Anda di halaman 1dari 10

SINOPSIS

Bercerita tentang kota Klaten tepatnya di Jatinom yang setiap tahunnya mengadakan acara
tradisional yaitu YAQOWIYU. Pada mulanya, Kyai Ageng Gribig ke Mekkah untuk menunaikan
Ibadah Haji. Sewaktu berada di Mekkah mendapat apem 3 buah yang masih hangat, kemudian
dibawa pulang untuk anak cucunya, ternyata sampai di Jatinom apem tersebut masih hangat.
Dengan bersabda APEM YAQOWIYU artinya kata yaa qowiyyu itu ialah Tuhan Mohon
Kekuatan. Berhubung apem buah tangan itu tidak mencukupi untuk anak cucunya, maka Nyai
Ageng Gribig diminta membuatkan lagi agar dapat merata.
Kyai Ageng Gribig juga meminta kepada orang-orang Jatinom di bulan Sapar, agar merelakan
harta bendanya sekedar untuk zakat kepada sesama yang datang (tamu). Oleh karena itu, orangorang semua tahu bahwa Nyai Ageng Gribig sedekah apem, maka kini penduduk Jatinom
mengikuti hal yang sama dengan membawa apem untuk selamatan. Sekarang ini orang-orang
Jatinom membawa apem untuk diserahkan ke Panitia Penyebaran Apem, dan sesudah sholat
Jumat disebarkan di lapangan.
Menurut kepercayaan warga, apem tersebut sebagai syarat untuk bermacam-macam maksud.
Bagi petani dapat untuk sawahnya, agar tanamannya selamat dari hama. Ada yang percaya
bahwa apem tersebut akan membawa rezeki, membawa jodoh, dan lain-lain. Bahkan, ada yang
percaya siapa yang mendapat banyak apem pada perebutan itu sebagai tanda akan memperoleh
rezeki melimpah. Saking percaya hal itu ada yang kaul (nadar) menggelar wayang kulit, atau
pertunjukan tradisional yang lain.
Jumat siang, ribuan orang memadati lapangan di dekat Masjid Ageng Jatinom Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten untuk berebut kue apem yang disebar, yaqowiyu yang dirayakan pada
setiap hari Jumat bakda sholat Jumat pada pertengahan bulan Sapar ini telah ada sejak jaman
sejarah Kyai Ageng Gribig.
Maka, tak heran jika pada puncak acara peringatan yaqowiyu ini pengunjung melimpah yang
datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Acara tradisi
budaya tersebut digelar untuk mengenang jasa Ki Ageng Gribig, tokoh ulama penyebar agama
Islam di Jawa, yang menetap dan meninggal di Jatinom.
Pada Kamis siang sebelum apem disebar pada hari jumat, apem disusun dalam dua gunungan
yaitu gunungan lanang dan gunungan wadon. Gunungan apem ini lalu akan diarak dari Kantor
Kecamatan Jatinom menuju Masjid Ageng Jatinom yang sebelumnya telah mampir terlebih
dahulu ke Masjid Alit Jatinom. Arak-arakan ini diikuti oleh pejabat-pejabat kecamatan,
kabupaten, Pemerintah Daerah Kabupaten, Bupati (atau yang mewakili), Disbudparpora (Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga) dari Klaten. Arak-arakan jalan kaki ini juga
dimeriahkan oleh marching band, reog, seni bela diri dan Mas Mbak Klaten yang terpilih.
Setelah kedua gunungan apem sampai di Masjid Ageng Jatinom maka gunungan apem tersebut
dimalamkan di dalam Masjid untuk diberi doa-doa. Pada hari Jumat setelah sholat Jumat, apem
tersebut disebar oleh Panitia bersama dengan ribuan apem sumbangan dari warga setempat.

Banyak orang berpendapat bahwa apem yang ada di gunungan dan telah dimalamkan di Masjid
Ageng itulah apem yang paling berkhasiat atau manjur. Menurut banyak warga sebenarnya
dari ribuan apem yang disebar apem yang telah dimalamkan di Masjid tersebut adalah apem
yang benar-benar punya berkah. Tapi meskipun demikian tidak berarti ribuan apem lain yang
disebar tidak membawa berkah, masyarakat percaya bahwa apem-apem yang disebar itu punya
berkah. Menurut para sesepuh Jatinom, gunungan apem itu mulai diadakan sejak 1974,
bersamaan dengan dipindahnya lokasi sebaran apem dari halaman Masjid Gedhe ke tempat
sekarang. Sebelumnya, acara sebaran apem tidak menggunakan gunungan.
Penyusunan gunungan itu juga ada artinya, apem disusun menurun seperti sate 4-2-4-4-3
maksudnya jumlah rakaat dalam shalat Isa, Subuh, Zuhur, Asar, dan Magrib. Di antara susunan
itu terdapat kacang panjang, tomat, dan wortel yang melambangkan masyarakat sekitarnya hidup
dari pertanian. Di puncak gunungan terdapat mustaka (seperti mustaka masjid) yang di dalamnya
berisi ratusan apem.
Ada perbedaan antara gunungan lanang dan wadon. Gunungan wadon lebih pendek dan
berbentuk lebih bulat. Gunungan lanang lebih tinggi dan di bawahnya terdapat kepala macan
putih dan ular.
Kedua hewan itu adalah kelangenan Ki Ageng Gribig. Macan diibaratkan Kiai Kopek yakni
macan putih kesayangan Ki Ageng Gribig, sedangkan ular adalah Nyai Kasur milik Ki Ageng
Gribig.
Perayaan Yaaqowiyuu di Jatinom, Klaten, banyak dikunjungi puluhan ribu wisatawan lokal dan
mancanegara. Mereka berkumpul di lapangan dekat Masjid Besar Jatinom, menunggu acara
sebar kue apem yang dilakukan setelah selesai salat Jumat. Sekarang ini, sebanyak 5 ton kue
apem yang diperebutkan para pengunjung.
Di lokasi ini terdapat juga peninggalan Kyai Ageng Gribig berupa: Gua Belan, Sendang Suran,
Sendang Plampeyan dan Oro oro Tarwiyah. Disamping itu masih ada satu peninggalan yaitu
Masjid Alit atau Masjid Tiban. Perlu kiranya ditambahkan disini bahwa sepulangnya Kyai Ageng
Gribig dari Mekah tidak hanya membawa apem saja tetapi juga membawa segenggam tanah dari
Oro-Oro Arofah dan tanah ini ditanamkan di Oro-Oro Tarwiyah.
Adapun Oro-Oro ini disebut Tarwiyah karena tanah dari Mekah yang ditanam Kyai Ageng
Gribig yang berasal dari Padang Arofah ketika beliau sedang mengumpulkan air untuk bekal
untuk bekal wukuf di Arofah pada tanggal 8 bulan Dzulhijah. Dari tanggal 8 Dzulhijah ini
dinamakan Yaumul Tarwiyah yang artinya pada tanggal itu para jamaah Haji mengumpulkan air
sebanyak banyaknya untuk bekal wukuf di Arofah.
Subyek

: Acara Yaqowiyu

Lokasi

: Jatinom, Klaten.

POV 1

: Point of View. Acara Yaqowiyu

POV 2

: Pandangan masyarakat atau sesepuh terhadap tradisi Yaqowiyu yang


dilaksanakan setiap tahun.

Rancangan tayangan :

60 menit dengan 5 segment dan 1 teaser


SKENARIO
UPACARA SEBAR APEM DI JATINOM

OPENING :
Memperlihatkan jalanan di Jatinom, Klaten (Kelurahan Jatinom).
Narator

Narator akan menjelaskan sedikit tentang Jatinom dan Yaqowiyu.


Jatinom adalah nama suatu kecamatan di Kabupaten Klaten sekaligus kota pusat
pemerintahannya. Jatinom terletak pada jalur utama yang menghubungkan antara Klaten dan
Boyolali. Di Jatinom setiap bulan Sapar dalam penanggalan Jawa atau Islam diadakan
"SEBARAN APEM" atau Yaqowiyyu. Tradisi ini dilaksanakan pada hari Jumat di bulan Sapar
yang berada di dekat masjid besar Jatinom. Orang Jatinom biasa menjadikan momen ini sebagai
ajang bersilahturahmi ke sanak saudara, sehingga dapat dikatakan sebagai Lebarannya orang
Jatinom. Pada saat itu, setiap rumah membuat kue apem, yang nantinya disajikan kepada tamu
yang datang. Tradisi ini konon bermula dari cerita tentang Ki Ageng Gribig yang ingin
memberikan kue apem kepada muridnya, tetapi jumlahnya hanya sedikit sehingga agar adil maka
kue apem tersebut dilemparkan ke muridnya untuk dibagi.

SCENE 01. EXT. Alun-alun Kelurahan Jatinom


Pembukaan Pasar Malam, Kamis (04/12/2014)
Waktu

: Pukul 15.00 WIB, bertempat di Alun-alun Kelurahan Jatinom

Narator

Acara pembukaan pasar malam dilakukan oleh tokoh masyarakat sekitar. Pembukaan pasar
malam ini diawali dengan adanya karnaval dari anak-anak TK sebagian berupa tarian dan drum
band.
(dengan menampilkan tayangan berupa pelaksanaan pembukaan Yaqowiyu).
Muntaqi, SE (Kepala Desa Jatinom) :
Yaqowiyu adalah festival tradisi yang diadakan di Jatinom, Klaten, setiap bulan Safar
penanggalan Jawa. Oleh penduduk setempat sering disebut dengan Saparan. Yaqowiyu ditandai
dengan penyebaran kue apem, penganan bundar terbuat dari tepung beras dengan potongan
kelapa di tengahnya. Namun, sebelum acara sebaran apem dimulai diawali dengan adanya
pembukaan. Pembukaan dilakukan oleh tokoh masyarakat dengan memotong pita dan
melepaskan balon gas yang akan diterbangkan di Oro-oro Yaqowiyu. Ada beberapa oro-oro
atau tanah lapang yang sering digunakan warga untuk perayaan tradisi keagamaan atau kegiatan
lainnya. Salah satunya adalah Oro-oro Yaqowiyu ini, yang selain berfungsi sebagai gerbang desa,
juga sebagai tempat pasar malam saat Yaqowiyu dilaksanakan. Dalam acara pembukaan ini juga
dimeriahkan dengan adanya tarian dan drum band oleh siswa siswi dari TK sampai SMP.
(dengan menampilkan tayangan berupa Oro-oro Yaqowiyu yang digunakan sebagai tempat pasar
malam).
CUT
SCENE 02. EXT/INT. Karnaval Drum Band, Sabtu (06/12/2014)
Waktu

: Pukul 14.00 WIB, bertempat di Jalan Raya Jatinom, Kecamatan Jatinom.

Narator

Karnaval Drum Band merupakan bagian dari salah satu acara Yaqowiyu sebelum menuju acara
puncak. Karnaval melibatkan ratusan bahkan ribuan siswa dari TK hingga SMA yang terjun
langsung kejalanan di mulai dari Kelurahan Jatinom dan akan berjalan sampai Masjid Agung.
(dengan menampilkan tayangan berupa Karnaval Drum Band).
CUT
SCENE 03. EXT/INT. Karnaval Budaya, Minggu (07/12/2014).
Waktu

: Pukul 14.00 WIB, bertempat di Jalan Raya Jatinom, Kecamatan Jatinom

Joko Wiyono (Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Klaten) :

Peringatan tradisi Yaqowiyu tahun ini tak jauh berbeda dari penyelenggaraan tahun sebelumnya.
Dia menjelaskan pada 2014 perayaan Yaqowiyu lebih meriah lantaran bakal diadakan sejumlah
hiburan setiap hari, menjelang puncak tradisi Yaqowiyu. Salah satunya ya Kirab Budaya itu.
(dengan menampilkan tayangan berupa Kirab Budaya).
CUT
SCENE 04. EXT/INT Pertunjukan Reog, Selasa (09/12/2014)
Waktu

: Pukul 14.00 WIB, bertempat Jalan Raya Jatinom, Kecamatan Jatinom

Anang Widjatmoko (Camat Jatinom) :


Sebanyak 3 group reog Ponorogo melakukan atraksi bersama-sama di Jalan Tengah Kota
Jatinom. Atraksi reog dilakukan sebagai salah satu rangkaian kegiatan menjelang tradisi saparan
Yaqowiyu atau sebaran apem Ki Ageng Gribig yang akan digelar pada hari jumat 12 Desember
besok. Atraksi reog dipilih salah satunya untuk melestarikan budaya Indonesia. Jangan sampai
budaya reog kembali diklaim milik negara lain.
(dengan menampilkan tayangan berupa pertunjukan reog).
Narator

Selama atraksi reog berlangsung, arus lalu lintas dialihkan melalui jalur luar kota. Sedangkan,
saat atraksi berlangsung ratusan orang tumplek blek di 3 titik lokasi reog dimainkan. Mereka
cukup terhibur dengan atraksi reog yang juga menyuguhkan berbagai atraksi menegangkan, salah
satunya makan silet.
CUT
SCENE 05. EXT / INT Panahan Tradisional SISMADI CUP, Rabu (10/12/2014).
Waktu

: Pukul 08.00 WIB, bertempat di Lapangan Bonyokan, Kecamatan

Ardhana (Ketua Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) Klaten) :


Panahan tradisional di Jatinom merupakan agenda tahunan dalam rangkaian perayaan Yaqowiyu
2014. Panahan tradisional gaya Mataraman adalah embrio dari semua kelas yang dalam cabang
olahraga panahan. Dengan ini, diharapkan bisa melestarikan kebudayaan di bidang olahraga
panahan dan menjadi ajang silaturahmi antar atlet.
(dengan menampilkan tayangan berupa Panahan Tradisional SISMADI CUP).

Narator

Umumnya peserta panahan tradisional berasal dari daerah yang dulunya pernah berdiri suatu
kerajaan, seperti Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung dan Kalimantan
Timur. Meski dalam memanah para atlet diwajibkan menggunakan pakaian adat yang terkesan
ribet, namun para atlet nampak menikmati dan mengaku sama sekali tidak terganggu. Bahkan
mereka merasa bangga bisa memakai pakaian tradisional. Dalam panahan tradisional, setiap
peserta bermain dalam 15 rambahan atau seri. Setiap seri masing-masing pemain meluncurkan
sebanyak 4 buah anak panah. Sedangkan penilaiannya berdasarkan jumlah poin yang telah
dikumpulkan. Anak panah yang mengenai sasaran paling banyak, itulah yang menjadi
pemenang.
CUT

SCENE 06. EXT/ INT. Haul Ki Ageng Gribig, Rabu (10/12/2014).


Waktu

: Pukul 19.30 WIB, bertempat di Ara-ara Tarwiyah, Kecamatan Jatinom

Anang Widjatmoko (Camat Jatinom) :


Sebuah tradisi yang masih dilestarikan masyarakat di daerah Jatinom, Klaten, Jawa Tengah
adalah Yaqowiyu. Inti acara sebenarnya adalah peringatan haul Ki Ageng Gribig, tokoh penyebar
islam di wilayah itu. Tetapi yang akhirnya menjadi semacam ikon kegiatan ini adalah ritual
penyebaran kue apem dan diperebutkan oleh pengunjung yang hadir. Acara ini diadakan tiap
tahun tepatnya pada hari Jumat yang paling dekat dengan tanggal 15 bulan Shafar pada
penanggalan Hijriah.
(dengan menampilkan tayangan berupa Haul Ki Ageng Gribig).
CUT
SCENE 07. EXT / INT. Kirab Gunungan Apem, Kamis (11/12/2014)
Waktu

: Pukul 15.00 WIB, bertempat di Masjid Besar Jatinom, Kecamatan Jatinom

Anang Widjatmoko (Camat Jatinom) :


Sehari menjelang puncak tradisi sebaran apem Yaqowiyu, 2 gunungan apem lanang dan wadon,
Kamis sore dikirab. Kirab gunungan apem itu dimulai dari Kantor Camat Jatinom menuju Masjid
Besar Jatinom yang berada di kompleks makam Ki Ageng Gribig. Kirab gunungan apem juga
dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, mulai tarian, drumband hingga aksi para pendekar

beladiri. Disepanjang jalan yang dilalui kirab sekitar 3 km nampak dipadati masyarakat yang
antusias menyaksikan kirab gunungan apem. Sebelum sampai di Masjid Besar Jatinom,
gunungan apem singgah sebentar di Masjid Alit, yaitu masjid yang pertama kali dibangun Ki
Ageng Gribig. Setelah sampai di Masjid Besar Jatinom, 2 gunungan apem diserahkan kepada
pihak keluarga Ki Ageng Gribig untuk disemayamkan selama sehari. 2 gunungan apem akan
disebar usai Salat Jumat., mengungkapkan bersama 2 gunungan apem itu, sebanyak 4 ton apem
akan disebar.
(dengan menampilkan tayangan berupa Kirab Gunungan Apem).
CUT

SCENE O8. EXT / INT. Pagelaran Wayang Kulit dengan Dalang Cilik, Kamis (11/12/2014)
Waktu

: Pukul 19.00 WIB, bertempat di Padepokan Ashomad

Anang Widjatmoko (Camat Jatinom) :


Acara ini juga dimeriahkan dengan adanya pagelaran wayang kulit dengan dalang cilik.
Pemilihan dalang cilik ini dilakukan agar anak-anak jaman sekarang menyukai wayang karena
jaman sekarang ini banyak anak kecil yang tidak mengerti akan budaya wayang.
(dengan menampilkan tayangan berupa Pagelaran Wayang Kulit dengan Dalang Cilik).
CUT
SCENE 09. EXT/ INT. Pentas Seni, Kamis (11/12/2014)
Waktu

: Pukul 08.00 WIB, SDN Jatinom, Kecamatan Jatinom

Anang Widjatmoko (Camat Jatinom) :


Ini merupakan acara terakhir sebelum ke acara terakhir. Pentas seni ini diikuti oleh ribuan siswa
siswi dari TK hingga SMA. Mulai dari drum band, tarian, dan masih banyak lagi. Yang jelas
setiap hari ada isian acara dan dimulai pukul 14.00 WIB.
(dengan menampilkan tayangan berupa Pentas Seni).
CUT
SCENE 10. Penyebaran Apem, Jumat (12/12/2014)

Waktu

: Pukul 13.00, bertempat di Sendang Plampeyan, Kecamatan Jatinom

Purnomo Hadi (Salah satu panitia) :


Apem 6 ton itu disumbang dari masyarakat se-Kecamatan Jatinom. 6 ton apem dibagi masingmasing 3 ton di dua tower. Apem merupakan sumbangan dari masing-masing keluarga yang ada
di Jatinom dengan setiap keluarga biasanya menyumbang sebanyak sembilan atau 11 apem. Saya
juga tidak tahu pasti kenapa jumlahnya ganjil. Itu sudah menjadi tradisi. Soal ukuran apem, tak
ada perbedaan ukuran sejak kali pertama digelar stabil sejak dulu. Hanya, memang kualitasnya
semakin baik. Perayaan digelar setiap bulan Safar ini digelar kan tak lain untuk semakin
menasionalkan tradisi Yaqowiyu. Saya berharap kedepan apem bisa menjadi ikon Kecamatan
Jatinom.
(dengan menampilkan tayangan berupa Penyebaran Apem)
Narator

Tahun ini peringatan tersebut berlangsung hari Kamis (11 Desember 2014) kemarin. Rangkaian
acaranya diawali gunungan apem tersebut diarak rombongan orang dari halaman Kantor
Kecamatan Jatinom, dengan rute jalan protokol menuju Masjid Alit hingga Masjid Gedhe yang
menjadi tempat dimakamkannya Ki Ageng Gribig. Jalur Kirab Gunungan Apem tahun ini lebih
panjang daripada jalur tahun sebelumnya. Pada tahun-tahun sebelumnya, Gunungan Apem
melintasi Balaikelurahan Jatinom, akan tetapi pada tahun ini kirab, melintasi jalan protokol.
Rombongan terdiri atas grup drum band dari SMPN 1 Jatinom, grup reog, jajaran pejabat
Pemkab Klaten yang terdiri atas perwakilan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta
sejumlah camat yang berpakaian jawa.Sebelum sampai di Masjid Gedhe, kedua gunungan apem
mampir sebentar di Masjid Alit. Di masjid ini, rombongan disambut H Sukamto, salah seorang
pengurus masjid. Dalam doanya, dia berharap Kirab Gunungan Apem membawa berkah bagi
semua warga di Jatinom.
Sesampainya di Masjid Gedhe, kegiatan penyerahan gunungan apem kepada keturunan ki Ageng
Gribig, keluarga Murtadho Purnomo dilakukan. Penyerahan apem diwakili oleh Sekretaris
Daerah (Sekda) Klaten, Bapak Drs H Indarwanto MM kepada keluarga Murtadho Purnomo. Di
masjid inilah, dua buah gunungan itu beristirahat selama semalam.
(dengan menampilkan tayangan berupa Penyerahan apem)
Dengan nyekar ke makam Ki Ageng Gribig dan dilanjutkan dengan pengajian di Masjid Gedhe
peninggalan sang kyai pada hari Kamis sebelumnya. Puncak acara dimulai dengan shalat Jumat
bersama di Masjid Gedhe. Selesai jumatan, gunungan lanang,dikenal dengan nama Ki Kiyat, dan
gunungan wadon, dikenal dengan nama Nyi Kiyat, yang telah disemayamkan semalam di dekat
masjid, diarak menuruni tangga menuju panggung di lapangan Sendang Plampeyan (tanah
lapang di pinggir Kali Soka, di selatan masjid dan makam Ki Ageng Gribig).
Arak-arakan terdiri dari peraga Ki Ageng Gribig, Bapak Bupati H. Sunarno, SE, M.Hum,
Muspida, kedua gunungan, putri domas, dan para pengawal. Kemudian peraga Ki Ageng Gribig

memimpin doa bersama. Selanjutnya, dia menyerahkan apem yang ditempatkan dalam panjang
ilang (keranjang terbuat dari janur) kepada Bupati Klaten. Bupati mengawali upacara penyebaran
dengan melempar apem dalam panjang ilang kepada pengunjung. Kemudian, petugas penyebar
yang berada di dua menara segera mengikutinya dengan melemparkan ribuan apem. Ribuan
pengunjung pun tanpa dikomando berebut apem, bahkan sampai terinjak kakinya atau
bertabrakan gara-gara ingin menangkap apem. Suasana rebutan apem benar-benar meriah. Dalam
waktu singkat 6 ton apem sumbangan dari para warga sekitar habis tak tersisa.
(dengan menampilkan tayangan berupa arak-arakan)
Sementara di bawah, ribuan orang yang memadati sekitar kaki menara terus menatap ke puncak
menara. Ketika terlihat kue-kue apem yang dilempar, segera saja mereka menjulurkan tangannya
ke atas dan berlompatan. Saling berusaha berebut menangkap kue apem yang terlihat melintas di
dekat mereka. Mereka tidak banyak bergerak kesana kemari, hanya berlompatan di sekitar
mereka berdiri saja. Selain sesak karena banyaknya peserta rebutan lainnya, juga karena kue-kue
apem itu cukup merata disebar ke segala jarak dan arah.
Mereka yang bisa mendapatkan kue apem ada yang langsung memakannya, tapi kebanyakan
menyerahkannya pada kerabat mereka dipinggir lapangan yang tidak ikut berebut, dikumpulkan
dalam kantong plastik atau semacamnya. Untuk kemudian dibawa pulang. Hanya dalam waktu
sekitar satu jam, ratusan ribu kue apem itu telah habis disebar dan diperebutkan.
(dengan menampilkan tayangan berupa Penyebaran apem)
Kue apem adalah kue tradisional khas Jawa yang terbuat dari tepung beras, tepung kanji, telur,
santan, gula, ragi, garam dan parutan kelapa yang dipanggang dengan cetakan bulat pipih. Kue
ini banyak dijumpai sebagai suguhan dalam perayaan tradisonal Islam di Jawa dan daerah-daerah
lain di Indonesia. Kebanyakan dalam menyambut bulan Ramadhan dan Lebaran. Versi lain kue
apem tanpa kelapa, juga ada di wilayah Timur tengah dan India. Kemungkinan kue ini memang
berasal dari sana. Sesuai dengan sejarah awal mula tradisi Yaqowiyu ini.
CUT
SCENE 11. Harapan :
Joko Wiyono (Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Klaten) :
Saya bakal menggandeng seluruh pihak agar bisa mendatangkan wisatawan mancanegara.
Tujuannya, tak lain untuk semakin mempopulerkan tradisi Yaqowiyu ke masyarakat luas.
Harapannya nanti banyak tamu asing yang dating untuk menyaksikan tradisi di daerah kami.
SCENE ENDING :

Hanya menampilkan bebarapa slide kegiatan mereka saat melakukan pengambilan


gambar/behind the scene. Menampilkan pula foto-foto narsis ataupun saat tidak sadar kamera.
Sekaligus pengenalan tokoh.

Anda mungkin juga menyukai