 yang dikenalkan dari Persia yang saat ini
namanya berganti menjadi Iran. Uniknya, penciptaan kue kering
merupakan penemuan yang tidak disengaja dan tidak pernah
dimaksudkan untuk diciptakan.

Penemuan kue kering berasal dari para tukang roti yang ingin
membuat kue yang biasanya mereka jual. Namun saat itu untuk
memanggang kue, bukanlah hal yang mudah dilakukan.
Sebelum akhirnya bisa kita nikmati di beberapa kesempatan
seperti hari raya Lebaran, kue kering dulunya ternyata
merupakan makanan mewah dan hanya disajikan bagi kaum
bangsawan saja.

Para pedagang Muslim kemudian menyebarkan kue kering


tersebut ke berbagai wilayah selama aktivitas berdagang yang
mereka lakukan ke banyak tempat, salah satunya adalah Eropa.
mulai sekitar pada abad ke-14, kue kering mulai dinikmati oleh
berbagai kalangan, mulaidari anggota kerajaan hingga rakyat
biasa.

Salah satu Kue kering yang menjadi favorite masyarakat


Indonesia adalah kue nastar denga nisi nanas, namun pada
dahulu kala nastar digunakan sebagai pengganti pie blueberry
atau apel yang merupakan kue kering orang Belanda.

Namun karena buah blueberry sulit ditemukan di Indonesia,


maka nanas digunakan sebagai pengganti blueberry pada pie
yang biasa dinikmati oleh orang Belanda.

Nama nastar sendiri merupakan kepanjangan dari bahasa


Belanda ananas atau nanas dan taart atau tart, yang berarti
nastar adalah tart nanas.

Meskipun kue kering yang paling terkenal adalah nanas, tapi


masih banyak kue kering lainnya yang biasa tersedia ketika
Lebaran.

5. Halal bi halal

Di setiap perayaan Idul Fitri atau lebaran ada tradisi yang tak
pernah terlewatkan, khususnya bagi masyarakat Indonesia,
yakni halalbihalal. Halalbihalal adalah saling bermaafan di hari
lebaran. Lebih tepatnya halalbihalal adalah kegiatan silaturahmi
pada saat lebaran atau Idul Fitri yang diisi dengan saling
memaaf memaafkan.

Kegiatan silaturahmi ini sudah menjadi tradisi di Indonesia.


Meski berasal dari bahasa Arab, tapi orang Arab sendiri tak tahu
arti dan makna halalbihalal. Halalbihalal merupakan kreasi dan
ciptaan orang Indonesia. Namun, pada intinya bertujuan untuk
menciptakan keharmonisan antar sesama manusia.

Dalam sejarahnya di Indonesia, kata dan tradisi ini dicetuskan


oleh tokoh dari Nahdlatul Ulama KH Wahab Chasbullah. istilah
dan tradisi halalbihalal terjadi ketika kondisi negara sedang
memanas sekitar tahun 1948.

Di tahun tersebut ada berbagai pemberontakan mulai dari PKI,


DI/TII dan berbagai pemberontakan lainnya. Presiden ke-1 RI,
Soekarno pun memanggil KH Wahab Chasbullah untuk meminta
pendapat. KH Wahab pun menyarankan Bung Karno untuk
menggelar acara silaturahmi di antara elite politik dengan
memanfaatkan momentum Idul Fitri.

Tapi Bung Karno merasa kurang cocok dengan penggunaan kata


silaturahmi untuk mendinginkan suhu politik saat itu.
Menurutnya, istilah itu terlalu biasa dan harus dicari istilah lain
agar pertemuan itu jadi momentum dan mengena bagi para
elite yang hadir.
KH Wahab Chasbullah kemudian menemukan istilah
halalbihalal. Diawali dengan penjelasan situasi para elite politik
yang saling serang dan menyalahkan satu sama lain, KH Wahab
menjelaskan hukum dalam Islam. Ia menyebut bahwa saling
menyalahkan adalah dosa. Di sisi lain, dosa memiliki hukum
haram.

KH Wahab menyebutnya dengan ‘Thalabu halal bi thariqi halal‘,


jika diartikan menjadi ‘mencari kehalalan dengan cara halal’.
Maksudnya adalah mencari penyelesaian masalah atau
keharmonisan hubungan dengan cara memaafkan kesalahan,
dari situlah awal mula istilah halalbihalal berasal.

Meski menggunakan istilah bahasa Arab, ternyata kegiatan ini


hanya ada di Indonesia. Seperti yang telah disebutkan di atas
mengenai sejarahnya di awal , kegiatan silaturahmi ini dibentuk
karena situasi di Indonesia pada masa lampau, yang kemudian
menjadi budaya. Hingga pada akhirnya setiap Idul Fitri,
masyarakat Indonesia terbiasa melakukannya.

Maknanya tentunya lebih dipahami oleh orang Indonesia


daripada orang Arab sendiri meski berasal dari kata bahasa
Arab. Kata ini dipakai sebagai pengganti istilah silaturahmi dan
telah menjadi tradisi di Indonesia saat lebaran.

Halal merupakan lawan kata dari haram. Jadi dari segi hukum
maknanya memberikan kesan bahwa akan terbebas dari dosa
seseorang yang melakukannya. Jadi maknanya menurut
tinjauan hukum, membuat sikap yang haram menjadi halal atau
tidak berdosa lagi. tentunya hal ini harus didukung dengan
saling memaafkan secara lapang dada.

6. Ziarah

Ziarah kubur adalah salah satu tradisi Lebaran, seperti halnya


mudik dan halal bihalal. Di hari Idul Fitri, umat Islam
menyempatkan diri untuk tidak hanya bersilaturahmi dengan
kerabat yang masih hidup, tetapi juga dengan yang telah
meninggal dunia. Ketika berziarah, mereka memanjatkan doa
untuk orang tua maupun kerabat yang telah tiada.
Memohonkan ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan
almarhum semasa hidup, dan meminta agar mereka yang
sudah meninggalkan dunia diterima amal baiknya.

kedatangan bulan Ramadhan dan Idul Fitri dianggap oleh


masyarakat Muslim sebagai momentum untuk memperbanyak
ibadah. ziarah kubur juga dianggap sebagai cara bersilaturahmi
kepada orang-orang yang sudah meninggal. Karena makam
merupakan satu satunya media yang menautkan antara orang
yang masih hiduo dengan yang sudah meninggal.
Oleh karena itu, momentum libur Lebaran, selain dimanfaatkan
para perantau untuk mudik ke kampung halaman, juga menjadi
kesempatan untuk "bersilaturahmi" dengan mereka yang telah
meninggal dunia.

Selain itu, ziarah kubur juga merupakan bentuk bakti anak


kepada orang tua yang sudah meninggal.
Pada dasarnya, ziarah kubur bisa dilakukan kapan saja.
Hanya saja, jelang Ramadan dan Lebaran kerap dijadikan
momen yang istimewa bagi umat Muslim untuk nyekar.

7. Tunjangan hari raya

THR adalah hal yang paling ditunggu para pekerja atau


karyawan setiap tahunnya. Biasanya, pegawai negeri sipil
sampai pekerja swasta akan menerima THR menjelang lebaran
Idul Fitri. Adapun kepanjangan THR adalah Tunjangan Hari
Raya.

THR adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan


pemberi kerja kepada pekerja atau keluarganya menjelang hari
raya keagamaan di Indonesia. Umumnya, THR adalah
dibayarkan dalam bentuk uang yang disesuaikan dengan agama
yang dianut pekerja. Meski beberapa perusahaan memberikan
THR kepada pekerjanya dalam bentuk kebutuhan pokok. Bagi
yang sudah bekerja setahun penuh atau lebih, besaran THR
adalah dibayarkan senilai satu kali gaji. Sementara untuk
mereka yang bekerja kurang dari setahun, pembayaran THR
adalah disesuaikan dengan perhitungan secara proporsional.

pada awalnya THR adalah pemberian sukarela bagi pekerja.


Adapun orang yang pertama kali memperkenalkan konsep THR
adalah Soekiman Wirjosandjojo, Perdana Menteri Indonesia ke-
6. Soekiman berasal dari Partai Masyumi. Pada saat itu,
kebijakan THR adalah bagian dari beberapa program
kesejahteraan bagi pamong praja. Tujuannya, agar pamong
praja mendukung kebijakan dan program-program pemerintah.

Aturan mengenai besaran dan skema THR secara lugas baru


diterbitkan pemerintah pada tahun 1994 yakni lewat Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1994 tentang Tunjangan
Hari Raya Keagamaan bagi pekerja swasta di perusahaan. Lewat
peraturan ini, pemerintah mewajibkan semua perusahaan
untuk memberi THR kepada pekerja yang telah bekerja minimal
tiga bulan kerja. Kebijakan itulah yang kemudian menjadi cikal-
bakal kebijakan THR hingga saat ini.

Tahun 2016 pemerintah melalui Kementrian Ketenagakerjaan,


merevisi peraturan mengenai THR. Perubahan ini tertuang
dalam peraturan menteri ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun
2016. Dalam peraturan ini menyebutkan bahwa pekerja yang
memiliki masa kerja minimal satu bulan sudah berhak
mendapatkan THR.

Tak hanya itu, kewajiban pengusaha untuk memberi THR tidak


hanya diperuntukkan karyawan tetap, tetapi juga untuk
pegawai kontrak. Termasuk yang bekerja berdasarkan
perjanjian kerja waktu tidak tertentu ataupun perjanjian kerja
waktu tertentu.

besaran THR yang diterima pekerja akan ditentukan


berdasarkan masa kerja yang telah mereka lalui di sebuah
perusahaan atau institusi. Bagi yang sudah memiliki masa kerja
minimal 12 bulan atau lebih secara berturut-turut maka akan
memperoleh THR sebesar upah atau gaji satu bulan yang
terakhir diterima. Sementara itu, mereka yang memiliki masa
kerja di bawah itu akan menerima THR yang besarannya
bersifat proporsional.

Jika terlambat menunaikan kewajiban tersebut kepada para


pekerjanya, perusahaan akan dikenai sanksi administrasi
sebagaimana diatur dalam Permenaker Nomor 20 Tahun 2016
tentang Tata Cara Pemberian Sanksi Administratif dan PP
Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Anda mungkin juga menyukai