Anda di halaman 1dari 9

1.

Definisi
Sepsis adalah sindroma respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory response
syndrome) dengan etiologi mikroba yang terbukti atau dicurigai. Bukti klinisnya berupa suhu
tubuh yang abnormal (>38‫ﹾ‬C atau <36‫ﹾ‬C : takikardi; asidosis metabolik; biasanya disertai
dengan alkalosis respiratorik terkompensasi dan takipneu; dan peningkatan atau penurunan
jumlah sel darah putih. Sepsis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus atau jamur. Sepsis
berbeda dengan septikemia. Septikemia (nama lain untuk blood poisoning) mengacu pada
infeksi dari darah, sedangkan sepsis tidak hanya terbatas pada darah, tapi dapat
mempengaruhi seluruh tubuh, termasuk organ-organ.

Sindroma sepsis didefinisikan sebagai respon sistemik terhadap sepsis, diwujudkan


sebagai tachycardia, demam atau hypothermia, takipnea dan tanda-tanda perfusi organ yang
tidak mencukupi.

Syok sepsis adalah suatu bentuk syok (sindroma sepsis yang disertai hipotensi) yang
menyebar dan vasogenik dicirikan oleh adanya penurunan daya tahan vascular sistemik serta
adanya penyebaran yang tidak normal dari volume vascular.

Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan


menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering menyebabkan
penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. jika disertai dengan hipotensi maka dinamakan
Syok sepsis . ( Linda D.U,2006)

Sepsis yang berat disertai dengan satu atau lebih tanda disfungsi organ, hipotensi, atau
hipoperfusi seperti menurunnya fungsi ginjal, hipoksemia, dan perubahan status mental. Syok
septik merupakan sepsis dengan tekanan darah arteri <90 mmHg atau 40 mmHg diibawah
tekanan darah normal pasien tersebut selama sekurang-kurangnya 1 jam meskipun telah
dilakukan resusitasi cairan atau dibutuhkan vasopressor untuk mempertahnkan agar tekanan
darah sistolik tetap ≥90 mmHg atau tekanan arterial rata-rata ≥70 mmHg.

2. Klasifikasi
Dari waktu terjadinya, sepsis dibagi menjadi sepsis awitan dini dan lanjut.
Awitan Dini
 usia bayi < 72 jam
 Didapat saat persalinan
 Penularan vertikal dari ibu ke bayi
 Jenis Bakteri:
- Basil gram negatif 
- E.coli
- Klebsiela
Awitan lanjut
 usia bayi > 72 jam
 Didapat dari lingkungan
 Didapatkan secara nosokomial atau dari rumah sakit
 Jenis bakteri :
a. Basil gram negatif 
- Pseudomonas
- Klebsiella
b. Staph. aureus(MRSA)
c. Coagulase negative staphylococci
d. Coagulase negative
Selain perbedaan waktu paparan kuman, kedua bentuk infeksi juga berbeda dalam
macam kuman penyebab infeksi. Selanjutnya baik patogenesis, gambaran klinis ataupun
penatalaksanaan penderita tidak banyak berbeda dan sesuai dengan  perjalanan sepsisnya
yang dikenal dengan cascade sepsis.
Berdasarkan waktu timbulnya:
1. Early Onset (dini) : terjadi pada 5 hari pertama setelah lahir dengan manifestasi klinis
yang timbulnya mendadak, dengan gejala sistemik yang berat, terutama mengenai
system saluran pernafasan, progresif dan akhirnya syok.
2. Late Onset (lambat) : timbul setelah umur 5 hari dengan manifestasi klinis sering
disertai adanya kelainan system susunan saraf pusat.
3. Infeksi nosokomial yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus tanpa resiko infeksi yang
timbul lebih dari 48 jam saat dirawat di rumah sakit.
3. Etiologi
Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat disebabkan
oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur). Mikroorganisme kausal yang paling
sering ditemukan pada orang dewasa adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan
Streptococcus pneumonia. Spesies Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering
ditemukan. Umumnya, sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik
langsung dari mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi normal dari
host terhadap infeksi.
Kultur darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-70% kasus syok septik.
Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif, terdapat hingga 70% isolat yang
ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif atau gram negatif saja; sisanya ditumbuhi
fungus atau mikroorganisme campuran lainnya. Kultur lain seperti sputum, urin, cairan
serebrospinal, atau cairan pleura dapat mengungkapkan etiologi spesifik, tetapi daerah infeksi
lokal yang memicu proses tersebut mungkin tidak dapat diakses oleh kultur.
Insidensi sepsis yang lebih tinggi disebabkan oleh bertambah tuanya populasi dunia,
pasien-pasien yang menderita penyakit kronis dapat bertahan hidup lebih lama, terdapat
frekuensi sepsis yang relatif tinggi di antara pasien-pasien AIDS, terapi medis (misalnya
dengan glukokortikoid atau antibiotika), prosedur invasif (misalnya pemasangan kateter), dan
ventilasi mekanis.
Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di bagian manapun dari tubuh. Daerah infeksi yang
paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran kemih, perut, dan panggul. Jenis
infeksi yang sering dihubungkan dengan sepsis yaitu:
1) Infeksi paru-paru (pneumonia)
2) Flu (influenza)
3) Appendiksitis 10
4) Infeksi lapisan saluran pencernaan (peritonitis)
5) Infeksi kandung kemih, uretra, atau ginjal (infeksi traktus urinarius)
6) Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter telah
dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit
7) Infeksi pasca operasi
8) Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau encephalitis. Sekitar pada satu dari
lima kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak dapat terdeteksi
4. Manifestasi Klinis
a. Tanda dan Gejala Umum
1) Hipertermia (jarang) atau hypothermia (umum) atau bahkan normal
2) Aktivitas lemah atau tidak ada
3) Tampak sakit
4) Menyusun buruk/intoleransi pemberian susu
b. Sistem pernapasan
1) Dyspnea-takipnea
2) Tampak tarikan otot pernapasan
3) Merintik-mengorok
4) Pernapasan cuping hidung
5) Sianosis
c. Sistem kardiovaskuler
1) Hipotensi
2) Kulit lembab dan dingin-pucat-takikardi
3) Bradikardi-edema-henti jantung
d. Sistem pencernaan
1) Distensi abdomen-anoreksia-muntah-diare
2) Menyusu buruk-peningkatan residu lambung setelah menyusu
3) Darah samar pada feses-hepatomegali
e. Sistem saraf pusat
1) Reflex moro abnormal-inhabilitas
2) Kejang
3) Hiporefleksi
4) Tremor
5) Koma
6) Fontanel anterior menonjol
7) Pernapasan tidak teratur
8) Hight-pitched crY
f. Hematologi
1) Icterus
2) Petekie
3) Purpura
4) Perdarahan
5) Splenomegaly
6) Pucat
7) Ekimosis
5. Patofisiologi
Sepsis merupakan hasil interaksi yang kompleks antara organisme patogen dan tubuh
manusia sebagai pejamu. Tinjauan mengenai sepsis berhubungan dengan patofisologi yang
kompleks untuk mengilustrasikan gambaran klinis akan suatu hipotensi yang berat dan aliran
darah yang terbendung akibat terbentuknya mikrotrombus di dalam sistem kapiler . hal ini
dapa menyebabkan disfungsi organ yang kemudian dapat berkembang menjadi disfungsi dari
beberapa organ dan akhirnya kematian.
Proses molekuler dan seluler dari pejamu sebagai respon terhadap sepsis adalah
berbeda-beda tergantung dari jenis organisme yang menginvasi (organisme Gram-postif,
organisme Gram-negatif,jamur atau virus). Respon pejamu terhadap organisme Gram-negatif
di mulai dengan dikeluarkannya lipopolisakarida,yakni endotoksin dari dalam dinding sel
bakteri Gram-negatif, yang dikeluarkan saat proses lisis. Organisme Gram-positif, jamur dan
virus memulai respon pejamu dengan mengeluarkan eksotoksin dan komponen-komponen
antigen seluler.
Kedua substansi tadi memicu terjadinya kaskade sepsis yakni dimulai dengan
pengeluaran mediator-mediator inflamasi. Mediator-mediator inflamasi adalah substansi yang
dikeluarkan dari sel sebagai hasil dari aktivasi makrofag. Hasilnya adalah aktifnya sistem
koagulasi dan sistem komplemen. Kerusakan utama akibat aktivasi ini terjadi pada endotel
dan menyebabkan migrasi leukosit serta pembentukan mikrotrombus. Akibat aktivasi
endothelium, terjadi peningkatan jumlah reseptor tromboin pada permukaan sel untuk
melokalisasi koagulasi pada lesi tersebut. Lesi pada endotel berhubungan dengan fibrinolysis
yang terganggu. Hal ini disebabkan karena berkurangnya jumlah reseptor pada permukaan sel
yang diperlukan untuk sintetis dan pemunculan molekul antitrombotik.

6. PHATWAYS
Infeksi Bakteri dan kontamniasi sistemik

Kuman Masuk ke Dalam Tubuh


6. Phatways
Pelepasan endotoksi oleh bakteri

Terjadi infeksi awal

Resiko tinggi penyebaran infeksi


kuman menye#ar ke seluruh tubuh

Hipotalamus Organ pernapasan Sistem gastrointestinal


Organ hati SPP

G3 sirkulasi O2 Infekai pada rongga peritonium


Bersepon menghasilkan panas Hanya yang dilisis
dan co2 Infeksi pada selaput otak
peritonitis
Fungsi tidak optimal
Hipertermia
Bayi sesak napas meningitis
Muntah
herbilirubin
dan diare
Evaporasi cairan tubuh meningkat n G3 pola napas
kejangg Penurunan kesadaran
Verdicel/ikterik
Malas
Devisit volume cairan dan elektrolit Hiopoksia Risiko
menghisap imobilisasi
cidera Kurang
pengetahuan
Pemenuhan
keluarga
Penurunan perfusi nutrisi
jaringan perifer
7. Pemeriksaan penunjang
 kulltur (luka, sputum, urine, darah) untuk mengindentifikasi organisme penyebab
sepsis. Sensiti1itas menentukan pilihan obat-obatan yang paling efektif. Ujung jalur
kateterintravaskuler mungkin diperlukan untuk memindahkan dan memelihara jika
tidak diketahui cara memasukannya.
 SDP : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi.
Leukopenia (penurunan SDP) terjadi sebelumnya, dikuti oleh pengulangan
leukositosis (15.000-30.000) dengan peningkatan pita (berpiondah ke kiri) yang
mempublikasikan produksi SDP tak matur dalam  jumlah besar.
 elektrolit serum : berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan
asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal.
 Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan (trombositopenia) dapat
terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang mengindentifikasikan
koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia hati atau sirkulasi toksin atau status
syok.
 Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.
 Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan glukoneogenesis dan
glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari perubahan selulaer dalam
metabolisme.
 GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya dalam
tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic terjadi karena
kegagalan mekanisme kompensasi.
 Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindentifikasikan udara
bebas didalam abdomen dapat menunjukan infeksi karena perforasi abdomen/organ
pelvis
 EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan disritmia yang
menyerupai infark miokard.
8. Penatalaksanaan
Berdasarkan Surviving Sepsis Campaigne merekomendasikan penatalaksanaan sepsis berat
dan syok septic sebagai berikut:
1. Early Goal Directed Therapy (EGDT)
Resusitasi cairan agresif dengan koloid dan atau kristaloid, pemberian obat-
obatan inotropik, atau vasopresor dalam waktu 6 jam sesudah diagnosis ditegakkan di
unit gawat darurat sebelum masuk ke PICU. Resusitasi awal 20 ml/kgBB 5-10 menit
dan dapat diulang beberapa kali sampai lebih dari 60 ml/kgBB cairan dalam waktu 6
jam. Pada syok septic dengan tekanan nadi sangat sempit, koloid lebih efektif
daripada kristaloid.7
2. Inotropik/vasopresor/vasodilator 
Apabila terjadi refrakter terhadap resusitasi volume, dan MAP kurang dari
normal, diberikan vasopresor; Dopamine merupakan pilihan pertama. Apabila
refrakter terhadap pemberian Dopamine, maka dapat diberikan epinephrine atau
norepinephrine. Dobutamin dapat diberikan pada keadan curah jantung yang rendah.
Vasodilator diberikan pada keadaan tahanan pembuluh darah perifer yang meningkat
dengan MAP tinggi sesudah resusitasi volume dan pemberian inotropik.
Nitrovasodilator (nitrogliserin, atau nitropusid) diberikan apabila terjadi curah jantung
yang rendah dan tahanan pembuluh darah sistemik yang meningkat disertai syok.11
Apabila curah jantung masih rendah, akan tetapi normotensi dan tahanan
pembuluh darah sistemik meningkat, maka dipikirkan pemberian  phosphodiesterase
inhibitor. Vasopresin yaitu ADH, adrenocorticotrophic hormone yang dikeluarkan
oleh hipotalamus, sebagai vasokonstriktor pada otot  polos pembuluh darah dosis
0,01-0,04 u/menit diberikan pada penderita yang refrakter terhadap vasopresor
konvensional dosis tinggi
3. Extra Corporeal Membrane Oxygenation ECMO
dilakukan pada syok septic pediatric yang refrakter terhadap terapi cairan,
inotropik, vasopressor, vasodilator dan terapi hormone. Terdapat 1  penelitian yang
menganalisis 12 penderita sepsis meningococcus dengan ECMO, 8 hidup dimana 6
dapat hidup normal sampai 1 tahun pemantauan.
4. Oksigen
Intubasi endotrakheal dini dengan atau tanpa ventilator mekanik sangat
bermanfaat pada bayi dan anak dengan sepsis berat/syok septic, karena kapasitas
residual fungsional yang rendah. Volume tidal 6 ml/kgBB dengan permissive
hypercapnea dan posisi tengkurap dapat memberikan oksigenasi jaringan yang  baik
5. Koreksi Asidosis
Terapi bikarbonat untuk memperbaiki hemodinamik atau mengurangi
kebutuhan akan vasopressor, tidak dianjurkan pada keadaan asidosis laktat dan  pH<
7,15 dengan hemodinamik dan kebutuhan akan vasopressor, dan  pengaruhnya
terhadap keluaran pada pH rendah.
6. Terapi Antibiotika
Pemberian antibiotika segera setelah satu jam ditegakkan diagnosis sepsis dan
pengambilan kultur darah. Terapi antibiotika empiris spectrum luas dosis inisial
penuh, satu atau beberapa obat berdasarkan dugaan kuman penyebab dan dapat
berpenetrasi ke dalam sumber infeksi. Terdapat hubungan antara pemberian
antibiotika yang inadekuat dengan tingginya mortalitas.
Pada keadaan dimana fokus infeksi tidak jelas, maka antibiotika harus
diberikan pada keadaan penderita mengalami perburukan, status imunologik yang
buruk, adanya kateter intravena berdasarkan dugaan kuman penyebab dan tes
kepekaan. Antibiotika golongan beta-lactams seperti penicillin, carbapenem seperti
meropenem, imipenem, cephalosporin dan aminoglikosida. Extended spectrum
Penicillin yaitu carboxy penicillins dan ureido-penicillins diberikan untuk infeksi
Pseudomonas aeruginosa atau bakteri gram negative lain. Carboxy penicillins
termasuk carbenicillin dan ticarcilin dapat diberikan pada infeksi MRSA dan spesies
Klebsiella.
Evaluasi pemberian antibiotika dilakukan sesudah 48-72 jam berdasarkan data
klinis dan mikrobiologi dengan mempergunakan antibiotika spectrum sempit untuk
mengurangi resistensi bakteri, menurunkan toksisitas dan biaya. Lama  pemberian
antibiotika 7-10 hari dipandu oleh respon manifestasi klinis. Antibiotik  diberikan
sebelum kuman penyebab diketahui.
Sumber
Bobak (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC.

Tucker Susan Martin, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis dan
Evaluasi, EGC, Jakarta.
Nurarif AH dan Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis dan Nanda-
NIC-NOC jilid 1 dan 2. Panduan Penyusunan Asuhan keperawatan professional. Yogyakarta: Media
Action, 2013.

Anda mungkin juga menyukai