Anda di halaman 1dari 3

Meriahnya Perayaan Idul Fitri di Pesisir Selatan

Oleh: Vilbisal Sahbila (2211010001) Bahasa dan Satra Arab A

vividwizev@gmail.com

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Setiap tahunnya, umat muslim diseluruh dunia merayakan hari raya Idul Fitri,
khususnya di Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim. Hari raya Idul Fitri menjadi
salah satu perayaan besar yang sangat ditunggu-tunggu seluruh umat muslim setelah
menjalani puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan. Mungkin Anda sudah cukup
familiar menyebut Idul Fitri dengan istilah Lebaran.
Di Indonesia sendiri, banyak kegiatan yang digelar sepekan atau jelang Lebaran.
Suasananya sudah dipastikan tampak berbeda dengan hari biasanya. Umat Islam akan saling
mengucapkan selamat Idul Fitri dengan berjabat tangan dan saling bermaaf-maafan. Tidak
berhenti di situ, di rumah-rumah juga akan disediakan hidangan-hidangan manis serta hadiah-
hadiah yang diberikan kepada anak-anak dan tamu-tamu yang datang berkunjung. Pada hari
raya Idul Fitri ini sekolah-sekolah dan perkantoran diliburkan, sehingga pada hari raya Idul
Fitri umat islam dapat berkumpul dengan keluarganya, sanak saudara, teman-teman, dan
tetangga sekitar. Selain hal itu, sudah menjadi tradisi hari raya Idul Fitri identik dengan
sesuatu yang baru, apalagi kalau bukan baju baru. Tak sedikit orang yang membeli baru
untuk dipakai saat merayakan Idul Fitri.
Berbicara tentang tradisi, setiap daerah-daerah di Indonesia tentu memiliki tradisi
khas untuk merayakan hari raya Idul Fitri. Anda pasti sudah sangat familiar dengan takbiran,
salam tempel, baju baru, dan lain sebagainya bukan? Itu hanya sebagian kecil tradisi yang
biasa dilakukan umat muslim di Indonesia. Ada beragam tradisi khas dengan cerita unik
dibaliknya, salah satunya Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Ingin tahu apa
saja tradisi unik perayaan Idul Fitri di Pesisir Selatan?.
Berikut ini adalah beberapa tradisi perayaan Idul Fitri di Pesisir Selatan:
1. Pulang Basamo
Mendengar kata “Minang”, apa kira-kira yang terpikirkan dibenak Anda saat
mendengar kata tersebut? Beberapa hal yang terbayang barangkali: rendang, nasi Padang, dan
merantau. Khususnya untuk kata “merantau”, merantau merupakan salah satu budaya yang
dimiliki masyarakat Minangkabau, yaitu keluar dari kampung ketika lewat masa remaja dan
beranjak dewasa untuk mengadu nasib ditempat orang lain. Baik guna menuntut ilmu,
mengembangkan bisnis, maupun sekedar mencari pengalaman.
Saat Ramadhan tiba, para perantau biasanya bersuka ria ketika mendekati hari
Lebaran, biasanya mereka akan berkumpul sesama perantau dan melangsungkan yang
namanya tradisi Pulang Basamo. Dalam istilah Minangkabau, Pulang Basamo berarti mudik
bersama-sama menjelang hari raya Idul Fitri. Keunikan dari tradisi pulang basamo ini ialah,
para perantau asal Sumbar, terutama Pesisir Selatan akan saling membantu agar pulang
bersama-sama saat jelang Lebaran Idul Fitri. Para perantau ini biasanya menggunakan jalur
darat dengan menggunakan kendaraan pribadi masing-masing lalu beriring-iringan. Tetapi
selain itu ada juga kelompok perantau yang menyewa bus pariwisata bagi yang tidak punya
atau kekurangan kendaraan pribadi.
Pulang bersama tentu berbeda dengan pulang sendiri. Dengan pulang bersama para
perantau dapat mempererat tali silaturahmi antar sesama, maupun dengan keluarga
dikampung halaman. Perjalan ini pastinya seru ya, karena biasanya para perantau sudah
saling kenal, sehingga kepenatan dijalan bisa dikurangi dengan becanda, ngobrol sesama
teman seperjalanan yang seru, dan obrolan tentang kampung halaman, masa kecil yang penuh
kenangan, tentu bayang-bayang kampung halaman sudah dipelupuk mata. Tak sabar bertemu
orang tua dan keluarga besar di kampung halaman. Begitu sampai dikampung halaman,
masyarakat desa akan menyambut para perantau dengan penuh antusias dan kegembiraan.
2. Malamang
Malamang adalah memasak lemang yang merupakan salah satu makanan khas di
Sumbar. Terbuat dari beras ketan, baik ketan putih maupun ketan hitam yang diberi adonan
santan kelapa dan garam, yang memiliki cita rasa enak dan lembut saat disantap. Sebelum
dimasak, adonan lemang dimasukkan kedalam bambu, masing-masing dialasi daun pisang.
Tradisi membuat lemang ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Minangkabau sehari
sebelum Idul Fitri. Maka setiap rumah akan melakukan malamang untuk disuguhkan pada
Lebaran lusa untuk setiap orang yang berkunjung kerumah. Setiap daerah di Sumatera Barat
memiliki ciri khas dalam menyajikan lemang. Namun, di Pesisir Selatan lamang biasanya
disajikan bersama tapai. Tapai merupakan makanan hasil fermentasi beras ketan hitam
dengan ragi. Tidak hanya tapai, lamang juga bisa disajikan dengan makanan pendamping
lainnya yang manis atau gurih.
Tradisi malamang dipercaya masyarakat Minang dapat menjaga silaturahmi, dan
memupuk jiwa gotong royong. Karena biasanya kegiatan memasak lemang dilakukan
bersama-sama dengan para tetangga, mulai dari penyiapan bahan lemang, persiapan api
unggun, mencari bambu, menjaga api agar tetap menyala saat pembakaran lemang, hingga
lemang siap dihidangkan. Tak cuman saat Lebaran, tradisi malamang juga sering dilakukan
menyambut hari-hari besar islam, seperti menjelang bulan Ramadhan, Idul Adha, peringatan
Maulid Nabi, dan sebagainya.
3. Manjalang Mintuo
Disetiap perayaan hari raya Idul Fitri, di Minangkabau terkenal dengan adanya tradisi
turun-temurun Manjalang Mintuo atau bisa diartikan dengan menantu perempuan mendatangi
mertuanya. Dan datangnya bulan sekedar datang dan saling bermaaf-maafan saja, namun juga
disertai dengan membawa rantang yang berisi bermacam masakan. Di Pesisir Selatan
biasanya disajikan dengan kue dan agar-agar. Yang mana, nanti makanan tersebut akan
dihidangkan dan dimakan bersama-sama.
Tujuan tradisi ini sebagai bentuk melestarikan dan mempererat hubungan keakraban
kedua belah pihak antara keluarga laki-laki dan perempuan. Karena pada tradisi Manjalang
Mintuo, sang menantu tidak datang sendirian namun ditemani oleh kedua orang tua dan
kerabat dekat lainnya. Biasanya tradisi Manjalang Mintuo ini dilakukan pada hari raya
pertama maupun hari kedua. Selain hari raya Idul Fitri Manjalang Mintuo juga sering
dilakukan pada saat menjelang Ramadhan, dan beberapa hari setelah dilangsungkannya
pernikahan.
4. Marandang
Selain tradisi malamang, marandang menjadi tradisi Minang yang turun-temurun di
Sumatera Barat, salah satunya di Pesisir Selatan. Tradisi ini biasanya dilakukan saat
memasuki hari-hari besar islam. Khususnya menjelang hari raya Idul Fitri tiba. Marandang
dalam bahasa Minang dapat diartikan sebagai kegiatan memasak rendang. Siapa yang tidak
kenal dengan makanan asal Padang yang mendunia ini. Rendang adalah hidangan berbahan
dasar daging sapi atau kerbau yang dihasilkan dari proses memasak suhu rendah dalam waktu
lama menggunakan aneka rempah-rempah dan santan. Hampir setiap rumah di Ranah Minang
melakukannya agar bisa disantap bersama saat dikunjungi kerabat.
5. Acara Wisata Pantai
Selanjutnya, ada tradisi yang tidak kalah unik dari sebelumnya, yaitu mengadakan
Acara Wisata Pantai di Pesisir Selatan. Sesuai namanya, Pesisir Selatan terletak dikawasan
Pesisir Sumatera dengan garis pantai yang cukup panjang mecapai 218 kilometer. Tradisi
tersebut biasanya diadakan dalam rangka memeriahkan Lebaran Idul Fitri. Menurut Dinas
Pariwisata, Kepemudaan Olahraga Kabupaten Pesisir Selatan memprediksi sebanyak 450 ribu
wisatawan akan berkunjung ke destinasi yang ada di Pesisir Selatan pada libur Idul Fitri 1444
Hijriyah/ 2023 Masehi.
Adapun objek wisata pantai yang paling terkenal di Pesisir Selatan, ialah pantai
Carocok Painan dan Kawasan Mandeh di Kecamatan Koto Xl Tarusan, yang memiliki daya
tarik tersendiri untuk dikunjungi bersama keluarga maupun sanak saudara. Untuk
memeriahkan suasana Lebaran Idul Fitri biasanya menggelar acara, seperti mendatangkan
artis-artis ibu kota dan membangun wahana hiburan guna menghibur pengunjung yang
datang kekawasan wisata tersebut. Acara Wisata pantai ini bertujuan memberikan hiburan
para perantau yang mudik dan para wisatawan baik lokal maupun internasional.
Itulah beberapa tradisi perayaan hari raya Idul Fitri yang ada di Pesisir Selatan. Tradisi ini
pada dasarnya, memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mempererat hubungan silaturahmi
antar sesama muslim, serta untuk memperkuat hubungan dengan Allah SWT, dan tentunya
tradisi ini masih perlu dilestarikan karena didalamnya terkandung makna-makna positif
dalam menyambut hari raya Idul Fitri.

Anda mungkin juga menyukai