Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN : KANKER PARU

Oleh
Hilal Nur Mauladani
221FK01052

1
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan
karunianya, saya dapat menyelesaikan tugas riset keperawatan ini yaitu proposal yang
berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan :
Kanker Paru. Proposal ini saya buat dan disusun sesuai dengan kasus yang saya ambil.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak yang telah membantu dalam
pembuatan  makalah ini yaitu kepada :
1. Bapak H. Manaf,B.sc,S,pd.,MM
2. Bapak Suherman M.pd selaku Dosen pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia
3. Teman teman dan semua yang sudah memberikan semangat dan motivasi

Dalam penyusunan makalah ini bilamana terdapat kesalahan atau kekurangan yang
terkandung di dalam proposal ini, baik dari segi isinya maupun kata-katanya bahkan dalam
hal penulisan, maka dari itu saya mohon kritik dan saran demi perbaikan proposal ini.
          Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

2
Bandung, 25 Januari 2022

DAFTAR ISI

I. Kata Pengantar...........................................................................................................i
II. Daftar Isi...................................................................................................................2
III. BAB I......................................................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Tujuan...........................................................................................................5
C. Manfaat........................................................................................................5
D. Sistematika Penulisan..................................................................................6
IV. BAB II...................................................................................................................7
V. Kerangka Teori.......................................................................................................
VI. Daftar Pustaka.......................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan
salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan
yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel
kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa
terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis)
merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan
genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler
perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan
atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar
progresinya (Syaifudin, 2007).
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan
dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran.
Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli
radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli
rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya (PDPI, 2003).
Menurut data jenis kanker yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah kanker
paru, mencapai 1,3 juta kematian pertahun. Disusul kanker lambung (mencapai lebih dari 1
juta kematian pertahun), kanker hati (sekitar 662.000 kematian pertahun), kanke usus besar

4
(655.000 kematian pertahun), dan yang terakhir yaitu kanker payudara (502.000 kematian
pertahun) (WHO 2005 dalam Lutfia, 2008).
Di Amerika Serikat kematian karena kanker paru mencapai 36% dari seluruh
kematian kanker pada laki-laki, merupakan urutan pertama penyebab kematian pada laki-laki
(Mangunnegoro, 1990). Mayo Lung mendapatkan kematian akibat kanker paru terhadap
penderita kanker paru didapatkan angka 3,1 per 1000 orang tiap tahun (Alsagaf, 1995).
Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli
paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan
sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat
memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan
penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera
dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan.
Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera
mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah
semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri
maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman
penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni
tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic
carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat
menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi
onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah
sel.Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau
kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak
terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses
multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti
kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel
pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang
berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan
kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom
pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru (PDPI, 2003).
Tanda dan gejala kanker paru adalah dispnea ringan, batuk yang terus menerus dan
berkepanjangan, napas pendek-pendek dan suara parau , batuk berdarah dan
berdahak (hemoptisis), nyeri pada dada ketika batuk dan menarik napas yang dalam, hilang

5
nafsu makan dan berat badan, kelelahan, benjolan di pangkal leher, sembab muka dan leher,
kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
Komplikasi dan efek samping antara lain adalah gangguan kognitif dan keresahan,
demam, komplikasi saluran pencernaan, diare, hypercalcemia, dan mual serta muntah-
muntah. (www.canhope.com)
Dalam askep kanker, perawat memiliki peran yang sangat penting agar proses
penyembuhan pasien bisa berlangsung lancar. Perawat berperan dalam memberi dukungan
pada pasien dengan melakukan diagnosa.Perawat juga mencari tahu kebutuhan psiko-sosial
dan spiritual pasien. Perawat juga harus memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi pasien di
samping membantu klien untuk berhasil melewati fase penyembuhan. Peran-peran perawat
yang sangat penting tersebut dijelaskan dalam askep kanker secara mendetail. Intervensi
keperawatan juga dijelaskan dalam askep kanker. Intervensi keperawatan merupakan cara
penanganan terhadap pasien berdasarkan kondisi yang terjadi. Intervensi keperawatan dalam
askep kanker seperti melihat kondisi pasien berdasarkan resiko infeksi, resiko perdarahan,
resiko gangguan perfusi jaringan, gangguan keseimbangan cairan, dan resiko-resiko lainnya.
Perawat profesional sangat dibutuhkan dalam penanganan kanker dan penyakit lainnya.
Askep kanker merupakan pedoman penting untuk mewujudkan perawat yang profesional dan
tanggap dalam menangani penyakit kanker. (http://www.deherba.com)

B. Tujuan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa mahasiswi Universitas Bhakti Kencana semakin mengetahui tentang kasus
pada pasien dengan kanker paru.

Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mahasiswi Universitas Bhakti Kencana :
1) Dapat memahami pengertian kanker paru
2) Dapat memahami anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
3) Dapat memahami patofisiologi kanker paru
4) Dapat memahami stadium kanker paru
5) Dapat memahami etiologi pada kanker paru
6) Dapat memahami manifestasi klinis pada kanker paru
7) Dapat memahami klasifikasi pada kanker paru

6
8) Dapat memahami pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
9) Dapat memahami penatalaksanaan pada kanker paru
10) Dapat memahami askep pada pasien kanker paru

C. Manfaat
Manfaat Teori
1) Menambah wawasan tentang kanker paru
2) Mengetahui bagaimana perjalanan penyakit kanker paru
Manfaat aplikasi
1) Dapat menjelaskan kembali kepada orang awam tentang penyakit kanker paru
2) Dapat menangani orang disekitar kita yang mengalami kanker paru

D. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu :
Bab I: Pendahuluan, terdiri atas Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat, dan
Sistematika Penulisan. 
Bab II: Pembahasan dan Kerangka Teori

7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami proliferasi dalam
paru (Underwood, 2000). Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak
dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001). Kanker
paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel
bronkus. (Robbin dan Kumar, 2007). Kanker paru paru adalah pertumbuhan sel
kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru paru dapat disebabkan oleh
sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010).
Kesimpulannya, kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel yang mengalami
proliferasi dalam paru dan tumbuhnya keganasan yang berasal dari sel epitel.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU-PARU

8
Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam
menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni
menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari
dalam tubuh (ekspirasi). Untuk melakukan fungsi ventilasi. Paru-paru mempunyai beberapa
komponen penting, antara lain :
a. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot, saraf perifer
b. Parenkim paru yang terdiri dari saluran napas, alveoli, dan pembuluh darah
c. Dua lapisan pleura yakni pleura viseralis yang membungkus erat jaringan parenkim
paru dan pelura parietalis yang menempel erat ke dinding thorax normalnya tidak
berisi apapun
d. Beberapa reseptor yang berada d pembuluh darah arteri utama
Volume paru-paru dibagi menjai empat macam, yakni :
1. Volume tidal : volume udara yang diinspirasikan dari diekspresikan pada setiap
pernapasan normal
2. Volume cadangan : volume tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atas
voluem tidal normal
3. Volume cadangan ekspirasi : jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan
ekspirasi kuat setelah akhir suatu ekspirasi
4. Voluem residual : volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah
melakukan ekspirasi kuat.
Selain itu diperlukan juga kapasitas paru-paru, yaitu :
a. Kapasitas inspirasi
b. Kapasitas residual fungsional
c. Kapasitas vital paksa
d. Kapasitas total apru-paru

C. PATOFISIOLOGI

Kanker paru merupakan tumbuhnya sel epitel dalam sistem pernapasan bagian
bawah yang berasal percabangan bronkus dan diperkirakan bahwa inhalasi jangka
panjang dari bahan karsino genetik di antaranya rokok yang mengandung neutal

9
fraktion dan basik fraktion, polusi udara, faktor genetik, terpajan zat karsinogen, dan
diit yang tdak baik.
Bahan-bahan tersebut masuk ke saluran pernapasan dan menyebar melalui
alveolus, lobus paru, dan jaringan paru sehingga merangsang pertumbuhan sel yang
abnormal, kemudian terjadilah tumor paru sehingga terjadi diantaranya metastase
pada bagian-bagian paru seperti bagian traktus superior pada kerja silia menurun
dan
muskularis di saluran pernapasan di sana terdapat penumpukkan sekret maka terjadi
sesak napas.
Terjadinya metastase di daerah paru pleura dinding paru, tulang,/syaraf, di
columna vertebralis torakal dan lumbal dapat terjadi infasi pada syaraf nyeri kronik
dan keterbatasan gerakan dinding dada sehingga sekret tidak bisa dikeluarkan dan
teteran di traktus digestifus maka mengakibatkan mual.
Pada lobus paru maka dilakukan tindakan medis yaitu pembedahan
(lobustomi) pada bagian lumbal/columna vertebralis yang akan mengakibatkan klien
keterbatasan gerak.
Metastase epiglotis mengakibatkan suara serak, tidak jelas dan hilang pada
metastase sistem peredaran darah dapat mengenai kerja jantung pada arteri
koronaria sehingga terjadi infark miokard, gangguan fungsi jantung dan penurunan
kerja jantung. (Tabrani Rab, 1996)

D. STADIUM
Gambarn TNM Defenisi
Tumor primer (T)
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tx Kanker yang tersembunyi terlihat
pada sitologi bilasan bronkus tetapi
tidak terlihat pada radiogram atau
bronkoskopi
TIS Karsinoma in situ
T1 Tumor dengan diameter ≤ 3 cm
dikelilingi paru – paru atau pleura

10
viseralis yang normal.
T2 Tumor dengan diameter 3 cm atau
dalam setiap ukuran dimana sudah
menyerang pleura viseralis atau
mengakibatkan atelektasis yang
meluas ke hilus; harus berjarak 2 cm
distal dari karina.
T3 Tumor dalam setiap ukuran dengan
perluasan langsung pada dinding
dada,diafragma, pleura
mediastinalis, atau pericardium
tanpa mengenai jantung, pembuluh
darah besar, trakea, esofagus, atau
korpus vertebra; atau dalam jarak 2
cm dari karina tetapi tidak melibat
karina.
Tumor dalam setiap ukuran yang
T4 sudah menyerang mediastinum atau
mengenai jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esofagus, koepua
vertebra, atau karina; atau adanya
efusi pleura yang maligna.

Kelenjar limfe regional (N)


N0 Tidak dapat terlihat metastasis pada
kelenjar limfe regional.
N1 Metastasis pada peribronkial dan/
atau kelenjar – kelenjar hilus
ipsilateral.
N2 Metastasis pada mediastinal ipsi
lateral atau kelenjar limfe subkarina.
N3 Metastasis pada mediastinal atau
kelenjar – kelenjar limfe hilus

11
kontralateral; kelenjar – kelenjar
limfe skalenus atau supraklavikular
ipsilateral atau kontralateral.

Metastasis jauh (M)


M0 Tidak diketahui adanya metastasis
M1 jauh
Metastasis jauh terdapat pada tempat
tertentu (seperti otak).
Kelompok stadium
Karsinoma tersembunyi          TxN0M0 Sputum mengandung sel – sel ganas
tetapi tidak dapat dibuktikan adanya
tumor primer atau metastasis.
Stadium 0                                TISN0M0 Karsinoma in situ.
Stadium I                                 T1N0M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau
                                                 T2N0M0 T2 tanpa adanya bukti metastasis
pada kelenjar limfe regional atau
tempat yang jauh.
Stadium II                                T1N1M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau
                                                 T2N1M0  T2 dan terdapat bukti adanya
metastasis pada kelenjar limfe
                            peribronkial atau hilus ipsilateral.
Stadium IIIa                             T3N0M0 Tumor termasuk klasifikasi T3
                                                 T3N0M0 dengan atau tanpa bukti metastasis
pada kelenjar limfe peribronkial atau
hilus ipsilateral; tidak ada metastasis
jauh.
Stadium IIIb                             Setiap tumor dengan metastasis pada
Setiap T N3M0 kelenjar limfe hilus tau mediastinal
T4 setiap NM0 kontralateral, atau pada kelenjar
limfe skalenus atau supraklavikular;
atau setiap tumor yang termasuk
klasifikasi T4 dengan atau tanpa

12
metastasis kelenjar limfe regional;
tidak ada metastasis jauh.
Stadium IV                               Setiap tumor dengan metastsis jauh.
Setiap T, setiap N,M1
Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).

E. ETIOLOGI

1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif
telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari
kanker
paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung
sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat
yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko
bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput).Pekerja pemecah hematite (paru –
paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan
kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.

13
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni
:
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom
(onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara
menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan
pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti
apoptosis
(mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan
tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah
menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian
kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran
kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.
6. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.(Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

F. KLASIFIKASI

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan
kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan
untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil
adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.
Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipehistologik kanker paru yang
paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di

14
sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening
hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki
daripada perempuan (Wilson, 2005).
Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus
dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer
segmen bronkus dan kadang-kadang dapat di
kaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi
sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering
bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.
Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma
dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas
yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran
inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang
terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini
kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan
bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran
mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor
sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan
biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan
sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma
yang saling berdekatan (Kumar, 2007).
Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini
cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005).
Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan
mesotelioma bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat
menyerupai karsinoma bronkogenik dan mengancam jiwa.

G. MANIFESTASI KLINIS

15
a) Dispnea ringan
b) Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan 
c) Napas pendek-pendek dan suara parau 
d) Batuk berdarah dan berdahak (hemoptisis)
e) Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam 
f) Hilang nafsu makan dan berat badan
g) Kelelahan
h) Benjolan di pangkal leher
i) Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa
nyeri yang hebat

H. KOMPLIKASI
a) Hematorak 
b) Pneumotorak 
c) Empiema 
d) Endokarditis 
e) Absesparu
f) Atelektasis

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
I. Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
II. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhanventilasi.

16
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
III. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi(besarnya
karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
IV. Pencitraan
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

J. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif.
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidupklien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
d. Suportif.

17
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.

Penatalaksanaan klien dengan kanker paru adalah:


1) Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
a. Toraktomi eksplorasi.Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau
toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.
b. Pneumonektomi pengangkatan paru. Karsinoma bronkogenik bilaman dengan
lobektomi tidak semua lesi bisadiangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada
satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan
tumor jinak tuberkulosis.
d. Resesi segmental.Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji.Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru –paru
berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.
2) Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi
efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
3) Kemoterapi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

K. PENGKAJIAN
I. Pengkajian
A. Pengumpulan data

18
1. Keadaan umum : lemah, sesak, yang disertai dengan nyeri dada
2. Kebutuhan dasar :
a. Pola makan : nafsu makan menurun karena adnya sekret dan terjadi
kesulitan menelan (disfagia), BB menurun
b. Pola minum : frekuensi minum meningkat (rasa haus)
c. Pola tidur : susah tidur karena adany batuk dan nyeri dada
d. Aktivitas : keletihan, kelemahan
3. Pemeriksaan fisik
Sistem pernapasan :
a. Sesak napas, nyeri dada
b. Batuk produktif tidka efektif
c. Suara napas : mengi pada inspirasi
d. Serak paralisis pita suara
Sistem kardiovaskular :
a. Tachicardi, distritmia
b. Menunjukkan efusi (gesekan pericardial)
Sistem Integumen
Sistem Gastrointestinal
a. Anorexia, disfagia, penurunan intake makanan, penurunan BB
Sistem urinarius
a. Peningkatan frekuensi/jumlah urine
Sistem neurologis
a. Perasaan takut/takut hasil pembedahan
b. Kegelisahan

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan jumlah / perubahan mukus /
viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan napas, meningkatnya tahanan jalan
napas.
2. Nyeri b.d lesi dan melebarnya pembuluh darah, invasi kanker ke pleura dinding dada

19
3. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai O2 akibat perubahan struktur alveoli
(hipoventilasi)
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan prognosis b.d kurangnya informasi,
kesalahn interpretasi informasi, kurang mengingat.

M. INTERVENSI KEPERAWATAN
DK I : Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan jumlah / perubahan mukus /
viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan napas, meningkatnya tahanan jalan
napas.
Kriteria hasil :
a) Menyatakan/menunjukkan hilangnya dispnue
b) Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih
c) Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
d) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan jalan
napas
Intervensi :
1. Catat perubahan upaya dan pola bernapas
R/ : penggunaan otot interkostal/abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan
peningkatan upaya bernapas
2. Observasi penurunan ekspensi dinding dada
R/ : ekspansi dada terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi
cairan, edema, sekret dalam seksi lobus.
3. Catat karakteristik batuk (misalnya menetap, efektif, tidak efektif) juga produksi
dan karakteristik sputum
R/ : karakteristik batuk dapat berubah tergantung pad apenyebab/etiologi gagal
pernapasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, dan / purulen
4. Pertahankan posisi tubuh/kepala tepat dan gunakan alat jalan napas sesuai
kebutuhan
R/ : memudahkan memelihara jalan napas atas paten pada pasien
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator contoh : aminofilin, albuterol dll
R/ : memantau keadaan pasien

20
6. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat contoh : takikardi, hipertensi,
tremor, insomnia
R/ : obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan
viskositas sekret, memperbaiki ventilasi dan memudahkan pembuangan sekret

DK II : Nyeri b.d lesi dan melebarnya pembuluh darah, invasi kanker ke pleura
dinding dada
Kriteria hasil :
a) Melaporkan nyeri hialngterkontrol
b) Tampak rileks dan tidur / istirahat dengan baik
c) Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/dibutuhkan
Intervensi :
1. Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang
intensitas pada skala 0-10
R/ : membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala
rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat
untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.
2. Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien
R/ : ketidaksesuaian antara petunjuk verbal/non verba dapat memberikan
petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/keefektifan intervensi
3. Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisiologi dan psikologi
R/ : insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien daripada insisi
anterolateral. Selain itu takut, distres, ansietas, dan kehilangan sesuai diagnosa
kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya
4. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri
R/: takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang
persepsi nyeri
5. Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan tekhnik relaksasi
R/ : meningkatkan relaksasi da pengalihan perhatian

DK III : Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai O2 akibat perubahan struktur
alveoli (hipoventilasi)

21
Kriteria hasil :
a) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan
b) Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan / situasi.
Intervensi :
1. Kaji status pernapasan dengan sering, cata peningkatan frekuensi/ upaya
pernapasan / perubahan pola napas
R/ : dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan napas
2. Catat ada/tidak adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, mengi
R/ : bunyi napas dapat menurun, tidak sama/tidak ada pada area yang sakit
3. Kaji adanya sianosis
R/ : penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis
4. Kolaborasi pemberian O2 untuk pertukaran
R/ : memaksimalkan seri GDA
5. Awasi / gambarkan ventilasi/ oksigenasi
R/ : menunjukkan ventilasi/oksigenasi

DK IV : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan prognosis b.d kurangnya


informasi, kesalahn interpretasi informasi, kurang mengingat.
Kriteria hasil :
a) Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi
b) Menggambarkan/menyatakan diet, obat, program aktivitas
c) Mengidentifikasi dengan benar tanda dan geala yang memerlukan perhatian
medik
d) Membuat perencaaan untuk keperawatan lanjut
Intervensi :
1. Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien.
R/ : sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup
perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi
2. Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat
R/ : pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memampukan pasien
untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan

22
3. Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan, kebutuhan makanan kalori tinggi
R/ : penurunan dengan masalah pernapasan berat biasanya mengalami
pernurunan BB dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk
menyembuhkan
4. Berikan pedoman untuk aktivitas
R/ : pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbang periode
istirahat dan aktivitas untuk meningkatkan regangan / stamina dan mencegah
konsumsi/kebutuhan O2 berlebihan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Gofar,Abdul. 2009. Cara mudah mengenal dan mengobati kanker. Jakarta : Flamingo.
Doengoes,M. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian      perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC
Brunner dan Sudarth. 2002. Keperawatan Medical bedah, Edisi 8. Jakarta : EGC.
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/07/15/makalah-kanker-paru-paru/
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21470/4/Chapter%20II.pdf
http://www.canhope.com.sg/bahasa_indonesia/education/coping-with-cancer.html
http://www.deherba.com/penjelasan-mengenai-askep-kanker.html

24

Anda mungkin juga menyukai