REFERAT
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Carsinoma Colon
Oleh
NIM. 1610015012
Dosen
Pembimbing
Laboratorium/SMF Ilmu
Radiologi Fakultas
Kedokteran
Universitas Mulawarman
1
Agustus 2020
2
KATA PENGANTAR
Samarinda, 20 Agustus
2021
Penulis,
3
DAFTAR ISI
SAMPUL………………………………………………………………………………….1
LEMBAR
PENGESAHAN…………………………………………………………
…….
2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................5
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................6
1.2 TUJUAN..................................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................8
2.1 Anatomi dan Fisiologi Colon...................................................................................8
2.2 DEFENISI..............................................................................................................10
2.3 EPIDEMIOLOGI...................................................................................................11
2.4 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO....................................................................12
2.5 PATOFISIOLOGI..................................................................................................15
2.6 MANIFESTASI KLINIS........................................................................................15
2.7 DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN DAN DETEKSI DINI...............................17
2.8 TATALAKSANA..................................................................................................26
BAB III PENUTUP..........................................................................................................30
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31
4
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1.....................................................................................................8
Gambar 2.2....................................................................................................17
Gambar 2.3....................................................................................................17
Gambar 2.4....................................................................................................18
Gambar 2.5....................................................................................................18
Gambar 2.6....................................................................................................19
Gambar 2.7....................................................................................................19
Gambar 2.8....................................................................................................19
Gambar 2.9....................................................................................................20
Gambar 2.10..................................................................................................20
Gambar 2.11..................................................................................................20
Gambar 2.12..................................................................................................21
Gambar 2.13..................................................................................................21
Gambar 2.14..................................................................................................22
Gambar 2.15..................................................................................................22
Gambar 2.16..................................................................................................23
Gambar 2.17..................................................................................................23
5
BAB 1
PENDAHULUAN
6
infeksi Helico- bacter pylori dan Fusobacterium spp
Diagnosa Kanker kolon ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Keluhan utama serta pemeriksaan fisik yang
sering ditemukan pada semua usia berupa perdarahan per-anum disertai
peningkatan frekuensi defekasi dan/atau diare selama minimal 6 minggu, teraba
massa pada fossa iliaka dekstra, adanya tanda-tanda obstruksi mekanik, dan
anemia defisiensi besi. Pada pasien di atas 60 tahun adanya perdarahan per-anum
tanpa diserta gejala anal atau adanya peningkatan frekuensi defekasi atau diare
selama minimal 6 minggu dapat dicurigai ke arah Kanker kolon. Pemeriksaan
colok dubur sebaiknya dilakukan pada setiap pasien dengan gejala anorektal
dengan tujuan menilai keutuhan sfingter ani dan menetapkan ukuran serta derajat
fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah dan distal.5
Pemeriksaan penunjang untuk Kanker kolon antara lain pemeriksaan darah,
darah samar feses, serta pemeriksaan radiologi yang disarankan seperti enema
dengan Double Contrast, CT Scan abdomen dan pemeriksaan kolonoskopi untuk
membantu menegakkan diagnosis.5
Pilihan terapi pada Kanker kolon antara lain terapi operasi dan kemoterapi
adjuvan. Terapi operasi seperti reseksi total dari tumor apabila memungkinkan
lalu dilaku- kan biopsi untuk penilaian metastasis.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk
membahas topik mengenai Carsinoma Colon terutama dari gambaran
radiologinya.
1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan referat ini adalah untuk menambah
ilmu dan wawasan secara umum mengenai Carsinoma Colon
1.2.2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dalam penulisan referat ini adalah untuk
mengetahui modalitas apa saja yang bisa digunakan serta melihat
gambaran radiologi yang khas pada kasus Carsinoma Colon sehingga
7
dapat mempermudah penegakan diagnosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
- Flexura Hepatica : Di bawah hati , peralihan dari colon ascendens ke colon
transversum.
- Flexura Linealis : Di bawah pancreas , peralihan dari colon transversum ke
colon descendens.
- Flexura Sigmoidea : Peralihan dari colon descendens ke colon sigmoid.
Terdapat diverticulum pada caecum yang disebut appendiks.
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum .Sekum
membentuk kantong buntu di bawah pertemuan antara usus halus dan usus besar
di katup ileosekum. Tonjolan kecil seperti jari di dasar sekum adalah apendiks,
suatu jaringan limfoid yang mengandung limfosit. Kolon, yang membentuk
sebagian besar usus besar, tidak bergelung seperti usus halus tetapi terdiri dari tiga
bagian yang relatif lurus—kolon asenden, kolon transversum, dan kolon
desenden. Bagian terakhir kolon desenden ber- bentuk huruf S, membentuk kolon
sigmoid (sigrnoid artinya "berbentuk S"), dan kemudian melurus untuk
membentuk rektum (berarti"lurus"). Kolon normalnya menerima sekitar 500 mL
kimus dari usus halus perhari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan
telah diselesaikan di usus halus, isi yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu
makanan yang taktercerna (misalnya selulosa), komponen empedu yang tidak
diserap, dan cairan. Kolon mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya untuk
membentuk massa padat yang disebut feses untuk dikeluarkan dari tubuh. Fungsi
utam usus besar adalah untuk menyimpan tinja sebelum defekasi. Selulosa dan
bahan lain yang tak-tercerna di dalam diet membentuk sebagian besar massa dan
membantu mempertahankan keteraturan pergerakan usus dengan berkontribusi
pada volume isi kolon. Umumnya gerakan usus besar berlangsung larnbat dan
tidak mendorong, yang sesuai fungsinya sebagai tempat penyerapan dan
penyimpanan. Motilitas utama kolon adalah kontraksi haustra yang dipicu oleh
ritmisitas autonom (BER) sel-sel otot polos kolon. Kontraksi ini, yang
menyebabkan kolon membentuk haustra, merupakan kontraksi berbentuk cincin
yang berosilasi yang serupa dengan segmentasi usus halus tetapi terjadi lebih
jarang. Waktu di antara dua kontraksi haustra dapat mencapai tiga puluh menit,
9
sementara kontraksi segmentasi di usus halus berlangsung dengan frekuensi 9
hingga 12 kali per menit.
2.2 DEFENISI
Colon Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker Usus Besar
adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada caecum, kolon, dan rectum. Di
negara maju, kanker ini menduduki peringkat ke tiga yang paling sering terjadi,
dan menjadi penyebab kematian yang utama di dunia barat. Kebanyakan kanker
usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut adenoma,
yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada
stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada
stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak
terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi
menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar
2.3 EPIDEMIOLOGI
Di dunia kanker kolon menduduki peringkat ketiga pada tingkat insiden dan
mortalitas. Pada tahun 2002 terdapat lebih dari 1 juta insiden kanker kolorektal
dengan tingkat mortalitas lebih dari 50%. 9,5 persen pria penderita kanker terkena
kanker kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3 persen dari
total jumlah penderita kanker.
Menurut American Cancer Society, kanker kolon adalah kanker ketiga
terbanyak dan merupakan kanker penyebab kematian kedua terbanyak pada pria
dan wanita di Amerika Serikat. Telah diprediksi bahwa pada tahun 2014 ada
96.830 kasus baru kanker kolon dan 40.000 kasus baru kanker rektum.
Angka insiden tertinggi terdapat pada Eropa, Amerika, Australia dan
Selandia baru; sedangkan angka insiden terendah terdapat pada India, Amerika
Selatan dan Arab Israel. Di Eropa, penyakit ini menempati urutan kedua sebagai
kanker yang paling sering terjadi pada pria dan wanita pada tingkat insidensi dan
mortalitas. Pada tahun 2004 di eropa terdapat 2.886.800 insiden kanker yang
terdiagnosa dan 1.711.000 kematian karena kanker. Insiden kanker yang paling
10
sering adalah kanker paru-paru (13,3%), diikuti oleh kanker kolorektal (13,2%)
dan kanker payudara (13%). Kanker paru-paru juga merupakan kanker yang
tersering menyebabkan kematian (341.800) diikuti oleh kanker kolon(203.700),
kanker lambung (137.900) dan kanker payudara (129.900). Dengan estimasi 2,9
juta kasus baru (54% muncul pada pria, 46% pada wanita) dan 1,7 juta kematian
(56% pada pria, 44% pada wanita) tiap tahunnya. Di Amerika kanker kolorektal
merupakan penyebab kematian tersering setelah kanker paru paru dan menduduki
peringkat ketiga pada kanker yang terdapat pria dan wanita dengan lebih dari
130.000 kasus baru tiap tahun dan menyebabkan kematian 55.000 orang tiap
tahun. Dari data berdasarkan 19 tahun follow up pada insiden kanker kolorektal di
Swedia pada tahun 1960 pada 53.377 kasus yang diketemukan (28.003 pria dan
25.374 wanita), Didapatkan suatu hubungan yaitu 1) terdapat perbedaan insiden
pada pria dan wanita yang berusia lanjut, yang meningkat seiring dengan usia; 2)
meningkatnya insiden kanker kolorektal seiring dengan kepadatan penduduk; 3)
rendahnya insiden pada pria yang belum pernah menikah dibandingkan dengan
pria lainnya.
Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100 per 100.000 penduduk.
Namun, hanya 3,2% dari kasus kanker yang baru mencari perawatan di Rumah
Sakit. Program yang dilaksanakan oleh proyek pengawasan kanker terpadu yang
berbasis komunitas di Sidoarjo menunjukkan kenaikan 10-20% dari kasus kanker
yang menerima perawatan dari Rumah Sakit. Dewasa ini kanker kolorektal telah
menjadi salah satu dari kanker yang banyak terjadi di Indonesia, data yang
dikumpulkan dari 13 pusat kanker menunjukkan bahwa kanker kolorektal
merupakan salah satu dari lima kanker yang paling sering terdapat pada pria
maupun wanita.
Dari berbagai laporan, di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus kanker
kolorektal, meskipun belum ada data yang pasti, namun data di Departemen
Kesehatan didapati angka 1,8 per 100 ribu penduduk. Sejak tahun 1994-2003,
terdapat 372 keganasan kolorektal yang datang berobat ke RS Kanker Dharmais
(RSKD). Berdasarkan data rekam medik hanya didapatkan 247 penderita dengan
catatan lengkap, terdiri dari 203 (54,57%) pria dan 169 (43,45%) wanita berusia
11
antara 20-71 tahun.
Cara diet yang salah, diet makanan tinggi lemak (khususnya lemak
hewani) dan rendah kalsium, folat dan rendah serat, jarang konsumsi
sayuran dan buah-buahan, sering mengkonsumsi alkohol
Obesitas/kegemukan
Pernah terkena kanker kolorektal sebelumnya
Kelainan genetik. Bentuk paling sering dari kelainan gen yang dapat
menyebabkan kanker ini adalah perubahan pada gen hereditary
nonpolyposis colon cancer (HNPCC).
Pernah memiliki polip di usus
Umur (resiko meningkat pada usia diatas 50 tahun)
Jarang melakukan aktifitas fisik
Radang usus besar, berupa colitis ulceratif atau penyakit Crohn yang
menyebabkan inflamasi atau peradangan pada usus untuk jangka waktu
lama, akan meningkatkan resiko terserang kanker kolorektal.
Secara umum perkembangan KKR merupakan interaksi antara faktor
lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan multipel beraksi terhadap
pradisposisi genetik atau defek yang didapat dan berkembang menjadi KKR.
Terdapat banyak faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan risiko
terjadinya KKR, faktor risiko dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Termasuk didalam faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi adalah riwayat KKR atau polip adenoma individu
dan keluarga, serta riwayat individu penyakit inflamasi kronis pada usus. Yang
termasuk didalam faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah inaktivitas,
obesitas, konsumsi tinggi daging merah, merokok, dan konsumsi alkohol sedang-
12
sering.
13
Namun, hubungan antara vitamin D dan kanker belum diketahui secara pasti.
6. Merokok dan Alkohol Banyak studi telah membuktikan bahwa merokok
tobako dapat menyebabkan KKR. Hubungan antara merokok dan kanker lebih
kuat pada kanker rektum dibandingkan dengan kanker kolon. Konsumsi alkohol
secara sedang dapat meningkatkan risiko KKR. Individu dengan rata-rata 2-4
porsi alkohol per hari selama hidupnya, mempunyai 23% risiko lebih tinggi KKR
dibandingkan dengan individu yang mengkonsumsi kurang dari satu porsi alkohol
per hari.
7. Obat-obatan dan Hormon Aspirin, Nonsreoidal Anti-Inflammatory Drugs
(NSAID) serta hormon pascamenopause dikatakan dapat mencegah KKR. Bukti-
bukti penelitian kohort mulai mendukung pernyataan bahwa penggunaan aspirin
dan NSAID secara teratur dan jangka panjang dapat menurunkan risiko KKR.
Namun, saat ini American Cancer Society belum merekomendasikan penggunaan
obat-obat ini sebagai pencegahan kanker karena potensi efek samping perdarahan
saluran cerna.
2.5 PATOFISIOLOGI
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari
polyp adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan meningkat, meskipun umumnya
masih terjadi di rektum dan kolon sigmoid. Pertumbuhan tumor secara tipikal
tidak terdeteksi, menimbulkan beberapa gejala. Pada saat timbul gejala, penyakit
mungkin sudah menyebar kedalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan
oragan-organ yang berdekatan. Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan
langsung ke sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus.
Struktur yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung, duodenum,
usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan dinding abdominal juga
dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar getah bening regional sering
berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar
yang jauh sudah dikenai namun kelenjar regional masih normal (Way, 1994). Sel-
sel kaner dari tumor primer dapat juga menyebar melalui sistem limpatik atau
sistem sirkulasi ke area sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal.
14
“Penyemaian” dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila
tumor meluas melalui serosa atau selama pemotongan pembedahan.
Awalnya sebagai nodul, kanker usus sering tanpa gejala hingga tahap lanjut.
Karena pola pertumbuhan lamban, 5 sampai 15 tahun sebelum muncul gejala
(Way, 1994).
Kanker kolon dan rectum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup
serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel
kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain
(paling sering ke hati).
e. Sering mengalami sakit perut, kram perut, atau perasaan penuh atau kembung.
15
timbul karena penyulit, yaitu gangguan faal usus, obstruksi, perdarahan atau
akibat penyebaran.
Karsinoma kolon dan rektum menyebabkan pola defekasi seperti konstipasi atau
defekasi dengan tenesmi. Makin ke distal letak tumor, feses makin menipis, atau
seperti kotoran kambing, atau lebih cair disertai darah dan lendir. Tenesmi
merupakan gejala yang sering didapat pada karsinoma rektum. Perdarahan akut
jarang dialami demikian juga nyeri di daerah pangggul berupa tanda penyakit
lanjut. Bila pada obstruksi penderita flatus terasa lega di perut.
Gambaran klinik tumor sekum dan kolon ascenden tidak khas. Dispepsi,
kelemahan umum, penurunan berat badan dan anemia merupakan gejala umum,
karena itu sering penderita dalam keadaan menyedihkan. Nyeri pada kolon kiri
lebih nyata daripada kolon kanan. Tempat yang dirasakan sakit berbeda karena
asal embriogenik yang berlainan, yaitu dari usus tengah dan usus belakang. Nyeri
dari kolon kiri bermula di bawah umbilikus sedangkan dari kolon kanan dari
epigastrium.
Pemeriksaan
Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut, bila teraba
menunjukan keadaan sudah lanjut. Massa di dalam sigmoid lebih jelas teraba
daripada masa di bagian lain kolon. Pemeriksaan colok dubur merupakan
keharusan dan dapat disusul dengan pemeriksaan rektosigmoidoskopi.
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain ialah foto dada dan foto
16
kolon (barium enema).
Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat adanya tidaknya metastasis
kanker ke paru, juga bisa untuk persiapan tindakan pembedahan. Barium enema
sebaiknya menggunakan kontras ganda, dan usahakan melakukan pemotretan
pada berbagai posisi bila di temukan kelainan. Pada foto kolon dengan barium
dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu srtiktura.
Pemeriksaan Radiologi
1. Ultrasonografi (USG)
2. CT-Scan dan MRI
3. Foto polos abdomen
4. Colon in loop
5. Kolonoskopi
USG Ca Colon
17
Gambar 2.2 Lesi seperti massa pada topografi kolon kiri, dekat dengan
kelengkungan limpa. Lesi padat (vaskularisasi internal pada doppler)
18
sambungan fleksura hepatik
CT-SCAN Ca Colon
19
Gambar 2.6 CT-Scan spiral dengan kontras menunjukkan massa heterogen yang besar
(panah) yang melibatkan aspek anterior kiri abdomen yang berdekatan dengan lokasi
ostomi (panah). Massa juga menginvasi dinding anterior abdomen
Gam
bar 2.7
A. Polip Sigmod (panah merah)
B. Penebalan dinding rektum asimetris (panah merah)
C. Infiltrasi mesenterika dengan kelenjar getah bening di stasiun mesenterika
yang mengering
20
Gambar 2.8 Water enema CT: adenokarsinoma stadium T2 di kolon sigmoid : Lesi
eksofitik dengan garis peritoneum reguler cembung (panah)
Gambar 2.9 CT-Scan volume MPR koronal dengan kontras intravena dan oral
mengungkapkan massa besar di sekum di sorot oleh barium
21
Gambar 2.10 CT-Scan spiral dengan kontras menunjukkan massa heterogen yang besar
(panah) yang melibatkan aspek anterior kiri abdomen yang berdekatan dengan lokasi
ostomi (panah). Massa juga menginvasi dinding anterior abdomen
MRI Ca Colon
Gambar 2.12 Gambar dengan pembobotan T2 aksial yang diperoleh setelah CCRT
menunjukkan penurunan ukuran massa yang nyata dengan penggantian dengan fibrosis
22
gelap (panah)
Gambar 2.13 T3 MRF- Kanker dubur. Tumor rektum tengah setengah lingkaran dengan
invasi tumor ke dalam mesorektum, memanjang dari app. Jam 1-4 keliling.
23
Gambar 2.15 Lokasi tumor pada arah kraniokaudal
24
Deteksi Dini
Deteksi dini berupa skrining untuk mengetahui kanker kolorektal sebelum
timbul gejala dapat membantu dokter menemukan polyp dan kanker pada stadium
dini. Bila polyp ditemukan dan segera diangkat, maka akan dapat mencegah
terjadinya kanker kolorektal.
Begitu juga pengobatan pada kanker kolorektal akan lebih efektif bila dilakukan
pada stadium dini. Untuk menemukan polyp atau kanker kolorektal dianjurkan
melakukan deteksi dini atau skrining pada orang diatas usia 50 tahun, atau
dibawah usia 50 tahun namun memiliki faktor resiko yang tinggi untuk terkena
kanker kolorektal seperti yang sudah disebutkan diatas.
Tes skrining yang diperlukan adalah
1. Fecal Occult Blood Test ( FOBT), kanker maupun polyp dapat
menyebabkan pendarahan dan FOBT dapat mendeteksi adanya darah pada
tinja. FOBT ini adalah tes untuk memeriksa tinja.Bila tes ini mendeteksi
adanya darah, harus dicari darimana sumber darah tersebut, apakah dari
rektum, kolon atau bagian usus lainnya dengan pemeriksaan yang lain.
Penyakit wasir juga dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja.
2. Sigmoidoscopy, adalah suatu pemeriksaan dengan suatu alat berupa kabel
seperti kabel kopling yang diujungnya ada alat petunjuk yang ada cahaya
dan bisa diteropong. Alatnya disebut sigmoidoscope, sedangkan
pemeriksaannya disebut sigmoidoscopy. Alat ini dimasukkan melalui
lubang dubur kedalam rektum sampai kolon sigmoid, sehingga dinding
dalam rektum dan kolon sigmoid dapat dilihat.Bila ditemukan adanya polyp,
dapat sekalian diangkat. Bila ada masa tumor yang dicurigai kanker,
dilakukan biopsi, kemudian diperiksakan ke bagian patologi anatomi untuk
menentukan ganas tidaknya dan jenis keganasannya.
3. Colonoscopy, sama seperti sigmoidoscopy, namun menggunakan kabel
yang lebih panjang, sehingga seluruh rektum dan usus besar dapat
diteropong dan diperiksa. Alat yang digunakan adalah colonoscope.
Double-contrast barium enema, adalah pemeriksaan radiologi dengan sinar
4. rontgen (sinar X ) pada kolon dan rektum. Penderita diberikan enema
25
dengan larutan barium dan udara yang dipompakan ke dalam rektum.
Kemudian difoto. Seluruh lapisan dinding dalam kolon dapat dilihat apakah
normal atau ada kelainan.
5. Colok dubur, adalah pemeriksaan yang sangat sederhana dan dapat
dilakukan oleh semua dokter, yaitu dengan memasukkan jari yang sudah
dilapisi sarung tangan dan zat lubrikasi kedalam dubur kemudian memeriksa
bagian dalam rektum. Merupakan pemeriksaan yang rutin dilakukan. Bila
ada tumor di rektum akan teraba dan diketahui dengan pemeriksaan ini.
2.8 TATALAKSANA
Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima sebagai
penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif harus
mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal regional lymphadenektomi
sementara mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya. Untuk lesi diatas rektum,
reseksi tumor dengan minimum margin 5 cm bebas tumor. Pendekatan
laparaskopik kolektomi telah dihubungkan dan dibandingkan dengan tehnik bedah
terbuka pada beberapa randomized trial. Subtotal kolektomi dengan
ileoproktostomi dapat digunakan pada pasien kolon kanker yang potensial kurabel
dan dengan adenoma yang tersebar pada kolon atau pada pasien dengan riwayat
keluarga menderita kanker kolorektal. Eksisi tumor yang berada pada kolon kanan
harus mengikutsertakan cabang dari arteri media kolika sebagaimana juga seluruh
arteri ileokolika dan arteri kolika kanan. Eksisi tumor pada hepatik flexure atau
splenic flexure harus mengikutsertakan seluruh arteri media kolika. Permanen
kolostomi pada penderita kanker yang berada pada rektal bagian bawah dan
tengah harus dihindari dengan adanya tehnik pembedahan terbaru secara stapling.
Tumor yang menyebabkan obstruksi pada kolon kanan biasanya ditangani dengan
reseksi primer dan anastomosis. Tumor yang menyebabkan obstruksi pada kolon
kiri dapat ditangani dengan dekompresi. Tumor yang menyebabkan perforasi
26
membutuhkan eksisi dari tumor primer dan proksimal kolostomi, diikuti dengan
reanastomosis dan closure dari kolostomi.
Terapi Radiasi
Adjuvant Kemoterapi
Kanker kolon telah banyak resisten pada hampir sebagian besar agen
kemoterapi. Bagaimanapun juga kemoterapi yang diikuti dengan ekstirpasi dari
tumor secara teoritis seharusnya dapat menambah efektifitas dari agen
kemoterapi. Kemoterapi sangat efektif digunakan ketika kehadiran tumor sangat
sedikit dan fraksi dari sel maligna yang berada pada fase pertumbuhan banyak.
Obat kemoterapi bisa dipakai sebagai single agen atau dengan kombinasi, contoh :
5-fluorouracil (5FU), 5FU + levamisole, 5FU + leucovorin. Pemakaian secara
kombinasi dari obat kemoterapi tersebut berhubungan dengan peningkatan
27
survival ketika diberikan post operatif kepada pasien tanpa penyakit penyerta.
Terapi 5FU + levamisole menurunkan rekurensi dari kanker hingga 39%,
menurunkan kematian akibat kanker hingga 32%.
Sekitar delapan puluh lima persen pasien yang terdiagnosa kanker kolorektal
dapat dilakukan pembedahan. Pasien dengan kanker yang tidak dapat dilakukan
penanganan kuratif, dapat dilakukan penanganan pembedahan palliatif untuk
mencegah obstruksi, perforasi, dan perdarahan. Bagaimanapun juga pembedahan
dapat tidak dilakukan jika tidak menunjukkan gejala adanya metastase.
28
Penggunaan stent kolon dan ablasi laser dari tumor intraluminal cukup memadai
untuk kebutuhan pembedahan walaupun pada kasus asymptomatik.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kanker kolorektal (KKR) merupakan keganasan yang berasal dari jaringan
usus besar, terdiri dari kolon dan/atau rektum. Kebanyakan kanker kolon
berkembang dari polip, dan secara histopatologik sebagian besar kanker kolon
merupakan adeno- karsinoma (terdiri atas epitel kelenjar) dan memiliki
kemampuan menyekresi mukus dengan jumlah berbeda-beda. Sampai saat ini
penyebab KKR tidak diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa faktor risiko
yang menyebabkan seseorang akan rentan terkena KKR yaitu polip kolo- rektal,
riwayat KKR pada keluarga, kelainan genetik, penyakit inflamasi usus, merokok,
konsumsi alkohol berlebihan, konsumsi tinggi daging merah dan daging olahan,
obesitas, diabetes melitus, infeksi Helico- bacter pylori dan Fusobacterium spp.
Pemeriksaan penunjang untuk KKR antara lain pemeriksaan darah, darah
samar feses, serta pemeriksaan radiologi yang disarankan seperti enema dengan
Double Contrast, CT Scan abdomen dan pemeriksaan kolonoskopi untuk
membantu menegakkan diagnosis.5
Pilihan terapi pada KKR antara lain terapi operasi dan kemoterapi adjuvan.
Terapi operasi seperti reseksi total dari tumor apabila memungkinkan lalu dilaku-
kan biopsi untuk penilaian metastas
30
DAFTAR PUSTAKA
31