OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi tugas DUPAK dalam kenaikan pangkat.
Sehubungan dengan penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya makalah ini,
dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terimakasih yang setulustulusnya Semoga amal
baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Disadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Keluhan dan Gejala Penyakit Kanker Paru
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat
keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang sering sangat membantu
tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak
putih, dapat juga purulen), batuk darah, sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit / sakit
menelan, benjolan di pangkal leher, sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab
lengan dengan rasa nyeri yang hebat (PDPI, 2003).
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar
paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau
patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :berat badan berkurang, nafsu
makan hilang, demam hilang timbul, sindrom paraneoplastik, seperti "hypertrophic
pulmonary osteoartheopathy", trombosis vena perifer dan neuropatia (PDPI, 2003).
3.1.1 Patofisiologi
Awalnya menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang
letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan
obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala
yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka (Arisandi, 2008).
3.1.2 Jenis histologis
Untuk menentukan jenis histologis, secara lebih rinci dipakai klasifikasi histologis
menurut WHO tahun 1999, tetapi untuk kebutuhan klinis cukup jika hanya dapat diketahui :
1. Karsinoma skuamosa (karsinoma epidermoid)
2. Karsinoma sel kecil (small cell carcinoma)
3. Adenokarsinoma (adenocarcinoma)
4. Karsinoma sel besar (large Cell carcinoma)
Secara garis besar kanker paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu Small Cel Lung Cancer
(SCLC) dan Non Small Cel Lung Cancer (NCLC) (Wasripin, 2007).
a. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Kejadian kanker paru jenis SCLC ini hanya sekitar 20 % dari total kejadian kanker
paru. Namun jenis ini berkembang sangat cepat dan agresif. Apabila tidak segera mendapat
perlakuan maka hanya dapat bertahan 2 sampai 4 bulan.
b. Non Small Cell Lung Cancer
80 % dari total kejadian kanker paru adalah jenis NSCLC. Secara garis besar dibagi
menjadi 3 yaitu:
1. Adenocarsinoma, jenis ini adalah yang paling banyak ditemukan (40%).
2. Karsinoma Sel Sekuamosa, banyaknya kasus sekitar 20 – 30 %.
3. Karsinoma Sel Besar, banyaknya kasus sekitar 10 – 15 %.
Sebagian besar pasien yang didiagnosa dengan NSCLC (70 – 80 %) sudah dalam
stadium lanjut III – IV.
Berbagai keterbatasan sering menyebabkan dokter specialis Patologi Anatomi
mengalami kesulitan menetapkan jenis sitologi/histologis yang tepat. Karena itu, untuk
kepentingan pemilihan jenis terapi, minimal harus ditetapkan, apakah termasuk kanker paru
karsinoma sel kecil (KPKSK atau small cell lung cancer, SCLC) atau kanker paru jenis
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK, nonsmall cell lung cancer, NSCLC) (WHO 1999
dalam PDPI, 2003).
3.2 Penderajatan (Staging) Kanker Paru
Penderajatan untuk KPKBSK ditentukan menurut International System For Lung
Cancer 1997, berdasarkan sistem TNM. Pengertian T adalah tumor yang dikatagorikan atas
Tx, To s/d T4, N untuk keterlibatan kelenjar getah bening (KGB) yang dikategorikan atas Nx,
No s/d N3, sedangkan M adalah menunjukkan ada atau tidaknya metastasis jauh (WHO 1999
dalam PDPI, 2003).
Penderajatan Internasional Kanker Paru Berdasarkan Sistem TNM
Stage TNM
occult carcinoma : Tx N0 M0
0 : Tis N0 M0
IA : T1 N0 M0
IB : T2 N0 M0
IIA : T1 N1 M0
IIB : T2 N1 M0
IIIA : T3 N0 M0
T3 N2 M0
IIIB : seberang T N3 M0
T4 sebarang N M0
IV : sebarangT sebarangN sebarangT
3.3 Etiologi
3.3.1 Merokok
Merokok diestimasikan 90% menyebabkan kanker paru-paru pada pria, dan sekitar
70% pada wanita. Di negara-negara industri, sekitar 56% - 80% merokok menyebabkan
penyakit pernafasan kronis dan sekitar 22% penyakit kardiovaskular. Indonesia menduduki
peringkat ke-4 jumlah perokok terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar 141 juta orang.
Diperkirakan, konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 miliar batang rokok.
Akibatnya adalah kematian sebanyak 5 juta orang pertahunnya (Gondidoputra, 2007).
Kasus kanker paru baik di Amerika ataupun negara-negara industri lainnya sekitar
90% berhubungan dengan merokok. Data RSUP Persahabatan Jakarta menunjukkan bahwa
24,5% perempuan dan 83,6% pria pasien kanker paru adalah perokok (Murray, 2010).
a. Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia, banyak yang telah diidentifikasi
sebagai penyebab kanker.
b. Orang yang merokok lebih dari satu pak rokok per hari memiliki 20-25 kali lebih besar risiko
terkena kanker paru-paru daripada orang yang tidak pernah merokok.
c. Setelah seseorang berhenti merokok, risiko nya untuk kanker paru-paru berkurang secara
bertahap. Sekitar 15 tahun setelah berhenti, risiko untuk kanker paru-paru menurun dengan
tingkat seseorang yang tidak pernah merokok.
d. Cigar dan merokok pipa meningkatkan risiko kanker paru-paru, tetapi tidak sebanyak
merokok. Sekitar 90% kanker paru-paru timbul akibat penggunaan tembakau. Risiko kanker
paru-paru berkembang adalah berkaitan dengan faktor-faktor berikut: Jumlah rokok yang
diisap, Usia di mana seseorang mulai merokok, Berapa lama seseorang merokok (atau pernah
merokok sebelum keluar).
Penyebab lain kanker paru termasuk sebagai berikut:
1) Merokok pasif, atau asap bekas, menyajikan lain risiko untuk kanker paru-paru. Sebuah
kematian diperkirakan 3.000 kanker paru-paru terjadi setiap tahun di Amerika Serikat yang
dapat diatribusikan pada perokok pasif.
2) Sebagian besar karsinogen dalam asap tembakau (rokok) ditemukan pada fase tar seperti
PAH dan fenol aromatik Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru – paru.
Kadar tar dalam tembakau antara 0.5-35 mg/ batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen
yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru (Gondodiputro, 2007).
3.4 Cara Pencegahan
Prinsip upaya penceggahan lebih baik dari sebatas pengoobatan. Terdapat 4 Tingkatan
pencegahan dalam epideemiologi penyakit kanker paru, yaitu :
3.4.1 Pencegahan Primordial
Berupa upaya untuk memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan
penyakit kanker paru tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan
dari kebiasaan, gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan faktor resiko untuk
munculnya penyakit kanker paru. Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat
merasa bahwa merokok itu merupakan statu kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat
mampu bersikap positif untuk tidak merokok.
Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang dikandung
asap rokok itu bersifat karsinogenesis. Secara epidemiologik juga terlihat kaitan kuat antara
kebiasaan merokok dengan insidens kanker paru, maka tidak dapat disangkal lagi
menghindarkan asap rokok adalah kunci keberhasilan pencegahan yang dapat dilakukan.
Keterkaitan rokok dengan kasus kanker paru diperkuat dengan data bahwa risiko seorang
perempuan perokok pasif akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak
terpajan kepada asap rokok. Dengan dasar penemuan di atas adalah wajar bahwa pencegahan
utama kanker paru berupa upaya memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan seorang
perokok aktif adalah sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok pasif (PDPI,
2003).
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
1) Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa
terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain.
3) Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya,
terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan
utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang sering sangat membantu
tegaknya diagnosis.
4.2 Saran
1. Perlunya Upaya Kesehatan bagi Penderita penyakit paru yakni melaksanakan upaya Promotif,
Perilaku Hidup Sehat, Upaya Preventif, Upaya Kuratif, dan Upaya Rehabilitatif,
2. Perlunya Program alternatif yang lebih memperhatikan aspek psikologis penderita penyakit
paru dengan cara mengintegrasikan dengan program pemerintah yang lainnya.
3. Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur masyarakat, agar lebih memahami
karakteristik penderita penyakit paru serta faktor resiko dan juga karakterisitik penyakit pada
lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaf, H. 1995. Kanker Paru dan Terapi Paliatif. Penerbit Airlangga, Surabaya:11-14
Arisandi, Defa. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker Paru. Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan Muhammadiyah. Pontianak
Aditama, T.Y. 1992. Polusi Udara Dan Kesehatan. ARCAN