Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kemudahan kepada kami selaku penyusun, sehingga tugas ini dapat selesai sesuai dengan
tenggang waktu yang telah ditentukan. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah
Toksikologi yang mana dengan tugas ini, kami sebagai mahasiswa, mampu mengetahui dan
memahami lebih dalam mengenai materi ajar yang diberikan oleh dosen pengampu.
Dalam pembuatan makalah ini, kami bekerja sama sebagai tim penyusun sehingga
tentunya hasil penulisan ini bukan merupakan klaim perorangan saja. Selain itu, arahan dan
bantuaan dari berbagai pihak juga sangat membantu dalam proses penyusunannya. Untuk
itu, kami sampaikan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Lepas dari semua, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dari banyak sisi. Untuk itu, diharapkan kritik dan saran, serta tinjauan langsung
mengenai kelengkapan data, sangat kami perlukan demi perbaikan di kemudian hari. Akhir
kata, kami selaku tim penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................
1. Kesimpulan...........................................................................................................
2. Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.1.1 Karsiogenesis
Karsinogenesis adalah proses terjadinya kanker yang diawali dengan adanya
kerusakan DNA atau mutasi pada gen-gen p-53 dan ras, yaitu kerusakan DNA
pada gen gen pengatur pertumbuhan (Hanahan & Weinberg 2000). Senyawa yang
pemaparannya dapat menimbulkan kanker antara lain adalah senyawa golongan
polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH), seperti 7,12-dimetilbenz (a) Antrasen
(DMBA) yang metabolitnya dapat berikatan dengan DNA (Rundle et al. 2000).
2.1.2 Neoplasma
Secara harfiah berarti pertumbuhan baru atau kumpulan masa abnormal dari
sel-sel yang mengalami proliferasi (tubuh terus menerus secara tidak terbatas)
tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitar nya dan tidak berguna bagi tubuh. Sel-
sel neoplasma berasal dari sel-sel sebelumnya adalah sel-sel normal tetapi karena
perubahan neoplastik akan mengalami pertumbuhan dengan kecepatan yang tidak
koordinasi dengan kebutuhan pasien (hostpes) dan tidak mencapai keseimbangan
tetapilebih mengakibatkan penambahan masa sel yang mempunyai sifat yang
sama. sel tersebut dinamakan sel neoplastik dan pertumbuhan yang demikian
disebut pertumbuhan progresif (Dr. SayutiTanher dan Hj Heryati:2008)
2.2.2 Neoplasma
Penyebab primer untuk terjadinya kanker pada manusia belum diketahui. Tahun 1775
Persival Pott, seorang ahli bedah dari Inggris menemukan bahwa kanker scrotum banyak
dijumpai pada orang yang bekerja di pabrik yang memakai cerobong asap. Setelah
dipelajari, ternyata hidrocarbon yang berhasil diisolasi dari batubara merupakan
Carcinogenic agent. Sejak itu zat kimia yang menyebabkan kanker pada hewan percobaan
disebut karsinogen. Berbagai faktor penyebabnya antara lain (Pasaribu, 2006) :
1. Zat-zat karsinogenik
2. Virus-virus onkogenik
3. Faktor herediter
4. Faktor lingkungan
1. Zat-Zat Karsinogenik
a) Karsinogenik Kimia : Aromatik amine dikenal sebagai penyebab kanker
traktus urinarius. Benzene dianggap berhubungan dengan terjadinya
leukemia akut. Jelaga batubara, anthracene, creosota dihubungkan dengan
kanker kulit, larynx dan bronkhus. Asbestos sering menyebabkan
mesothelioma pada pekerja tambang dan pekerja kapal(Pasaribu, 2006).
b) Karsinogenik Fisik Karsinogenik fisik yang utama adalah radiasi ion. Pada
pekerja yang melakukan pengecatan radium pada lempeng arloji dijumpai
adanya perkembangan ke arah kanker tulang. Kanker tiroid banyak
dihubungkan dengan adanya irradiasi leher pada masa anak-anak. Selain itu,
bagi korban yang berhasil hidup akibat meledaknya bom atom memberi
gejala ke arah leukemia. Sinar ultraviolet dianggap sebagai penyebab
meningginya insidensi kanker kulit pada pelaut atau petani, yang biasanya
berhubungan dengan sinar matahari secara berlebihan. Pekerja di bagian
radiologi yang sering terkena X-ray mempunyai kecenderungan untuk
mendapat kanker kulit. Contoh lain dari karsinogen fisik adalah iritasi
mekanik, misalnya iritasi kronis yang dihubungkan dengan perkembangan
kanker seperti degenerasi ganas dari scar luka bakar yang lama yang disebut
Marjolin`s ulcer (Pasaribu, 2006).
c) Penggunaan alkilator : seperti melphalan dan cyclophosphamide diketahui
menyebabkan leukemia dan kanker kandung kemih. Estrogen dianggap
sebagai penyebab adenokarsinoma vagina, kanker endometrium.
Imunosupresive seperti azathioprine dihubungkan dengan limfoma, kanker
kulit dan kanker ganas jaringan lunak (Pasaribu, 2006).
2. Faktor hereditas
Pada penelitian hewan percobaan, faktor genetik juga dianggap penting
sebagai penyebab keganasan setelah faktor kimia dan faktor fisik. Misalnya,
perkembangan kanker pada manusia ditunjukkan ketika tipe kanker yang sama
terdapat pada kembar identik, juga ketika kanker colon berkembang pada anggota
keluarga dengan riwayat poliposis pada keluarga tersebut (Pasaribu, 2006).
3. Faktor Lingkungan dan Karsinogen Industri
Beberapa jenis hasil industri serta sisa pembakaran dapat bersifat
karsinogenik. Selain itu kebiasaan tertentu dapat mengakibatkan suatu keganasan,
misalnya, pemakai tembakau cenderung mendapat kanker paru sedangkan pemakai
alkohol cenderung mendapat kanker traktus digestivus. Pekerja industri perminyakan
yang banyak berhubungan dengan polisiklik hidrokarbon dijumpai banyak menderita
kanker kulit. Dengan meningkatnya perhatian terhadap faktor lingkungan seperti
polusi udara, kontaminasi air, proses makanan termasuk pemakaian nitrat,
nitrosamine untuk pengawetan daging serta sacharine, diduga mempunyai sifat
karsinogen yang potensial. Selain hal tersebut diatas, faktor migrasi penduduk sering
menyebabkan pergeseran atau perubahan pola kanker di suatu daerah. Sebagai
contoh di Jepang insidensi kanker gaster tinggi, sedangkan insidensi kanker paru
rendah. Namun karena ada migrasi dari generasi kedua ke Amerika, maka terjadi
penurunan kasus kanker lambung dan peninggian kanker paru (Pasaribu, 2006).
Dalam kondisi fisiologis normal, mekanisme sinyal sel yang memulai proliferasi sel dapat di
bagi menjadi langkah-langkah sebagai berikut :
c. Sinyal ditransmisikan melewati sitosol memalui second massager menuju inti sel,
2.5.
a. Definisi Arsen
Karsinogenik adalah zat dan radiasi yang merupakan agen langsung
terlibat dalam menyebabkan kanker. Salah satu macam karsinogenik adalah
karsinogenik kimia yang didefinisikan sebagai induksi atau peningkatan
neoplasia oleh zat-zat kimia. (LU, 1995).
Arsen (As) merupakan bahan kimia yang bersifat metaloid beracun yang
ada dalam berbagai bentuk organik dan anorganik di alam. Metaloid adalah
kelompok unsur kimia yang memiliki sifat antara logam dan nonlogam, sulit
dibedakan dengan logam. Dalam definisi lain, Arsen (As) adalah metal yang
mudah patah, berwarna keperakan dan sangat toksik. Sebagai elemen didapat di
alam dalam jumlah sangat terbatas, terdapat bersama- sama Cu, sehingga
didapatkan produk sampingan pabrik peleburan Cu. As sudah sejak lama sering
digunakan untuk racun tikus dan keracunan arsen pada manusia. Arsen
ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit namun tingkat toksisitas yang
sangat tinggi karena masuk dalam logam berat. Seluruh logam berat muncul
secara alami di lingkungan yang dihasilkan dari buangan industri dengan
jumlah yang makin hari makin meningkat (Lasut H, 2016; Hazimah, 2018).
Arsen (As) adalah unsur kerak bumi yang berjumah besar, yaitu
menempati urutan ke dua puluh dari unsur kerak bumi, sehingga sangat besar
kemungkinannya mencemari air tanah dan air minum. Jutaan manusia bisa
terpapar arsen (As), seperti yang pernah terjadi di Bangladesh, India, Cina.
Kasus keracunan Arsen secara besar-besaran pernah terjadi di Bangladesh
tahun 2000. Kasus ini menyerang sekitar 97% penduduk Bangladesh. Penduduk
tersebut menderita penyakit kanker paru-paru, kanker perut serta kanker kulit.
Menurut penelitian John (2000), Lebih dari 90 persen air tanah di Bangladesh
mengadung hampir 50 ppb arsen (Munandar S, 2013).
Arsen (As) merupakan suatu unsur yang ada dimana mana secara alami
telah diidentifikasi sebagai penyebab kanker pada manusia oleh International
Agency for Research on Cancer (IARC, 1987). Pajanan kronis ke air minum
yang mengandung arsen inorganik tingkat tinggi (iAs) adalah berhubungan
dengan manifestasi berbagai penyakit kulit (Tondel et al., 1999), diabetes
(Bates et al., 1992; Tseng et al., 2000), penyakit cardiovascular (Engel et al.
1994), dan kanker di beberapa organ. Akibat merugikan dari arsen bagi
kesehatan manusia adalah apabila terkandung >100 ppb dalam air minum,
dengan gejala keracunan kronis berupa iritasi usus, kerusakan syaraf dan sel,
kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus. Ini terjadi di negara-negara
yang 4 memproduksi emas dan logam dasar di antaranya Afrika selatan,
Zimbabwe, India, Thailand, Cina, Filipina, dan Meksiko (Munandar S, 2013).
b. Mekanisme arsen masuk ke dalam tubuh
Menurut Nurhayati (2009), selain menyebabkan efek lokal di tempat
kontak, suatu zat akan menyebabkan kerusakan bila diserap oleh organisme.
Absorpsi dapat terjadi melalui kulit, saluran cerna, dan saluran nafas. Selain itu
sifat dan hebatnya zat kimia terhadap organisme tergantung dari kadarnya dari
organ sasaran. Kadar ini tidak hanya tergantung pada konsentrasi dosis yang
diterima, tetapi juga pada faktor lain misalnya derajat absorbsi, distribusi, dan
ekskresi (Munandar S, 2013).
Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap secara
sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh
organ tubuh. Sebagai suatu racun protoplasmik arsen melakukan kerjanya
melalui efek toksik ganda. Arsen mempengaruhi respirasi sel dengan cara
mengikat gugus sulfhidril (SH) pada dihidrolipoat sehingga menghambat kerja
enzim yang terikat dengan transfer energi, terutama pada piruvate dan succinate
oxidative pathway, sehingga menimbulkan efek patologis yang reversibel. Efek
toksik ini dikatakan reversible karena dapat dinetralisir dengan pemberian
dithiol, 2,3, dimerkaptopropanol (dimercaprol, British Anti-Lewisite atau BAL)
yang akan berkomptisi dengan arsen dalam mengikat gugus sulfhidril (2,3).
Selain itu sebagian arsen juga menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi
gangguan oksidasi fosforilasi dalam tubuh (Munandar S, 2013).
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA